Anda di halaman 1dari 13

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan makhluk hidup lainnya sering terpapar/terpajan (exposed) banyak jenis
bahan alami maupun bahan buatan manusia. Jenis bahan tersebut ada yang bersifat racun
ataupun aman. Keracunan berarti keadaan dimana tubuh seseorang sedang mengalami
gangguan diakibatkan suatu zat atau bahan kimia yang tentunya bersifat racun atau tidak
aman. Bahan atau zat yang beracun ini disebut toksik, sedangkan ilmu yang mempelajari
batas aman dari bahan kimia adalah toksikologi (Casarett and Doulls, 1996). Toksikologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena
berhubungan dengan adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat
kimia. Kebutuhan akan toksikologi lingkungan diperlukan untuk mengetahui macam-macam
toksikologi lingkungan, sumber-sumber dari toksikologi lingkungan dilihat dari sudut
pandang substansi kimia, dan dampak yang ditimbulkan baik bagi manusia, makhluk hidup
maupun lingkungan tersebut.
Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan dengan
adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia. Beberapa bahasan
yang dibahas dalam toksikologi lingkungan umumnya yang berhubungan dengan uji
toksisitas, yaitu menggunakan pengujian zat kimia terhadap makhluk hidup. Toksikologi
lingkungan juga membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat kimia dan daya
racunnya yang mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data tentang pengaruh
fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat dipergunakan sebagai
rujukan dan pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian tubuh makhluk hidup yang
dipengaruhi oleh daya racun suatu zat kimia.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses Modernisasi
yang menaikan harga konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat, dengan demikian
industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan
resiko toksikologis.
2

Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini
tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko
pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksut dengan toksikologi lingkungan?

2.Sebutkan macam-macam toksikologi ?

3.Sebutkan zat-zat yang mengandung toksik dilingkungan?

C. Tujuan

1. mengetahui dan memahami yang dimaksut dengan toksikologi lingkungan

2. mengetahui dan memahami macam-macam toksikologi

3. mengetahui dan memahami zat-zat yang mengandung toksik dilingkungan

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi toksikologi khususnya di
lingkungan.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Toksikologi

Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang racun. Dan
racun dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat menyebabkan efek yang berbahaya bagi
makhluk hidup; racun merupakan zat yang bekerja di dalam tubuh secara kimiawi dan
fisiologis yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau
mengakibatkan kematian. Sifat bahan kimia dari racun apabila masuk ke jaringan tubuh
manusia akan mampu merusak sel darah merah dan sistem saraf. Mengikuti postulat
Paracelsus, suatu zat dikatakan beracun atau tidak bergantung pada seberapa banyak bahan
atau zat tersebut. Sehingga di dalam toksikologi industri yang penting adalah menyatakan
seberapa banyaknya sebagai taksiran beracun tidaknya suatu zat tertentu. Toksikologi juga
mencakup studi mengenai efek-efek berbahaya yang disebabkan oleh fenomena fisik
(Hodgson, 2004: 3).

B. Macam – Macam Toksikologi

Toksikologi sangat sangat luas cakupannya. Toksisitas menangani studi efek toksik di
berbagai bidang, Lu (1995) mengelompokkan dalam empat bidang, yaitu :
a.Bidang kedokteran untuk tujuan diagnostic, pencegahan dan terapeutik
b.Bidang industry makanan sebagai zata tambahan baik langsung maupun tidak
langsung
c.Bidang pertanian sebagai pestisida zat pengatur pertumbuhan, zat tambahan pada
makanan hewan.
d.Bidang industri kimia sebagai pelarut komponen Loomis (1979) berdasarkan
aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
a. Toksikologi Lingkungan
b. Toksikologi Ekonomi
c. Toksikologi Forensik
Dalam perkembangannya toksikologi mengalami perkembangan, sehingga dijumpai
subdisplin ilmu selain tiga diatas, antara lain: toksikologi analis, toksikologi klnik,
toksikologi kerja,toksikologi hukum, toksikologi mekanistik dan lain-lain.
4

Sedangkan toksikologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu toksikologi yang


membahas mengenai efek-efek toksikan (racun) lingkungan terhadap kesehatan (makhluk
hidup) dan lingkungan. Studi toksikologi lingkungan terkait dengan pertanyaan bagaimana
toksikan lingkungan, melalui interaksinya dengan manusia, hewan, dan tanaman,
memengaruhi kesehatan dan keselamatan organisme hidup tersebut (Yu, 2005: 1). Dapat
dikatakan, toksikologi lingkungan adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat,
penyebaran dan perilaku zat racun (polutan) di dalam lingkungan, serta efeknya terhadap
flora, fauna dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 1).

Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi
lingkungan adalah menyangkut masalah: (1) sumber racun—termasuk jenis, jumlah dan
sifatnya; (2) distribusi di dalam media udara, tanah dan air; (3) dan efek toksisitasnya
terhadap flora, fauna (liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska,
2006: 8).

Toksikologi lingkungan merupakan suatu ilmu multidisipliner yang meliputi sejumlah


ranah studi yang bermacam-macam, seperti genetika, biologi, kimia (organik, analitis dan
biokimia), anatomi, ilmu tanaman, geologi, ilmu kesehatan publik, fisiologi, mikrobiologi,
ekologi, ilmu tanah, hidrologi, ilmu atmosfer, ilmu statistik, dan ilmu hukum (Yu, 2005: 6).

Toksikologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua subkategori: toksikologi kesehatan


lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan lingkungan dapat didefinisikan
sebagai studi mengenai efek-efek merugikan dari bahan-bahan kimia lingkungan terhadap
kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi merupakan studi yang membahas efek-efek
kontaminan lingkungan terhadap ekosistem dan unsur-unsur pokok yang ada di dalam
ekosistem (i.e. ikan, burung, margasatwa, dll) (Leblanc, 2004 :464).
5

BAB III
PEMBAHASAN

A. Toksikologi Lingkungan
Toksikologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu toksikologi yang membahas
mengenai efek-efek toksikan (racun) lingkungan terhadap kesehatan (makhluk hidup) dan
lingkungan. Studi toksikologi lingkungan terkait dengan pertanyaan bagaimana toksikan
lingkungan, melalui interaksinya dengan manusia, hewan, dan tanaman, memengaruhi
kesehatan dan keselamatan organisme hidup tersebut (Yu, 2005: 1). Dapat dikatakan,
toksikologi lingkungan adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, penyebaran dan
perilaku zat racun (polutan) di dalam lingkungan, serta efeknya terhadap flora, fauna dan
manusia (Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 1).

Ruang lingkup dan komponen primer yang dipelajari dalam ilmu toksikologi
lingkungan adalah menyangkut masalah: (1) sumber racun—termasuk jenis, jumlah dan
sifatnya; (2) distribusi di dalam media udara, tanah dan air; (3) dan efek toksisitasnya
terhadap flora, fauna (liar), tanaman, hewan ternak, dan manusia (Sudarjat & Siska Rasiska,
2006: 8).

Toksikologi lingkungan merupakan suatu ilmu multidisipliner yang meliputi sejumlah


ranah studi yang bermacam-macam, seperti genetika, biologi, kimia (organik, analitis dan
biokimia), anatomi, ilmu tanaman, geologi, ilmu kesehatan publik, fisiologi, mikrobiologi,
ekologi, ilmu tanah, hidrologi, ilmu atmosfer, ilmu statistik, dan ilmu hukum (Yu, 2005: 6).

Toksikologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua subkategori: toksikologi kesehatan


lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan lingkungan dapat didefinisikan
sebagai studi mengenai efek-efek merugikan dari bahan-bahan kimia lingkungan terhadap
kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi merupakan studi yang membahas efek-efek
kontaminan lingkungan terhadap ekosistem dan unsur-unsur pokok yang ada di dalam
ekosistem (i.e. ikan, burung, margasatwa, dll) (Leblanc, 2004 :464).

