Dosen Pembimbing :
Rina Saputri, M.Farm., Apt
Agnes Christie Rinda, M.Farm., Apt
Muhammad Ramadhan, M.Farm., Apt
Nama Kelompok 13 :
Suvana Devi (F.16.078)
Talitha Cresentia Rahma (F.16.079)
Vina Amrina (F.16.080)
Kelas Farmasi B
Farmakologi Immunologi
Biologi Patologi
Matematika Kesehatan
Fisiologi
Masyarakat
Pencemaran lingkungan
Suatu kejadian lingkungan yang tidak diinginkan, yang dapat
menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan yang mungkin dapat
gangguan kesehatan lingkungan bahkan kematian organisme dalam
ekosistem. Pencemaran terjadi karena saat senyawa-senyawa yang
dihasilkan dari kegiatan manusia ke lingkungan, menyebabkan perubahan
yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis, dan estetis. Selain
manusia tentu saja makhluk hidup lainnya juga melepaskan limbah ke
lingkungan, umumnya dianggap sebagai sebagian dari sistem alamiah,
apakah limbah tersebut memberikan pengeruh buruk atau tidak. Sehingga
pencemaran biasanya dianggap terjadi sebagai hasil dari tindakan manusia.
Dengan demikian proses-proses alamiah dapat terjadi dalam lingkungan
alamiah yang sangat mirip dalam proses-proses pencemaran.
Pencemaran lingkungan (environmental pollution) merupakan satu
dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan.
Undang-undang R.I.No 23 tahun1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan :
Secara umum persistensi dapat diartikan sebagai waktu tinggal suatu zat
kimia dalam lingkungan (tanah, air, dan udara), atau atau sebagai waktu
paruh dari degrasi zat kimia di lingkungan. Dalam tabel terlihat berbagai
paruh waktu beberapa zat kimia lingkungan. Kelompok pestisida yang
paling persisten adalah insektisida hidrokarbon terklorinasi, seperti DDT,
PCBs, dan TCDD. DDT dan insektisida hidrokarbon terklorinasi, seperti
lidane, aldrin/dieldrin, dan heptaklor, telah digunakan sejak lama dan
terbukti tidak baik untuk lingkungan sebab terus mereka menetap pada
lingkungan, berkecenderungan berakumulasi pada jaringan-jaringan
organisme hidup, dan efek yang merugikan pada organisme bukan sasaran.
Campuran insektisida ini secara kimia sangat stabil, yaitu mereka tidak
cepat terurai di lingkungan, jaringan hewan dan tumbuhan. Kenyataannya
mereka tetap bertahan dan tidak berubah di dalam tanah dan air untuk
jangka waktu berpuluh-puluh tahun, serta selalu siap dimakan oleh
organisme. Melalui proses biokonsentrasi, mereka terakumulasi pada
jaringan tumbuhan dan hewan, dan berpotensi berbahaya pada rantai
makanan. Seperti disebutkan di atas, penguraian zat kimia di lingkungan
berlangsung melalui proses biotik dan abiotik.
Proses Bioakumulasi
Persistensi suatu zat kimia di lingkungan bukan hanya salah satu
faktor penyumbang masalah pada toksikologi lingkungan. Zat kimia tidak
akan memberikan efek merugikan bagi organisme jika dia tidak
memberikan efek yang merugikan bagi orgaisme jika dia tidak terabsorpsi
dan kontak dengan reseptor kerjanya. Sifat-sifat fisiko-kimia yang
berpengaruh pada proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi xenobiotika di
dalam tubuh organisme telah juga diuraikan panjang lebar. Salah satu
konsekuensi dari pelepasan dan penyebaran substansi pencemar di
lingkungan adalah penangkapan (uptake) dan penimbunan (accumulation)
oleh mahkluk hidup mengikuti alur rantai makanan (food chain).
Penagkapan (penyerapan) substansi pencemar sebagian besar melalui
proses difusi pasif, di mana lipofilitas zat kimia memegang peranan
penting dalam proses ini.
Pencemaran Udara
Pencemaran udara umumnya dapat diartikan sebagai udara yang
mengandung satu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup
tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan harta benda.
Polutan udara dapat dikelompokkan ke dalam kelompok yaitu :
polutan udara primer adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan
langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan
membahayakan. Pencemaran udara primer dapat berupa komponen udara
alamiah, seperti karbondioksidaa, yang meningkat jumlahnya sampai di
atas konsentrasi normalnya, atau sesuatu yang tidak biasanya terapat di
udara seperti senyawa timbal “Pb”. Politan udara sekunder adalah senyawa
kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia
diantaranya berbagai komponen di udara. Contoh pencemaran sekunder
adalah kabut fotokimia.
Pestisida
Dampak lingkungan penggunaan pestisida berkaitan berkaitan
dengan sifat mendasar yang penting terhadap efektivitasnya sebagai
pestisida, yaitu; 1) pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh
kelompok taksonomi biota, termasuk makhluk bukan-sasaran, sampai
batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis dan ekologis; 2)banyak
pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat
tahan dalam daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya
dapat diperkuat, namun sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh
jangka panjang dalam ekosistem alamiah.
C. Toksikologi Klinik
Keracunan
Tujuan utama dari analisis toksikologi forensik dalam penyidikan
kasus keracunan adalah berupaya memberikan jawaban terhadap
pertanyaan yang mungkin timbul selama berlangsungnya penyidikan atau
pada tahapan-tahapan peradilan lainnya. Pertanyaan tradisionil yang harus
dijawab adalah :
- Apakah orang itu diracun ?
- Bagaimana identitas racunnya ?
- Bagaimana cara pemberiannya ?
- Bagaimana racun tersebut ?
- Apakah jumlah racun yang dikonsumsi orang tersebut cukup
berbahaya atau mematika ?
Racun yang sering menyebabkan keracunan dan simptomatisnya
Penyelidikan
Penyidikan
Bukti fisik
Penyelidikan Lanjutan
Pemberkasan
Persidangan
Sistematika proses penyidikan sampai ke persidangan.
Daftar Pustaka
Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian
Resiko, Nugroho, E.(terj). UI Press, Jakarta.
Mulia, M.R., 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.