SKRIPSI
OLEH:
NURUL ANISHA HAKIM
NIM 131501128
SKRIPSI
OLEH:
NURUL ANISHA HAKIM
NIM 131501128
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195306251986012001 NIP 195807101986012001
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
yang berjudul ―Formulasi dan Evaluasi Nanoemulsi dari Extra Virgin Olive Oil
(Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai Anti-Aging‖. Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas
penuaan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan minyak
zaitun menjadi sediaan nanoemulsi dan untuk mengetahui aktivitas anti-aging dari
sediaan nanoemulsi dan emulsi minyak zaitun ekstra murni. Hasil dari penelitian
mempunyai aktifitas anti-aging yang lebih baik bila dibandingkan dengan sediaan
emulsi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan kadar air (moisture),
penurunan jumlah noda (spot), pengecilan pori (pore), penurunan jumlah kerutan
aktivitas anti-aging pada kulit dari sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra
murni.
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak
Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,
tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan
iv
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan
Suprapti, Suprihatin dan Nenek Sukarmi dan Alm. Nenek Raimah serta adik-
dukungan dan berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis. Penulis
Club, UKMI AT-THIBB, dan Himpunan Mahasiswa Farmasi USU, yang telah
banyak memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama penulis kuliah
dan melakukan penelitian dan terimakasih yang tulus kepada Schneider Team
yang telah membantu penulis dalam berkarya dan telah membuat hari-hari penulis
lebih bermakna.
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOEMULSI
DARI EXTRA VIRGIN OLIVE OIL (Minyak Zaitun Ekstra
Murni) SEBAGAI ANTI-AGING
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak zaitun ekstra murni banyak mengandung antioksidan
dan vitamin E yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penuaan kulit.
Nanoemulsi merupakan cara yang efektif untuk pelepasan minyak zaitun ekstra
murni sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran droplet yang kecil, dan dapat
dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan kulit. Oleh karena itu perlu dibuat
sediaan anti-aging dari minyak zaitun ekstra murni dalam bentuk nanoemulsi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak zaitun ekstra
murni 5% dengan variasi konsentrasi tween 80 sebagai surfaktan dan sorbitol
sebagai ko-surfaktan dalam nanoemulsi sebagai anti-aging dan untuk mengetahui
stabilitas dari nanoemulsi selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.
Metode: Nanoemulsi anti-aging dibuat tiga formula menggunakan minyak zaitun
ekstra murni 5%, dan variasi perbandingan tween 80 dan sorbitol. Evaluasi
stabilitas sediaan nanoemulsi selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar
meliputi pengamatan organoleptis (bau, warna, bentuk), pembentukan creaming
dan pemisahan fase, viskositas, pH, pengukuran ukuran partikel, uji sentrifugasi.
Selanjutnya dilakukan penentuan bobot jenis, tegangan permukaan, analisis TEM
nanoemulsi, dan penentuan perbandingan aktivitas anti-aging sediaan nanoemulsi
dan emulsi minyak zaitun esktra murni serta uji iritasi sediaan pada kulit
sukarelawan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua nanoemulsi minyak zaitun
ekstra murni 5% berwarna kuning transparan, berbau khas, rata-rata ukuran
partikel 189,820-401,69, bobot jenis 1,0418-1,0862 gram/ml dan nilai tegangan
permukaannya lebih kecil dari pada air yaitu 45,40-47,10 dyne/cm. Tidak terdapat
pembentukan creaming, kekeruhan dan pemisahan fase dalam uji sentrifugasi
untuk semua sediaan nenoemulsi. Hasil uji iritasi nanoemulsi dan emulsi tidak
mengiritasi kulit dan aktivitas anti-aging nanoemulsi lebih baik dibandingkan
emulsi.
Kesimpulan: Minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasikan sebagai sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi paling stabil pada penyimpanan selama 12 minggu
pada suhu kamar dan memiliki aktivitas anti-aging yang lebih baik dibandingkan
dengan emulsi.
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND EVALUATION OF EXTRA VIRGIN
OLIVE OIL NANOEMULSION AS ANTI-AGING
ABSTRACT
Background: Extra virgin olive oil contains many antioxidants and vitamin E that
prevents the occurrence of skin aging. Nanoemulsion is an effective way for
releasing extra virgin olive oil as an active ingredient due to its small droplet size,
and can easily penetrate through the skin layer. Therefore it’s important to
prepared an anti-aging forms of extra-virgin olive oil as nanoemulsion.
Purpose: The purpose of this study is to formulate 5% extra virgin olive oil with
variation concentration of tween 80 as surfactant and sorbitol as co-surfactant in
nanoemulsion as anti-aging and to find out the stability of nanoemulsion during
12 weeks storage at room temperature.
Method: Anti-aging nanoemulsion was made from three formulas using 5% extra
virgin olive oil, and variation concentration of tween 80 and sorbitol. The stability
evaluation of these nanoemulsion during 12 weeks storage at room temperature
were: organoleptic evaluation (smell, colour, transparency), creaming formation
and phase separation, viscosity, pH, particle size measurement, and centrifugation
test. Then examined the surface tension, TEM analysis, determination of
comparison of anti-aging activity of nanoemulsion and emulsion, and irritation
test of these formula on the skin of volunteers.
Results: The results showed that all nanoemulsion 5% extra virgin olive oil were
transparent with specific smell, the particle size mean was 189.82-401.69 nm, the
density was 1.0418-1.0862 gram / ml and the surface tension value was lower
than water 45.40-47.10 dyne / cm. There was no creaming, cloudiness and phase
separation in centrifugation test for all nanoemulsion, while at emulsion had
become creaming, and. The results irritation test of nanoemulsion and emulsion
did not irritate the skin and anti-aging activity of nanoemulsion was better than
emulsion.
Conclution: Extra virgin olive oil can be formulated as the anti-aging
nanoemulsion and nanoemulsion is most stable during 12 weeks storage at room
temperature and anti-aging activity nanoemulsion was better than emulsion.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ..................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN.......................................................................... vi
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Fungsi kulit ............................................................................ 12
x
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Pemeriksaan homogenitas ....................................................... 34
xi
Universitas Sumatera Utara
4.9 Hasil Pengukuran Tegangan Permukaan ................................. 56
wan .......................................................................................... 64
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
sebelumnya ............................................................................... 30
xiii
Universitas Sumatera Utara
4.13 Data uji iritasi sediaan emulsi terhadap sukarelawan ................. 64
4.14 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan................................................................................. 65
4.15 Data hasil kenaikan kadar air (moisture) pada kulit wajah suka
relawan ........................................................................................ 66
4.16 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarela
lawan ........................................................................................... 68
4.17 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarela
wan .............................................................................................. 72
4.18 Data hasil pengukuran kerutan (wrinkle) pada kulit wajah suka
relawan ........................................................................................ 76
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Murni 5% .................................................................................. 40
4.2 Sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 pada saat sebelum pe-
4.3 Sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 pada saat sebelum pe-
4.4 Sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 pada saat sebelum pe-
ni 5%.............. ........................................................................... 47
xv
Universitas Sumatera Utara
5% ............................................................................................. 47
5% ............................................................................................. 51
4.13 Tipe emulsi sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5% ... 51
5% ............................................................................................. 55
xvi
Universitas Sumatera Utara
4.23 Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi F2 pada 12 minggu pe-
gu .............................................................................................. 66
xvii
Universitas Sumatera Utara
4.36 Grafik hasil pengukuran noda (Spot) selama 4 minggu ........... 73
xviii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
9 Gambar uji iritasi sediaan nanoemulsi dan emulsi pada sukarelawan 112
xix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
lingkungan eksternal, bahan kimia berbahaya dan terhadap sinar matahari, serta
membantu mengatur suhu dan keseimbangan cairan. Penuaan kulit adalah proses
biologis yang kompleks dipengaruhi oleh faktor intrinsik (hormon, genetik, dan
metabolisme sel) dan faktor ekstrinsik (bahan kimia, paparan cahaya kronis,
perubahan struktural dan fisiologis, perubahan progresif dalam setiap lapisan kulit
dan perubahan dalam penampilan kulit, terutama pada daerah kulit yang terkena
Selain itu, penuaan kulit juga dirangsang oleh radikal bebas yang
jaringan pada sel berperan pada penuaan dan kematian sel. Hal tersebut dapat
bekerja sinergis untuk melindungi sel dan sistem organ dari kerusakan akibat
1
Universitas Sumatera Utara
Salah satu sumber antioksidan alami adalah tanaman zaitun (Olea
europaea) yang diolah menjadi minyak zaitun (Oleum olivae). Konsumsi minyak
dalam industri kosmetik. Minyak zaitun digunakan sebagai bahan dalam berbagai
kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda. Minyak ini sangat kompatibel
dengan pH kulit, kaya akan vitamin dan zat-zat bernutrisi lainnya yang
melembutkan dan melindungi. Hal ini disebabkan oleh komposisi minyak zaitun
yang sebagian besar asam lemak tak jenuh (oleat, linoleat, dan asam linolenat),
dan penuaan, sementara sifat regenerasi vitamin A nya melindungi kulit dari
(Mondal, dkk., 2015). Pada penelitian ini berdasarkan sertifikat analisis minyak
zaitun ekstra murni bahwa kandungan vitamin E yang terdapat dalam minyak
DPPH dinyatakan dalam IC50. Menurut penelitian tersebut bahwa minyak zaitun
mempunyai nilai IC50 sebesar 55,79 µg/ml yang menandakan bahwa minyak
2
Universitas Sumatera Utara
Anti-aging merupakan bagian dari kosmetik yang mengandung bahan untuk
kulit. Fungsi utama dari sediaan anti-aging adalah mengurangi kerutan (wrinkle)
dan bintik noda (spot). Dewasa ini semakin banyak perkembangan dalam sistem
biaya penggunaan bahan aktif dan efektivitas terapi. Dalam kosmetik, yang
menjadi perhatian utama adalah untuk mencapai sel kulit (Sharma, dkk., 2014).
