Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Eksipien pendukung adalah bahan tambahan yang digunakan hanya sebagai pelengkap.
Umumnya bertujuan untuk menstabilkan bahan aktif atau bahan lain yang terdapat dalam
formula yang terancam stabilitasnya akibat oksidasi, atau adanya ion logam. Selain itu eksipien
pendukung digunakan untuk meningkatkan estetika dan rasa. Eksipien pendukung
diperlukanhampir di setiap jenis sediaan sesuai dengan kebutuhan.

Oleh sebab itu, eksipien pendukung dipisahkan uraiannya tersendiri. Eksipen pendukung
meliputi, antoksidan, antibusa, flavor suatu sensori yang melibatkan aroma dan rasa, zat warna,,
pemberi rasa, dan bahan penghelat, bahan pengatur pH dan lain-lainnya. Eksipien pendukung
yang digunakan dalam industry farmasi sebagian besar juga digunakan oleh industry makanan.
Pada makalah ini kami akan membahas peranan penutup rasa, flavor dan pengaroma yang baik
digunakan untuk membuat sediaan obat maupun makanan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dunia.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PEWARNA

Sampai pertengahan abad ke-19, pewarna yang digunakan bersumber dari hewan,
tumbuhan dan mineral. Pada taun 1856 ditemukan zat warna sintetik pertama. Penemuan zat
pewarna sintetik merupakan ancaman terhadap kesehatan manusia. Pada tahun 1904, FDA
mengeluarkan daftar 7 zat warna, dan tahun 1938 FDAC mengeluarkan tentang kewajiban
sertifikasi zat warna. Saat ini, zat warna diatur secara nasional dan internasional.

2.2 Kebutuhan Pewarna di Farmasi

Penggunaan bahan pewarna difarmasi (obat) sudah berlangsung sejak awal dikenal
adanya obat. Zat warna sebagai bahan tambah tidak boleh menunjukan efek terapi, tapi efek
fisiologi warna sudah dikenal sejak lama. Pewarna sediaan farmasi sangat berguna untuk
identifikasi selama proses produksi dan distribusi. Selain itu, membantu pasien mengenal obat
yang direseprkan serta cara penggunaannnya yang benar, dan memberikan penampilan yang
menarik lebih disukai oleh pasien, khususnya anak-anak. Zat warna dengan flavor yang
digunakan harus serasi, sehingga dihasilkan citra yang sesuai. Jumlah zat warna yang boleh
ditambahkan didalam suatu formulasi berkisar antar 0,1%-3,5%.

2.3 Aspek Peraturan Perundang-Undangan

Penilaian keamanan zat warna dialkukan secara terus-menerus. Peraturan selalu berubah
dan tidak selalu sama disetiap Negara. Walaupun prinsip peraturan tentang zat warna sama
dibanyak Negara, akan tetapi perbedaan tetap ada. Study toksikologi dilakukan secara
Internasional oleh WHO, FDA, dan EEC untuk menilai keamanan zat warna. FDA mengatur
semua zat warna yang akan digunakan di Amerika Serikat (FDA ACT 1938, 1960 color
Additives amendemen). Zat warna didefinisikan sebagai suatu pigmen, atau zat lainnya yang
dibuat dengan proses sintesis, ekstraksi, isolasi atau cara lainnya sehingga diperoleh dengan atau
tanpa perubahan sebagaian atau seluruhnya dari sayuran, hewan, mineral atau sumber pewarna
lainnya, dan ketika ditambahkan atau diaplikasikan terhadap makanan, obat, dan kosmetik

11
mampu bereaksi dengan substansi lainnya maupun tidak bereaksi sehingga pada akhirnya
dapat memberikan warna.

Amandemen warna aditif 1960 memberikan daftar zat warna yang harus disertifikasi
dan yang mendapat pengecualian. Undang-undang tersebut menetapkan zat warna yang
belum diteliti secara ilmiah dan dapat digunakan dan dimasukkan dalam daftar sementara
sebelum masuk kedalam daftar tetap. Bila ingin mengeksport sediaan farmasi yang
mengandung zat warna tertentu kemancanegara perlu dilakukan survei terlebih dahulu
apakah warna tersebut juga diizinkan digunakan.

2.4 Jenis-jenis Pewarna

1. Pewarna Alami
Dibuat dengan cara mengekstraksi bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna
hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, warna coklat dari buah
coklat, warna merah dari daun jati, warna orange dari wortel, warna coklat tua (dari gula
yang dikaramelkan), annatto (pewarna kuning kemerahan yang berasal dari tanaman
achiote), pewarna hijau dari alga chlorella, cochineal (zat warna merah dari serangga
Dactylopius coccus).
Jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya
menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makakan dari bahan-bahan kimia. Pada table
dilihat sumber tanaman penghasil dan zat warna. Roha dyechem pvt ltd, suatu pabdrik zat
warna makanan diindia melaporkan mengenai beberapa sumber dan zat-zat warna yang
dihasilkan.

