RUANG STERIL
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Mahdiaty 11194761920057
FAKULTAS KESEHATAN
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengontrolan lingkungan sangat penting dalam industri modern
(industri elektronika, semikonduktor, optik, bioteknologi, farmasi, dan alat
kedokteran). Menurut sejarah klasik, ruang bersih dimulai dari rumah sakit
terutama ruang bedah. Kontrol lingkungan merupakan masalah penting
yang dapat mempengaruhi kualitas sediaan parenteral (dan farmasi lain,
seperti obat mata). Dari penelitian telah dibuktikan bahwa ada hubungan
langsung antara tingkat pengontrolan lingkungan dengan kualitas akhir dari
sediaan parenteral (Agoes, 2013).Priyambodo, 2007).
Salah satu perubahan penting dalam CPOB Terkini (CPOB: 2006)
dibanding dengan CPOB yang lama adalah persyaratan banguanan untuk
industri farmasi, terutama menyangkut Sistem Tata Udara (Air Handling
System/AHS). Perubahan penting lainnya adalah menyangkut masalah tata
letak ruang (lay out) bangunan industri farmasi. Dalam CPOB Terkini
masalah tata letak ruang memperoleh perhatian yang cukup serius, bahkan
termasuk dalam kelompok kritis. Hal ini dimasudkan untukn mencegah
terjadinya kontaminasi silang (cross contamination) produk selama proses
prooduksi obat berlangsung. Perbedaan tekanan udara, sistem penghisap
debu, dan sistem penyaringan udara serta sirkulasi udara di dalam daerah
proses produksi, merupakan hal-hal yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian lebih dalam penerapan CPOB Terkini (Priyambodo,
2007).
Di samping hal tersebut di atas, point penting lain yang diatur dalam
CPOB Terkini adalah klasifikasi ruang produksi yang telah lama dikenal
selama ini, yaitu ruang kelas I (putih/white), kelas II (besih/ clean), kelas III
(abu-abu/grey) dan kelas IV (hitam/black). Perubahan mendasar terutama
adalah menyangkut sistem tata udara ruangan untuk produk steril, serta
kualifikasi (Installation Qualification, Operational Qualification dan
Performace Qualification) dan pelaksanaan pemantauan (Priyambodo,
2007).
1
Dalam CPOB 2001, Bangunan, Sarana penunjang dan Peralatan
masing-masing diatur dalam aspek yang terpisah, sementara dalam
penilaian pemenuhan CPOB Terkini, ketiga aspek tersebut digabung
menjadi satu bagian karena ketiga aspek tersebut adanya hubungan yang
sangat erat satu sama lain sebagai satu kesatuan penunjang proses produksi.
Disamping itu, point penting lain dalam CPOB Terkini adalah pelaksanaan
kualifikasi (IQ QQ dan PQ) itu sendiri serta pencatatan pemantauan yang
tertuang dalam program pemeliharaan, kalibrasi dan pembersihan
bangunan/ ruangan, peralatan dan sarana penunjang lainnya, termasuk
sistem tata udara (HVAC) dan air untuk produksi, dalam CPOB Terkini,
mengalami perubahan (revisi) yang cukup bermakan. Penggunaan resin
penukar ion sebagai satu-satunya penyedia air bebas mineral ternyata sudah
tidak memadai lagi. Demikian pula dengan sistem penampungan dan
distribusinya juga mengalami perubahan yang sangat signifikan dibanding
CPOB yang lama (Priyambodo, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ruangan steril?
2. Apa saja klasifikasi dari ruangan steril?
3. Apa saja persyaratan dari ruangan steri?
4. Apa saja pembagian dari ruangan steril?
5. Apa saja parameter dari ruangan steril?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ruangan steril?
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari ruangan steril?
3. Untuk mengetahui apa saja persyaratan dari ruangan steri?
4. Untuk mengetahui apa saja pembagian tipe dari ruangan steril?
5. Untuk mengetahui apa saja parameter dari ruangan steril?
2
BAB II
ISI
A. Definisi Ruang Produk Sediaan Steril
Daerah pengolahan produk steril harus dipisahkan dari daerah
produksi lain serta dirancang dan dibangun secara khusus. Ruangan harus
bebas debu, dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Saringan tersebut
harus diperiksa (di-verifikasi) pada saat pemasangan serta dilakukan
pemeriksaan secara berkala (Priyambodo, 2007).