atau miniemulsi adalah dispersi halus minyak/air atau air/minyak yang distabilkan
oleh film antarmuka molekul surfaktan yang memiliki rentang tetesan 20-600 nm.
estetika dari nanoemulsi yaitu stabil, viskositas yang rendah dan aspek visual yang
efektif dari bahan aktif untuk kulit. Nanoemulsi terbentuk dari proses dispersi dari
satu fase cair ke dalam fase cair lainnya untuk membentuk droplet. Nanoemulsi
memiliki ukuran globul yang sangat kecil dapat mencegah terjadinya creaming,
topikal adalah lebih banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu
zat aktif pada kulit meningkat. Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam
menembus stratum corneum pada kulit (Gupta, dkk., 2010; Hermanto, 2016;
3
Universitas Sumatera Utara
Teknologi nanoemulsi ini juga merupakan metode yang efektif untuk
pelepasan minyak zaitun sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran droplet yang
kecil, nanoemulsi dapat dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan kulit dan
dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif. Oleh karena itu, pada penelitian ini
minyak zaitun ekstra murni akan dikembangkan dalam bentuk sediaan nanoemulsi
dan dilakukan evaluasi terhadap stabilitas dan aktivitas anti-aging dari sediaan
tersebut.
1. Apakah minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) dapat
1.3 Hipotesis
1. Minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) dapat diformulasikan
4
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive
surfaktan dan stabilitas minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil)
zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) 5% mempunyai aktivitas anti-
aging pada kulit yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan emulsi.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan
organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg. Kulit
merupakan organ yang memiliki fungsi dan tugas yang sangat berat dalam
dengan masa dan umurnya. Pada saat baru lahir, kulit bayi sangat halus dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan luar, seperti udara dan cuaca sehingga
permukaan kulit yang tadinya basah menjadi relatif lebih kering. Pada usia
jerawat. Ketika usia menjelang tua akan terjadi penuaan kulit, yang ditandai oleh
kulit yang kering, kasar, bersisik, bercak cokelat atau putih tidak merata, kendur
Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda,
yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan
6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Struktur Kulit (Pope, dkk., 2010)
2.1.1.1 Epidermis
(keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel
paling luar epidermis akan mengelupas dan gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel
dermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis. Dari sudut kosmetik,
epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada
epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke
milimeter, misalnya ada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis
berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut
7
Universitas Sumatera Utara
berfungsi sebagai lapisan pelindung dari pengaruh eksternal. Epidermis tersusun
a. Stratum korneum
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), gepeng, kering, dan
tidak berinti. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena adanya
penguap air, elastisnya kecil, dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
dari lapisan yang lebih dalam (Syaifuddin, 2009). Permukaan lapisan ini dilapisi
oleh lapisan pelindung yang lembab, tipis, dan bersifat asam yang disebut mantel
asam kulit. Umumnya, pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5
b. Stratum Lusidum
Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di
bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan
lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-
kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).
Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-
8
Universitas Sumatera Utara
akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan
kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi
dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup
kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis
2.1.1.2 Dermis
Dermis biasanya 40 kali lebih tebal dari epidermis dan tersusun dari
elastik, kolagen, dan serat retikulum). Dermis terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan
atas (stratum papilare) dan lapisan bawah (stratum retikularis). Kedua lapisan ini
terdiri atas jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut yaitu serabut kolagen,
9
Universitas Sumatera Utara
elastik, dan serabut retikulus. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-
serat elastis memberikan kelenturan kulit yang dapat membuat kulit berkerut akan
Berkurangnya protein kolagen ini akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis
dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Serat retikulus terutama di sekitar
kelenjar serta folikel rambut memberikan kekuatan pada lapisan tersebut (Pratami,
2.1.1.3 Hipodermis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel
lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir karena
sitoplasma lemak yang bertambah. Lapisan sel lemak disebut penikulus adiposus
berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Jaringan ikat bawah kulit
bagian dalam membentuk kontur tubuh. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak
bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis
terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat
bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak,
10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Visualisasi jaringan ikat bawah kulit (hipodermis)
Menurut Bhavesh, dkk., (2013), jenis kulit dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis:
1. Kulit normal:
Merupakan jenis kulit yang tidak kering, tidak terlalu berminyak, dan
bukan merupakan kulit kombinasi, serta tidak terdapat kondisi patologis pada
kulit tersebut. Berdasarkan struktur dan fungsinya, kulit normal merupakan kulit
yang halus dan lembut, kelastis dan kenyal karena adanya jaringan serat elastis
2. Kulit kering:
Jenis kulit yang ditandai dengan tampilan yang kering, kasar dan
hilangnya elastisitas dan kekenyalan kulit. Hal ini disebabkan pada perubahan dari
3. Kulit berminyak
sebaceous, yang menyebabkan kelebihan sebum pada kulit, jenis kulit ini
11
Universitas Sumatera Utara
4. Kulit kombinasi
sedikit kering dan sedikit berminyak dengan pori-pori melebar dengan butiran
halus di pipi.
Menurut Putro (1997), kulit mempunyai beberapa fungsi esensial yang penting
zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Kulit juga dapat melindungi tubuh dari
hujan, dan angin dengan cara membentuk pelindung/mantel asam kulit secara
Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan
cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan menguap
dan tubuh merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit
Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian lapisan
tanduk, sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai
daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya sehingga
12
Universitas Sumatera Utara
2.2 Aging (penuaan)
Aging atau penuaan adalah proses yang dialami oleh tubuh dimana fungsi
dan kemudian muncul kerutan, daya cerna yang semakin berkurang dan
Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28-30 hari. Regenerasi
regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab
epidermis adalah lapisan kedua kulit yang berfungsi sebagai fondasi kolagen dan
lingkungan hidup dan genetik. Faktor-faktor menipisnya lapisan kulit luar pada
usia 50 keatas adalah karena terpapar sinar matahari, dan menggumpalnya sel-sel
Menurut Mondal, dkk., (2015), 80% dari penuaan kulit disebabkan photo
aging. Photo aging disebabkan oleh sinar ultraviolet (UV), yang mengaktifkan
berkeriput.
13
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa teori tentang terjadinya proses penuaan pada manusia:
Teori ini pertama kali di kemukakan oleh Dr. August Weismann, yang
menyatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak karena banyak terpakai dan
digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti liver (hati), lambung, ginjal,
kulit dan sebagainya dirusak oleh toksin (racun) yang kita dapatkan dari makanan
tubuh untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak menjadi berkurang (Djuanda,
2004).
2. Teori Neuro-Endokrin
hormon. Pada waktu muda, hormon tubuh kita bekerja bersama mengatur fungsi-
fungsi organ tubuh, termasuk respon terhadap panas, dingin, dan aktivitas seksual.
Hormon adalah vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Bila
tubuh untuk memperbaiki sendiri (self repaired) dan mengatur sendiri (self
Teori ini mengatakan bahwa genetik dalam DNA akan mengatur fungsi
fisik dan mental masing-masing individu. Keturunan genetik ini yang menentukan
Radikal bebas adalah suatu elektron tubuh yang tidak memiliki pasangan,
sehingga akan berusaha mencari elektron pasangannya supaya dapat berikatan dan
14
Universitas Sumatera Utara
stabil, sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus merusak sel-
sel tubuh, guna mendapatkan pasangan, termasuk menyerang sel-sel tubuh yang
sudah stabil/normal. Akibatnya sel-sel akan menjadi cepat rusak dan menua, juga
sumber radikal bebas, untuk menetralisir radikal bebas tersebut tubuh akan
5. Teori Telomerase
sel tubuh membelah, telomer akan memendek, bilamana ujung telomer telah
terlalu pendek, kemampuan sel untuk membelah akan berkuramg, melambat, dan
sel akan tida dapat membelah lagi (mati). Cara yang paling efektif mencegah
kematian sel adalah menahan telomer supaya tetap panjang, yaitu dengan
menggunakan enzim telomerase. Enzim ini hanya terdapat di sel embrio dan sel
(Djuanda, 2004).
