Disusun oleh:
Kelompok 3
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Baku Mutu dalam Pencemaran Lingkungan”.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Proteksi Lingkungan dan Produksi Bersih”. Disamping itu makalah ini diharpankan
dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Disamping itu kami menyadari akan segala kekurangan dan ketidak
sempurnaan, baik dari segi penulisan maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu
kami dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kamu dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 PENCEMARAN LINGKUNGAN 4
2.1.1 PENCEMARAN AIR 3
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apa definisi pencemaran lingkungan ?
b) Apa definisi baku mutu pencemaran lingkungan ?
c) Bagaimana penerapan baku mutu lingkungan ?
d) Apa manfaat baku mutu pencemaran udara ?
1.3 TUJUAN
a) Untuk mengetahui dan memahami baku mutu pencemaran lingkungan
b) Untuk mengetahui manfaat dari baku mutu pencemaran udara
c) Untuk mengetahui penerapan baku muku pencemaran udara
1.4 MANFAAT
a) Menambah pengetahuan tentang pencemaran lingkungan
b) Menambah referensi penerapan baku mutu pencemaran udara
c) Menambah pengetahuan manfaat dari baku mutu pencemaran udara
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Timbal (Pb) dan Chromium (Cr). Penelitian lainnya dari Krishna et al (2008)
melakukan penelitian tentang pencemaran logam berat pada air permukaan
dan air tanah di Patancheru Andhra Pradesh India menemukan bahwa telah
terjadi pencemaran Sarontium (Sr), Barium (Br), Cobalt (Co), Nickel (Ni),
dan Chromium (Cr).
Penelitian lainnya tentang pencemaran lingkungan global seperti tentang
pemanasan global yang disebabkan oleh adanya emisi gas rumah kaca (GRK)
dan upaya penanggulangannya. Upaya penanggulangan dilakukan melalui
pembatasan GRK pada lebih dari 100 negara. Selain itu, dilakukan kajian
tentang dampak pemanasan global terhadap lingkungan seperti pada lautan
pasifik di daerah tropis seperti terjadinya El Nino dan pengasaman laut
(Minshausen et al 2009; Collins et al 2010; Pandolfi et al 2011).
Penelitian yang mengevaluasi pencemaran lingkungan telah dilakukan juga di
Indonesia. Yudo & Said (2011) mengevaluasi tentang masalah pencemaran air
khususnya sumber dan penanggulangan yang dilakukan di Jakarta.
Selanjutnya, Rahman & Kairoh (2012) melakukan penelitian yang menentukn
tingkat pencemaran sungai di Desa Awang Bangkal. Penelitian ini melihat
pencemaran air sungai berdasarkan nutrition value coefficient. Penelitian dari
Hendrawan (2010) menemukan adanya pencemaran pada sungai dan situ di
DKI Jakarta. Selanjutnya pemantauan pencemaran lingkungan di Sulawesi
Utara telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Lensun & Tumembow (2013)
melakukan pemantauan pencemaran ada air sungai Tondano di Kelurahan
Ternate Baru Kota Manado khususnya untuk parameter fisika dan kimia air di
danau Tondano Minahasa yaitu kandungan fosfat BOD.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terlihat bahwa lingkungan telah
megalami pencemaran baik lingkungan air, tanah dan udara. Telah banyak
parameter pengukuran pencemaran lingkungan yang digunakan. Salah satu
parameter yang digunakan yaitu parameter biologi.
4
2.1.1 Pencemaran Air
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka
harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman,
baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan
dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap
berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang
berkelanjutan. Di satu pihak, usaha dan atau kegiatan manusia
memerlukan air yang berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi
menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang
dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya
tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat bermanfaat secara
lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam
pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuknya polutan ke dalam air atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi lagi sesuai peruntukannya (PP RI No. 82 Tahun 2001).
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya persediaan air
bersih.
Berdasarkan definisinya, Pencemaran air yang diindikasikan dengan
turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud
dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang
ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah
5
terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat
kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program
kerja pengendalian pencemaran air.
Dampak negatif pencemaran air mempunyai nilai (biaya) ekonomik, di
samping nilai ekologik, dan sosial budaya. Upaya pemulihan kondisi
air yang cemar, bagaimanapun akan memerlukan biaya yang mungkin
lebih besar bila dibandingkan dengan nilai kemanfaatan finansial dari
kegiatan yang menyebabkan pencemarannya. Demikian pula 455 bila
kondisi air yang cemar dibiarkan (tanpa upaya pemulihan) juga
mengandung ongkos, mengingat air yang cemar akan menimbulkan
biaya untuk menanggulangi akibat dan atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh air yang cemar.