3
teratur. Pembuatan produk steril memerlukan 3 (tiga) kualitas ruangan yang
berbeda yaitu:
4
dapat pula meningkatkan kontaminasi akibat peningkatan keringat dari
personalia yang bekerja di lingkungan tersebut (Agoes, 2013).
a. Cahaya
b. Suhu
d. Kontaminasi Mikroba
5
Sebagai upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tersebut,
maka setiap industri farmasi diwajibkan untuk memiliki Sistem Tata Udara
(Air Handling System/ AHS). Seluruh regulatory code mensyaratkan Sistem
Tata Udara (Air Handling System/ AHS) harus dikendalikan dan
dikualifikasi. AHS sering juga disebut dengan HVAC (Heating, Ventilation,
and Air Conditioning). Sistem Tata Usaha tidak hanya mengontrol suhu
ruangan (seperti halnya AC konvensional) melainkan juga kelembaban,
tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan yang dipersyaratkan),
tekanan udara, dan sebagainya. Sistem tata udara yang digunakan
tergantung dari jenis produk yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang
digunakan, misalnya ruang produksi sterile, beta-laktam, non sterile,
sefalosforine dan sebagainya (Priyambodo, 2007).
1) Cooling coil
Cooling coil berfungsi untuk mengontrol suhu (temperature) dan
kelembaban relatif udara yang akan didistribusikan ke ruangan
produksi.
6
3) Filter
Filter merupakan bagian dari AHU yang berfungsi untuk
mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme
(partikel asing) yang mengkontaminasi udara yang masuk kedalam
runag produksi.
4) Ducting
Ducting adalah bagian dari AHU yang berfungsi sebagai saluran
tertutup tempat mengalirnya udara. Secara umum, ducting merupakan
sebuah sistem saluran udara tertutup yang menghubungkan blower
dengan ruangan produksi, yang terdiri dari saluran udara yang masuk
dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi masuk kembali ke
AHU (ducting return).
5) Dumper
Dumper adalah bagian dari ducting AHU yang berfungsi untuk
mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke dalam ruangan
produksi. Besar kecilnya debit udara yang dipindahkan dapat diatur
sesuai dengan pengaturan tertentu pada dumper (Priyambodo, 2007).
7
Selanjutnya udara disirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya
(Priyambodo, 2007).
Kualifikasi Air
8
Fungsi : Cuci pakaianm cuci alat non steril, pembersihan ruangan,
cuci tangan, kamar mandi.
Pembuatan :
Iron
raw water sand filter Chorinasi
removal
Carbon Potable
Filter water
Saringan
mikro 3 µm
Potable
Water De-ionisasi Purified
Saringan UV Lamp Water
mikro 1 µm
Saringan
mikro 0,2 µm
Pembuatan :
9
Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air
murni atau air untuk injeksi. Berikut adalah standar air yang
digunakan untuk produksi sesuai dengan persyaratan CPOB Terkini
(CPOB: 2006).
10
Gambar 5. Skema deionisasi dengan ion exchange yang tidak
sesuai cGMP
11
water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan
dihasilkan. Demikian pulu mutu air menentukan peralatan yang
diperlukan untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri
dari: Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger
(HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan
Elctro De-Ionization (EDI) (Priyambodo, 2007).
1) Multimedia filter
Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur,
endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water.
Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12
mm; 2,4-4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter- Filter ini
tersusun dalam suatu vessel (tabung) dengan bagian bawahtabung
diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering
juga disebut dengan sand filter).
2) Active Carbon Filter.
Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan dengan
menggunkan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2)
yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat
tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran).
Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-
ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene,
pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.
3) Water Softener Filter.
Water Softener Filter berisi resin anionik yang berfungsi
untuk menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan
cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya
tingkat kesadahan air.
4) Reverse Osmosis
Reverse Osmosis merupakan teknik pembuatan air murni
(purified water) yang dapat menurunkan hingga 95% total Dissove
Solids (TDS) didalam air. Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter
yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron).
12
5) EDI (Elektronic De-Ionization)
EDI merupakan perkembangan dari ion Exchange system
dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda
disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik
searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus
menerus tanpa perlu regenerasi. Settelah melewati EDI,
selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki
penampung (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning
in place) dan looping system dan siap didistribusikan ke ruangan
produksi (Priyambodo, 2007).