Menurut Noormindhawati (2013) dan Putro (1997), ada empat tanda fisik penuaan
dini yaitu:
mengendur. Pada usia lanjut, epidermis menipis hingga 20% dan lapisan paling
15
Universitas Sumatera Utara
bawah epidermis yang berhubungan dengan dermis menjadi rata. Terjadi
kolagen atau penggantian kolagen menjadi lambat, serat elastis lebih kaku dan
menebal sehingga jaringan kolagen menjadi kendur dan kurang lentur sehingga
pigmen melanin dan proliferasi melanosit. Di samping itu, sel-sel epidermis yang
menurun sehingga terjadi penumpukan melanin yang tidak teratur di dalam sel
epidermis. Biasanya warna kulit menjadi lebih putih di antara kulit yang berwarna
normal. Namun, dapat juga timbul bintik-bintik hitam yang muncul di area yang
Hal ini terjadi akibat adanya kelainan pada proses keratinisasi disertai
korneum yang mudah lepas dan ada kecendrungan sel-sel yang mati untuk saling
melekat pada permukaan kulit, dan rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan
4. Kulit kering
Pada usia lanjut kulit akan terlihat kering dan disebabkan oleh beberapa
fungsi kelenjar sebasea yang membentuk lemak untuk melumasi kulit sehingga
terjadi evaporasi air secara berlebihan dan kadar air menjadi berkurang, serta
16
Universitas Sumatera Utara
berkurangnya jumlah kelenjar ekrin yang menghasilkan keringat sampai 15%
Menurut Bhavesh, dkk., (2013), faktor dan efek dari aging dapat dilihat Tabel 2.1.
2.3 Anti-Aging
penuaan dini adalah produk anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang
17
Universitas Sumatera Utara
bahan untuk mengurangi kerutan (wrinkle) dan meningkatkan level kelembaban
(moisture) dari kulit. Fungsi utama dari sediaan anti-aging adalah mengurangi
zaitun memiliki proporsi asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Minyak zaitun
merupakan cairan minyak berwarna jernih atau kuning, transparan. Minyak zaitun
dalam enema, linimen, salep, plaster, dan sabun (Rowe, dkk., 2009). Minyak
zaitun sedikit larut dalam etanol (95%), dapat bercampur dengan eter, kloroform,
petroleum putih (50-70 ºC), dan karbon disulfida. Ketika didinginkan, minyak
zaitun akan menjadi keruh kira-kira pada suhu 10 ºC, dan menjadi seperti massa
mentega pada suhu 0 ºC. Minyak zaitun cenderung mudah teroksidasi dan
pembawa minyak. Minyak zaitun memiliki khasiat dan manfaat bagi kesehatan
kulit. Minyak zaitun berkhasiat untuk melembabkan dan menutrisi kulit. Minyak
zaitun sangat kompatibel dengan pH kulit, kaya akan vitamin dan zat-zat
sebagian besar asam lemak tak jenuh (oleat, linoleat dan asam linolenat),
(senyawa misalnya fenolik atau bahan kimia yang terdapat dalam fraksi yang tak
18
Universitas Sumatera Utara
Minyak zaitun terdiri dari sekitar 0,7 persen squalene, squalene secara luas
hidroksil yang terbentuk akibat paparan sinar UV pada kulit. Konsentrasi yang
karoten, selain itu komposisi asam lemak yang tidak jenuh, mikrokonstituen
fenolik juga dapat memainkan peran penting bagi kesehatan. Total kandungan
fenol dalam minyak zaitun bervariasi dari 100 mg/kg sampai 1 g/kg. Senyawa
fenolik utama dalam buah zaitun adalah bentuk glycosilated dari oleuropein dan
hidroksitirosol yang diperoleh dari extra-virgin olive oil (EVOO) yang memiliki
rasa pahit dan pedas. EVOO (yaitu jus yang berasal dari hasil perasan pertama
secara dingin dari zaitun tanpa proses pemurnian lebih lanjut) secara alami
mengandung tingkat senyawa fenolik yang tinggi yang berkaitan dengan manfaat
yang kuat karena struktur kimianya. Senyawa fenolik dapat mengikat radikal
bebas yang berasal dari molekul oksigen dan dari hasil stres oksidatif. Aktivitas
antioksidan vitamin E dari minyak zaitun mencegah iritasi kulit dan penuaan,
sementara sifat regenerasi vitamin A nya melindungi kulit dari penuaan dan
2015).
jaringan ikat di dalam sel (menjaga integritas serat elastin antara dermis dan
19
Universitas Sumatera Utara
kolagen sehingga kelenturan dan kekenyalan kulit tetap terjaga), sebagai UV
protection untuk melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari yang dapat
mempertahankan ikatan air di dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein
serangkaian asam lemak esensial yang membantu melawan kerusakan kulit akibat
sinar ultraviolet. Kerusakan tersebut berupa kulit kering, terbakar, penuaan dini,
keriput, bercak cokelat, bahkan kanker kulit. Asam lemak esensial juga
merupakan bagian dari sel membran yang membantu menjaga kelembaban kulit.
Pemberian minyak zaitun ekstra murni mencegah kulit dari kerusakan akibat
paparan sinar ultraviolet. Hal tersebut karena adanya peranan fenol yang
terkandung dalam minyak zaitun ekstra murni berupa ortodihidroksi yang terdapat
adalah asam oleat, yang terdiri dari 55-85%. Berbagai penelitian telah
2.5 Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil, jika minyak yang merupakan
fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut
emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan
20
Universitas Sumatera Utara
fase terdispersi dan bahan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase
pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak (Ditjen POM, 1995).
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai
emulsi m/a atau emulsi a/m, tergantung pada faktor seperti zat terapeutik yang
ditingkatkan dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam (Ansel, 2008).
2.6 Nanoemulsi
tidak merusak sel normal manusia dan hewan, memiliki ukuran globul yang
Wahyuningsih, 2015).
Menurut Utami (2012) dan Gupta, dkk., (2010), nanoemulsi atau biasa
disebut miniemulsi merupakan dispersi halus minyak dalam air atau air dalam
minyak dengan surfaktan. Nanoemulsi memiliki bentuk fisik yang transparan atau
kinetik, tetapi juga stabil secara fisik dalam janga waktu yang cukup panjang dan
secara termodinamik.
21
Universitas Sumatera Utara
ketidakstabilan seperti pada makroemulsi yaitu creaming, flokulasi, koalesens,
bervariasi seperti krim, cairan, spray, foam. Selain itu nanoemulsi tidak toksik dan
tidak mengiritasi, oleh karena itu dapat diaplikasikan dengan mudah melalui kulit
dikarenakan sifat estetika dari nanoemulsi yaitu viskositas yang rendah dan aspek
visual yang transparan yang memiliki rentang tetesan 20-600 nm, serta luas
permukaan yang tinggi memungkinkan penghantaran yang efektif dari bahan aktif
untuk kulit. Nanoemulsi dapat diterima dalam kosmetik karena tidak terdapat
2.7 Surfaktan
antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
nya cukup tiggi, surfaktan membentuk suatu lapisan yang kaku yang bertindak
22
Universitas Sumatera Utara
bola-bola kecil, yang kemudian mempunyai kecendrungan untuk bersatu yang
lebih kecil daripada lazimnya (Ansel, 2008; Lachman, dkk., 1994). Gambar
Ada empat jenis surfaktan berdasarkan ionisasinya dalam larutan air yaitu
atau sulfonat. Secara luas, surfaktan ini banyak digunakan karena harganya yang
murah. Namun, surfaktan ini dapat menyebabkan iritasi dan toksik sehingga
hanya digunakan untuk sediaan luar. Surfaktan ini hanya menghasilkan emulsi
a/m. Contoh surfaktan ionik yaitu: garam Na, K, atau ammonium dari asam lemak
rantai panjang seperti sodium stearat, sodium lauril sulfat dan sebagainya
(Matheson, 1996).
23
Universitas Sumatera Utara
Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang bermuatan positif dan negatif pada
bermuatan negatif dan pada pH tinggi akan bermuatan positif (Matheson, 1996).
Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak terjadi
senyawa yang kurang larut dan memiliki toksisitas rendah. Contoh surfaktan
nonionik yaitu : glikol dan gliserol ester, sorbitan ester, polisorbat, PEG,
2.7.1 Tween 80
pada suhu 25 C dan suhu hangat, serta berasa pahit. Tween 80 larut dalam etanol
dan air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati. Tween 80 memiliki
bobot jenis 1,08g/cm3 dan nilai HLB 15. Tween 80 berfungsi sebagai pengemulsi,
Tween 80 stabil untuk elektrolit dan asam serta basa lemah, saponifikasi terjadi
dengan asam dan basa kuat. Ester asam oleat dari tween 80 sentitif terhadap
oksidasi. Tween 80 harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
Salah satu keuntungannya adalah dapat digunakan sebagai zat tambahan makanan
dan secara luas digunakan dalam kosmetik dan beberapa formulasi sediaan
farmasi (Tadros, 2005). Dosis tween 80 yang dapat digunakan di dalam tubuh
selama sehari (acceptable daily intake) yaitu 25 mg/kgbb (Rowe, dkk., 2009).