Warna Sumber tumbuhan dari ekstrak


Kuning Turmeric safflower
Orange Carrots paprika
Merah Elderberries, purple carrot, bit, kubis merah
Hijau Bayam
Coklat Caramalised sugar syrup

2. Pewarna Buatan
Meliputi FDC blue nomor.1 ( atau berlian blue FCF atau E 133), FDC red nomor.40
(atau alura merah AC atau E 129), FDC yellow no.5 (atau tartrazin atau E 102), FDC
blue no.2 (atau indigotine atau E132), FDC green no.3 (atau fast green FCF atau E143),
FDC red no.3 (atau eristrosin atau E127). Dan FDC yellow n0.6 (atau sunset kuning
FCF atau E110). Zat warna tersebut disebut zat warna primer, sedangkan campuran dari
zat-zat warna tersebut dinamakan warna sekunder.
Symbol FDC berarti bahwa FDA telah menyetujui penggunaan zat warna
bersangkutan pada makanan, obat, dan kosmetik. Sedangkan symbol E seperi pada zat
warna E143, berarti bahwa zat warna tersebut telah disetujui untuk digunakan diwilayah
uni eropa.

2.5 Jenis pewarna diamerika serikat

U.S Certified synthetic colorants FDA ACT membagi zat warna sintetik dalam tiga
kategori :
a. Zat warna untuk makanan, obat dan kosmetika (FDC).
b. Zat warna untuk obat dan kosmetika (DC)
c. Zat warna untuk pemakaian luar (ekternal DC)
Semua zat warna yang disetujui untuk digunakan harus memenuhi spesifikasi,
penggunaa, dan batasan-batasan tertentu.
a. Zat warna FDC
Zat warna dan lakes termasuk dalam daftar FDC. Lake adalah pigmen, bahan
tidak larut dan pewarna dalam bentuk disperse yang merefleksikan cahaya (diadsopsi
pada permukaan). Zat warna FDC larut dalam ait dan menunjukan pewarnaan dengan
transmisi cahaya.
Saat ini zat warna sintetik dihasilkan dari bahan antara murni yang diperoleh dari
industry petrokimia dan sebagainya. Zat warna sintetik dipasarkan dalam berbagai
bentuk fisik: serbuk granul, pasta, cairan dan disperse. Bentuk ini disesuaikan untuk
pemakaian khusus.
Zat warna umumnya tidak stabil karena struktur kimianya dipengaruhi oleh :
1. Energi cahaya
2. Bahan pengoksidasi dan pereduksi
3. Mikroorganisme
4. Seseporalogam
5. pH
6. Temperatur tinggi

Parameter ketidaksetabilan dan limit kelarutan berbeda antara suatu warna


dengan warna lainnya. Hal ini harus dipertimbangkan dalam penggunaan zat
warna untuk bermacam aplikasi.

b. FD C Lakes
Lake yang dizinkan untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik hanyalah lake
aluminium. Pembuatan lake dilakukan melalui absorpsi zat warna FDC melalui
garam alumunium pada suatu basa alumina hidrat. Sifat lake dikendalikan melalui
bermacam kondisi proses (missal : bahan awal, urutan penambahan, pH dan
temperature). Hal terpenting dari lake alumunium adalah ukuran partikel. Pewarna
lake dipengaruhi oleh jumlah zat warna yang diabsorpsi pada alumunium hidrat dan
distribusi ukuran partikel. Ukuran partikel juga mempengaruhi daya pewarna lake
pigmen. Partikel lebih halus akan meningkatkan luas permukaan yang merekflesikan
cahaya, yang berarti pewarnaan lebih intensif.
c. D C dan D C topical
Zat warna D C dan D C eksternal dapat digunakan untuk pewarnaan obat dan
kosmetika denganbeberapa pembatasan. Beda antara FDC, D C dan zat warna DC
adalah zat warna ini digunakan secara spesifik dan ada pembatasannya. Zat warna
tersebut ada dalam bentuk lakes dan zat warna yang hanya digunakan untuk kosmetik
(topical). Bahan awal pembuatannya sama dengan yang digunakan untuk pembuatan
zat warna FDC. zat warna DC dan DC eksternal ada yang dapat larut dalam air ada
pula yang tidak. Beberapa diantaranya larut dalam pelarut organic. Masalah stabilitas

14
analog. Stabilitas analog dengan zat warna DC dan DC yang hanya digunakan
untuk sediaan topical, serta FDC, walaupun ada beberapa zat warna DC yang lebih
stabil.

d. Lake DC dan DC topical


Pembuatan lake ini biasanya dengan pengendapan. Suatu zat warna larut pada
substrat yang sesuai. Pada warna DC, substratny adalah alumina, titan dioksida, seng
iksida, talc, resin, alumunium benzoate, kalsium karbonat atau kombinasi dari bahan
tersebut.