6) Looping System
CPOB Terkini (CPOB: 2006) mensyaratkan bahwa air
yang digunakan untuk proses produksi harus disirkulasi selama 24
jam. Untuk itu, dalam Purified Water System harus dilengkapi
dengan looping System sehingga dapat memungkinkan air tersebut
disirkulasi selama 24 jam. Pada sistem ini harus dilengkapi dengan
TOC (Total Organic Carbon) monitor untuk memantau jumlah
senyawa karbon yang terdapat didalam air. Senyawa-senyawa
karbon tersebut dapat berasal dari bangkai kuman (bakteri) yang
mati pada saat proses pengolahan air ini (Priyambodo, 2007).
2. Water For Injection (WFI)
Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection /WFI) berasal dari
Purified Water System, yang selanjutnya dilakukan destilasi (penyulingan)
dengan terlebih dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri.
Sesuai dengan persyaratan CPOB terbentuk proses destilasi menggunakan
6 (enam) kolom destilasi, artinya air yang digunakan untuk produk-produk
steril mengalami beberapakali proses destilasi dengan unit ini diperoleh air
untuk injeksi yang memenuhi persyaratan Water For Injection (WFI).
Selanjutnya WFI yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank
pada suhu 70-80oC sebelum didistribusikan untuk produksi produk steril
(Priyambodo, 2007).
13
Gambar 7. Skema pembutan water for injection sesuai cGMP
b. Aliran air untuk produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24
jam)
14
Gambar 8. Instalasi pipa aquaderm dan daerah/ titik mati (deadling)
b. Lantai dan dinding bangunan harus dilapisi cat yang dapat mencegah
tumbuhnya lumut dan jamur (misalnya atau cat minyak)
15
berkala sesual dengan prosedur Tetap yang telah ditentukan (Priyambodo,
2007).
Gambar 9. Skema uap air (steam) kiri, unit steam bioler (kanan)
16
Administration sebagai metode yang berlaku secara universal untuk
klasifikasi kebersihan. Standard ini mengklasifikasikan kebersihan
berdasarkan jumlah kandungan partikel berukuran 0,5 μm atau lebih besar
perkubik kaki udara. Konsentrasi ini ditetapkan dengan cara mengambil
sampel udara pada lokasi dan waktu spesifik. Jumlah maksimal partikel
(berukuran 0,5 μm atau lebih besar) menyatakan kelas kebersihan yang akan
mensyaratkan lingkungan spesifik (derajat kebersihan) untuk bermacam
tindakan operasi. Secara sederhana klasifikasi ini dapat dilihat pada gambar
3 dan 4 (Agoes, 2013).
17
k
18
Untuk tujuan klasifikasi zona kelas A, perlu diambil sampel udara
minimum I m3 perlokasi pengambilan sampel. Untuk kelas A klasifikasi
partikulat udara adalah ISO 4.8 ditentukan oleh batas jumlah partikel
dengan ukuran > 5,0 μm. Untuk kelas B (nonoperasional) klasifikasi
partikulat udara adalah ISO 5 untuk kedua partikel. Untuk Kelas C,
klasifikasi partikulat adalah ISO 7 untuk nonoperasional dan ISO 8 untuk
operasional. Untuk kelas D (nonoperasional), klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 8. Untuk tujuan klasifikasi, metodologi EN/ISO 14644-1
menjelaskan jumlah lokasi minimal untuk pengambilan sampel udara dan
volume sampel berdasarkan batas ukuran partikel terbesar bagi Kelas
kebersihan terkait serta metode untuk mengevaluasi data yang terkumpul
(Agoes, 2013).
19
Gambar 15. Kondisi dalam ruangan produksi
20
2. Ruang bersih dengan aliran satu arah
Aliran udara unidirectional bila dipersyaratkan konsentrasi
partikel atau bakteri yang terbawa aliran udara rendah. Tipe ruang
bersih ini sebelumnya dikenal sebagai ‘aliran laminar’ (laminar
flow). Kedua kata ini mendeskripsikan aliran udara. Aliran ini
bersifat satu arah, biasanya horizontal atau vertikal, pada kecepatan
yang sama antara 0,3 sampai 0,45 m/detik dan pada keseluruhan
ruangan udara (Agoes, 2013).
21
3. Jumlah pergantian udara (air change)
4. Kecepatan alir udara (air flow), pola aliran udara,
5. Filter (jenis dan posisi)
6. Perbedaan tekanan antar ruang
7. Temperatur
8. Kelembaban relatif (Relative Humadity/RH) (Priyambodo, 2007).
Gambar 19. Pembagian ruang kelas industri farmasi (konsep kelas hygiene).
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2013. Seri Farmasi Industri4: Sediaan Farmasi Steril. Bandung :
ITB.
Priyambodo, B., (2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global
Pustaka Utama.
24