24
Universitas Sumatera Utara
Polyoxyethylene sorbitan monoester
2.8 Kosurfaktan
rantai pendek hingga medium (C2-C10). Surfaktan dalam keadaan sendiri tidak
kecil. Secara luas molekul yang dapat berfungsi sebagai kosurfaktan meliputi
surfaktan nonionik, alkohol, asam alkanoat, alkanediol dan alkil amina (Lawrence
2.8.1 Sorbitol
berbau, putih atau hampir tidak berwarna, berbentuk krital hablur, serbuk
higroskopis. Sorbitol dengan empat bentuk kristal plimorf dan sebuah kristal
amorf diketahui terdapat sedikit perbedaan pada karakteristik fisik, misalnya titik
leleh. Sorbitol tersedia dalam berbagai macam tingkat dan bentuk polimorf seperti
granul, serpihan atau butiran yang lebih dapat mengurangi caking daripada bentuk
25
Universitas Sumatera Utara
serbuk. Sorbitol mempunyai bau yang sedap, rasa menyegarkan dan rasa yang
manis serta memiliki lebih kurang 50-60% dari tingkat kemanisan sukrosa (Rowe,
dkk., 2009). Gambar rumus bangun Sorbitol dapat dilihat pada Gambar 2.6.
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat
subjektif dan bergantung pada sisi analisis secara klinis instrumental dan tidak
adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
keadaan pada kulit. Skin analyzer ini memberikan informasi mengenai kadar
Skin analyzer terdiri dari beberapa alat pengukur yaitu dua baha kamera
(perbesaran 60x dan 10x), alat cek kelembaban dan stik busa pengukur minyak,
tidak terjadi iritasi dikulit dikarenakan pemakaian yang bergantian pada kulit yang
berbeda. Skin analyzer dilengkapi dengan pengaturan warna lampu (biru, pink,
dan orange). Lampu biru (normal 1) digunakan untuk dapat melihat minyak,
26
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat flek dan pigmentasi. Sedangkan lampu pink (normal 2) digunakan
(kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput.
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
27
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
TEM nanoemulsi, uji iritasi dan penentuan efektivitas anti-aging dari sediaan
3.1 Alat
Vascoγ particle size analyzer, skin analizer (Aramo SG), moisture checker
(Aramo SG), TEM (JEOL JEM 1400), lumpang dan alu, dan alat-alat gelas
laboratorium.
28
Universitas Sumatera Utara
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak zaitun ekstra
murni (Al-Arobi), tween 80, sorbitol, metil paraben, propil paraben, dan aqua
destilata, dapar pH asam 4,01 (Hanna Instrument), dapar pH netral 7,01 (Hanna
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan anti-aging sediaan
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi saat pengujian
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut dapat dilihat
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi pada penelitian
Asmarani (2015)
Bahan Formula III (%b/b)
Minyak Zaitun Ekstra murni 5
Tween 80 24
Sorbitol 36
Aqua demineralisata 35
untuk mengetahui kondisi dan komposisi bahan yang terbaik dalam pembuatan
sehingga didapatkan sediaan nanoemulsi yang jernih dan stabil. Menurut Jufri
dengan komposisi bahan yang terbaik yang menghasilkan nanoemulsi yang jernih.
Keterangan:
F1: Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (24%), konsentrasi Sorbitol 36%
F2: Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (25%), konsentrasi sorbitol 35%
F3: Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (26%), konsentrasi Sorbitol 34%
30
Universitas Sumatera Utara
3.4.1.1 Prosedur pembuatan nanoemulsi
spontan. Sistem emulsi terdiri fase minyak dan fase air. Teknik emulsifikasi
spontan dilakukan dengan menambahkan fase minyak ke dalam fase air melalui
penetesan (tetes demi tetes). Pada saat penetesan, fase air diaduk dengan
sebagai berikut :
sorbitol.
2. Fase air disiapkan : dilarutkan metil paraben dan propil paraben dalam aqua
kedalam larutan metil paraben dan propil paraben. Fase air diaduk secara
selama 6 jam pada suhu kamar hingga homogen dan terbentuk nanoemulsi
menit.
31
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
CMC Na 0,5%
Sorbitol 5%
Gliserin 5%
Tween 80 1,26
Span 80 3,73
Propilen glikol 10
Gliserin 15
CMC Na 1
32
Universitas Sumatera Utara
3.4.2.1 Prosedur pembuatan emulsi
1. Fase minyak: dicampurkan minyak zaitun ekstra murni dan span 80 yang
2. Fase air: dicampurkan aqua destilata, metil paraben, propil paraben, dan
propilen glikol, yang telah ditimbang ke dalam gelas beaker dan diaduk
fase air dan diaduk homogen, ditambahkan gliserin yang telah ditimbang
kedalam fase air dan dipanaskan pada suhu 600C hingga larut.
5. Ditambahkan fase air yang telah dipanaskan sedikit demi sedikit ke dalam
lumpang sambil digerus cepat hingga terbentuk massa emulsi yang kental.
sediaan
visual terhadap warna, bau, bentuk, pembentukan creaming, dan pemisahan fase
33
Universitas Sumatera Utara
selama 12 minggu dengan pengamatan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan ini
dilakukan pada nanoemulsi dan emulsi yang disimpan pada suhu kamar.
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam pH (pH 4,01) hingga
alat menunjukkan harga pH terebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,
lalu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian
demi sedikit biru metilen ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka
emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).
menggunakan Piknometer pada suhu kamar. Piknometer yang bersih dan kering
ditimbang (A g). Kemudian diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 g).
34
Universitas Sumatera Utara
Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan nanoemulsi
dan emulsi diisikan dalam piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot
A2−A
Bobot jenis =
A1−A
dalam beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini
(Lachman, 1994).
Nouy dengan cara memanaskan cincin tersebut pada nyala api bunsen selama 10 –
15 detik. Gantung cincin tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada
nol. Turunkan cincin Du Nouy ke dalam sampel hingga kedalaman 2-3 mm dari
35
Universitas Sumatera Utara
permukaan cairan. Selanjutnya angkat pelan-pelan hingga lepas dari cairan
sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat sebagai nilai tegangan
Analyzer pada suhu kamar. Penentuan partikel dari masing masing formula
nanoemulsi dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal setelah pembuatan sediaan,
pada sediaan nanoemulsi yang stabil dengan ukuran partikel yang paling kecil
ukuran partikel yang paling kecil dan emulsi dari minyak zaitun ekstra murni
dengan maksud untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan
iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi
primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan
pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah
uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di
36
Universitas Sumatera Utara
tempat lain, misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga.
Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan,
belakang daun telinga sebelah kanan dan sediaan emulsi pada bagian belakang
bagian kanan).
kiri).
Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah
ditandai yang meliputi pori (pore), dan noda (spot) dengan menggunakan skin
analyzer serta kadar air (moisture) diukur dengan moisture checker. Perawatan
kelompok yang telah ditetapkan di atas selama 30 menit setiap hari. Perubahan
kondisi kulit diukur saat setelah aplikasi nanoemulsi dan emulsi setiap minggu
37
Universitas Sumatera Utara
3.8 Analisis Data
38
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Pada penelitian ini telah dibuat sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra
metode emulsifikasi spontan. Menurut Lachman, dkk., (1994); Ben, dkk., (2013),
pengadukan luar apa pun. Fenomena emulsifikasi spontan dapat diamati bila
fase minyak, maka akan menyebabkan antarmuka menjadi tidak stabil dan
tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air tersebut sehingga keduanya
stabil. Pada penelitian ini tegangan permukaan dari Tween 80 dengan konsentrasi
konsetrasi 35% maka tegangan permukaan campuran diperoleh 33 dyne/ cm2. hal
39
Universitas Sumatera Utara
tegangan permukaan. Menurut Lachman, dkk., (1994), pengemulsi (surfaktan)
membentuk halangan energi antara tetesan atau lapisan tipis antarmuka yang
Adapun skema roses pembuatan nanoemulsi tersebut dapat dilihat pada Gambar
4.1.
Gambar 4.1 Skema proses pembuatan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
lebih baik dan lebih stabil. Formulasi sediaan nanoemulsi ini terdiri dari minyak
40
Universitas Sumatera Utara
zaitun ektra murni, Tween 80, sorbitol, metil paraben, propil paraben, dan akuades.
Minyak zaitun digunakan dalam formulasi ini sebagai basis atau pembawa minyak
minyak zaitun yang terdapat pada formula adalah didasarkan pada penelitian
antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 adalah sebesar 55,79 ppm. Tween 80
konsentrasi 24%, 25% dan 26% dan Sorbitol berfungsi sebagai kosurfaktan
dengan konsentrasi 36%, 35%, dan 34% menghasilkan sediaan nanoemulsi yang
Sorbitol ini didasarkan pada uji pendahuluan yang telah dilakukan. Pada uji
27%:33%; 28%32% nanoemulsi yang terbentuk adalah keruh dan memisah, oleh
karena itu pada penelitian ini dipilih perbandingan konsentrasi Tween 80:Sorbitol
Pada penelitian ini telah dibuat sediaan emulsi minyak zaitun ekstra
murni 5%. Pada pembuatan sediaan emulsi dibutuhkan surfaktan dan kosurfaktan
41
Universitas Sumatera Utara
namun konsentrasinya lebih rendah dari konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan
pada sediaan nanoemulsi. Pada penelitian ini dihasilkan sediaan emulsi yang
berwarna putih dan berbau khas. Pada formulasi ini fase minyak terdiri dari
minyak zaitun ekstra murni, dan span 80, sedangkan fase air terdiri dari metil
paraben, propil paraben, propilen glikol, Tween 80, gliserin dan akuades. Minyak
zaitun dalam formulasi ini berfungsi sebagai bahan anti-aging dengan konsentrasi
5%. CMC Na sebagai bahan pengental, span 80 dengan 3,73% dan Tween 80
fase sediaan
nanoemulsi dan emulsi disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan warna,
bau, bentuk, pembentukan creaming dan pemisahan fase. Hasil evaluasi stabilitas
sediaan nanomulsi minyak zaitun ekstra murni dapat dilihat pada Tabel 4.1.