2.6 PERSYARATAN PENGGUNAAN ZAT WARNA UNTUK KOSMETIK

Secar umum, zat pewarna boleh dipergunakan pada produk-produk kosmetik selama
penggunaannya sesuai dengan standar penggunaan yang berlaku. Penggunaan zat pewarna pada
produk kosmetik yang hanya digunakan pada bagian luar tubuh diperbolehkan selama jumlah
pemakaiannya sesuai dengan aturan yang teah ditetapkan oleh stndar penggunaan. Penggunaan
zat pewarna pada produk kosmetik yang hnya digunakan pada bagian luar tubuh diperbolehkan
selama kandungnya tidak lebih dari 0,01% dari produk jadi dari sebuah produk kosmetik.
Penggunaan zat pewarna pada pada produk perias bibir diperbolehkan selama komposisinya
tidak lebih dari 3% dari berat total suatu prouk kosmetik.

2.7 PENGGUNAAN ZAT WARNA

Perundang-undangan yang berlaku tentang suatu zat warna disuatu Negara dapat saja
tidak disetujui penggunaannya dinegara lain. Hal itu harus sudah diperhatikan sejak melakukan
litbalm untuk ekspor sesudah diketahui suatu zat warna digunakan dsuatu Negara, selanjutnya
dilakukan pencarian spesifikasi yang berlaku. Contoh : besi oksida digunkan oleh banyak
Negara. Akan tetapi, penggunaan besi oksida yang disetujui oleh amerika, tidak disetujui oleh
Negara EEC.

15
Penggunaan zat warna sinteis di Negara Skandinavia diawasi sangat ketat. Bahkan dalam
beberapa akasus, menentang penggunaan zat warna (dilarang). Pada umumnya Negara di dunia
mengikuti spesifikasi yang disarankan oleh FAO dan WHO. Peraturan zat warna dikanada sangat
mirip dengan di amerika serikat, tetapi masih ada beberapa perbedaan kecil.

2.8 SISTEM PEWARNAAN BEBERAPA SEDIAAN FARMASI (CARA KERJA)

Proses pewarnaan menggunakan zat warna tertentu merupakan salah satu cara untuk
membuat obat dapat diterima oleh pasien dan meminimalkan interaksi antara zat atau eksipien
lain dengan cahaya. Dalam pemilihan zat warna untuk aplikasi tertentu, pertimbangan utama
adalah tipe formulasi yang akan menggunakan zat warna tersebut.

Kriteria penggunaan zat warna dalam berbagai aplikasi di antaranya.

1. Tidak reaktif (bersifat inert)


2. Merupakan bentuk paling stabil untuk aplikasi yang digunakan.
3. Mudah diinkorporasikan ke dalam system yang akan menggunakan zat warna
4. Memenuhi kriteria estetika
5. Tidak menimbulkan baud an rasa pada produk
Sistem pewarnaan dalam beberapa sediaan farmasi adalah sebagai berikut.

1. Tablet
1.1 Granulasi Basah
Pada proses granulasi pewarna yang berikatan dengan air adalah pendekatan
paling umum dalam memformulasi pewarna. Namun, selama pengeringan
granulasi,warna yang larut dapat bermigrasi dan jika lebih dari satu warna yang
digunakan ,pewarna dapat bermigrasi pada tingkat yang berbeda. Hasil ini tidak
mewarnai granulasi, yang akan memiliki berbintik-bintik penampilan setelah kompresi.
Beberapa aditif, seperti pati,lempung, dan talkum, telah digunakan untuk menyerap
pewarna, ada dengan mengurangi namun tidak sepenuhnya menghilangkan migrasi.
Masalah ini dapat dihindari dengan menggunakan pigmen lainnya.Warna tidak akan
bermigrasi karena mereka tidak larut. Selain itu, stabilitas cahaya produk akan
ditingkatkan.

