SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Kata kunci : Ekstrak herba kumis kucing, krim, Orthosiphon stamineus Benth.,
stabilitas fisik
vi
ABSTRACT
Kumis kucing herb (Orthosiphon stamineus Benth.) is one of herbal medicine that
has an anti-inflammatory activity due to the content of flavonoid. This research
aimed to formulate Kumis Kucing Herb Extract into a cream. Creams were made
with various concentration of stearic acid, they are F1 (12%), F2 (13%), and F3
(14%). Physical stability evaluation was done at room temperature ((26 ± 2oC)
and high temperature (40oC) for three weeks based on organoleptic, homogeneity,
pH, viscosity and rheology, spreadability, droplets size, centrifugation, and
cycling test. The result showed that the consitency of cream F3 was thick and stiff
related with the highest stearic acid concentration. variation of stearic acid
concentration affected their physical stability after three weeks stored. All creams
are stable based on their organoleptic, homogeneity, and centrifugation.
Increasing of stearic acid concentration would decrease the viscosity of cream so
that spreadability increases and droplets size decreases during three weeks
storage. The pH and droplets size are still within the normal value. The result of
One-Way ANOVA analysis showed that was not significantly different between
the various concentration of stearic acid and storage time for pH, viscosity, and
droplets size. Spreadability at 26 ± 2oC showed that was significantly different for
F1 and F3 preparation (p <0.05), meanwhile, spreadability at 40oC was not
significantly different (p >0.05).
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan anugerah-Nya sehingga dengan seizin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Stabilitas
Fisik Sediaan Krim Anti-inflamasi Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)”. Shalawat dan salam tak lupa penulis
sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
jalan kebenaran dan suri tauladan kepada umatnya.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa selama masa perkuliahan hingga penelitian dan
penyusunan skripsi ini telah memperoleh bantuan, bimbingan, dan motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nelly Suryani, PhD., M.Si., Apt dan Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku
dosen pembimbing yang telah sabar dan meluangkan banyak waktu untuk
memberikan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama penelitian hingga
penulisan skripsi.
4. Bapak Drs. Umar Mansyur, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing dan memberikan dukungan selama masa
perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan ilmu,
bimbingan, dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
viii
6. Kedua orangtua tercinta, Ibunda Eris Defita dan Ayahanda Haryadi yang
selalu ikhlas memberikan cinta dan kasih sayang, dukungan, pengorbanan,
serta doa yang tak pernah putus untuk penulis.
7. Kedua adikku tersayang Ridwan Nugraha dan Alwan Harris Alfarizi serta
keluarga besar yang selalu mendoakan, membantu, menghibur dan memberi
semangat kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat “CA” Afina Almas, Khoirun Nisak, Nisa Utami, Annissa
Fadilla, Moethia, Zakiyah Zahra, Putri Wulandari, Azmi Indillah, Lailatul
Khotimah, Endang Suryani, Aprilia Intan, Dian Aulia yang selalu mewarnai
kehidupan perkuliahan penulis, yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan serta menjadi tempat berbagi dalam suka maupun duka.
9. Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan menjadi tempat berbagi selama
perkuliahan hingga penyusunan skripsi, Siti Windi Hariani, Lilis Hermawati,
Fenny Delfiyanti, Noni Tri Utami, Ade Rachma, Nurul Fitri, Gadis Fujiastuti,
Denny Bachtiar, Nur Khasanah.
10. Sahabat-sahabat semasa sekolah dulu yang selalu ada mendengar keluh kesah
dan menghibur penulis disaat penat, Fairuz Thifal, Atthina Ayu, Ika Fitriyana,
Prisca Rety Wandari, Happy Serevia Adisty, Tiara Desfita, Debie Maya
Puspita.
11. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2012, khususnya kelas AC atas
kebersamaan dan kebaikannya selama masa perkuliahan.
12. Keluarga besar HMPS Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2014-2015 yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
13. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Eris, Kak Lisna, Kak
Suryani, Kak Tiwi, Mba Rani, Kak Walid, Kak Rahmadi yang telah
membantu penulis selama penelitian.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan skripsi hingga selesai, yang namanya tidak dapat disebutkan satu
persatu.
ix
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Penulis
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 8 Agustus 2016
Yang menyatakan,
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
xii
2.4.3.2. Asam Stearat ................................................... 18
2.4.3.3. Trietanolamin .................................................. 18
2.4.3.4. Gliserin .......................................................... 19
2.4.3.5. Metil Paraben ................................................. 19
2.4.3.6. Propil Paraben ................................................ 20
2.4.3.7. Aquades ......................................................... 21
2.4.4. Stabilitas Krim ............................................................... 21
2.5. Inflamasi .................................................................................... 24
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)..... 5
Gambar 2.2 Penampang Struktur Kulit ...................................................... 12
Gambar 2.3 Struktur Setil Alkohol ............................................................. 17
Gambar 2.4 Struktur Asam Stearat ............................................................. 18
Gambar 2.5 Struktur Trietanolamin............................................................ 19
Gambar 2.6 Struktur Gliserin ..................................................................... 19
Gambar 2.7 Struktur Metil Paraben ............................................................ 20
Gambar 2.8 Struktur Propil Paraben .......................................................... 21
Gambar 4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Flavonoid .............................. 32
Gambar 4.2 Hasil Uji Cycling Test............................................................. 45
Gambar 6.1 Sifat Alir Minggu 0 ................................................................. 60
Gambar 6.2 Sifat Alir F1 Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC ............................. 60
Gambar 6.3 Sifat Alir F2 Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC ............................. 61
Gambar 6.4 Sifat Alir F3 Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC ............................. 61
Gambar 6.5 Sifat Alir F1 Penyimpanan Suhu 40oC ................................... 62
Gambar 6.6 Sifat Alir F2 Penyimpanan Suhu 40oC ................................... 62
Gambar 6.7 Sifat Alir F1 Penyimpanan Suhu 40oC ................................... 63
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Tanaman Kumis Kucing ................................. 7
Tabel 3.1 Data Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis Kucing ........................... 27
Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Herba Kumis Kucing .... 28
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC ..... 36
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Penyimpanan Suhu 40oC ........... 36
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Homogenitas Sediaan Krim............................. 37
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim ............................................. 37
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan Krim .................................. 39
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Daya Sebar ....................................................... 41
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Sediaan Krim ........ 42