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Data pengamatan stabilitas nanoemulsi pada penyimpanan 12 minggu
pada suhu kamar
Organoleptis
Lama
Pemisahan
penyimpanan Warna Bau Bentuk creaming
Fase
(minggu)
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
0 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
1 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
2 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
3 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
4 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
5 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
6 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
7 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
8 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
9 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
10 K K K Kh Kh Kh J J J - - - - - -
11 K K K Kh Kh Kh Kr J J + - - + - -
12 K K K Kh Kh Kh Kr J J + - - + - -
Keterangan:
F1 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (24%), sorbitol 36%
F2 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (25%), sorbitol 35%
F3 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (26%), sorbitol 34%
J : Jernih Kr : Keruh
- : Tidak terdapat K : Kuning
+ : Terdapat Kh : Khas
kamar bentuknya tetap jernih hingga minggu ke-10, warna dan baunya tidak
berubah, pada minggu 11 mulai terlihat keruh, namun warna dan baunya tidak
berubah hingga minggu ke-12. Nanoemulsi F2 dan F3 yang disimpan pada suhu
kamar bentuknya tetap jernih, warna dan baunya tidak berubah sejak awal
F2 dan F3 tidak terbentuk creaming dan tidak mengalami pemisahan sejak awal
pemisahan. Selain itu, laju pembentukan cream merupakan suatu fungsi kuadrat
43
Universitas Sumatera Utara
dari jari-jari tetesan. Jadi partikel-partikel yang lebih besar membentuk cream
jauh lebih cepat dibandingkan dengan partikel-partikel yang lebih kecil. Tampak
Gambar 4.2 Sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 pada saat sebelum penyimpanan
pada suhu kamar
Gambar 4.3 Sediaan nanoemulsi F1, F2, F3 pada saat penyimpanan 11 minggu
pada suhu kamar
Gambar 4.4 Sediaan nanoemulsi F1, F2, F3 pada saat penyimpanan 12 minggu
pada suhu kamar
44
Universitas Sumatera Utara
Hasil evaluasi stabilitas sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni dapat
Tabel 4.2 Data pengamatan stabilitas emulsi pada penyimpanan 12 minggu pada
suhu kamar
Lama Organoleptis
penyimpanan Pemisahan
Warna Bau Bentuk Creaming
(minggu) Fase
0 Putih Kh Kental - -
1 Putih Kh Kental - -
2 Putih Kh Kental - -
3 Putih Kh Kental - -
4 Putih Kh Kental - -
5 Putih Kh Encer - -
6 Putih Kh Encer - -
7 Putih Kh Encer - -
8 Putih Kh Encer - -
9 Putih Kh Encer - -
10 Putih Kh Encer - -
11 Putih Kekuningan Te Encer - -
12 Putih Kekuningan Te Encer + +
Keterangan:
- : Tidak terdapat Kh : Khas
+ : Terdapat Te : Tengik
murni 5% yang disimpan pada suhu kamar berwarna putih hingga minggu ke-11,
dan baunya tidak berubah, namun pada minggu ke-12 mulai terlihat perubahan
warna dan bau dan mulai terjadi pemisahan dan terbentuknya creaming. Hal ini
45
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5% saat sebelum
penyimpanan pada suhu kamar
Gambar 4.6 Sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5% saat penyimpanan 11
minggu pada suhu kamar
Gambar 4.7 Sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5% saat penyimpanan 12
minggu pada suhu kamar
agregat dari fase dalam yang memiliki kecendrungan yang lebih besar untuk naik
menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan
(fase terdispers) lebih banyak daripada lapisan yang lain. Jika densitas fase
terdispersi lebih kecil dari fase kontinu, kecepatan sedimentasi menjadi negatif
yaitu pengkriman di atas. Hal tersebut umumnya terdapat pada emulsi tipe m/a.
Suatu sediaan menjadi tidak stabil akibat dari bersatunya globul-globul dari fase
terdispersi.
46
Universitas Sumatera Utara
Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan adanya
perubahan bau dan perubahan warna. Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan
yang ditimbulkan jamur atau mikroba pada sediaan adalah dengan menambahkan
pengawet. Pada sediaan nanoemulsi dan emulsi ditambahkan nipagin 0,1% dan
kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka
sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979). Data hasil uji homogenitas
F3
F1 F2
F2 F3
F1
Gambar 4.8 Hasil uji homogenitas nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
Gambar 4.9 Hasil uji homogenitas emulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
47
Universitas Sumatera Utara
Pada sediaan nanoemulsi dan emulsi yang diformulasi tidak ditemukan
adanya butiran kasar dari berbagai konsentrasi, dan pada sediaan emulsi yang
diformulasi juga tidak ditemukan adanya butiran kasar. Dapat disimpulkan bahwa
terhadap pH nanoemulsi dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.10 dan
perubahan pH emulsi dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.11.
48
Universitas Sumatera Utara
F1 (Tween 80 24%, Sorbitol 36%) F2 (Tween 80 25%, Sorbitol 35%)
F3 (Tween 80 26%, Sorbitol 34%)
8
7
6
pH 5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
Tabel 4.4 Data pengukuran pH emulsi pada penyimpanan selama 12 minggu pada
suhu kamar
waktu (minggu)
Formula
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Emulsi 7,0 6,9 6,8 6,7 6,6 6,5 6,4 6,3 6,2 6,1 6,0 5,9 5,8
Waktu (minggu)
49
Universitas Sumatera Utara
sebesar 6,8, F2 (Tween 80 25%, Sorbitol 35%) sebesar 6,2, dan F3 (Tween 26%,
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa selama penyimpanan
semua formula dari sediaan baik nanoemulsi maupun emulsi yang disimpan pada
sediaan masih sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7,0, sehingga aman
dikarenakan komposisi pada sediaan nanoemulsi dan emulsi terdiri dari minyak
zaitun yang sebagian besar terdiri asam lemak tak jenuh, dan jika terhidrolisis
menurut Rowe., Sheskey., dan Quin (2009), ester asam oleat dari Tween 80
sensitif terhadap oksidasi. Sehingga reaksi oksidasi yang terjadi pada ester asam
memungkinkan untuk dapat terjadi, dan reaksi oksidasi yang terjadi tersebut akan
demi sedikt biru metilen ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi
tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985). Hasil penentuan tipe
50
Universitas Sumatera Utara
emulsi sediaan nanoemulsi dapat dilihat pada Gambar 4.12 dan tipe emulsi
Gambar 4.12 Tipe emulsi sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
Gambar 4.13 Tipe emulsi sediaan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
Pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 penambahan biru metilen ke dalam
sediaan menunjukkan bahwa biru metilen terdispersi merata dalam sediaan. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa tipe dari sediaan nanoemulsi dan emulsi adalah
minyak dalam air (m/a). Hal disebabkan sebagaian besar dari komponen yang
terdapat komponen yang sifat hidrofob, tipe nanoemulsi dan emulsi bersifat
menggunakan Piknometer pada suhu kamar. Data hasil penentuan bobot jenis
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Data Penentuan Bobot Jenis nanoemulsi dan emulsi
Formula Bobot Jenis (gram/ml)
F1 (Nanoemulsi) 1,0418
F2 (Nanoemulsi) 1,0796
F3 (Nanoemulsi) 1,0862
Emulsi 1,0610
Keterangan :
F1: Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (24%), sorbitol 36%
cukup besar pada F3 bila dibandingkan dengan F1 dan F2. Sedangkan bobot jenis
Brookfield DV-E dengan nomor spindle yang sesuai, sebelum dan setelah
dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.14, dan perubahan viskositas emulsi
Tabel 4.6 Data uji viskositas nanoemulsi minyak zaitun 5% (dalam cp)
52
Universitas Sumatera Utara
F1 (Tween 80 24%, Sorbitol 36%) F2 (Tween 80 25%, Sorbitol 35%)
F3 (Tween 80 26%, Sorbitol 34%)
600
500
Viskositas (cp)
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil uji viskositas pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.14
menyebabkan peningkatan viskositas sediaan yang berumur dua atau tiga bulan
minggu yang mana suhu kamar tersebut merupakan suhu yang dapat dikatakan
suhu yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah suhu
nanoemulsi. Hal ini sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa masa
53
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Data uji viskositas emulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil uji viskositas pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.15
penyimpanan.