Toksisitas senyawa kimia didefinisikan sebagai kemampuan senyawa kimia


mengakibatkan bahaya terhadap metabolise jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal dari
zat atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan secara alamiah atau yang sengaja
dibuat oleh manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun kebanyakan berasal dari aktivitas
manusia dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Senyawa kimia beracun juga dapat hadir di
6

dalam lingkungan secara alamiah. Kehadiran zat kimia beracun alamiah di dalam lingkungan
diasumsikan akan selalu konstan,kecuali ditambah oleh aktivitas manusia seperti penambahan
logam beracun kedalam lingkungan oleh kegiatan-kegiatan industry dan kemajuan teknologi.
Pengaruh kehadiran berbagai jenis zat kimia beracun tersebut di dalam lingkungan mungkin
dapat diketahui dengan cepat,akan tetapi pengaru negative pada umumnya baru diketahui
setelah masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup lama.
Kehadiran zat kimia beracun alamiah mungkin dapat semakin meningkat atau bahkan
semakin menurun, tergantung kondisi lingkungan. Sebagai contoh, jumlah bakteri dan jamur
yang mengkotaminasi makanan saat ini mungkin semakin berkurang sesuai dengan
tersedianya peralatan yang dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri dan jamur. Akan
tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini juga memungkinkan akan munculnya
species baru yang atahan terhadap berbagai kondisi anti bakteri dan anti jamur baru yang
sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat meningkatkan jumlah racun alamiah di
dalam lingkungan. Beberapa senyawa kimia beracun alamiah dan pengaruh toksiknya
terhadap makhluk hidup yang suda diidentifikasi seperti pada tabeldi bawah ini :
NO Pengaruh Toksik
Jenis Racun Kehadiran di dalam Pasti Diduga
1 Logam Pb, Hg, Air, makanan dan Inhibitor enzim, sel Karsigonenik,
As, Sb, Cu, Cr, debu atmisfer racun. Efekneurology.
Mn, Se, Ni.
2 Gas CO, NO2, Sedikit do atmosfer Iritasi pada paru-paru
SO2, SO3. dan mata
3 Alkaloid, Pada sayuran,jumlah Efek toksik
peptide, protein besar pada tumbuhan
sterol. beracun
4 Bakteri toksin Di dalam makanan Racun
terkontaminasi
5 Jamur toksin Di dalammakanan Keracunan hati Karsinogenik
fermentasi
6 Radioaktif Di dalam udara, air Mutasi Karsinogenik,
(bukan dan makanan dalam leukaemia.
senyawa) jumlah kecil.

B. Senyawa Beracun dan Lingkungan

Keracunan yang berasal dari zat atau senyawa kimia sudah dikenal sejak ratusan
tahun lalu. Misalnya racun yang berasal dari bisa ular, gigitan serangga dan dari tanaman
telah lama dikenal sehingga pengetahuan untuk menghindari keracunan atau masuknya racun
kedalam tubuh telah menjadi bagian strategi dari makhluk hidup untuk bertahan hidup di
7

dalam lingkungan. Study terhadap racun tanaman untuk bahan obat telah dikembangkan sejak
abad ke-19, dan pada saat ini perhatian terhadap bahan kimia beracun ini selalu dihubungkan
dengan fenomena polusi lingkungan dan toksikologi. Secara umum jumlah zat kimia yang
terdapat di dalam lingkungan yang berasal dari aktivitas manusia sangat sulit diketahui,
namun dari berbagai sumber penggunaan diperkirakan bahwa lingkungan suatu saat akan
penuh dengan racun yang berasal dari zat kimia seperti diilustrasikan pada tabel berikut :

C. Sifat Alami Lingkungan


Secara alami terdapat berbagai macam senyawa kimia di alam yang berpotensi
mempunyaiefek toksik. Keberadaan dari masing-masing senyawa tersebut umumnya tidak
meninmbulkan resiko berbahaya bagi organism hidup, namun interaksi dari zat kimia tersebut
terkadang menimbulkan resiko, seperti kabut fitokimia.
Kabut fitkokimia umumnya terbentuk di daerah kota dengan iklim panas dan kering
penuh dengan polusi udara gas buangan mesin industri dan kendaraan bermotor. Pada
temperatur normal gas Nitrogen dan Oksigen yang mengisi sebagian besar udara di atmosfer
tidak bereaksi satu sama lain. Pada temperature tinggdi di dalam mesin kendaraan bermotor,
mereka saling bereaksi membentuk Nitrogen Oksida (NO). Segera di atmosfer NO bereaksi
dengan Oksigen membentuk NO2 suatu gas berwarna coklat kekuningan dengan bau yang
tidak mengenakkan. Gas inilah yang menyebabkan kabut kecoklatan di daerah perkotaan.
Kondisi iklim lingkungan memberi efek yang besar terhadap resiko dari toksisitas toksikan di
lingkungan. Seperti disebutkan sebelumnya pada kabut fitokimia, dimana iklim dan radiasi
sinar UV dari cahaya matahari merupakan faktor penentu. Namun disisi lain sinar UV
diperlukan untuk mempercepat reaksi degradasi senyawa organik di alam dan juga sinar UV
diperlukan untuk membunuh mikrobakteri patogen dan virus di alam bebas.