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Sentrifugasi Sediaan Krim .................................. 44
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Cycling Test ........................................................ 44
Tabel 6.1 Tabel Pengamatan Homogenitas ................................................... 56
Tabel 6.2 Tabel pH Krim Suhu 26 ± 2oC ...................................................... 57
Tabel 6.3 Tabel pH Krim Suhu 40oC ............................................................ 57
Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir Minggu 0 ................. 58
Tabel 6.5 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir Minggu 1 ................. 58
Tabel 6.6 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir Minggu 2 ................. 58
Tabel 6.7 Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir Minggu 3 ................. 59
Tabel 6.8 Luas Daya Sebar Krim F1 Suhu 26 ± 2oC (cm2)........................... 64
Tabel 6.9 Luas Daya Sebar Krim F2 Suhu 26 ± 2oC (cm2)........................... 64
Tabel 6.10 Luas Daya Sebar Krim F3 Suhu 26 ± 2oC (cm2)........................... 65
Tabel 6.11 Luas Daya Sebar Krim F1 Suhu 40oC (cm2) ................................. 65
Tabel 6.12 Luas Daya Sebar Krim F2 Suhu 40oC (cm2) ................................. 66
Tabel 6.13 Luas Daya Sebar Krim F3 Suhu 40 oC (cm2) ................................ 66
Tabel 6.14 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 26 ± 2oC Minggu 0 .............. 67
Tabel 6.15 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 26 ± 2oC Minggu 1 .............. 67
Tabel 6.16 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 26 ± 2oC Minggu 2 .............. 67
Tabel 6.17 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 26 ± 2oC Minggu 3 .............. 68
Tabel 6.18 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 26 ± 2oC Minggu 0 .............. 68
Tabel 6.19 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 26 ± 2oC Minggu 1 .............. 68
Tabel 6.20 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 26 ± 2oC Minggu 2 .............. 69
Tabel 6.21 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 26 ± 2oC Minggu 3 .............. 69
Tabel 6.22 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 26 ± 2oC Minggu 0 .............. 69
Tabel 6.23 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 26 ± 2oC Minggu 1 .............. 70
Tabel 6.24 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 26 ± 2oC Minggu 2 .............. 70
Tabel 6.25 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 26 ± 2oC Minggu 3 .............. 70
Tabel 6.26 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 40oC Minggu 0 .................... 71
Tabel 6.27 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 40oC Minggu 1 .................... 71
Tabel 6.28 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 40oC Minggu 2 .................... 71
Tabel 6.29 Diameter Globul Rata-rata F1 Suhu 40oC Minggu 3 .................... 72
Tabel 6.30 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 40oC Minggu 0 .................... 72
Tabel 6.31 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 40oC Minggu 1 .................... 72
Tabel 6.32 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 40oC Minggu 2 .................... 73
xv
Tabel 6.33 Diameter Globul Rata-rata F2 Suhu 40oC Minggu 3 .................... 73
Tabel 6.34 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 40oC Minggu 0 .................... 73
Tabel 6.35 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 40oC Minggu 1 .................... 74
Tabel 6.36 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 40oC Minggu 2 .................... 74
Tabel 6.37 Diameter Globul Rata-rata F3 Suhu 40oC Minggu 3 .................... 74
Tabel 6.38 Hasil Pengamatan Sentrifugasi ...................................................... 75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Gambar Alat Penelitian............................................................. 53
Lampiran 2 Hasil Pengamatan Organoleptis ................................................ 54
Lampiran 3 Hasil Pengamatan Homogenitas ............................................... 56
Lampiran 4 Data Hasil Pengujian pH........................................................... 57
Lampiran 5 Data Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir ..................... 58
Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran Daya Sebar .......................................... 64
Lampiran 7 Data Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-rata .................. 67
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Sentrifugasi ................................................. 75
Lampiran 9 Hasil Statistik pH Krim ............................................................ 76
Lampiran 10 Hasil Statistik Viskositas Krim ................................................. 78
Lampiran 11 Hasil Statistik Daya Sebar Krim ............................................... 80
Lampiran 12 Hasil Statistik Ukuran Diameter Globul Rata-rata Krim .......... 83
Lampiran 13 Sertifikat Analisis Asam Stearat ............................................... 86
Lampiran 14 Sertifikat Analisis Trietanolamin .............................................. 87
Lampiran 15 Sertifikat Analisis Gliserin ....................................................... 88
Lampiran 16 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ............................................... 89
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
sediaan topikal semi solid lain (salep, gel, dan pasta) (Hendradi et al., 2013).
Sediaan krim terdiri dari dua fase cairan yang tidak dapat menyatu, dimana salah
satu fase terdispersinya sebagai tetesan seragam di dalam fase lainnya.
Penggunaan emulgator dapat berfungsi untuk menyatukan dan
menstabilkan krim tersebut. Emulgator akan menurunkan tegangan antar muka
antara fase terdispersi dan pendispersi serta mengelilingi cairan yang terdispersi
membentuk suatu lapisan tipis. Lapisan ini dapat mencegah terjadinya kontak atau
berkumpulnya kembali fase terdispersi. Pemilihan jenis emulgator dengan
konsentrasi yang tepat dapat menghasilkan basis krim yang baik dan stabil.
Beberapa literatur menunjukan bahwa kombinasi asam stearat dan trietanolamin
(TEA) sebagai emulgator pada konsentrasi tertentu dapat menghasilkan krim yang
stabil dan membentuk basis yang kental (Rowe et al., 2009 ; Wardiyah, 2015).
Asam stearat merupakan salah satu komponen fase minyak. Penggunaan asam
stearat yang tidak tepat dapat menghasilkan konsistensi basis krim yang encer
atau keras dan dapat merubah warna menjadi lebih gelap sehingga menimbulkan
rasa kurang nyaman (Dini, 2015). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh variasi konsentrasi asam stearat yang dapat menghasilkan
formulasi krim ekstrak etanol 70% herba kumis kucing yang memenuhi syarat.
2.1.4 Ekologi
Tanaman kumis kucing merupakan tanaman yang banyak tumbuh liar di
lingkungan sekitar. Tanaman ini banyak ditemukan di negara tropis seperti Asia
dan Australia. Kumis kucing dapat dibudi dayakan pada dataran dengan
ketinggian 500-1200 mdpl dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun. Untuk
budi daya, sebaiknya kumis kucing ditanam pada tanah yang subur dan gembur
yang memiliki pH 5-7,7, mengandung banyak humus, memiliki aliran air yang
baik serta terkena sinar matahari langsung (Herliana, 2013).
2.1.5 Morfologi
Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi mencapai hingga 1,5
meter. Memiliki akar tunggang yang kuat. Batangnya berwarna cokelat kehijauan,
berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, dan berambut pendek.
Bunga majemuk berwarna ungu pucat atau putih dengan benang sari lebih
panjang dari tabung bunga. Daunnya berwarna hijau berbentuk tunggal, bulat telur
atau memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkalnya runcing,
panjang daun 2-10 cm sedangkan lebarnya 1-5 cm. Memiliki buah yang berbentuk
bulat telur, buah yang masih muda berwarna hijau sedangkan yang sudah masak
berwarna coklat (Dalimartha, 2006).
Ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki daya antiinflamasi pada tikus
putih jantan galur Wistar (Prayoga, 2008). Kandungan flavonoid dari ekstrak daun
kumis kucing terbukti dapat menghambat sintesis prostaglandin dan nitrit oksida
(NO) yang berperan sebagai mediator inflamasi (Yam et al., 2010 dan Laavola et
al., 2012). Ekstrak metanol-air (50 : 50) daun kumis kucing dapat menurunkan
suhu tubuh (antipiretik) tikus galur Sprague Dawley pada dosis 500 dan 1000
mg/kg BB setelah 4 jam pemberian injeksi subkutan (Yam et al., 2009). Ekstrak
metanol daun kumis kucing dilaporkan dapat menghambat aktivitas bakteri Vibrio
parahaemolyticus yang banyak terdapat pada makanan (Ho et al., 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Nair et al (2014) juga menunjukan bahwa fraksi
dengan berbagai pelarut dari daun kumis kucing mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila, Pseudomonas aeroginosa, dan
Staphylococcus aureus. Ekstrak etanol daun kumis kucing juga memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi dan juga mempunyai aktivitas hepatoprotektif karena
dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang terkena penyakit jaundice
(Himani et al., 2013). Pada uji toksisitas ekstrak metanol kumis kucing tidak
menunjukan adanya abnormal fungsi organ dan kematian pada hewan uji (Yam et
al., 2013)
2.2 Ekstraksi
2.2.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat kimia yang terdapat dalam bahan
alam menggunakan pelarut dan metode yang sesuai. Ekstraksi merupakan teknik
pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara
dua pelarut yang saling bercampur (Harun, 2014). Prinsip ekstraksi adalah
melarutkan dan menarik senyawa aktif menggunakan pelarut yang sesuai. Hasil
yang didapat dari proses ekstraksi disebut ekstrak.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Ekstrak adalah sediaan kental
yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Selanjutnya semua atau
hampir semua pelarut diuapkan, massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Proses yang terjadi pada saat ekstraksi adalah penetrasi dan disolusi
pelarut ke dalam sel tanaman sehingga terjadi pengembangan sel. Setelah itu zat
yang terekstraksi berdifusi keluar sel. Proses diatas diharapkan terjadi
kesetimbangan antara zat terlarut dan pelarut. Kesetimbangan begantung pada
beberapa faktor diantaranya adalah suhu, pH, ukuran partikel, dan gerakan
partikel (Emilan et al, 2011)
menggunakan alat yang disebut perkolator. Proses perkolasi terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), dan terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000)
2.3 Kulit
2.3.1 Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang menutupi dan melindungi
permukaan tubuh dari berbagai gangguan dan rangsangan luar. Kulit manusia
memiliki berat 10 kg dengan lemak dan 4 kg jika tanpa lemak. Ketebalan kulit
manusia berkisar antara 0,5 mm sampai 5 mm dengan luas permukaan rata-rata 2
m2 (Tranggono dan Latifah, 2007). Variasi tebal kulit manusia tergantung pada
letak, umur, dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, kulit bagian
medial lengan atas, dan kulit pada kelamin seperti kulit penis dan kulit labia
minor. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu, dan bokong (Perdanakusuma, 2007).
Kulit memiliki fungsi sebagai pengatur panas dan sebagai indera peraba.
Selain itu, kulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air.
Jaringan adiposa dibawah kulit befungsi sebagai penyimpanan lemak utama
dalam tubuh. Kulit tidak dapat tertembus air, sehingga dapat menghindari
kehilangan cairan dari jaringan dan menghindari masuknya air ke dalam tubuh
(Pearce, 2011)
Fungsi perlidungan kulit terjadi melalui mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (proses keratinisasi dan
pelepasan sel yang telah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi
sebum dan keringat, serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi dari
bahaya sinar ultraviolet (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar (epidermis) yang
merupakan lapisan epitel yang berasal dari ektoderm, dan lapisan dalam (dermis
atau korium) berasal dari mesoderm yang merupakan jaringan ikat.
b. Dermis
dermis atau korium merupakan lapisan kulit bagian dalam yang tersusun
atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Lapisan dermis memiliki
ketebalan 2-3 mm. Pada lapisan dermis ditemukan folikel rambut, papila rambut,
ujung saraf peraba, pembuluh darah kapiler, kelenjar minyak kulit, dan kelenjar
keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit yang banyak jumlahnya serta
sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(hipodermis/subkutis).
molekul melalui celah antar sel. Jumlah obat yang berpenetrasi bergantung dari
koefisien partisi suatu obat dalam pembawa dan stratum corneum. Molekul obat
yang bersifat hidrofilik cenderung melalui jalur paraselular sedangkan molekul
obat bersifat lipofilik melalui jalur transelular (Bhowmick dan Sengodan, 2013).
Penetrasi transepidermal terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan
pelepasan obat dari pembawa ke stratum corneum, kemudian terjadi difusi
melalui epidermis dan dermis dengan bantuan aliran darah yang terdapat dalam
lapisan dermis (Prabawati, 2015).
2.4 Krim
2.4.1 Definisi Krim
Menurut Farmakope Indonesia III, krim adalah sediaan setengah padat
berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV, krim
merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Umumnya krim memiliki konsistensi yang lebih ringan dan kurang kental
dari salep. Krim juga lebih mudah menyebar di kulit sehingga mudah digunakan,
selain itu juga mudah dibersihkan karena sifatnya tidak berminyak. Krim
mempunyai estetik lebih besar dari salep dan lebih cepat berpenetrasi ke dalam
kulit. Oleh karena itu, penggunaan krim saat ini lebih disenangi daripada
penggunaan salep (Ansel, 2011)
Sediaan krim berfungsi sebagai pembawa obat pada pengobatan topikal,
selain itu juga banyak digunakan dalam bidang kosmetik seperti krim pelembab
dan krim pelindung dari rangsangan luar. Krim diaplikasikan pada kulit yang
secara umum sensitivitasnya lebih tinggi dari bagian tubuh lain, sehingga kualitas
dan stabilitasnya perlu diperhatikan. Menurut Moh. Anief (2005), sediaan krim
harus memenuhi kualitas dasar sebagai berikut :
Stabil selama penyimpanan pada suhu kamar, dan bebas dari
inkompatibilitas.
Mudah digunakan dan terdistribusi merata pada kulit serta mudah
dihilangkan
Mengandung zat yang lunak, halus dan bercampur sehingga sediaan
homogen
Obat terdistribusi merata pada dasar krim
dalam minyak mengandung air kurang dari 25% dengan minyak sebagai medium
pendispersinya. Tipe ini lebih berminyak dibanding tipe m/a saat diaplikasikan
pada kulit, sehingga kurang disukai penggunaannya. Untuk memperoleh sediaan
yang stabil maka diperlukan adanya bahan pengemulsi saat proses pembuatan.