54
Universitas Sumatera Utara
(Lachman dan Lieberman, 1994). Data hasil uji sentrifigasi nanoemulsi dapat
dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.16 dan hasil uji sentrifugasi emulsi dapat
Tabel 4.8 Data Uji Sentrifugasi nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
Sentrifugasi
Formula
Memisah Mengendap/creaming Keruh
F1 - - -
F2 - - -
F3 - - -
Ketiga nanoemulsi disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. Uji
setara dengan satu tahun (Lachman dan Lieberman, 1994). Setelah dilakukan uji
pada ketiga formula, F1 dan F2, F3 menunjukkan tidak adanya pemisahan. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga formula nanoemulsi stabil selama satu tahun karena
55
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Hasil sentrifugasi emulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
pemisahan setelah dilakukan uji sentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5
jam hal ini berarti bahwa sediaan emulsi kurang stabil selama satu tahun karena
pengukuran tegangan permukaan Nanoemulsi dan emulsi dapat dilihat pada Tabel
4.9.
56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data pengukuran tegangan permukaan nanoemulsi dan emulsi minyak
zaitun ekstra murni 5%
Formula Tegangan Permukaan (dyne/cm)
F1(Nanoemulsi) 47,10
F2(Nanoemulsi) 46,67
F3(Nanoemulsi) 45,40
Emulsi 56,28
emulsi adalah 56,28. Tegangan yang terdapat pada antarmuka dikarenakan kedua
dan kosurfaktan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka minyak dan air.
penyimpanan suhu kamar dapat dilihat pada Gambar 4.18, Gambar 4.19, Gambar
4.20, Gambar 4.21, Gambar 4.22, Gambar 4.23, Gambar 4.24, Gambar 4.25,
Gambar 4.26, dan Tabel 4.10 dan grafik perubahan ukuran partikel nanoemulsi
57
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Data penentuan distribusi ukuran partikel nanoemulsi
58
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.20 Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi F1 pada 12 minggu
penyimpanan suhu kamar
59
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.23 Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi F2 pada 12 minggu
penyimpanan suhu kamar
60
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.26 Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi F3 pada 12 minggu
penyimpanan suhu kamar
2000
1500
1000
500
0
0 6 12
Waktu (Minggu)
61
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi F2 mempunyai
ukuran partikel yang lebih kecil bila dibandingkan dengan F1 dan F3. Rata-rata
ukuran partikel pada formula F1, F2, F3 pada minggu 0 berturut-turut adalah
262,03 nm, 189,82 nm, 401,69 nm. Berdasarkan nilai rata-rata ukuran partikel
tersebut masih dalam range yang diterima untuk ukuran nanoemulsi. Pada
Basri, Rahman, Abdullah, Basri & Salleh, 2011). Selain itu, kombinasi antara
pada sediaan nanoemulsi yang stabil dengan ukuran partikel yang paling kecil
lebih stabil dan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan F1 dan F3. Oleh Karena itu penentuan morfologi partikel dilakukan pada
62
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.28 Hasil analisa partikel sediaan nanoemulsi F2 dengan TEM
(Transmision Electron Microscopic)
ukuran partikel yang paling kecil dan emulsi dari minyak zaitun ekstra murni
dengan maksud untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan
iritasi pada kulit atau tidak. Pada uji iritasi ini dilakukan pada sediaan nanoemulsi
Data hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan nanoemulsi dan
63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Data uji iritasi sediaan nanoemulsi F2 terhadap sukarelawan
Sukarelawan
Pernyataan
1 2 3 4 5 6
Kemerahan - - - - - -
Gatal - - - - - -
Pengkasaran Kulit - - - - - -
Sukarelawan
Pernyataan
1 2 3 4 5 6
Kemerahan - - - - - -
Gatal - - - - - -
Pengkasaran Kulit - - - - - -
sediaan nanoemulsi dan emulsi minyak zaitun dapat dilihat pada Tabel 4.12 tidak
terlihat adanya reaksi iritasi seperti kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa formula nanoemulsi dan emulsi tidak
menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat dikatakan bahwa keseluruhan sediaan
Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan kulit
(evenness), dan besar pori (pore), banyaknya noda (spot), dan keriput (wrinkle)
kulit sukarelawan yang mempunyai tujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh
mengalami penuaan dini. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging
64
Universitas Sumatera Utara
signifikan dari kedua formula terhadap sukarelawan . pengujian Mann-Whitney U
dilakukan untuk melihat efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai
tebesar dari kedua formula. Pengujian ini dilakukan dari minggu ke-1 sampai
Kadar air diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan
alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Data
hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat
pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.29, dan persentase kenaikan kadar air pada tiap
Tabel 4.14 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan
Lama pemakaian sediaan (minggu)
Formula
0 1 2 3 4
29 33 36 37 38
28 31 34 37 39
F2 27 32 34 36 39
(Nanoemulsi) 28 32 34 36 39
31 34 38 40 42
29 31 33 35 38
Rata-rata 28,7±1,4 32,2±1,2 34,8±1,8 36,8±1,7 39,2±1,5
29 30 33 35 36
29 30 32 34 35
28 32 33 34 35
Emulsi
26 29 32 33 35
31 33 36 39 40
28 30 31 32 34
Rata-rata 28,5±1,6 30,7±1,5 32,8±1,7 34,5±2,4 35,8±2,1
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)
F2: Nanoemulsi konsentrasi tween 80 25%, konsentrasi sorbitol 35%
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Data hasil kenaikan kadar air (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan
Lama pemakaian sediaan (minggu)
Formula
0 1 2 3 4
F2 (Nanoemulsi) 0% 3,5% 6,1% 8,1% 10,5%
Emulsi 0% 2,2% 4,3% 6% 7,3%
Keterangan:
F2: Nanoemulsi konsentrasi tween 80 25%, konsentrasi sorbitol 35%
F2 (Nanoemulsi) Emulsi
Rata-rata kadar air (%)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Gambar 4.29 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) selama 4 minggu
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.15 dan Gambar 4.29 dapat
dilihat terjadinya kenaikan kadar air pada masing-masing formula untuk tiap
terlihat pada Tabel 4.15 bahwa pada formula nanoemulsi terjadi perubahan
kondisi kadar air pada kulit wajah sukarelawan dari kondisi kadar air yang
dehidrasi menjadi kondisi kadar air yang normal setelah pemakaian sediaan 1
minggu dengan kenaikan kadar air sebesar 3,5%. Sedangkan pada formula emulsi
terjadi perubahan kondisi kadar air pada kulit wajah sukarelawan dari kondisi
kadar air yang dehidrasi menjadi kondisi kadar air yang normal setelah pemakaian
66
Universitas Sumatera Utara
Pada kedua formula terlihat nanoemulsi dan emulsi sama-sama
menaikkan kadar air pada kulit wajah sukarelawan, namun sediaan nanoemulsi
lebih banyak menaikkan kadar air pada kulit wajah dibandingkan sediaan emulsi.
Hal ini dikarenakan kandungan yang terdapat dalam minyak zaitun ekstra murni
pada sediaan nanoemulsi dan emulsi adalah vitamin E, yang mana riset
pemakaian sediaan pada minggu ke-1 tidak terdapat perbedaan signifikan (p> 0,05)
antara formula nanoemulsi dan emulsi. Pemakaian sediaan pada minggu ke-2, ke-
3 dan ke-4 terdapat perbedaan signifikan (p < 0,05) antara formula nanoemulsi
dan emulsi.
Nanoemulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang stabil, jernih dan
transparan tidak seperti emulsi biasa memiliki ukuran globul yang sangat kecil.
banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan
zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit meningkat.
67
Universitas Sumatera Utara
Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam menembus stratum corneum
pelepasan minyak zaitun ekstra murni sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran
droplet yang kecil, nanoemulsi dapat dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan
kulit dan dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif, sehingga aktivitas kerja
minyak zaitun ekstra murni dalam meningkatkan kadar air dalam kulit menjadi
lebih efektif.
skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni perbesaran lensa
60x (normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit,
secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Data hasil
pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.16 Hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan
Lama pemakaian sediaan (minggu) %
Formula
0 1 2 3 4 Pemulihan
58 37 35 25 18 69,0
58 41 35 25 12 79,3
F2 65 43 33 24 16 75,4
(Nanoemulsi) 58 41 24 20 16 72,4
56 35 24 20 16 71,4
43 35 24 20 12 72,1
Rata-rata 56,3±7,2 38,7±3,4 29,2±5,7 22,3±2,6 15,0±2,4 73,3
60 33 31 25 20 66,7
62 48 46 37 27 56,5
67 46 39 29 22 67,2
Emulsi
62 46 33 29 25 59,7
54 37 27 24 22 59,3
43 43 31 29 20 54,5
Rata -rata 58,2±8,1 42,2±5,9 34,5±6,9 28,8±4,6 22,7±2,8 60,6
Keterangan:
Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012)
F2: Nanoemulsi konsentrasi tween 80 25%, sorbitol 35%
68
Universitas Sumatera Utara
F2 (Nanoemulsi) Emulsi
70
60
Rata-rata pori 50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil pengukuran pori seperti yang terlihat pada Tabel 4.16
perubahan kondisi pori kulit dari kondisi pori yang sangat besar (rata-rata 56,3)
menjadi beberapa besar (rata-rata 38,7) setelah 1 minggu pemakaian sediaan dan
Sedangkan hasil pengukuran pori untuk sediaan emulsi dapat dilihat bahwa terjadi
perubahan kondisi pori kulit dari kondisi pori yang sangat besar (rata-rata 58,2)
emulsi.