D. Klasifikasi Bahan-bahan Toksik

Sejumlah klasifikasi bahan-bahan toksik:

1. Berdasarkan organ targetnya: hati, ginjal, sistem hematopoetik, dlsb.


2. Berdasarkan penggunaannya: pestisida, solven/pelarut, zat aditif makanan, dll.
3. Berdasarkan sumbernya: toksin tumbuhan, zootoksin, polutan, kontaminan, dll.
4. Berdasarkan efeknya: kanker, mutasi, kerusakan hati, dll.
8

5. Berdasarkan keadaan fisiknya: gas, debu, cair logam-logam, radiasi, panas, getaran,
dll.
6. Berdasarkan keperluan labelnya: mudah meledak, mudah terbakar, menyebabkan
iritasi, radioaktif, mudah menyala, oksidiser, dll.
7. Berdasarkan kandungan kimianya: aromatic amine, halogenated hydrocarbon, dll.
8. Berdasarkan mekanisme biokimiawi: sulfhydril inhibitor, prosedur methemoglobin.

E. Sejumlah Definisi yang Berhubungan dengan Klasifikasi Bahan Toksik

1. Polusi: pencemaran tanah, air, makanan, atau atmosfer yang disebabkan oleh
sejumlah campuran bahan-bahan yang berbahaya.
2. Polutan: sejenis bahan (zat) kimia yang terdapat di lingkungan dalam jumlah tertentu
yang sebagiannya merupakan hasil dari aktivitas manusia—berupa gas, padatan,
cairan—yang dapat mencemari lingkungan (polusi). Sifat polutan ini dapat merusak
secara sementara dan dapat merusak dalam jangka waktu yang lama.
3. Kontaminan: zat yang hadir dalam lingkungan yang bukan tempatnya atau berada
dalam tingkat yang dapat membahayakan kesehatan (akibat adanya aktivitas
manusia); zat (asing) hadir dalam atau pada material dan mempengaruhi satu atau
lebih sifat-sifat bahan. Kontaminan dapat ditemukan di tanah, tanaman, air, udara,
hewan laut, hewan darat, dan burung.
4. Toksin: racun atau suatu zat tunggal yang dihasilkan dari suatu organisme yang dapat
bercampur dengan fisiologis normal. Sebagian besar toksin termasuk zat eksogenus
yang dihasilkan oleh suatu organisme untuk memberikan efek merugikan terhadap
organisme lain.
5. Venom: Zat sekresi yang mengandung suatu campuran zat bioaktif, yaitu enzim,
toksin, neurotransmitter, dll; senyawa organik kompleks yang mengandung sejumlah
besar senyawa kimia yang bersifat racun, seperti protein, enzim, polipeptida. Venom
digunakan untuk menangkap mangsa dan sebagai suatu zat kimia pertahanan untuk
melawan predator lain.
6. Xenobiotik: senyawa kimia yang tidak dihasilkan secara alami dan secara normal
dapat menjadi bagian komponen dari sistem biologi—termasuk di dalamnya adalah
pelbagai jenis kontaminan, seperti pestisida, pupuk, logam yang bersenyawa, zat
nuklir, kosmetik, obat-obatan (Rasiska, 2013: 25-29).
9

F. Proses Toksik Zat Racun di Dalam Lingkungan

Terdapat tiga fase dalam proses toksik senyawa racun di dalam lingkungan, yakni (1)
fase eksposur/pendedahan (exposure phase), (2) fase kinetik (kinetic phase), (3) fase dinamik
(dynamic phase). Fase pendedahan adalah fase dimana zat racun mulai keluar dari
sumbernya. Fase ini meliputi cara bagaimana lingkungan terkontaminasi oleh bahan
pencemar, termasuk kondisi sumber pencemar (racun). Fase kinetik didefinisikan sebagai
fase ketika zat racun mulai menyebar pada medium fisik, seperti tanah, air dan udara. Fase
dinamik adalah fase dimana zat racun sudah mulai berinteraksi dengan traget serta
menimbulkan efek terhadap target atau reseptor (flora, fauna, ataupun manusia).