Bahan pengemulsi dapat terlarut dalam kedua fase cairan dan mengelilingi cairan
yang terdispersi membentuk titik-titik air mikro yang terlarut dalam medium
pendispersi. Bahan pengemulsi yang sering digunakan adalah surfaktan, polimer,
maupun kombinasi keduanya (Asmara et al., 2012).
reaksi TEA dengan reagen tionil klorida dapat menggantikan gugus hidroksi
dengan halogen yang menyebabkan hasil dari reaksi ini sangat beracun.
Mudah larut dalam 10 bagian eter dan 60 bagian gliserin. Metil paraben praktis
tidak larut dalam minyak mineral.
Metil paraben berfungsi sebagai zat pengawet. Pada sediaan topikal,
digunakan pada konsenstrasi 0,02-0,3%. Metil paraben dapat menghambat
aktivitas mikroba pada pH 4-8. Dengan meningkatkanya pH akan membentuk
anion phenolat yang dapat menyebabkan penurunan efektfitas antimikroba.
Aktivitas antimikrobanya akan meningkat jika dikombinasi dengan paraben lain
seperti metil-, etil-, propil-, dan butil paraben. Penambahan propilen glikol (2-
5%), feniletil alkohol atau asam adetat dilaporkan juga dapat meningkatkan
aktivitas antimikroba metil paraben.
Larutan metil paraben pada pH 3-6 stabil selama penyimpanan 4 tahun di
suhu ruang dan dapat disterilkan dengan autoklaf selama 20 menit tanpa adanya
dekomposisi. Sedangkan larutan metil paraben pada pH 8 akan cepat terhidrolisis.
Aktvitas antimikrobanya akan berkurang dengan adanya surfaktan nonionik
seperti polisorbat 80. Selain itu, metil paraben tidak kompatibel dengan adanya
bentonit, magnesium trisilikat, talkum, tragakan, natrium alginat, dan minyak
esensial.
Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan partikel-partikel terdispersi
membentuk agregat yang lebih besar. Fenomena flokulasi dapat
diredispersi dengan pengocokan.
Creaming
Creaming merupakan pemisahan emulsi akibat droplet fase terdispersi
memisah dari pendispersinya akibat gaya gravitasi. Pengkriman ke atas
terjadi karena kecepatan sedimentasi negatif akibat densitas fase
terdispersi lebih kecil daripada fase pendispersinya. Pengkriman ke atas
banyak terjadi pada tipe emulsi m/a. Pengkriman ke bawah terjadi jika
densitas fase terdispersinya lebih besar daripada fase pendispersinya,
sehingga globul akan mengendap pada dasar emulsi. Pengkriman ke
bawah banyak terjadi pada tipe emulsi a/m. Fenomena creaming dapat
diminimalisir dengan meningkatkan viskositas, mengurangi ukuran
partikel globul dengan homogenisasi, dan menyamakan densitas dari
kedua fase. Creaming bersifat reversibel, yaitu dapat didispersikan
kembali melalui pengadukan. Hal ini dikarenakan globul minyak masih
terlapisi oleh pelindung zat pengemulsi (Martin, 1983).
Koalesen
Koalesen terjadi akibat pembentukan droplet yang besar sehingga
menyebabkan pemisahan sempurna (breaking). Koalesen tidak dapat
diredispersi karena lapisan pelindung sekitar globul tidak ada lagi.
Koalesen dapat dicegah dengan pembentukan lapisan antarmuka yang
mengandung makromolekul atau partikulat padat (Iswindari, 2014).
Inversi fase
Inversi fase merupakan proses terjadinya perubahan fase tipe emulsi.
Inversi fase akan menghasilkan produk emulsi yang lebih bagus jika dapat
dikontrol dengan baik, tetapi apabila tidak dapat dikontrol dapat
menyebabkan masalah ketidakstabilan emulsi (Martin, 1983).
Nilai kestabilan suatu sediaan kosmetik atau farmasetika dapat diperoleh
dengan melakukan uji stabilitas dipercepat. Uji stabilitas dipercepat bertujuan
untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari sediaan dalam waktu yang
2.5 Inflamasi
Inflamasi adalah respon protektif tubuh terhadap cedera jaringan dan
infeksi yang disebabkan oleh trauma fisik, zat mikrobiologi, atau zat kimia yang
merusak. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan tubuh
untuk menetralisir agen-agen berbahaya pada tempat cedera dan mempersiapkan
keadaan untuk perbaikan dan pembentukan jaringan serta peningkatan aliran
darah (Prayoga, 2008). Pada proses terjadinya inflamasi, terjadi reaksi vaskular
dimana cairan, komponen darah, sel darah putih, dan mediator kimia berkumpul
pada tempat terjadinya cedera jaringan atau infeksi.
b. Edema (pembengkakan)
Edema merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma masuk kedalam
jaringan interstisial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol dan
meningkatkan permeabilitas kapiler.
c. Panas
Panas disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah pada daerah
cedera jaringan dan adanya pirogen yang dapat mengganggu pusat
pengatur panas pada hipotalamus.
d. Nyeri
Nyeri disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator
kimia.
e. Hilangnya fungsi
Hilangnya fungsi disebabkan akibat dari penumpukan cairan pada daerah
cedera jaringan dan akibat rasa panas dan nyeri yang dapat mengurangi
mobilitas jaringan yang cedera.
3.3.2 Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus Benth.)
Formulasi pembuatan krim diambil berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh (Sharon et al., 2013) dengan modifikasi yaitu variasi konsentrasi
asam stearat yang digunakan
Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis Kucing
Konsentrasi (%)
Bahan
F1 F2 F3
Ekstrak Etanol 70% Daun Kumis Kucing
4 4 4
(Orthosiphon stamineus Benth,)
Setil Alkohol 0,2 0,2 0,2
Gliserin 10 10 10
TEA 2 2 2
Asam Stearat 12 13 14
Metil Paraben 0,1 0,1 0,1
Propil Paraben 0,08 0,08 0,08
Vitamin E 0,02 0,02 0,02
Aquades Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan : F1 = Formula 1 ; F2 = Formula 2 ; F3 = Formula 3
Cara pembuatan :
Pembuatan krim diawali dengan menimbang bahan-bahan yang akan digunakan
sesuai dengan perhitungan. Fase minyak yang terdiri asam stearat dan setil
alkohol dicampur dalam satu wadah dan dilebur di atas penangas hingga
temperatur 70oC (campuran A). Pada wadah yang lain, bahan-bahan yang
tergolong fase air seperti gliserin, TEA, metil paraben, propil paraben, aquades
dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 70oC (campuran B). Setelah semua
melebur, campuran A sedikit demi sedikit dimasukan kedalam campuran B lalu
dihomogenkan menggunakan homogenizer pada kecepatan 3000 rpm selama 10
menit hingga diperoleh massa krim seperti putih susu yang homogen. Tambahkan
vitamin E dan ekstrak etanol 70% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.) yang telah dilarutkan dengan aquades ke dalam basis krim, kemudian
homogenkan kembali menggunakan homogenizer pada kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Krim yang terbentuk dimasukan ke dalam wadah.
