Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI 2

CABANG ILMU TOKSIKOLOGI

Dosen Pembimbing :
Rina Saputri, M.Farm., Apt
Agnes Christie Rinda, M.Farm., Apt
Muhammad Ramadhan, M.Farm., Apt

Nama Kelompok 13 :
Suvana Devi (F.16.078)
Talitha Cresentia Rahma (F.16.079)
Vina Amrina (F.16.080)

Kelas Farmasi B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA


BANJARMASIN
2018
A. Cabang Ilmu Toksikologi
Menurut Lu (1995), toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk
hidup dan sistem biologik lainnya. Ia juga membahas penilaian kuantitatif
tentang berat dan kekerapan efek ini sehubungan dengan terpenjannya
makhluk hidup tadi.Penilaian akan bahaya bahan kimia industri, pencemar
lingkungan, dan bahaya lainnya bagi kesehatan merupakan unsur penting
dalam perlindungan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat. Bahan
efek toksik itu sendiri telah dimanfaatkan untuk mencari insektisida yang
efektif. Antheimintic, antimikroba, dan zat-zat yang digunakan dalam
perang kimia (Lu,1995).

Farmakologi Immunologi

Biologi Patologi

Kimia Toksikologi Fisiologi

Matematika Kesehatan
Fisiologi
Masyarakat

Lingkungan : Ekonomi (dari segi Forensik :


manfaat):
-Pencermaran -Aspek medikolegal
-Perkembangan obat, zat
-Akumulasi lingkungan -Diagnosis
tambahan pada
-Kesehatan lingkungan makanan dan pestisida. -Terapi
kerja

Gambar Hubungan ilmu dasar dan terapan dengan cabang toksikologi


(dimodifikasi dari LOOMIS 1979).

Toksikologi sangat luas cakupannya. Ia menangani penelitian


toksisitas di berbagai bidang, LU (1995) mengelompokkan ke dalam
empat bidang, yaitu :

- Bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan dan


terapeutik.
- Dalam industri makanan sebagai zat tambahan langsung maupun tidak
langsung.
- Dalam pertanian sebagai pestisida, zat pengatur pertumbuhan,
penyerbuk buatan dan zat tambahan makanan hewan
- Dalam indutri kimia sebagai pelarut, komponen, dan bahan antara bagi
plastic serta banyak jenis bahan kimia lainnya.

Di sini juga dipelajari pengaruh logam (misalnya dalam


pertambangan dan tempat peleburan), produk minyak bumi, kertas dan
pulva, tumbuhan beracun,dan racun hewan terhadap kesehatan (Lu, 1995).

LOOMIS (1979) berdasarkan aplikasinya toksikologi


dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni: toksikologi lingkungan,
toksikologi ekonomi, toksikologi forensik. Toksikologi lingkungan lebih
memfokuskan telaah racun lingkungan, seperti pencemaran lingkungan,
dampak negatif dari akumulasi residu dari senyawa kimia pada
lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, kesehatan lingkungan kerja.
Toksikologi ekonomi membahas segi manfaat dan nilai ekonomis dari
xenobiotika. Toksikologi forensik menekunkan diri pada aplikasi ilmu
toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi
forensik adalah analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif sebagai
bukti dalam tindakan kriminal (forensik) di pengadilan.
B. Toksikologi Lingkungan

Definisi Toksikologi Lingkungan


Toksikologi Lingkungan mempelajari dampak bahan kimia yang
berpotensi merugikan, yang terdapat sebagai polutan lingkungan, bagi
makhluk hidup. Istilah lingkungan mencakup seluruh keadaan disekitar
mikroorganisme induvidual, tetapi terutama udara, tanah, dan air.
Meskipun manusia dianggap sebagai spesies sasaran khusus, spesies lain
juga penting sebagai sasaran biologis potensial (Katzung, 2013).

Klasifikasi Umum Toksikologi Lingkugan


Toksikologi lingkungan umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok kajian, yaitu toksikologi kesehatan lingkungan dan
ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan lingkungan adalah melakukan
telaah tentang efek samping zat kimia di lingkungan terhadap kesehatan
manusia. Sedangkan ekotoksikologi memfokuskan diri pada telaah tentang
efek pencemaran lingkungan pada ekosistem dan konstituennya (seperti
ikan, dan satua liar).