 Parameter Tiap Fase


 Fase Eksposur
1. Apakah sumber racun tersebar atau tidak.
2. Kondisi sumber tercemar (static sources: industri dan pemukiman penduduk;
mobile sources: transportasi—e. mobil, motor, kereta api, bus, kapal laut, dll.).
3. Jenis emisi (zat yang dikeluarkan).
4. Jumlah emisi—termasuk frekuensi dan luas yang tertutup oleh emisi.

 Fase Kinetik (Beberapa kondisi yang dialami polutan pada fase kinetik)

1. Pengikatan di dalam tanah.


2. Tingkat kelarutan di dalam air (pelarutan bahan pencemar).
3. Konversi senyawa secara fisiko-kimiawi.
4. Konversi oleh biologis.
5. Parameter iklim/cuaca (peruraian polutan oleh alam)

 Fase Dinamik (Meliputi efek toksisitas [akut dan kronik] dari bahan pencemar)

A. Mengenai efek toksisitasnya.


B. Penyerapan polutan oleh organisme.
C. Perpindahan polutan dalam tubuh organisme.
D. Transformasi polutan dalam tubuh organisme.
E. Pengeluaran polutan dari tubuh organisme.
10

G. Karakteristik Zat Toksik

Terdapat perbedaan antara zat toksik yang dihasilkan secara alami dengan yang buatan
manusia: (1) Pada umumnya, jumlah zat toksik yang berasal dari alam lebih sedikit
ketimbang buatan manusia; dan (2) penyebaran dan efek yang ditimbulkan dari sumber zat
toksik yang berasal dari alam bersifat global, sedangkan toksik buatan manusia bersifat
lokal—i.e. hanya berada di areal industri ataupun pemukiman yang terjangkau efek
merugikan dari penggunaan zat toksik tersebut.

Karakteristik penting lainnya dari zat toksik: (1) biokonsentrasi, (2) bioakumulasi, (3)
biomagnifikasi, (4) biotransformasi. Biokonsentrasi adalah karakteristik polutan yang dapat
terkandung atau terkonsentrasi secara biologis, yang tingkat konsentrasinya di suatu bagian
ekosistem akan lebih besar ketimbang bagian ekosistem lainnya.

Bioakumulasi adalah proses akumulasi kimia oleh organisme yang secara dari lingkungan
abiotik (air, tanah, udara, dan dari sumber makanan). Zat kimia yang ada di lingkungan
terakumulasi di dalam tubuh organisme melalui difusi pasif. Biomagnifikasi adalah proses
perpindahan zat kimia melalui rantai makanan di dalam tingkatan tropik; proses penambahan
konsentrasi polutan secara suksesif di dalam tingkatan tropik tertinggi dalam rantai makanan.

Biotransformasi merupakan satu dari dua mekanisme umum dalam mengurangi kadar
toksik di lingkungan melalui organisme. Ada dua kelas dalam reaksi biotransformasi: (1)
reaksi katabolik atau reaksi memecah, dan (2) reaksi sintetik yang menghasilkan metabolik.

H. Tingkatan Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana organisme


hidup, zat, energi dan/ atau sejenis komponen asing masuk atau dimasukkan ke dalam
lingkungan dan/atau terjadinya perubahan kondisi lingkungan oleh aktivitas manusia ataupun
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun hingga ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak nyaman dan sesuai bagi makhluk hidup
(Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 12-13).