3.3.3 Evaluasi Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Evaluasi fisik sediaan krim dilakukan setiap minggu selama 3 minggu
penyimpanan. Masing-masing formula disimpan pada pada suhu 26 ± 2oC dan
suhu 40oC. Parameter yang dievaluasi meliputi pengamatan organoleptis (tekstur,
bau dan warna), pengujian homogenitas, pengukuran pH, pengukuran viskositas
dan sifat alir, pemeriksaan daya sebar, pengukuran diameter globul, dan pengujian
sentrifugasi, serta uji cycling test.
3.3.3.3 Pengukuran pH
Pengukuran pH krim dilakukan menggunakan pH meter. Sebelum
digunakan pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer standar (pH
4,5 dan pH 6,5). Sediaan krim ditempatkan dalam wadah, kemudian diukur pH
nya. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 3 minggu penyimpanan pada
suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC Nilai pH sediaan yang aman untuk kulit menurut
SNI 16-4399-1996 adalah 4,5-8,0.
4.2 Hasil Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan stabilitas fisik
krim yang mengandung ekstrak etanol herba kumis kucing. Kestabilan suatu
sediaan merupakan hal penting dan harus diperhatikan dalam kegiatan formulasi.
Sediaan krim yang stabil yaitu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat
diterima selama penyimpanan dan penggunaan oleh konsumen dengan
karakteristik yang tetap sama seperti saat dibuat (Dewi et al., 2014).
Bahan dasar krim terdiri dari fase air dan fase minyak yang dicampur
dengan zat pengemulsi (emulgator) hingga membentuk basis krim. Pada formulasi
ini, zat aktif yang digunakan adalah ekstrak etanol herba kumis kucing yang
penggunaannya ditujukan sebagai antiinflamasi. Ekstrak herba kumis kucing
memiliki kelarutan yang baik dalam air dibanding dalam etanol (Pattamadilok et
al., 2003), sehingga cocok diformulasikan menjadi krim minyak dalam air.
Konsentrasi ekstrak etanol herba kumis kucing yang digunakan pada formulasi
diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara in vivo oleh Sigit
Prayoga (2008) dan secara in vitro oleh Rini Hendriani et al (2016).
Penelitian in vivo yang telah dilakukan oleh Sigit Prayoga (2008),
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun kumis kucing yang diberikan pada
tikus jantan galur Wistar dengan dosis 490 mg/KgBB dapat menghambat
inflamasi lebih dari 50%. Penelitian secara in vitro yang telah dilakukan oleh Rini
Hendriani et al (2016) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kumis kucing
memiliki persen inhibisi sebesar 81,7% pada konsentrasi 200 μg/mL dengan nilai
IC50 sebesar 92,14 μg/mL. Fase minyak krim terdiri dari asam stearat yang
berfungsi sebagai emulgator, setil alkohol sebagai bahan pengeras, dan propil
paraben sebagai pengawet fase minyak. Fase air krim terdiri dari TEA yang
berfungsi sebagai emulgator, gliserin sebagai humektan, metil paraben sebagai
pengawet fase air, vitamin E sebagai zat antioksidan sediaan, dan aquades sebagai
pelarut.
Emulgator berfungsi untuk mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya
dua fase dengan membentuk lapisan (film) di sekeliling tetesan terdispersi.
Emulgator yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam stearat dan
4.3 Hasil Evaluasi Fisik Sediaan Krim Ektrak Etanol 70% Herba Kumis
Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Ketiga formula krim disimpan pada salah satu kondisi pengujian stabilitas
dipercepat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan setelah
disimpan selama 3 minggu. Pada pengujian stabilitas dipercepat, sediaan disimpan
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu lingkungan (Bajaj et al., 2012). Pengujian
dapat dilakukan pada suhu 25oC, 40oC, 50oC, 60oC, dan 70oC. Pada penelitian ini
ketiga formula krim dilakukan uji stabilitas dipercepat pada suhu ruang (26 ± 2oC)
dan suhu 40oC. Pemilihan suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC karena basis krim sudah
mengalami peleburan pada suhu 40oC, sehingga jika krim disimpan pada suhu
diatas 40oC dikhawatirkan akan mengalami ketidakstabilan dari awal
penyimpanan dan akan mempengaruhi stabilitas krim tersebut. Selain itu,
pemilihan suhu 40oC juga berdasarkan rekomendasi World Health Organization
(WHO) dan International Conference on Harmonization (ICH) untuk negara yang
termasuk ke dalam zona IV climatic zone dengan kategori panas dan lembab,
seperti Indonesia (Bajaj et al., 2012 ; Malik et al., 2011).
dengan tidak adanya butiran-butiran kasar ketika sediaan dihimpitkan dengan dua
kaca objek.
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Homogenitas Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing
Homogenitas
Krim Penyimpanan
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Suhu 26 ± 2oC + + + +
F1
Suhu 40oC + + + +
o
Suhu 26 ± 2 C + + + +
F2
Suhu 40oC + + + +
o
Suhu 26 ± 2 C + + + +
F3 o
Suhu 40 C + + + +
Keterangan : (+) homogen, (-) tidak homogen
Nilai pH dari ketiga formula sediaan krim yang disimpan pada suhu 26 ±
2oC dan suhu 40oC berkisar antara 6,458 sampai 7,236, dimana setiap minggunya
mengalami peningkatan pH. Data diatas menunjukkan nilai pH pada F3 lebih
tinggi dibanding F1 dan F2, hal ini dikarenakan konsentrasi asam stearat pada F3
lebih tinggi diantara dua formula lainnya. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat
maka nilai pH sediaan akan semakin menurun (bersifat asam) karena banyaknya
gugus asam yang terkandung dalam asam stearat. pH krim yang disimpan pada
suhu 40oC lebih rendah daripada pH krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC, hal
ini dikarenakan pada suhu tinggi kandungan ion H+ dalam asam stearat meningkat
sehingga pH menjadi lebih rendah (lebih asam).