Pencemaran lingkungan
Suatu kejadian lingkungan yang tidak diinginkan, yang dapat
menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan yang mungkin dapat
gangguan kesehatan lingkungan bahkan kematian organisme dalam
ekosistem. Pencemaran terjadi karena saat senyawa-senyawa yang
dihasilkan dari kegiatan manusia ke lingkungan, menyebabkan perubahan
yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis, dan estetis. Selain
manusia tentu saja makhluk hidup lainnya juga melepaskan limbah ke
lingkungan, umumnya dianggap sebagai sebagian dari sistem alamiah,
apakah limbah tersebut memberikan pengeruh buruk atau tidak. Sehingga
pencemaran biasanya dianggap terjadi sebagai hasil dari tindakan manusia.
Dengan demikian proses-proses alamiah dapat terjadi dalam lingkungan
alamiah yang sangat mirip dalam proses-proses pencemaran.
Pencemaran lingkungan (environmental pollution) merupakan satu
dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan.
Undang-undang R.I.No 23 tahun1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan :

“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk


hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
dengan sesuai dengan peruntukannya”.
Persistensi Zat Kimia di Lingkungan
Terdapat beberapa proses abiotik dan biotik di alam ini yang berfungsi
menguraikan zat kimia di lingkungan. Banyak zat kimia yang pada
awalnya berbahaya bagi lingkungan, namun melalui proses biotik dan
abiotik ini terjadi penurunan resiko toksisitasnya di lingkungan, karena
melalui proses ini waktu paruh toksikan di lngkungan relatif singkat.
Waktu paruh di lingkungan beberapa zat kimia kontaminan lingkungan

Kontaminan Waktu paruh Media

DDT 10 tahun Tanah

TDDC 9 tahun Tanah

Atrazin 25 bulan Air (pH=7)

Benzoperilen(PAH) 14 bulan Tanah

Fenantren(PAH) 138 hari Tanah


Karbofuran 45 hari Air (pH=7)

Secara umum persistensi dapat diartikan sebagai waktu tinggal suatu zat
kimia dalam lingkungan (tanah, air, dan udara), atau atau sebagai waktu
paruh dari degrasi zat kimia di lingkungan. Dalam tabel terlihat berbagai
paruh waktu beberapa zat kimia lingkungan. Kelompok pestisida yang
paling persisten adalah insektisida hidrokarbon terklorinasi, seperti DDT,
PCBs, dan TCDD. DDT dan insektisida hidrokarbon terklorinasi, seperti
lidane, aldrin/dieldrin, dan heptaklor, telah digunakan sejak lama dan
terbukti tidak baik untuk lingkungan sebab terus mereka menetap pada
lingkungan, berkecenderungan berakumulasi pada jaringan-jaringan
organisme hidup, dan efek yang merugikan pada organisme bukan sasaran.
Campuran insektisida ini secara kimia sangat stabil, yaitu mereka tidak
cepat terurai di lingkungan, jaringan hewan dan tumbuhan. Kenyataannya
mereka tetap bertahan dan tidak berubah di dalam tanah dan air untuk
jangka waktu berpuluh-puluh tahun, serta selalu siap dimakan oleh
organisme. Melalui proses biokonsentrasi, mereka terakumulasi pada
jaringan tumbuhan dan hewan, dan berpotensi berbahaya pada rantai
makanan. Seperti disebutkan di atas, penguraian zat kimia di lingkungan
berlangsung melalui proses biotik dan abiotik.

a) Degradasi abiotik, proses degradasi kimia secara abiotik umumnya


terjadi dengan melibatkan faktor pengaruh cahaya “fotolisis” dan air
“hidolisis”.
b) Degradasi biotik, adalah penguraian zat kimia di lingkungan secara
biokimia, umunya proses ini berlangsung sangat lambat dan degradasi
ini dapat berlangsung lebih cepat apabila dibantu oleh enzimatis dari
mikroorganisme (bakteri, jamur, protozoa, dan ganggang).