1.2 Cetak Langsung


Formula cetak langsung sedang berkembang karena biaya yang cukup
murah.Jumlah prosedur yang digunakan berkurang.Formulasi cetak langsung
membutuhkan pencampuran saja;Oleh karena itu, pigmen lainnya digunakan karena
penghapusan prosedur membasahi mencegah warna larut.
Memberi warna pada formula kering tidak begitu menjadi masalah.
Meskipun ada sedikit kesempatan migrasi warna, sedikit pencampuran
pigmen dapat menghasilkan warna specking dan bintik-bintik. Masalah ini dapat
diminimalkan dengan pra-pencampuran pigmen dengan sebagian kecil bahan lain
sebelum seluruh campuran untuk mengurangi partikel pigmenaglomerasi. Hal tersebut
merupakan kemudahan dimana pigmen dapat dimasukkan kedalam
formulasi mungkin tergantung pada komponen dalam campuran.
2. Tablet Salut
2.1 Tablet Salut Gula
Tahap pewarnaan adalah salah satu bagian yang paling penting dari operasi.
Disini memberikan warna pada tablet dan dalam beberapa kasus ukuran diperhatikan. di
sini keberhasilan diukur dalam hal keindahan produk akhir.
Sebelum tahun 1950, lapisan warna tradisional untuk bentuk sediaan
padatbiasanya dilakukan dengan menggunakan pewarna larut sebagai pewarna
utama.Sistem ini dapat menghasilkan tablet yang paling elegan. Namun, banyak kesulitan
dapat timbul biasanya berhubungan dengan pewarna yang larut.
Migrasi warna mudah terjadi jika tahap pengeringan setiap aplikasi warna tidak
ditangani dengan baik. Hal ini menyebabkan ketidak seragaman distribusi warna atau
bintik-bintik. Depresi kecil atau penyimpangan dalam permukaan tablet juga dapat
menyebabkan ketidak seragaman warna. Banyak mantel smoothing diperlukan sebelum
warna apapun dapat diterapkan. Perawatan harus diambil untuk memastikan bahwa tablet
tidak menjadi lebih berwarna. Sirup meningkatkan konsentrasi zat warna biasanya
digunaka nuntuk mencapai warna dan mengendalikan bintik. Proses ini dapat mengambil
dari 20 sampai 60 aplikasi untuk warna untuk berkembang sepenuhnya.Salut adalah
operasi yang sangat memakan waktu dan pengerjaan halus.
Akhir tahun1950-an, proses salut gula pigmen dikembangkan dankemudian
dipatenkan oleh Arnold Nicholson dan Stanleytuc ke26.Komposisi warna dari penemuan
ini pada dasarnya aluminium dan dotter sebar dalam larutan sirup. Sistem ini berwarna
cerah, tablet elegan dan dieliminasi banyak masalah yang terkait dengan teknik salut
gula standar.Sifat berdebu pigmen kadang-kadang memerlukan penggunaan udara filtrasi
dan pengumpulan debu sistem untuk menghindari kontaminasi daerah lain tanaman.
3. Kapsul
3.1. Kapsul gelatin keras
Kapsul diwarnai secara primer menggunakan pewarna FD&C atau D&C dan terkadang
agen opacifying seperti titanium dioksida.Tipe kapsul diwarnai menggunakan bahan yang
larut air.Larutan pewarna ini secara sederhana ditambahkan ke lelehan gelatin.
pH dari gelatin sangat penting karena hal ini dapat mengubah warna dari kapsul menjadi
lebih gelap. Hal ini juga penting untuk mengontrol kelekatan dinding kapsul karena
variasi dapat menyebabkan perubahan intensitas warna.Jika bahan aktif bersifat
fotosensitif, hal ini bisa dianjurkan untuk menggunakan kapsul opaque.Kapsul opaque
dapat mengandung pigmen atau pewarna dan opacifier.Pewarna biasanya terlarut atau
terdispersi dalam air, gliserin atau kombinasi dari pelarut ini sebelum penambahan
campuran gelatin.Ketebalan dinding sangat jarang menjadi faktor yang menentukan
kegelapan kapsul opaque.
Teknologi yang nyaman belakangan ini pada area putaran printing dapat
memperbolehkan beberapa manufaktur untuk mengidentifikasi warna kapsul dengan
bahan printing dari variasi kelebaran dan warna dari badan kapsul melewati penggunaan
warna imprinting.

3.2. Kapsul gelatin lunak ( kapsul lunak )


Kapsul lunak terbentuk secara persatuan tidak bisa dipisahkan, dengan dibungkus kedap
udara, cangkang kapsul gelatin mengandung cairan, suspensi ataupun semi solid.Warna
yang digunakan di cangkang harus lebih gelap daripada warna materi enkapsulasi alami
ataupun sintetis.
Opacifier, biasanya titanium dioksida, dapat ditambahkan kedalam prosedur membuat
cangkang opaque, ketika formulasi yang diisikan adalah suspensi atau untuk mencegah
foto degradasi dari isi bahan yang sensitif terhadap cahaya. Konsentrasi dari opacifer
dapat ditambahkan sampai 0,5%.