6
2.2 SUMBER PENCEMARAN
Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sumber pencemaran berasal dari alam dan
lingkungan. Pencemaran yang berasal dari alam antara lain larva gunung
berapi, asap karena kebakaran hutan, bunyi petir, dan rusaknya lingkungan
karena bencana banjir. Sementara itu, sumber polutan yang berasal dari
lingkungan adalah akivitas manusia yang menghasilkan limbah yang dibuang
ke alam, misalnya asap kendaraan bermotor, asap pabrik, sisa-sisa oil, zat
kimia yang dibuang ke sungai, serta suara bising pesawat dan kendaraan
bermotor. Sisa-sisa kotoran tubuh makhluk hidup yang dibuang (limbah) tidak
pada tempatnya akan menimbulkan bau dan penyakit, misalnya kotoran kuda,
sapi, kambing, ayam dan manusia.
Berdasarkan sifat zat pencemarnya, sumber pencemaran lingkungan dapat
dibedakan menjadi: zat cair, padat, dan gas. Contoh: limbah industri rumah
tangga, pertanian, pertambangan (cair), sampah (padat), asap kendaraan
bermotor atau pabrik (gas).
7
unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai sumber lingkungan hidup. Pada pasal 20 UU PPLH
dinyatakan bahwa penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur
melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup meliputi :
a. Baku mutu air;
b. Baku mutu air limbah;
c. Baku mutu air laut;
d. Baku mutu udara ambient;
e. Baku mutu emisi;
f. Baku mutu gangguan; dan
g. Baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
8
langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup yang
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan
bakumutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.
Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan,
dayatoleransi dan daya tenggang, atau istilah asingnya disebut carrying
capacity. Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang
batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya
toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau
terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen
lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya
yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan
yang telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang
telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan
bahwa lingkungan tersebut telah tercemar. Adanya peraturan perundangan
(nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu serta peruntukan
lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena
toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah)
dapat ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang
batas (NAB) atau telah melampaui.
Agar dapat ditentukan telah terjadi kerusakan lingkungan hidup perlu
ditetapkan baku mutu lingkungan, baik penetapan kriteria kualitas lingkungan
hidup maupun kualitas buangan atau limbah. Kriteria dan pembakuan ini
dapat berbeda untuk setiap lingkungan, wilayah atau waktu mengingat akan
perbedaan tata gunanya. Perubahan keadaan lingkungan setempat serta
perkembangan teknologi akan mempengaruhi kriteria dan pembakuan yang
telah ditetapkan.
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke
lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas
9
lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang
dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku
mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali.
Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:
1) Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang
harusdilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai).
2) Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan
kumpulan dan pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.
3) Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.
4) Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan
yangakan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah
ditetapkan.
5) Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai
apakah objektif yang telah ditetapkan tercapai.
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga
mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan
bagi manusia. Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam
hal menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau
pabrik dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu:
1) Effluent Standard
Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang
diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan.
2) Stream Standard
Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu,
seperti sungai,waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini
didasarkan pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya.
10
2.3.1 Baku mutu air
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam
air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku
mutu air.
Untuk setiap kegiatan yang membuang limbah cair ke dalam air pada
sumber air ditetapkan mutu limbah cairnya, dengan pengertian :
a. Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air
tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan,
dan
b. Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air
penerima limbah tersebut
11
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
12
dari keadaan
alamiahnya
Residu mg/L 1000 1000 1000 2000
Terlarut
Residu mg/L 50 50 400 400 Bagi
Tersuspensi pengolahan
air minum
secara
konvesional,
residu
tersuspensi≤
5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Ph 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila
secara
alamiah
diluar
rentang
tersebut,
maka
ditentukan
berdasarkan
kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas
minimum
Total mg/L 0,2 0,2 1 5
Fosfat sbg
P
13
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi
perikanan,
kandungan
ammonia
bebas untuk
ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Cadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvensional
, Cu ≤ 1
mg/L
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvensional
, Fe ≤ 5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi
pengolahan
air minum
14
secara
konvensional
,Pb ≤ 0,1
mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi
pengolahan
air minum
secara
konvensional
,Zn ≤ 5 mg/L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi
sebagai N pengolahan
air minum
secara
konvensional
, NO2_N ≤ 1
mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM
bebas tidak
dipersyaratka
n
Belereng mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi
sebagai pengolahan
H2S air minum
secara
konvensional
15
, S sebagai
H2S
MIKROBIOLOGI
Fecal Jml/10 100 1000 2000 2000 Bagi
coliform 0 ml pengolahan
Total Jml/10 1000 5000 1000 1000
air minum
coliform 0 ml 0 0
secara
konvensional
, fecal
coliform ≤
2000 jml /
100 ml dan
total coliform
≤ 10000
jml/100 ml
RADIOAKTIVITAS
Gross A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan ug/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergen ug/L 200 200 200 (-)
sebagai
MBAS
Senyawa ug/L 1 1 1 (-)
fenol
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Diel ug/L 17 (-) (-) (-)
drin
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
dan
16
Heptachlor ug/L
epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyclo ug/L 35 (-) (-) (-)
r
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
17
5) Hidrogen sulfida;
6) Hidrokarbon;
7) Amoniak;
8) Timah hitam/timbal;
9) Debu.