Proses Bioakumulasi
Persistensi suatu zat kimia di lingkungan bukan hanya salah satu
faktor penyumbang masalah pada toksikologi lingkungan. Zat kimia tidak
akan memberikan efek merugikan bagi organisme jika dia tidak
memberikan efek yang merugikan bagi orgaisme jika dia tidak terabsorpsi
dan kontak dengan reseptor kerjanya. Sifat-sifat fisiko-kimia yang
berpengaruh pada proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi xenobiotika di
dalam tubuh organisme telah juga diuraikan panjang lebar. Salah satu
konsekuensi dari pelepasan dan penyebaran substansi pencemar di
lingkungan adalah penangkapan (uptake) dan penimbunan (accumulation)
oleh mahkluk hidup mengikuti alur rantai makanan (food chain).
Penagkapan (penyerapan) substansi pencemar sebagian besar melalui
proses difusi pasif, di mana lipofilitas zat kimia memegang peranan
penting dalam proses ini.

Pencemaran Udara
Pencemaran udara umumnya dapat diartikan sebagai udara yang
mengandung satu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup
tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan harta benda.
Polutan udara dapat dikelompokkan ke dalam kelompok yaitu :
polutan udara primer adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan
langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan
membahayakan. Pencemaran udara primer dapat berupa komponen udara
alamiah, seperti karbondioksidaa, yang meningkat jumlahnya sampai di
atas konsentrasi normalnya, atau sesuatu yang tidak biasanya terapat di
udara seperti senyawa timbal “Pb”. Politan udara sekunder adalah senyawa
kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia
diantaranya berbagai komponen di udara. Contoh pencemaran sekunder
adalah kabut fotokimia.

Pestisida
Dampak lingkungan penggunaan pestisida berkaitan berkaitan
dengan sifat mendasar yang penting terhadap efektivitasnya sebagai
pestisida, yaitu; 1) pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh
kelompok taksonomi biota, termasuk makhluk bukan-sasaran, sampai
batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis dan ekologis; 2)banyak
pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat
tahan dalam daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya
dapat diperkuat, namun sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh
jangka panjang dalam ekosistem alamiah.
C. Toksikologi Klinik

Definisi Toksikologi Klinik


Efek toksisitas yang ditimbulkan oleh makanan/minuman dapat
bersifat akut atau kronis. Keracuan akut dapat ditimbulkan oleh bahan
beracun yang memiliki toksisitas tinggi, dimana dengan kuantitas yang
kecil dapat menimbulkan efek fisiologis yang berat. Jenis identifikasi ini
mudah diidentifikasi dan menjadi perhatian masyarakat. Sebaliknya
keracunan yang bersifat kronis efek toksisitasnya baru dapat terlihat atau
terindentifiksi dalam waktu yang lama, umumnya tidak disadari dan tidak
mendapat perhatian. Peningkatan yang berarti terhadap jumlah penderita
penyakit yang dapat dipicu oleh pengaruh bahan beraacun seperti tumor
(kanker), gangguan enzimatik, gangguan metabolisme, gangguan sistem
saraf, mungkin merupakan akibat dari pengunaan berbagai jenis bahan
kimia yang bersifat toksik dalam makanan yang di konsumsi masyarakat.

Makna Analisis Toksikogi Dalam Diagnosa Instoksikasi


Dari gambara di atas menunjukkan betapa pentingnya anlisis
toksikologi klinik dalam menegakkan terapi instoksikasi. Hasil analisis
toksikologi dapat memastikan diagnose klinis. Dimana diagnose ini dapat
dijadikan dasar dalam melakukan terapi yang cepat dan tepat, serta lebih
terarah, sehingga ancaman kegagalan pengobatan (kematian) dapat
dihindarkan.
Secara umum dapat disimpulkan, bahwa manfaat analisis toksikologi
klinik adalah :
- Identifikasi awal yang cepat, sebagai pendahuluan sebelum melakukan
terapi yang spesifik dan terarah.
- Untuk mengontrol beberhasilan dan efek dari penegakan terapi dari
penegakan terapi instoksikasi.
- Untuk memastikan dan menjamin diagnose klinis.

Tugas Analisis Toksikologi Klinik dalam Penegakan Diagnose


Keracunan
Analisis toksikologi klinik mencakup analisis kualitatif dan
kuantitatif toksikan serta menentukan efek toksik yang ditimbulkan.
Sehingga dalam hal ini tugas utama dari analisis tosikologi klinik
berhubungan dengan diagnose keracunan yaitu :
- Mendeteksi dan mengidentifikasi toksikan yang terlibat
- Menetukan kadar toksikan dan metabolitnya
- Bersama-sama dengan dokter dan toksikolog klinik melakukan
interpretasi temuan analisis dan data-data klinis, guna menyusun
diagnose akhir.