pemakaian sediaan pada minggu ke-1 dan ke-2 tidak memberikan perbedaan
signifikan (p> 0,05) antara formula nanoemulsi dan emulsi terhadap pori kulit
wajah sukarelawan. Pemakaian sediaan pada minggu ke-3 dan ke-4 terdapat
Faktor genetik berperan dalam menentukan ukuran pori, namun tidak ada
yang dapat dilakukan untuk mengubah faktor tersebut. Minyak pada kulit secara
69
Universitas Sumatera Utara
alamiah akan mempengaruhi besarnya pori kulit. Tubuh menghasilkan sebum atau
minyak kulit untuk mencegah kulit dari kekeringan. Seiring dengan bertambahnya
usia, pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena semakin berkurangnya
meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori (Anderson, 1996).
membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu
penumpukan sel kulit mati (kotoran) dapat memicu timbulnya jerawat serta
Vitamin E yang terdapat pada minyak zaitun ekstra murni dapat melepaskan sel
kulit mati dan merangsang pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal
Nanoemulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang stabil, jernih dan
transparan tidak seperti emulsi biasa memiliki ukuran globul yang sangat kecil.
banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan
zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit meningkat.
Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam menembus stratum corneum
pelepasan minyak zaitun ekstra murni sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran
droplet yang kecil, nanoemulsi dapat dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan
70
Universitas Sumatera Utara
kulit dan dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif, sehingga aktivitas kerja
minyak zaitun ekstra murni dalam mengecilkan pori dalam kulit menjadi lebih
efektif.
analyzer lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Data hasil
pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Gambar
4.31, Gambar 4.32, 4.33, 4.34, 4.35 dan Tabel 4.17 dan grafik hasil pengukuran
Gambar 4.31 Hasil pengukuran kondisi noda awal kulit wajah sukarelawan
sebelum pemakaian sediaan
Gambar 4.32 Hasil pengukuran kondisi noda kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 1 minggu
Gambar 4.33 Hasil pengukuran kondisi noda kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 2 minggu
71
Universitas Sumatera Utara
Nanoemulsi F2 (kulit wajah kiri) emulsi (kulit wajah kiri)
Gambar 4.34 Hasil pengukuran kondisi noda kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 3 minggu
Gambar 4.35 Hasil pengukuran kondisi noda kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 4 minggu
Tabel 4.17 Hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan
Keterangan:
Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012)
F2: Nanoemulsi konsentrasi tween 80 25%, konsentrasi sorbitol 35%
72
Universitas Sumatera Utara
F2 (Nanoemulsi) Emulsi
50
Rata-Rata Noda
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil pengukuran noda kulit seperti yang terlihat pada Tabel
4.17 dan Gambar 4.36 menunjukkan bahwa pada formula nanoemulsi terjadi
perubahan kondisi noda kulit dari kondisi banyak noda (rata-rata 44,3) menjadi
beberapa noda (rata-rata 38,0) setelah 1 minggu pemakaian sediaan dan menjadi
Sedangkan pada formula emulsi terjadi perubahan kondisi kulit dari kondisi
banyak noda (rata-rata 44,0) dan menjadi beberapa noda (rata-rata 21,7) setelah 4
bahwa pemakaian sediaan minggu ke-1 hingga minggu ke-3 tidak terdapat
dalam lapisan basal. Pada melanosit disintesa granulgranuk pigmen yang disebut
73
Universitas Sumatera Utara
Hiperpigmentasi adalah kondisi dimana melanin disintesis secara berlebihan. Hal
ini terjadi karena banyaknya paparan sinar matahri (sinar UV) sehingga sel
dan penuaan, yang mana vitamin E menghambat tirosinase secara in vitro dan
manusia normal pada media kultur, meskipun itu tidak mempengaruhi sintesis
melanin dalam larutan enzim disapkan sebagai sel homogen. Selain itu, vitamin E
Nanoemulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang stabil, jernih dan
transparan tidak seperti emulsi biasa memiliki ukuran globul yang sangat kecil.
banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan
zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit meningkat.
Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam menembus stratum corneum
pelepasan minyak zaitun ekstra murni sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran
74
Universitas Sumatera Utara
droplet yang kecil, nanoemulsi dapat dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan
kulit dan dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif, sehingga aktivitas kerja
minyak zaitun ekstra murni dalam mengurangi noda dalam kulit menjadi lebih
efektif.
Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur
dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x biru. Data
hasil pengukuran kondisi kerutan (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan dapat
dilihat pada Gambar 4.37, Gambar 4.38, 4.39, 4.40, 4.41 dan Tabel 4.18 dan
Gambar 4.37 Hasil pengukuran kondisi keriput awal kulit wajah sukarelawan
sebelum pemakaian sediaan
Gambar 4.38 Hasil pengukuran kondisi keriput kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 1 minggu
Gambar 4.39 Hasil pengukuran kondisi keriput kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 2 minggu
75
Universitas Sumatera Utara
Nanoemulsi F2 (kulit wajah kanan) Emulsi (kulit wajah kiri)
Gambar 4.40 Hasil pengukuran kondisi keriput kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 3 minggu
Gambar 4.41 Hasil pengukuran kondisi keriput kulit wajah sukarelawan setelah
pemakaian sediaan selama 4 minggu
Tabel 4.18 Hasil pengukuran kerutan (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan
Keterangan:
Tak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012)
F2: konsentrasi tween 80 25%, konsentrasi sorbitol 35%
76
Universitas Sumatera Utara
F2 (Nanoemulsi) Emulsi
50
Rata-rata keriput
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Tabel 4.18 dan Gambar 4.42 menunjukkan bahwa pada formula nanoemulsi
terjadi perubahan kondisi kerutan atau keriput pada kulit dari kondisi berkeriput
sediaan. Sedangkan pada formula emulsi terjadi perubahan kondisi kerutan atau
keriput pada kulit dari kondisi berkeriput (rata-rata 46,2) dan menjadi tak
sediaan pada minggu ke-2, ke-3, dan ke-4 baru menunjukkan perbedaan yang
Sinar matahari terutama sinar UV A dikenal menjadi salah satu penyebab dan
fisik, dan paparan zat kimia. Timbulnya keriput diperkirakan merupakan hasil dari
77
Universitas Sumatera Utara
menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya
kadar air dari stratum korneum , penebalan stratum korneum, atrofi epidermis,
perubahan jumlah dan kualitas kolagen dermis, serat elastin, dan elastisitas
kolagen, serta perubahan struktur tiga dimensi dari dermis dan perubahan lainnya
yang dihasilkan dari faktor eksternal dan internal (Mitsui, 1997; Barel, dkk.,
2001). Vitamin E yang terdapat dalam minyak zaitun ekstra murni dalam
sehingga dapat mengatasi stres oksidatif. Vitamin E brtindak pada bagian dalam
kulit dan mengurangi resiko kerusakan yang bisa disebabkan oleh sinar matahari
kerusakan kulit yang ditimbulkan oleh sinar UV seperti kerutan dan pigmentasi
Nanoemulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang stabil, jernih dan
transparan tidak seperti emulsi biasa memiliki ukuran globul yang sangat kecil.
banyak zat aktif yang dapat diformulasikan dalam satu sediaan dikarenakan
zat aktif sehingga membuat aktivitas termodinamik zat aktif pada kulit meningkat.
Selain itu memiliki efektivitas yang tinggi dalam menembus stratum corneum
nanoemulsi ini juga merupakan metode yang efektif untuk pelepasan minyak
zaitun ekstra murni sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran droplet yang kecil,
nanoemulsi dapat dengan mudah berpenetrasi melewati lapisan kulit dan dapat
meningkatkan penetrasi bahan aktif, sehingga aktivitas kerja minyak zaitun ekstra
78
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Minyak zaitun ekstra murni (Extra Virgin Olive Oil) 5% dapat diformulasikan
sebagai surfaktan dan sorbitol sebagai ko-surfaktan yaitu F1 (24% dan 36%),
F2 (25% dan 35%), F3 (26% dan 34%). Semua sediaan nanoemulsi yang
dihasilkan berwarna kuning jernih dan transparan dan sediaan nanoemulsi (F2,
dan F3) tersebut masih tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar hingga 12
minggu.
Virgin Olive Oil) 5% mempunyai aktivitas anti-aging yang lebih baik pada
perubahan kondisi kulit pada tiap-tiap parameter aging kulit seperti kadar air
5.2 Saran
79
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.D. (1996). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit
Ansel, H.C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea
Baki, G., dan Alexander, K.S. (2015). Introduction To Cosmetic Formulation And
Technology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Halaman 235-237.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science
Ben, E.S., Suardi, M., Chalid, T.C., dan Yulianto, T. (2013). Optimasi
Bhavesh, J., Piyush, A., Deevak, S., dan Ashok, D. (2013). Anti Aging. Article
80
Universitas Sumatera Utara
Diba, R.F., Yasni, S., dan Yuliani, S. (2014). Nanoemulsifikasi spontan Ekstrak
Djuanda, E. (2004). Anti Aging Rahasia Awet Muda. Jakarta: Balai Penerbit
Draelos, Z.D., dan Thaman, L.A. (2006). Cosmetic Formulation of Skin Care
-smaller.