Baku mutu udara ambien
Parameter Baku mutu Waktu
SO 2 ug/ M 3 (ppm) 260 (0,1) 24 jam
3
CO ug/ M (ppm) 2.260 (20) 8 jam
NO X ug/ M (ppm)
3
92.5 (0.05) 24 jam
O 3 ug/ M (ppm)
3
200 (1.0) 1 jam
3
Debu ug/ M (ppm) 260 24 jam
3
Pb ug/ M (ppm) 60 24 jam
H 2 S ug/ M (ppm)
3
42 (0.03) 30 menit
NH 3 ug/ M (ppm)
3
1.360 (2) 24 jam
3
HC ug/ M (ppm) 160 (0.24) 3 jam
(KepMen KLH.No.02/MENKLH/1998):9
Baku mutu udara emisi
18
Gas klorin 0,20 0,25 0,30 gHCL/ Nm3
Hydrogen klorida 0,40 0,50 0,60 gmHCL/ Nm3
Flour asal hydrogen 0,02 0,02 0,02 gm asal hidrogenflorida/
florida atau senyawa Nm3
anorganik flourida
Timah hitam 0,025 0,025 0,04 gm/ Nm3
Gas-gas asam 3,50 6,00 7,50 gm SO3/Nm3 dari
buangan gas
Seng 0,10 0,10 0,15 gm/Nm3
Air raksa 0,01 0,10 0,15 gm/Nm3
kadmium 0,015 0,015 0,025 gm/Nm3
arsen 0,025 0,025 0,04 gm/Nm3
19
Keterangan:
BPA = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per
hari
(CA)j = kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l
DA = debit limbah cair sebeanarnya, dinyatakan dalam liter/detik
f = factor konversi (0.086)
20
a. Beban maksimum yang diperbolehkan = 4.3 kg/hari/ha
Data lapangan
a. Kadar BOD hasil pengukuran (CA) = 60 mg/liter
b. Debit hasil pengukuran (DA) = 1000 liter/detik
c. Luas lahan kawasan terpakai (A) = 1500 ha
Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk
kawasan industry tersebut adalah :
BPM = Cm x Dm x f x A
= 50 x 1 x 0.086 x 1500
= (4.3 kg/hari/ha) x 1500 ha
= 6450 kg/hari
Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industry
tersebut adalah :
BPA = CA x DA x f
= 60 x 1000 x 0.086
= 5160 kg/hari
Dari contoh diatas BPA (5160 kg/hari) lebih kecil daripada BPM (6450
kg/hari), jadi untuk parameter BOD kawasan tersebut memenuhi Baku
Mutu Limbah Cair.
21
1) Sebagai alat evaluasi bagi badan – badan yang berwenang atas mutu
lingkungan suatu daerah atau kompartemen tertentu. Jika, misalnya
kualitas yang terjadi telah berbeda dengan hal yang dikehendaki, maka
sebenarnya disana diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan mutu
lingkungan itu sendiri.
2) Berguna sebagai alat pentaatan hukum administratif bagi pihak-pihak
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, seperti perusahaan
industri, usaha agrobisnis, perikanan, peternakan dan lain-lain untuk
mengontrol tingkat pencemaran, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya
preventif.
3) Dapat berguna bagi pelaksanaan AMDAL yang merupakan konsep
pengendalian lingkungan sejak dini.
4) Sebagai alat control untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan
perizinan (lisence management. Bila misalnya, parameternya telah
melewati ambang batas yang ditolerir, maka dapat dianggap telah
melanggar ketentuan perizinan. Dengan demikian, BML dapat berfungsi
sebagai hukum administratif.
5) Dapat berguna bagi penentuan telah terjadinya pelanggaran hukum pidana,
terutama dalam penentuan pelanggaran delik formal. Bilamana ketentuan
BML dilanggar, berarti telah dipandang sebagai delik lingkungan.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pencemaran lingkungan adalah masuknya tau dimasukannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponene lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang di
peruntukannya
Baku mutu lingkungan hidup merupakan ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsure
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu
sebagai sumber lingkungan hidup.
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambient.
Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum
dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan
ke dalam udara ambient.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dwijayanti, Ummi Nur Afinni. 2020. Perubahan Lingkungan.
Malang:CV.Multimedia Edukasi
Sukandarrumidi, Fivry Wellda dan Arie Noor. 2018. Georoksikologi.
Jogjakarta:UGM PRESS
Sumantri,Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Depok:Kencana
Wijoyo, Suparto. 2017. Hukum Perlindungan Lingkungan Hidup.
Surabaya:Airlangga University Press
Sumampouw, Oksfriani Jufri dan Yenni Risjani. 2018. Indikator Pencemaran
Lingkungan. Yogyakarta:DEEPUBLISH
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.
Jakarta:Erlangga
Machdar,Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran.
Yogyakarta:DEEPUBLISH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan
Hidup Nomor 02 Tahun 1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Hidup
https://www.academia.edu/9037423/baku_mutu_lingkungan
24