Menurut Wright & Olson (1974, seperti dikutip Sudarjat & Siska Rasiska, 2006: 13),
tingkatan pencemaran lingkungan dapat dibagi ke dalam enam tingkatan, yaitu (1) tingkat
11

tambahan lingkungan (enviromental addition), (2) tingkat kontaminan lingkungan


(enviromental contaminant), (3) tingkat bahaya lingkungan (enviromental hazard), (4)
tingkat polutan lingkungan (enviromental pollutant), (5) tingkat polusi berbahaya (dangerous
pollution), (6) tingkat bencana/ polusi katastrofik (catastrophic pollution)

I. Contoh-contoh bahan menyebabkan toksik pada lingkungan


1. Makanan
- Boraks
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium
tetraboratedecahydrate (Na2B4O7·10H2O) merupakan bahan pengawet yang
dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan
pengontrol kecoa. Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap
organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Bila mengkonsumsi makanan
yang mengandung boraks tidak langsung berakibat buruk terhadap kesehatan,
tetapi senyawa tersebut diserap dalam tubuh secara kumulatif, disamping melalui
saluran pencernaan boraks dapat diserap melalui kulit. Konsumsi boraks yang
tinggi dalam makanan dan diserap dalam tubuh akan disimpan secara akumulatif
dalam hati otak dan testis serta akan menyebabkan timbulnya gejala pusing,
muntah, mencret dan kram perut. Boraks dapat mempengaruhi alat reproduksi,
selain itu juga dapat mempengaruhi metabolisme enzim (BPOM,2004).
- Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
lain dari formalin adalah Formol,Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formal dehyde, dan Formalith.(Astawan,Made,2006).
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui
sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk
pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti
ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab.
12

Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar,
ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat,
tidak semua produk pangan mengandung formalin
- Sakarin
Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium
sakarin rumus kimia (C7H5NOS)dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,
mudah larut dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini
mempunyai tingkat kemanisan 550 kali gula biasa. Sakarin yang dikonsumsi akan
menyebabkan ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dalam
tubuhsehingga terjadi peningkatan radikal bebas atau yang dikenal sebagai
reactive oxygen species(ROS)(Winarsi, 2011).

2. Obat – obatan
- Arsenik
Pada mulanya, Arsenik digunakan sebagai zat komposisi dalam pembuatan
obat-obatan. Zat yang masuk ke dalam kategori racun ini dapat mengobati
penyakit kulit seperti bisul hingga sifilis. Akan tetapi penggunaan yang lebihi
aturan dosis yang sudah ditentkan akan menyebabkan seseorang yang terkena
racun jenis ini akan mengalami muntah-muntah, kejang, pusing dan beberapa jam
kemudian dapat menyebabkan kematian.
- Natrium Sianida
Sianida termasuk ke dalam kategori racun karena merupakan zat kimia yang
bukan dari sel organisme. sianida memiliki kadar bahaya yang sangat tinggi. Zat
sianida dapat berupa gas, serbuk, dan kristal. Baunyapun cukup mudah dideteksi,
hampir menyerupai bau kacang-kacangan almond dan ada bau menyengat yang
terkesan pahit. Terpapar zatnya saja bisa menyebabkan pusing, mual dan muntah-
muntah.
13

DAFTAR PUSTAKA

- Hodgson, Ernest, “Introduction to Toxicology”, in Hodgson, Ernest (ed.).


2004. A Textbook of Modern Toxicology (third edition). New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken. p. 1-8.

- Rasiska, Siska. 2013. Memahami Permasalahan di Lingkungan dan Produk


Pertanian (modul ajar). Jatinangor: Universitas Padjadjaran, Fakultas
Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Hlm. 1-19 & 29-40.

- Sudarjat dan Siska Rasiska. 2006. Toksikologi Lingkungan dan Produk


Pertanian (bahan ajar). Jatinangor: Universitas Padjadjaran, Fakultas
Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Hlm. 1-22.

- Yu, Ming-Ho. 2005. Environmental toxicology: Biological and Health Effects


of Pollutants (second edition). New York: CRC Press. p. 1-10.

- Hodgson, E and Levi, P.E,(2000), “A Textbook of Modern Toxicology”,


2scEd., Mc Graw Hill Co, Singapore,p.389-430

- Loomis, T.A, 1978, Toksikologi Dasar , Donatus, A.(terj) IKIP Semarang


Pres, Semarang

- Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar,Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian


Resiko,Nugroho E.(terj),UI Press, Jakarta

- Pagoray,H. (2001),” Kandungan Merkuri dan Kadmium Sepanjang Kali


Donan Kawasan Industri Cilacap”, Frontir

Anda mungkin juga menyukai