Gupta, P.K., Gupta, S., Pandit, J.K., Kumar, A., dan Sawaroop, P. (2010).
81
Universitas Sumatera Utara
Hermanto, V.C. (2016). Pembuatan Nanokrim Kojic Acid Dipalmitate Dengan
IOM. (2000). Vitamin E In: Dietary Reference Intake for Ascorbic Acid, vitain E,
Jufri, M., Joshita D., dan Ledy, M. (2009). Pembuatan Mikroemulsi dari Minyak
Kusantati, H., Prihatin, P.T., dan Wiana, W. (2008). Tata Kecantikan Kulit.
Lachman, L., Lieberman, Herbert, A., Kanig, dan Joseph, L. (1994). Teori dan
Praktek Industri Farmasi 1. Edisi III. Terjemahan dari The Theory and
Halaman 1081-1083.
Drug Delivery Systems. Advance Drug Delivery Reviews. Adv. Drud. Del.
Loden, M., dan Maibach, H. (2006). Clinical and Basic Science Series: Dry Skin
an Moisturizers Chemistry and Function. Edisi II. Boca Rato: CRC Press.
Halaman 245-267.
82
Universitas Sumatera Utara
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Halaman 13-45.
Mulyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Myers D. (2006). Surfactant Science and Technology. 3th Edition. New Jersey:
Owen, R.W. (2000). Olive-oil Consumption and Health: The Possible Role of
Panjaitan, R., Ni’mah, S., dan Annisa, L. (2015). Pemanfaatan Minyak Biji Labu
7(2): 62-63.
Pope, F.M., Eady, R.A.J., dan McGrath, J.A. (2010). Anatomy and Organization
Pratami, E., Permadi, W., dan Gondodiputro, S. (2014). Efek Olive oil dan Virgin
Prianto, J. (2014). Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta; PT.
83
Universitas Sumatera Utara
Purwatiningrum, H. (2014). Formulasi dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak
Putra, B. M., dan Waluyo, S. (2010). The Book of Anti Aging Rahasia Awet Muda
Mind, Body, Spirit. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 2,3,5,6.
Putro, D. S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Halaman 2,3,16,17.
Pharmacist Association.
University Press.
Sharma, H., Sahu, G., dan Sahu, S. (2014). A Review Of Current And Novel
84
Universitas Sumatera Utara
Pharmaceutical Sciences. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.
Halaman 469-473.
Smaoui, S., Hlima, H.B., Jarraya, R., Kamaoun, N.G., Ellou. Foze, R., dan Damak,
9671.
Halaman 25.
393-395.
Tranggono., Iswari, R., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Utami, S.S. (2012). Formulasi dan Uji Penetrasi In Vitro Nanoemulsi, Nanoemulsi
15-17.
Zalukhu, M.L., Phyma, A.R., dan Pinzon, R.T. (2016). Proses Menua, Stres
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar alat dan bahan
1. Alat
a b c
d e f
Keterangan:
a. Tensiometer Du-Nouy
b. pH meter
c. Moiture checker
d. Piknometer
e. Particle size analyzer
f. Viskometer Brookfield DV-E
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)
g h i
j k
Keterangan:
g. TEM
h. Neraca analitik
i. Sonikator
j. Hotplate
k. Alat sentrifugasi
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)
l m
Keterangan:
2. Bahan
a b c
Keterangan:
a. Nipasol c. Span 80
b. Minyak zaitun ekstra murni
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)
d e f
g h i
Keterangan:
d. Tween 80
e. Sorbitol
f. Propilen glikol
g. Gliserin
h. CMC Na
i. Metil paraben
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar cara pembuatan sediaan
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
c d e
f g
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
Sorbitol Minyak
Zaitun Tween 80
b c d
Keterangan:
a. Penyiapan bahan
b. Pencampuran akuades ke dalam metil paraben dan propil paraben
c. Pelarutan metil paraben dan propil paraben dengan air panas
d. Pencampuran tween 80 ke dalam larutan metil paraben dan propil paraben
(Fase air)
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
e f g
Keterangan:
e. Pengadukan fase air dengan batang pengaduk
f. Pengadukan fase air dengan magnetic stirrer
g. Pencampuran fase minyak (minyak zaitun ekstra murni dan sorbitol) kedalam
fase air
h. Proses homogenisasi fase minyak dan fase air dengan magnetic stirrer (0 jam)
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
i j
k l
Keterangan:
i. Proses homogenisasi fase minyak dan fase air dengan magnetic stirrer (3 jam)
j. Proses homogenisasi fase minyak dan fase air dengan magnetic stirrer (5 jam)
k. Sediaan nanoemulsi yang telah dihomogenkan 6 jam
l. Proses sonikasi sediaan
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan alir pembuatan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
Minyak zaitun
Aqua destilata
ekstra murni
Ditimbang Ditimbang
Dicampurkan kedalam larutan Dilarutkan metil paraben
sorbitol yang telah ditimbang dan propil paraben dalam
kedalam gleas beaker aqua destilata, kemudian
Diaduk homogen dan dipanas dipanaskan diatas hoplate
kan pada 600C hingga larut sempurna
Didinginkan larutan, ke-
mudian ke dalam larutan
ditambahkan tween 80
Diaduk campuran secara
manual dengan batang pe
Fase minyak ngaduk hingga terbentuk
masa kental berwarna pu-
tih
Diaduk massa kental de-
ngan magnetic stirrer pa-
da 3000-4000 rpm
Fase air
Nanoemulsi minyak
zaitun ekstra murni 5%
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan pembuatan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alir pembuatan emulsi minyak zaitun ekstra murni 5%
CMC Na
Na
Dipanaskan lumpang
dan transparan
95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
Ditimbang Ditimbang
Dicampurkan dengan span 80 Dicampurkan Aqua desti-
yang telah ditimbang ke da- lata, metil paraben, propil
lam gleas beaker paraben, dan propilen gli-
Diaduk homogen dan dipanas kol yang telah ditimbang
kan pada 600C ke dalam gelas beaker dan
diaduk homogen
Ditambahkan tween 80 ke
dalam fase air dan diaduk
` homogen
Ditambahkan gliserin ke-
Fase minyak dalam fase air
Dipanaskan fase air pada
600C hingga larut
Fase air
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Sertifikat analisis minyak zaitun ekstra murni
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Distribusi ukuran partikel nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni
99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
101
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
102
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
103
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
104
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
105
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
106
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
107
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Data hasil uji statistik
Uji Mann-Whitney
Nanoemulsi F2 dan emulsi
108
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
b. Pori (pore)
UJI NORMALITAS
Uji Mann-Whitney U
Nanoemulsi F2 dan emulsi
109
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
c. Noda (spot)
UJI NORMALITAS
Uji Mann-Whitney U
Nanoemulsi F2 dan emulsi
110
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (lanjutan)
d. Kerutan (wrinkle)
UJI NORMALITAS
Uji Mann-Whitney U
Nanoemulsi F2 dan emulsi
111
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar uji iritasi sediaan nanoemulsi dan emulsi pada sukarelawan
112
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Pengujian aktivitas anti-aging sediaan nanoemulsi dan emulsi
113
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
114
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
- Pori (pore)
Kondisi awal sebelum pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
115
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
116
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
- Noda (spot)
Kondisi awal sebelum pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
Perawatan 3 minggu setelah pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
117
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
- Kerutan (wrinkle)
Kondisi awal sebelum pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Perawatan 1 minggu setelah pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Perawatan 2 minggu setelah pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Perawatan 3 minggu setelah pemakaian sediaan
Nanoemulsi F2 emulsi
Nanoemulsi F2 emulsi
118
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Gambar uji sentrifugasi sediaan nanoemulsi dan emulsi minyak
zaitun ekstra murni 5%
1. Sentrifugasi nanoemulsi
a b
Keterangan:
a. Sebelum disentrifugasi pada 3750 rpm selama 5 jam
b. Setelah disentrifugasi 3750 rpm selama 5 jam
2. Sentrifugasi emulsi
a b
Keterangan:
c. Sebelum disentrifugasi pada 3750 rpm selama 5 jam
d. Setelah disentrifugasi 3750 rpm selama 5 jam
119
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Surat penyataan persetujuan (informed consent)
(INFORMED CONSENT)
Umur : 21 tahun
dari penelitian ini, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam
penelitian dari Anisha Hakim dengan judul ―Formulasi dan Evaluasi Nanoemulsi
Dari Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni Sebagai Anti-Aging‖
sebagai upaya untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra
murni yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan dini. Saya
menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah
ditetapkan.
Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
pihak manapun. Demkianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
120
Universitas Sumatera Utara
121
Universitas Sumatera Utara