4. Produk cairan
Pewarna digunakan harus yang secara total larut dalam pelarut dan diperlukan
pada konsentrasi tertentu. Banyak sekali kejadian pewarna dapat melambangkan perasa
dari produk (misalnya, merah untuk rasa cherry, atau kuning untuk rasa lemon) dapat
dipilih.Faktor-faktor yang mengganggu warna dan stabilitas dari pewarna di dalam sistem
larutan harus disadari secara hati-hati dengan baik. Faktor-faktor ini adalah pH, aktivitas
mikrobiologi, terpapar cahaya dalam pengemasan akhir produk, dan kompatibilitas dari
pewarna dengan bahan-bahan lain. Ketika formulasi produk cairan dengan pewarna,
konsentrasi pewarna yang paling rendah yang mungkin diberikan untuk memberikan
warna yang diinginkan, karena konsentrasi yang lebih tinggi dapat menghasilkan warna
yang tumpul.Banyak produk cairan mempunyai konsentrasi pewarna <0.001%.
Jika pewarna ditambahkan secara langsung ke dalam tangki pencampuran,
kehadiran dari sejumlah kecil bahan tak terlarut dapat menjadi sulit untuk digunakan dan
dapat menambahkan masalah kemudian saat prosedur compounding.
Pigmen atau pewarna dapat digunakan untuk larutan pewarna-polish seperti
suspensi, emulsi, dan pewarna tak terprintkan.Dalam sistem non-air (non-aqueous),
karena ketidak bisanya kelarutan, penggunaan pigmen menjadi tepat dan diperlukan.Jika
pigmen dipilih sebagai pewarna hal ini mungkin sesuai untuk pre-dispersi sebelum
ditambahkan ke dalam produk akhir.Konsentrasi dispersi dalam sediaan yang bervariasi
secara komersial telah ada.
5. Salep
Pewarna dan pigmen, keduanya dapat digunakan untuk mewarnai saleptergantung pada
pembawanya. Pigmen lebih disukai karena pigmen tidak akan bermigrasi ke permukaan. Untuk
memasukkan pigmenke dalam sistem, dilakukan pencampuran pigmen danproduk pada roll atau
salep mill.
6. Pasta gigi
Masalah utama yang mempengaruhi penampilan estetika pasta gigi adalah migrasi warna dari
satu komponenmenjadi komponen lain.Terutama jika salah satu komponen berwarnaditerapkan
pada permukaan dasar yang putih. Untuk alasan ini, pewarna digunakan untuk menghambat
migrasi warna yang terlihat.
.

Kegunaan atau manfaat dari penggunaan zat warna dalam suatu sediaan

1. Obat yang kurang menarik bias dibuat lebih diterima oleh pasien dengan merubah
penampilan sediaan menjadi lebih elegan.
2. Membantu pasien dalam mengenali obat, terutama yang menggunakan bebrapa produk.
3. Banyak produk obat terlihat mirip, maka warna ( dalam kombinasi dengan bentuk dan
atau logo timbul atau cetak) dapat membantu identifikasi. Juga, kombinasi ini dapat
membantu dalam pencegahan pemalsuan produk.
4. Beberapa zat warna yang tidak larut atau pigmen bermanfaat bila digunakan dalam
pelapisan tablet atau cangkang gelatin dalam melindungi stabilitas zat aktif ataupun
eksipien lain dari cahaya karena memberikan warna yang tidak transparan. Pigmen
seperti titanium oksida, dan bebrapa lake aluminium sangat berguna untuk tujuan ini.
5. Membantu mengidentifikasi distribusi atau homogenitas bahan obat dan mengevaluasi
produk dalam formulasi.
6. Zat warna digunakan untuk mencocokan atau mendukung perasa yang digunakan.

Hal yang terjadi bila kekurangan atau kelebihan zat warna (coloring agent)

Penggunaan zat warna merupakan komponen tambahan dalam suatu formulasi namun
penggunaannya pun perlu diperhatikan, terutama jumlahnya. Berikut akan diuraikan hal yang
terjadi apabila suatu sediaan mengandung zat warna yang kurang atau jumlahnya berlebihan.

Pertama, dari segi penampilan akan membuat sediaan kurang elegan. Bila jumlah zat
warna yang ditambahkan kurang, maka warna yang terbentuk terlalu muda dan tidak menarik.
Bahkan bil`a jumlah yang ditambahkan terlalu sedikit, akan membuat warna tidak muncul atau
tidak terlihat adanya warna dalam sediaan. Jika zat warna berlebihan, warna yang terbentuk
terlalu mencolok atau tua.
Kedua, dari segi pendukung stabilitas terhadap cahaya. Bila zat warna yang digunakan
bertujuan terutama untuk melindungi stabilitas zat aktif atau eksipien lain dari cahaya, maka
kekurangan zat warna akan menjadi masalah yang serius sedangkan jika jumlahnya berlebih
tidak menjadi masalah karena fungsi penutup sediaan. Jika zat warna kurang, maka warna
yang terbentuk akan muda atau singkat opacitynya kurang, sehingga tidak bias berfungsi sebagai
blocking yang menahan masuk atau menembusnya cahaya ke dalam sediaan. Jika hal itu terjadi,
maka diperlukaan penataan ulang pada tahap praformulasi atau tahap formulasi, karena ketidak
stabilan zat menyebabkan zat terdegradasi dan dampaknya dapat merubah warna zat menjadi
bersifat toksik.

Ketiga, dari segi formulasi sediaan. Dalam formulasi, zat pewarna berfungsi untuk
mengidentifikasi distribusi atau homogenitas bahan obat saat proses mixing dan produk jadi
sediaan. Jika zat warna kurang, homogenitas bahan akan sulit diamati, sedangkan jika kelebihan
akan semakinterlihat homogenitas bahannya. Namun, pada produk akhir, baik kekurangan
maupun kelebihan akan menjadi masalah karena jika proses mixing tidak baik maka akan
terbentuk warna yang tidak merata pada sediaan, atau pada sediaan tablet disebut motting.