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik Kolmogorov
Smirnov untuk mengetahui normalitas data. Uji Kolmogorov Smirnov pada
penyimpanan suhu 26 ± 2oC menghasilkan nilai signifikansi 0,534 (p > 0,05) dan
pada penyimpanan suhu 40oC menghasilkan nilai signifikansi 0,419 (p > 0,05),
maka diketahui bahwa populasi data uji memenuhi persyaratan uji normalitas.
Selanjutnya dilakukan uji Test of Homogenity of Variance Levene untuk
mengetahui populasi data yang diuji mempunyai varian yang homogen atau tidak.
Hasil tes ini menunjukkan data uji pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC memiliki
varian yang homogen dengan nilai signifikansi 0,183 (p > 0,05) sehingga dapat
dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA, sedangkan data uji pada penyimpanan
suhu 40oC memiliki varian yang tidak homogen dengan nilai signifikansi 0,045 (p
< 0,05) sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis dengan
One-Way ANOVA dan Kruskal Wallis, pH ketiga formula yang disimpan pada
suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang
bermakna (p >0,05).
Meskipun mengalami peningkatan pH selama 3 minggu penyimpanan di
dua suhu berbeda, ketiga formula sediaan masih berada dalam rentang pH normal
kulit dan hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
bermakna pada setiap formula.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Viskositas Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing
Viskositas
Krim Penyimpanan
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
o
Suhu 26 ± 2 C 11170 10332 9640
F1 13685
Suhu 40oC 11090 9730 9500
Suhu 26 ± 2oC 11700 11650 8110
F2 15760
Suhu 40oC 13240 10280 8630
Suhu 26 ± 2oC 16850 14210 11960
F3 18575
Suhu 40oC 13500 12380 10390
Pada tabel terlihat bahwa hasil pengukuran pada minggu ke-0 hingga
minggu ke-3 yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC terjadi penurunan
nilai viskositas pada ketiga formula krim. Penurunan viskositas dapat disebabkan
karena peningkatan ukuran diameter partikel krim yang menyebabkan luas
permukaannya semakin kecil dan mengakibatkan viskositas menjadi menurun.
Pengukuran diameter partikel krim akan dibahas lebih lanjut di subbab 4.2.6.
Berdasarkan tabel diatas, nilai viskositas krim pada penyimpanan suhu
40oC lebih rendah daripada penyimpanan suhu 26 ± 2oC. Hal ini dikarenakan
viskositas cairan menurun jika adanya peningkatan temperatur (Sinko., 2011).
Penurunan ini disebabkan karena panas yang diperoleh akan memperbesar jarak
antar atom sehingga gaya antar atom berkurang dan viskositas krim menjadi
menurun (Alfred et al., 1993). Menurut Swastika et al., (2013), adanya perubahan
viskositas dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi fase dispers, medium dispers,
emulgator, dan lingkungan.
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov menunjukkan populasi
data uji memenuhi persyaratan uji normalitas dengan nilai signifikansi 0,775 (p
>0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,940 (p >0,05) pada penyimpanan
suhu 40oC. Hasil uji Test of Homogenity of Variance Levene diperoleh nilai
signifikansi 0,611 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,526 (p >0,05)
pada penyimpanan suhu 40oC yang berarti populasi data uji memiliki varian yang
homogen dan dapat dilanjutkan untuk uji One-Way ANOVA. Hasil uji One-Way
ANOVA menunjukkan bahwa perubahan nilai viskositas pada ketiga formula
tidak berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,108 (p >0,05) pada
penyimpanan suhu 26 ± 2oC dan 0,450 (p >0,05) pada penyimpanan suhu 40oC
(lampiran 10).
Hasil pengujian sifat alir menunjukkan bahwa sediaan krim memiliki sifat
alir tiksotropik dan tidak terjadi perubahan selama 3 minggu penyimpanan baik
pada suhu 26 ± 2oC maupun pada suhu 40oC (lampiran 10). Pada reogram sifat
alir terlihat bahwa dengan meningkatnya kecepatan geser, maka tegangan geser
(torque) semakin meningkat dan viskositas sediaan menurun. Pada aliran
tiksotropik terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan
segera jika tekanan tersebut dikurangi atau dihilangkan dan akan pulih kembali
dengan pendiaman (Dewi et al., 2014). Hal ini menyebabkan kurva menurun
berada di sebelah kiri (berada diatas) kurva menaik, seperti yang terlihat pada
lampiran 6. Aliran tiksotropik merupakan aliran yang diharapkan pada sediaan
krim karena memiliki konsistensi yang tinggi dalam wadah namun dapat dituang,
dapat menyebar dengan mudah dan mampu berpentrasi yang baik ke dalam kulit
(Martin et al., 2008).
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Daya Sebar Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing
Penyimpanan Suhu 26 ± 2oC
Beban
Krim Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
(gram)
65,5 13,21 13,86 11,44 15,68
85,5 15,46 16,62 13,42 19,37
F1 105,5 17,88 18,86 16,23 22,05
125,5 19,41 21,24 17,69 24,62
145,5 21,26 23,46 18,93 27,63
65,5 10,37 10,25 8,90 14,10
85,5 12,98 12,77 10,95 16,16
F2 105,5 14,74 14,51 11,94 18,61
125,5 16,61 16,37 13,42 20,45
145,5 18,08 18,91 14,97 22,11
65,5 7,07 8,23 6,77 9,83
85,5 9,26 10,39 8,74 11,58
F3 105,5 9,99 11,35 10,21 13,24
125,5 11,35 12,58 10,81 16,67
145,5 11,78 13,43 12,18 17,14
asam stearat dalam formula. Kenaikan konsentasi asam stearat akan menyebabkan
konsistensi krim semakin kental dan viskositas yang semakin besar sehingga daya
sebar krim menjadi semakin kecil. Kemampuan menyebar krim ekstrak etanol
70% herba kumis kucing tiap formula baik, hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya beban yang diberikan, daya sebar krim semakin meningkat. Daya
sebar berkaitan dengan viskositas krim, apabila viskositas krim menurun dan
tahanan cairan untuk mengalir semakin berkurang maka daya sebar krim semakin
meningkat (Swastika et al., 2013), hal ini dibuktikan dengan menurunnya
viskositas krim selama penyimpanan, daya sebar ketiga formula cenderung
meningkat.
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa populasi data
daya sebar krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan suhu 40oC memenuhi
persyaratan uji normalitas dan homogenitas. Pada analisis menggunakan One-
Way Anova menunjukkan adanya perberdaan yang bermakna pada daya sebar
krim yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC, dengan nilai signifikansi 0,007 (p
<0,05). Uji LSD menunjukkan bahwa formula 1 dan formula 3 yang disimpan
pada suhu 26 ± 2oC adalah formula yang berbeda secara bermakna (p <0,05).