Sistematika Analisis Toksikologi Klinik


Pemeriksaan toksikologi yang sistematis adalah merupakan suatu
keharusan dalam melakukan analisis toksikologi, jika terdapat dugaan
keracuanan tetapi tidak terdapat informasi yang tepat tentang toksikan
sebagai penyebabnya. Gibitz (1995) mengelompokkan langkah analisis
menjadi dua tahap, yaitu tahap analisis penahuluan dan analisis lanjutan.

Evaluasi dan Pengkajian Hasil Analisis Toksikologi Klinik


Agarhasil analisis toksikologi dapat dijadikan acuan dalam
membuat diagnose akhir dari instoksikasi dan mempunyai makna dalam
penegakan terapi instoksikasi terarah, maka hasil analisis haruslah valid
dan sahih. Untuk itu haruslah dikenali sumber-sumber yang mungkin
memberikan kesalahan analisis. Ada tiga tingkat yang dapat sebagai
sumber kesalahan dalam analisis toksikologi, yaitu tataran teknis, tataran
biologis, dan tataran nosologi (pengelompokan penyakit).

Kompetensi yang dibutuhkan dalam Penyelenggaraan Analisis


Toksikologi Klinik
Kemampuan dasar yang diperlukan agar dapat menyelenggarakan
analisis toksikologi klinik sampai interpretasi temuan analisis adalah :
- Penguasaan kimia analisis, yaitu penguasaan pengoperasian
instrumentasi analisis, dari preparasi sampel, penyiapan prosedur
analisis, sampai validasi hasil analisis;
- Penguasaan farmakologi dan toksikologi klinik;
- Penguasaan farmakokinetik klinik dan metabolisme obat,
- Serta kemampuan kimia klinik.
D. Toksikologi Forensik

Definisi Toksikologi Forensik


Toksikologi forensik dalah salah satu cabang dari forensik sein.
Miminjam pengertian dari Saferstein adalah “the application of science to
low”, atau secara umum dapat dimengerti sebagai aplikasi atau
pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk penegakan hukum dan
keadilan.

Bidang Kerja Toksikologi Forensik


Secara umum bidang kerja toksikologi forensik meliputi :
- Analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,
- Analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh
atau nafas, yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
(menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di jalan
raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),
- Analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan obat terlarang lainnya.
Bilamana Pemeriksaan Toksikologi diperlukan
Berikut ini kasus-kasus pemeriksaan toksikologi, yaitu:

- Kematian akibat keracunan, yang meliputi: kematian mendadak,


kematian dipenjara, kematian pada kebakaran , kemaian setelah
tindakan medis yang di sebabkan oleh efek samping obat atau
kesalahan penanganan medis, kematian mendadak yang terjadi pada
sekelompok orang, dan kematian yang dikaitkan dengan tindakan
abortus,
- Kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat mengancam
keselamatan nyawa sendiri ataupu orang lain, yang umumnya
diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan, alkohol, ataupun narkoba,
seperti kecelakaan transportasi khusus pada pengemudi dan pilot,
kasus penganiayaan atau pembunuhan, dan
- Penyalahgunaan narkoba dan kasus-kasus keracunan yang terkait
dengan akibat pemakaian obat, makanan, kosmetik, alat kesehatan, dan
bahan berbahaya lainnya, yang tidak memenuhi standar kesehatan
(kasus-kasus forensik farmasi).

Keracunan
Tujuan utama dari analisis toksikologi forensik dalam penyidikan
kasus keracunan adalah berupaya memberikan jawaban terhadap
pertanyaan yang mungkin timbul selama berlangsungnya penyidikan atau
pada tahapan-tahapan peradilan lainnya. Pertanyaan tradisionil yang harus
dijawab adalah :
- Apakah orang itu diracun ?
- Bagaimana identitas racunnya ?
- Bagaimana cara pemberiannya ?
- Bagaimana racun tersebut ?
- Apakah jumlah racun yang dikonsumsi orang tersebut cukup
berbahaya atau mematika ?
Racun yang sering menyebabkan keracunan dan simptomatisnya