II.3.7 APLIKASI DALAM SEDIAAN FARMASI ATAU TEKNOLOGI

Bahan pewarna digunakan terutama untuk memberikan penampilan yang khas untuk
suatu bentuk sediaan farmasi. Kategori utama dosis bentuk yang berwarna :

- Tablet : baik inti sendiri atau lapisan


- Kapsul keras atau gelatin lunak : shell kapsul atau manik-manik dilapisi
- Cairan oral
- Topikal, krim dan salep
Warna adalah alat yang berguna untuk membantu mengidentifikasi produk suatu pabrik
farmasi tertentu dan tahap distribusinya. Pasien, terutama yang menggunakan beberapa produk,
sering mengandalkan warna untuk dapat mengenali obat. Penggunaan warna yang berbeda untk
kekuatan yang berbeda. Obat dengan warna yang sama juga dapat membantu menghilangkan
kesalahan dalam pemakaian. Obat tidak menarik, tetapi bias dibuat lebih diterima oleh pasien
dengan menggunakan warna, dan warna juga dapat digunakan untuk membuat persiapan lebih
seragam karena sebuah bahan dalam perumusan sendiri telah penampilan variable dari batch ke
batch.
Untuk cairan bening dapat digunakan bahan pewarna agar menghasilkan cairan dengan
warna yang diinginkan, sebaiknya gunakan zat warna yang larut dalam air. Akan tetapi untuk
pewarnaaan permukaan, yang meliputi lapisan tablet, pilihan warna biasanya dibatasi untuk
pigmen yang tidak larut. Alasan ini termasuk kurangnya migrasi warna, opasitas lebih besar, dan
warna ditingkatkan stabilitas di atas warna yang larut dalam air.

Spesifikasi Pharmacopeial

Beberapa bahan yang digunakan sebagai bahan pewarna yang digunakan dalam sediaan
farmasi termasuk dalam berbagai pharmacopeia, misalnya titanium oksida termasuk di PhEur
6.4. Namun, jika titanium oksida sedang digunakan khusus sebagai pewarna, maka kriteria
kemungkinan tertentu dari petunjuk 95/45/EC berlaku.

II.3.8 STABILITAS DAN KONDISI PENYIMPANAN

Zat pewarna farmasi membentuk kelompok senyawa kimia yang sangat beragam dengan
stabilitas yang bervariasi pula. Beberapa zat warna, terutama pigmen anorganik menunjukan
stabilitas yang tinggi. Bahan pewarna lainnya, seperti beberapa zat warna organic, memiliki sifat
stabilitas yang rendah, digunakan dalam formulasi karena toksisitas rendah. Beberapa warna
organic alami dan sintesis sangat tidak stabil dalam terang. Namun, dengan produksi yang sesuai
dengan prosedur, dikombinasikan dengan kemasan produk yang efektif, warna dapat digunakan
dengan sukses dalam formulasi, jika pilihan warna yang tersedia sesuai dengan karakter bahan
aktif dan eksipien yang digunakan dalam formula.

Pewarna anorganik, dan pewarna sintesis harus disimpan dalam baik tertutup, terlindung
0
dari sinar matahari, dan container yang digunakan tahan pada suhu di bawah 30 C. untuk warna
alami dan identic alami, kondisi penyimpanan harus mengikuti rekomendasi pabrik penghasil
pewarna tertentu harus diikuti. Untuk memperpanjang masa kadaluwarsa, beberapa warna alam
yang disediakan sebagai gelatin-encapsulated atau sama encapsulated bubuk dan mungkin
disegel dalam container di bawah nitrogen.

Stabilitas pewarna dalam larutan tergantung dari eksipienlain yang digunakan pada
formulasi. Contohnya, FDC blue No.2 ditemukan memudar cepat dengan adanya gula (sorbitol,
manitol, dekstrosa, sukrosa dan laktosa) dan surfaktan non ionic Pluronic F-68. Kombinasi dua
atau lebih pewarna dapat meyebabkan komplikasi selama uji stabilitas jangka panjang. Jika
adanya interaksi fiskokimia antara pewarna dengan kemasan, eksipien, atau zat aktif obat.
Contohnya, suatu warna dapat memudar dalam waktu tertentu, sehingga dapat mengubah warna
sediaan keseluruhan. Dampak ini harus diperhatikan sebelum menggunakannya, khususnya jika
warna yang diharapkan untuk menutupi perubahan warna sediaan. Untuk menutupi perubahan
warna karena waktu, sampel lama harus digunakan untuk memilih pewarna yang cocok dan
dibandingkan dengan sampel baru dan placebo untuk memastikan tidak ada perubahan warna
yang terlihat.

II.3.9 TINJAUAN KEAMANAN

Zat pewarna digunakan dalam berbagai sediaan yang digunakan melalui mulut dan
topical, juga digunakan secara luas dalam bahan makanan dan produk kosmetik. Studi
toksikologi secara rutin dilakukan secara terus menerus oleh organisasi seperti Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), Amerika Serikat Food and Dug Administration (FDA) dan European
Commission (EC). Hasil dari tinjauan tersebut terus-menerus diinformasikan ke berbagai badan
pengawas di seluruh dunia, dan hal itu telah mengembangkan daftar diizinkannya zat warna yang
aman dan bebas dari toksisitas serta efek samping yang serius. Sehubungan dengan luas dan
relative besar penggunaan warna dalam makanan, sejumlah zat warna yang digunakan saat ini
telah dikaitkan dengan keamanan atau efek merugikan, walupun dalam jumlah yang relative
kecil.

Pembatasan atau larangan penggunaan bebrapa zat warna telah dikenalkan di bebrapa
Negara, sedangkan warna yang sama dapat didizinkan untuk digunakan di Negara lain.
Akibatnya warna yang sama mungkin memiliki peraturan yang berbeda status dalam wilayah
yang berbeda di dunia. Pada tahun 2007, sebuah penelitian melaporkan yang mengkaitkan
penggunaan enam warna, tetrazin (E102), (E1 10) kuning kuinolin (E104), kuning matahari
terbenam, karmoisin (E122), ponceau 4R (E124) dan alura merah (E129). Penelitian tersebut
dikaitkan dengan warna-warna yang digunakan untuk sediaan yang digunakan untuk anak-anak.
Akan tetapi, setelah meluas lagi hasil penelitian tersebut, Eropa Badan standar Makanan
menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan dalam perundang-undangan.
Dalam larutan, eritrosin (FDC merah No.3), mislnya, telah delisiting di Amerika Serikat
sejak tahun 1990, berdasarkan studi menggunakan tikus menunjukan karsinogenik. Hal tersebut
yang membatasi penggunaan setiap zat wrna, karena menyebabkan kanker pada manusia atau
hewan dalam jumlah tertentu.

Tetrazin (FDC kuning No.5) juga telah menjadi subjek Kontroversi keamanan, dan
pembatasan yang dikenalkan terhadap penggunaannya dalam beberapa negara. Secara umum,
kekhawatiran atas keamanan penggunaan zat warna sediaan farmasi dan makanan yang
berhubungan dengan laporan hipersensitivitas dan aktivitas hiperkinetik, terutama dikalangan
anak-anak. Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan zat warna dalam suatu sediaan farmasi perlu
ditinjau secara cermat kemampuannya bagi pengguna.

Di Amerika Serikat, persyaratan pelabelan tertentu untuk sediaan yang mengandung


tetrazin karena zat warna tersebut ditemukan dapat menyebabkan alergi. Di Uni Eropa, produk
obat-obatan yang mengandung, sunset yellow, karmoisin, bayam, poneceau 4R atau BN hitam
brilian harus melakukan peringatan pada label tentang kemungkinan dapat menyebabkan reaksi
alergi.

Penanganan Keamanan

Zat pewarna yang digunakan dalm sediaan farmasi bervariasi dan terdiri dari kelompok
komponen yang seragam. Satu pabrik farmasi harus berkonsultasi untuk keamanan dan
penanganan penggunaan suatu zat warna tertentu. Secara umum, pigmen anorganik dan likes
imempunyai toksisitas yang rendah., akan tetapi kewaspadaan tetap diperlukan dalam
penanganan bahan kimia yang digunakan sebagai zat warna. Harus diamati kualitas dan tingkat
kemurnian zat warna yang akan digunakan.

II.3.10 PERATURAN STATUS

Zat warna memiliki status yang unik sebagai eksipien farmasi di sebagian besar lembaga
regulasi di dunia terus positif daftar warna yang dapat digunakan dalam produk obat. Hanya
warna pada daftar ini dapat digunakan dan beberapa warna mungkin dibatasi kuantitatif.
Undang-undang tersebut juga mendefinisikan kriteria kemungkinan untuk pewarna individu
agen. Di banyak daerah di seluruh dunia ada perbedaan antara warna yang dapat digunakan

21
dalam obat-obatan dan mereka untuk penggunaan makanan. Pewarna, membuat penampilan
tablet menjadi manis dan khas. Contoh zat warna FDC atau zat warna DC, ditambahkan
kedalam formula untuk memperbaiki penampakan dan identifikasi visual dari tablet salut.

Pengaruh pigmen terhadap sifat salut film

Sifat Efek jika konsentrasi pigmen meningkat


Kekuatan tensil Menurun
Modulus elastis Meningkat
Adesi film Efeknya kecil
Viskositas larutan Meningkat
Permeabilitas film Menurun
Hiding power Meningkat
Pelarut, yang mudah menguap memungkinkan penyebaran komponen-komponen lain disekitar
tablet sambil mempercepat penguapan agar pekerjaan lebih efektif dan lebih cepat. Contoh :
campuran alcohol aseton

II.3.11 Contoh-contoh Pewarna

Beberapa contoh-contoh pewarna yang akan dibahas adalah karoten, indigo carmin,
sunset kuning FCF dan tatrazin.

1. karoten
Berbentuk Kristal berwarna merah sampai jingga. Indeks warna No. CI 75130
0
(alam), CI 40800 (sintetik). Titik lebur 183 C larut 1 dalam 30 bagian kloroform, praktis
tidak larut dalam etanol, gliserin dan air. Umumnya tidak sesuai dengan bahan oksidator,
depolirasi akan berlangsung.
Stabilitas karoten sangat rentan terhadap oksidasi dan anti oksidan seperti
asam askorbat, natrium askorbat, atau tokoferol harus ditambahkan. Simpan pada tempat
0
terlindung dari cahaya pada suhu rendah (-20 C) dalam wadah tertutup dibawah nitrogen.
Modifikasi struktur kimia dengan memperpanjang rantai karoten,
menghasilkan zat yang bias didispersikan dalam system air. karoten juga tersedia
dalam bentuk Kristal micronized yang dapat disuspensikan dalam minyak nabati seperti
22
minyak kacang tanah. karoten mampu menghasilkan warna yang berfariasi dari
kuning pucat sampai orange gelap. Hal ini dapat digunakan sebagai warna untuk tablet
berlapis gula yang disiapkan terlebih dahulu dalam bentuk cairan. karoten sangat
tidak stabil terhadap cahaya dan udara, dan produk yang mengandung bahan ini, harus
dikemas sesuai dengan kondisi yang diuraikan diatas untuk meminimalkan degradasi.
karoten sangat tidak stabil ketika digunakan dalam proses spray-coating, mungkinkarena
oksigen di atmosfer menyerang didispersi halus tetsan semprot. Kelarutannya dalam air
yang buruk, menyebabkan karoten tidak dapat digunakan untuk sediaan cair yang
jernih, untuk mengatasinya dapat digunakan kosolven yang mengandung etanol.
2. Indigo Carmine
Berbentuk serbuk amorf berwarna biru tua. Larutan dalam air berwarna biru atau
ungu kebiruan. Dapat ditentukan secara kuantitatif dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang maksimum 604nm. Indeks warna No CI 73015. Tidak dapat bercampur
dengan asam sitrat dan larutan gula. Dapat bercampur dengan baik dengan asam askorbat,
gelatin, glukosa, laktosa, bahan yang sifat oksidator, dan larutan jenuh natrium
bikarbonat. Sensitive terhadap cahaya. Indigo merah tua adalah indigoid pewarna yang
digunakan untuk mewarnai sediaan farmasi yang digunakan melalui mulut dan topical.
Bila digunakan dengan warna kuning maka akan menghasilkan warna hijau.
3. Sunset Kuning FCF
Berbentuk bubuk berwarna kuning kemerahan. Dalam larutan air berwarna orange
terang. Dapat ditentutakn secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan cara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 482nm. Indeks warna No. CI
15985. Tidak dapat bercampur dengan asam sitrat, larutan gula, dan larutan jenuh natrium
bikarbonat, tetapi dapat bercampur dengan asam askorbat, gelatin dan glukosa. Sunset
FCF kuning adalah pewarna monoazo.
4. Tartrazin
Berbentuk serbuk berwarna kuning atau orange-kuning. Dalam larutan air
berwarna kuning, biasanya zat warna ini disimpan dengan penambahan larutan asam
klorida, tetapi dengan larutan natrium hidroksida warna berubah menjadi kemerahan.
Dapat ditentukan secara kualitataif dan kuantitatif dengan spektrofometri pada panjang
gelombang maksimum 425nm. Indeks warna No.CI 19140. Tidak dapat bercampur

23
dengan larutan asam sitrat, tetapi dapat bercampur dengan asam askorbat, laktosa,
larutan glukosa 10% dan larutan jenuh natrium bikarbonat. Dengan gelatin
mempercepat memudar dari warna. Tartrazin adalah monoazo, atau tirazolon, yang
memberikan warna orange sampai kuning. Hal ini digunakan untuk memperbaiki
penampilan produk dan untuk menanamkan pewarnaan khusus untuk tujuan
identifikasi. Peraturan di Amerika Serikat mengharuska sediaan obat yang
mengandung tartrazin harus mencantumkan pernyataan peringatan sebagai berikut :
1. Produk ini mengandung FDC kuning No.5 (tartrazin) yang dapat menyebabkan
reaksi alergi tipe (termasuk asma bronkial) pada orang rentan tertentu.
2. Biasanya orang-orang yang peka terhadap FDC kuning No.5 (tartrazin)
umumnya juga hipersensitip terhadap aspirin.

25
BAB III

KESIMPULAN

Pewarna berguna untuk identifikasi selama proses produksi dan distribusi. Selain itu
membantu pasien mengenal obat dan memberikan penampilan yang menarik. Jumlah zat warna
yang boleh ditambahkan didalam suatu formulasi berkisar antara 0,1%-3,5%.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. Effionora. 2012. Eksipien dalam sediaan Farmasi Karakteristik dan Aplikasi. Dian
Rakyat : Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. 1`995. Departemen
Kesehatan RI

27
28

Anda mungkin juga menyukai