Sedangkan daya sebar krim yang disimpan pada suhu 40oC tidak berbeda
bermakna dengan nilai signifikansi 0,252 (p >0,05).
Tabel 4.7 Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Krim Ekstrak Kumis Kucing
Diameter Globul Rata-rata (µm)
Krim penyimpanan
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Suhu 26 ± 2oC 3,385 3,778 3,900
F1 2,820
Suhu 40oC 2,447 2,763 3,193
Suhu 26 ± 2oC 3,156 3,584 4,085
F2 2,386
Suhu 40oC 2,578 2,772 2,873
Suhu 26 ± 2oC 3,220 3,451 3,551
F3 2,526
Suhu 40oC 2,621 2,808 2,838
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Sentrifugasi Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing
Hasil Uji Sentrifugasi
Krim penyimpanan
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
o
Suhu 26 ± 2 C - - - -
F1 o
Suhu 40 C - - - -
o
Suhu 26 ± 2 C - - - -
F2 o
Suhu 40 C - - - -
Suhu 26 ± 2oC - - - -
F3 o
Suhu 40 C - - - -
Keterangan : (+) terjadi pemisahan fase, (-) tidak terjadi pemisahan fase
Tabel 4.9 Hasil Cycling Test Krim Ekstrak Herba Kumis Kucing
Sebelum Cycling Test
Krim Warna Bau Tekstur pH Sentrifuse
F1 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,327 -
F2 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,356 -
F3 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 7,174 -
Sesudah Cycling Test
Krim Warna Bau Tekstur pH Sentrifuse
F1 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,901 +
F2 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,855 +
F3 Cokelat keemasan Khas Lembut, tidak lengket 6,880 +
Keterangan : (+) terjadi pemisahan fase, (-) tidak terjadi pemisahan fase
bereaksi dengan air sehingga membentuk asam, hal ini dapat menjadikan pH
sediaan menjadi lebih asam (Georgina, 2007).
(a) (b)
Gambar 4.2 Hasil Uji Cycling Test (F1 asam stearat 12%), (F2 asam stearat
13%), (F3 asam stearat 14%), (a) Hasil Uji Sentrifugasi Sebelum Cycling Test, (b)
Hasil Uji Sentrifugasi Setelah Cycling Test
Sebelum dilakukan uji cycling test, semua sediaan krim tidak mengalami
pemisahan fase setelah dilakukan uji sentrifuse pada kecepatan 5000 rpm selama
30 menit, akan tetapi setelah dilakukan uji cycling test sebanyak 6 siklus semua
sediaan krim mengalami pemisahan fase. Pemisahan fase ini disebabkan karena
terjadinya kristalisasi selama proses cycling test. Saat mengalami proses
pendinginan pada suhu 4oC akan terbentuk kristal es pada krim yang strukturnya
rapat dan teratur sehingga krim tidak dapat mengalir, sedangkan saat proses
pemanasan pada suhu 40oC kristal akan mencair dan airnya akan kembali
menyebar pada sistem. Lapisan film pada zat pengemulsi tidak dapat bekerja
kembali dibawah tekanan yang diinduksi oleh es sebelum koalesen terjadi
sehingga terjadi pemisahan fase (Zulkarnain et al., 2013 ; Holloway et al., 2007).
Pemisahan fase yang paling sedikit terjadi pada krim F3, sesuai dengan hukum
Stokes dimana kecepatan pemisahan fase berbanding terbalik dengan viskositas
krim. Semakin tinggi konsentrasi asam stearat, maka viskositas krim akan
semakin tinggi dan kecepatan pemisahan fase akan semakin lambat (Pudyastuti et
al., 2015).
5.1 Kesimpulan
Variasi konsentrasi asam stearat berpengaruh terhadap stabilitas fisik krim
anti-inflamasi ekstrak etanol 70% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus
Benth.) yang disimpan selama 3 minggu pada suhu 26 ± 2oC dan 40oC. Dari segi
organoleptis, homogenitas, dan uji sentrifugasi, sediaan krim tidak terjadi
perubahan hingga minggu ketiga. Peningkatan konsentrasi asam stearat
menyebabkan penurunan viskositas krim sehingga daya sebar meningkat dan
ukuran diameter globul rata-rata krim menurun selama 3 minggu penyimpanan.
Uji Cycling test yang dilakukan selama 6 siklus menunjukkan variasi konsentrasi
asam stearat dapat menurunkan pH dan terjadi pemisahan fase setelah diuji
sentrifugasi.
Nilai pH, viskositas, ukuran diameter globul rata-rata, dan daya sebar yang
disimpan pada suhu 40oC tidak memiliki perbedaan yang bermakna setelah
dianalisis menggunakan One-Way Anova, sedangkan nilai daya sebar pada
penyimpanan 26 ± 2oC memiliki perbedaan yang bermakna pada formula 1 dan
formula 3.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji stabilitas secara kimia dan mikrobiologi untuk melihat
stabilitas krim lebih lanjut
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara in-vivo untuk mengetahui
efektivitas krim ekstrak etanol 70% herba kumis kucing sebagai anti-
inflamasi
Agustin, R., Oktadefitri, Y., dan Lucida, H. 2013. Formualsi Krim Tabir Surya
dari Kombinasi Etil p-metoksisinamat dengan Katekin. Prosiding Seminar
Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III.
Almatar, Manaf dan Rahmat, Zaidah. 2014. Identifying the Developmental Stages
and Optimizing the Sample44Preparation for Anatomical Study of
Orthosiphon stamineus. Journal of Applied Pharmaceutical Science. Vol. 4
(03). Hal : 66-74.
Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Arifin, H., Anggraini, N., Handayani, D., dan Roslinda, R. 2006. Standarisasi
Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J. Sains Tek Far. Vol 11 (2).
Hal 1-7.
Aryani, Ratih. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Krim Kombinasi Alfa Tokoferol
Asetat dan Etil Vitamin C sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada. Vol 14 no. 1.
Asmara, A., Daili, S.F., Noegrohowati, T., dan Zubaedah, I. 2012. Vehikulum
dalam Dermatoterapi Topikal. MDVI. Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35.
Barrett, C.W. 1969. Skin Penetration. Journal of the Society of Cosmetic Chemist.
Hal : 487-499.
Chien, Y.W. Novel Drug Delivery Systems. In: Gupta, P., Garg, S. 2002. Recent
advances in semisolid dosage forms for dermatological application.
Pharmaceutical Technolog.
Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Depok :
Trubus Agriwidya.
Dini, Alifah Anastya. 2015. Formulasi Sediaan Skin Cream Aloe Vera (Aloe
barbadensis): Evaluasi Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan. Naskah Publikasi.
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, Rosmala., Anwar, E., dan K.S, Yunita. 2014. Uji Stabilitas Fisik Formula
Krim yang Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max). Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research. Vol 1, No. 3. Hal 194-208.
Elya, B., Dewi, R., dan Budiman, M.H. 2013. Antioxidant Cream of Solanum
lycopersicum L. International Journal of PharmTech Research. Vol. 5 No.
1. Hal : 233-238.
Emilan, Tommy, et al., 2011. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk
Herbal. Departemen Farmasi Program Studi Magister Ilmu Herbal
Universitas Indonesia.
Fitriana, Rizka Astikah. 2015. Optimasi Formula Krim Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) Menggunakan Asam Stearat
sebagai Emulgator dan Trietanolamin sebagai Alkalizing Agent dengan
Metode Desain Faktorial. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi II.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Harun, Desy Syifa Nurmillah. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Anti-
Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picril hydrazil). Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hendradi, E., Chasanah, U., Indriani, T., dan Fionnayuristy, F. 2013. Pengaruh
Gliserin dan Propilenglikol Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, dan SPF
Sediaan Krim Tipe O/W Ekstrak Biji Kakao (Theobroma cacao L.) (Kadar
Ekstrak Kakao 10%, 15%, dan 20%). PharmaScienta. Vol 2, No. 1. Hal :
31-42.
Herliana, Ersi. 2013. Diabetes Kandas Berkat Herbal. Jakarta : Fmedia (Imprint
AgroMedia Pustaka).
Ho, C.H., Noryati, I., Sulaiman, S.F., dan Rosma, A. 2010. In Vitro Antibacterial
and Antioxidant Activities of Orthosiphon stamineus Benth Extracts
Against Food-Borne Bacteria. Food Chemistry. Vol. 122. Hal : 1168-1172.
Holloway, J.L., Lowman, A.M., dan Palmese, G.R. 2013. The Role of
Crystallization and Phase Separation in the Formation of Physically Cross-
Linked PVA Hydrogels. Soft Matter Paper. Vol 9. Hal : 826-833.
Iswindari, Desti. 2014. Formulasi dan Uji Antioksidan Krim Rice Bran Oil.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kee, J.L dan Hayes, E.R. 1996. Farmakologi Proses Pendekatan Keperawatan.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Koay, Yen Chin dan Amir, Faheem. 2012. A Survey of the Chemical Constituents
and Biological Activity of Orthosiphon stamineus. Science International.
Vol. 24(2). Hal : 133-138.
Malik, Ajay, et al. 2011. World Health Organization’s Guidelines for Stability
Testing of Pharmaceutical Products. Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research. Vol. 3(2). Hal : 892-898.
Martin A., Swarbick, J., Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik Jilid II, edisi ke-3.
Terj. dari Physical Pharmacy, oleh Josihta. Jakarta: UI Press.
Maulina, Ika Dwi. 2011. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan
Krim yang Mengandung Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.). Skripsi.
Program Studi Farmasi Universitas Indonesia.
Muktiningsih, S.R, et al. 2001. Review Tanaman Obat yang Digunakan oleh
Pengobat Tradisional di Sumatra Utara, Sumatera Selatan, Bali, dan
Sulawesi Selatan. Media Litbang Kesehatan. Volume XI Nomor 4.
Nabiela, Warda. 2013. Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.). Skripsi. Jakarta: Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Prayoga, Sigit. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus Benth.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sharon, N., Syariful, A dan Yulier. 2013. Formualsi Krim Antioksidan Ekstrak
Etanol Bawang Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). Online Jurnal of
Natural Science. Vol 2 (3). Hal : 111-122.
Tranggono, R.I dan Latifah, F. 2007. Buku Pengantar Ilmu Kosmetik. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Wardiyah, Sry. 2015. Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang
Mengandung Etil P-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga Linn.). Skripsi. Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Yam, M. F., Asmawi, M.Z., dan Basir, R. 2008. An Investigation of the Anti-
Inflammatory and Analgesic Effects of Orthosiphon Stamineus Leaf
Extract. Journal of Medicinal Food. Vol. 11(2). Hal : 362-368.
Yam, Mun Fei, et al. 2010. HPLC and Anti-Inflammatory Studies of the
Flavonoid Rich Chloroform Extract Fraction of Orthosiphon Stamineus
Leaves. Open Acces Molecules. Vol. 115. Hal : 4452-4466.
Yam, Mun. Fei, et al. 2013. Antioxidant and Toxicity Studies of 50% Methanolic
Extract of Orthosiphon stamineus Benth. Hindawi Publishing Corporation.
Vol. 2013.
Mikroskop Olympus IX
Lemari Pendingin Oven
71
Minggu
0
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
0
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
N 12
a
Normal Parameters Mean 7.02725
Positive .159
Negative -.233
Kolmogorov-Smirnov Z .806
N 12
a
Normal Parameters Mean 6.89933
Positive .180
Negative -.254
Kolmogorov-Smirnov Z .881
2.064 2 9 .183
pH_Suhu_40oC
4.465 2 9 .045
ANOVA
o
pH_Suhu_26 C
Total .480 11
a,b
Test Statistics
o
pH_suhu_40 C
Chi-Square .962
df 2
Kesimpulan : secara umum tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap
formula krim.
N 12
a
Normal Parameters Mean 12803.50
Positive .191
Negative -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .661
N 12
a
Normal Parameters Mean 12230.00
Positive .154
Negative -.107
Kolmogorov-Smirnov Z .532
.520 2 9 .611
.691 2 9 .526
ANOVA
o
Viskositas_suhu_26 C
Total 1.053E8 11
ANOVA
o
Viskositas_suhu_40 C
Total 9.264E7 11
Kesimpulan : secara umum tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap
formula krim
N 12
a
Normal Parameters Mean 18.3233
Positive .116
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .403
N 12
a
Normal Parameters Mean 16.9033
Positive .229
Negative -.145
Kolmogorov-Smirnov Z .792
.342 2 9 .719
1.408 2 9 .294
ANOVA
o
Daya_sebar_suhu_26 C
Total 253.879 11
ANOVA
o
Daya_sebar_suhu_40 C
Total 212.037 11
Kesimpulan : secara umum terdapat perbedaan yang bermakna pada formula krim
yang disimpan pada suhu 26 ± 2oC dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna
pada setiap formula krim yang disimpan pada suhu 40oC
Multiple Comparisons
o
Daya_sebar_suhu_26 C
LSD
N 12
a
Normal Parameters Mean 3.32017
Positive .100
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z .458
N 12
a
Normal Parameters Mean 2.71875
Positive .159
Negative -.163
Kolmogorov-Smirnov Z .564
.520 2 9 .611
.356 2 9 .710
ANOVA
o
Diameter_Globul_suhu_26 C
Total 3.066 11
ANOVA
o
Diameter_globul_suhu_40 C
Total .537 11