Asam kuat (nitrit, Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung


hidroklorid, sulfat)
Anilin (hipnotik, Kebiruan “gelap” pada kulit wajah dan
notrobenzen) leher
Asenik (metal arsenic, Umumnya seperti diare
mercuri, tembaga, dll)
Atropin (belidona), Dilatasi pupil
skopolamin
Basa kuat (potasium, Terbakar sekitar mulut, bibir dan hidung
hidroksida)
Asam karbonik (atau Bau seperti disenfektan
fenol)
Karbon monoksida Kulit merah cerry terang
Sianida Kematian yang cepat. Kulit merah, dan bau
yang sedap
Keracunan makanan Muntah, nyeri perut
Senyawa logam Diare, mual-mualan, nyeri perut
Nikotin Kejang-kejang “konvulsi”
Opiat Kontraksi pupil
Asam oksalik (fosfor Bau seperti bawang putih
oksalik)
Natrium florida Kejang-kejang “konvulsi”
Striknin Kejang “konvulsi”, muka dan leher
kebiruan “gelap”

Adapun dasar hukum untuk melakukan pemeriksaan toksikologi pada


keracunan adalah KUHAP pasal 133(1), yang berbunyi:

“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai seorang


korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
merupakan tindakan pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada kedokteran forensik kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya”.
Kasus kematian yan disebabkan oleh racun dapat disebabkan :

a. Kecelakaan/kematian tidak disengaja


b. Penyalahgunaan obat-obatan
c. Bunuh diri dengan racun
d. Pembunuhan menggunakan racun

Langkah-langkah Analisis Toksikologi Forensik


Secara umum tugas analisis toksikologi forensik dan klinik dapat
dikelompokkan menjadi :
- Penyiapan sampel
- Analisis meliputi uji penampisan dan uji konfirmasi yang meliputi uji
identifikasi dan kuantitatif
- Langkah terakhir adalah interpretasi temuan analisis dan penulisan
laporan analisis.

Peranan Toksikologi Forensik dalam Penyelesaian Kasus Kejahatan


Perdanakusuma (1984) mengelompokkan ilmu forensik
berdasarkan peranannya dalammenyelesaikan kasus-kasus kriminal ke
dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
hukum.
b. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
teknis.
c. Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
manusia.

Sampurna (2000) menggambarkan proses penyidikan sampai ke


persidangan seperti pada gambar dibawah ini. Upaya penyidikan pada
umunya bermuara pada proses penuntutan dan disusul oleh proses
peradilan. Pembuktian dari suatu perkara pidana tersebut. Pembuktian
dilakukan dengan mengajukan alat bukti yang sah ke depan persidangan.
Guna mendapatkan atau setidak-tidaknya mendapatkan kebenaran materiil,
dalam pembuktian (penyidikan dan pemeriksaan bukti fisik) harus
dilakukan pembuktian secara ilmiah.
Tindak Pidana

Dilaporkan Ke polisi Ditemukan oleh


polisi

Penyelidikan

Penyidikan

Pernyataan dan Catatan Pemeriksaan TKP Identifikasi

Bukti fisik

Penyelidikan Lanjutan

Pemberkasan

Pelimpahan Berkas ke Penuntut Umum

Persidangan
Sistematika proses penyidikan sampai ke persidangan.
Daftar Pustaka

Gibitz, H.J dan Schult; H. 1995, Einfache Toxikologische Laboratorium


Suntersuchungenbei Akuten Vergiftungen, VCH
Verlagsgesellschaft mbH, Weinheim.

Katzung,G.B., Masters,S,B., Trevor,A.J., 2014, Farmakologi Dasar dan Klinik,


Brahm, U.(terj.), Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Kusnoputranto, H, 1996, Pengantar Toksikologi Lingkungan, BKPSL., Jakarta.

Loomis,T,A., 1978, Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj). IKIP Semarang


Press, Semarang

Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian
Resiko, Nugroho, E.(terj). UI Press, Jakarta.
Mulia, M.R., 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Perdanakusuma, P., 1984, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia


Indonesia, Jakarta.

Sampurna, B,. 2000, Laboratorium Kriminalistik Sebagai


SaranaPembuktian Ilmiah, dalam Tim IBA Kriminalistik,
Laporan Kegiatan Buku II, Proyek Pengembangan Kewirausahaan
Melalui Itegratif Bahan Ajar, Masyarakat Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai