“Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap unit Dose Dispensing (UDD)
dan One Day Dose (ODD) di Rumah Sakit”
Disusun oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
D-III FARMASI
JURUSAN FARMASI
I. JUDUL : Sistem Distribusi Obat unit Dose Dispensing (UDD) dan One
Day Dose (ODD) di Rumah Sakit
II. TUJUAN :
1. Mahasiswa mampu memahami manajemen distribusi perbekalan farmasi di
RS
2. Mahasiswa mampu memahami perbedaan masing-masing sistem distribusi
perbekalan farmasi di RS
3. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan masing masing
sistem distribusi perbekalan farmasi di RS
4. Mahasiswa mampu memahami sistem Unit Dosesdispensing
III. TINJAUAN TEORI ;
Distribusi Obat
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan .(Permenkes No 72 tahun 2016)
Sistem Distribusi Obat
Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel,
prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam
kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. Sistem
distribusi obat mencakup penghataran sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke
daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan
penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian dan ketepatan
personel pemberi obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat. Bentuk-bentuk
pendistribusian logistik farmasi rumah sakit (Febriawati, 2013).(Maulidiyatul Khasanah,
2018) Bentuk-bentuk pendistribusian logistik farmasi rumah sakit (Febriawati, 2013):
a) Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua obat/barang
farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan obat/barang farmasi
setiap unit perawatan/pelayanan baik untuk kebutuhan individu maupun
kebutuhan dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi
tersebut.(Maulidiyatul Khasanah, 2018)
b) Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat unit
perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan penditribusian kebutuhan
obat atau barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi dilayani dari
pusat pelayanan farmasi (Febriawati, 2013).(Maulidiyatul Khasanah, 2018)
Jenis sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap (Febriawati, 2013):
AlurDistribusiResepIndividu
IV. LATIHAN :
1. Mempraktekkan sistem distribusi obat Unit Dose Dspensing
2. Mempraktekkan sistem distribusi obatOnce Daily Dispensing
3. Mengisi lembar CPO.
Langkah-langkah pengerjaan :
1. Peserta praktikum dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5
orang mahasiswa.
2. Mahasiswa melakukan latihan sesuai kasus yang diberikan dosen pembimbing
praktikum.
3. Mahasiswa melakukan diskusi kelompok membahas kasus yang dipraktekkan.
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
5. Dosen pembimbing praktikum mengarahkan jalannya diskusi sehingga terjadi
komunikasi dua arah antara kelompok yang presentasi dengan kelompok lain
yang mendengarkan.
6. Hasil kerja kelompok beserta pertanyaan dan jawaban saat presentasi disusun
dalam bentuk laporan praktikum, dan diserahkan sebelum materi praktikum
selanjutnya dimulai.
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita mempraktekkan sistem distribusi obat UDD dan
ODDD dengan resep yang di dapatkan yaitu ranitidine 2 tablet dengan pemakaian
2 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan, aspilet 1 tablet diminum 1 kali
sehari 1 tablet , dan ISDN 3 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan dan
diletakan di bawah lidah. Obat tersebut dikemas dalam wadah kantong plastic
dengan etiket bewarna putih.
Pada praktikum farmasi rumah sakit yang telah dilakukan, digunakan sistem
pendistribusain obat Unit Dose Dispensing (UDD) dan Once Daily Dispensing. Pada
Sistem distribusi UDD obat diberikan untuk satu kali pakai, obat ditandai dengan etiket
yang berwarna berbeda untuk setiap waktu minum, jika ada obat yang jadwal
minumnya diluar jadwal maka akan di tandai dengan etiket putih. pada bagian bawah
etiket terdapat petunjuk khusus yang bisa diisi jika obat yang diserahkan memiliki
petunjuk khusus sebelum mengkonsumsinya seperti obat diletekkan dibawah lidah,
diminum sebelum makan, sistem distribusi ini merupakan sistem distribusi yang paling
efektif untuk diterapkan di rumah sakit karena sistem ini tingkat kesalahan pemberian
Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18%. Kelebihan sistem UDD dibandingkan
dengan Non UDD adalah pengecekan obat oleh apoteker. Apoteker mempunyai
tanggung jawab untuk memonitoring obat pasien yang dirawat inap pada rumah sakit.
Permasalahan clinical error yaitu adanya alergi, interaksi obat dengan obat, interaksi
obat dengan penyakit, lamanya terapi yang tidak sesuai, dan ketidak-sesuaian obat
dapat dihindarkan atau dikoreksi dahulu.
Adapun keuntungan dari system unit dose dispensing adalah:
a) Pasien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat
yang dikonsumsi saja.
b) Perawat tinggal menyerahkan obat yang sudah disiapkan oleh IFRS dalam kemasan
untuk sekali konsumsi.
c) Kesalahan obat dapat diminimalisir karena resep atau order obat diskrining oleh
apoteker dan petugas yang menyerahkan obat kepada pasien dapat melakukan
pengecekan ulang sebelum obat diserahkan.
d) Tidak terjadi duplikasi permintaan obat yang berlebihan.
e) Menghindari kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien.
f) Menghindari pencurian dan pemborosan obat.
Untuk pemberian obat pada sistem distribusi dosis unit ( UDD), obat yang
diberikan adalah ISDN yang diminum sebelum makan dan diletakan di bawah
lidah. Untuk ISDN diberikan pada pukul 06.00 dengan etiket bewarna
merah,14.00 dengan etiket bewarna kuning, dan 22.00 dengan etiket bewarna
orange. karena aturan pakai dari ISDN dalah 3 kali sehari untuk itu diberikan
dalam 3 kali. Untuk obat aspilet diberikan waktu diluar jadwal dengan etiket
putih. yaitu 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan pagi. Pemberian disesuaikan
dengan setelah jam masuk pasien dan minimal diberikan selama 24 jam. Dan
setiap obat yang akan diberikan pasien harus disertai etiket yang jelas yang
berisi nama pasien, tanggal, nomor, jam pemberian, nama obat, signa yang
jelas, tanda tangan serta keterangan lainnya seperti sesudah makan, sebelum
makan dll. Obat diracik UDD dikemas dalam wadah kantong plastic dengan
etiket berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat sesuai
waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan dalam jadwal
penyerahan obat.
VI. Kesimpulan
One day dose dispensing ( ODDD) adalah penyediaan obatdalam
system ini dilakukan oleh instalasi farmasi pada pasien rawat inap yang
dikemas dan disiapkan dalam dosis untuk pemakaian sehari 24 jam. Adapun
obat yang di dapat pada resep kali ini adalah, ranitidine 2 tablet dengan
pemakaian 2 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan, aspilet 1 tablet
diminum 1 kali sehari 1 tablet , dan ISDN 3 kali sehari 1 tablet diminum
sebelum makan dan diletakan di bawah lidah. Obat tersebut dikemas dalam
wadah kantong plastic dengan etiket bewarna putih.
Unit Dose Dispensing (UDD) adalah suatu sistem distribusi obat kepada
pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai untuk
pemakaian selama 24 jam. Sistem distribusi obat UDD merupakan tanggung
jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan administrasi.
Sistem pelayanan farmasi saat ini tengah diupayakan adalah sistem pelayanan
farmasi satu pintu, dimana seluruh kebutuhan obat dan alat kesehatan dipenuhi
oleh Instalasi Farmasi Rumah sakit sehingga dengan sistem ini diharapkan
dapat mempermudah farmasis dalam pemantauan distribusi obat kepada
pasien, menghindarkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam peresepan
seperti adanya duplikasi obat dan interaksi obat yang sering terjadi pada kasus
poli farmasi, serta memudahkan dalam monitoring regimen dosis, efektivitas,
dan ESO. Obat diracik UDD dikemas dalam wadah kantong plastik dengan
warna etiket berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat
sesuai waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan dalam jadwal
penyerahan obat. Untuk pemberian pagi (jam 06.00) diberi dengan etiket putih,
siang (jam 14.00) diberi dengan etiket putih, malam (jam 21.00) diberi dengan
etiket putih.
Dengan adanya sistem UDD ini Instalasi Farmasi dapat memberikan
pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien sehingga dapat
meningkatkan kualitas terapi dan dapat mencegah terjadinya Drug Related
Problems (DRPs) karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh farmasis
sebelum obat diserahkan ke pasien.
VII. Pustaka
Daftar Pustaka
Wijayanti, T. R. I., Danu, S. S., & Inayati. (2011). Analisis Sistem Distribusi Obat
di Instalasi Farmasi Rawat Inap Jogja International Hospital. Jurnal
Farmasi Indonesia, 8(1), 20–27.