Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

“Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap unit Dose Dispensing (UDD)
dan One Day Dose (ODD) di Rumah Sakit”

Disusun oleh:

Kelompok 1

1.Haura Thanaska (PO71390200050)

2. Silviya Nakhita Wulandari(PO71390200052)

3.Fina Wahyu Anggraini (PO71390200054)

4.Nastiti Azzahra (PO71390200056)

Dosen Pengampu:

Lailan Azizah, S.Si, M.Farm, Apt

D-III FARMASI

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

I. JUDUL : Sistem Distribusi Obat unit Dose Dispensing (UDD) dan One
Day Dose (ODD) di Rumah Sakit
II. TUJUAN :
1. Mahasiswa mampu memahami manajemen distribusi perbekalan farmasi di
RS
2. Mahasiswa mampu memahami perbedaan masing-masing sistem distribusi
perbekalan farmasi di RS
3. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kekurangan masing masing
sistem distribusi perbekalan farmasi di RS
4. Mahasiswa mampu memahami sistem Unit Dosesdispensing
III. TINJAUAN TEORI ;
Distribusi Obat
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan .(Permenkes No 72 tahun 2016)
Sistem Distribusi Obat
Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel,
prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam
kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. Sistem
distribusi obat mencakup penghataran sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke
daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan
penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian dan ketepatan
personel pemberi obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat. Bentuk-bentuk
pendistribusian logistik farmasi rumah sakit (Febriawati, 2013).(Maulidiyatul Khasanah,
2018) Bentuk-bentuk pendistribusian logistik farmasi rumah sakit (Febriawati, 2013):
a) Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua obat/barang
farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan obat/barang farmasi
setiap unit perawatan/pelayanan baik untuk kebutuhan individu maupun
kebutuhan dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi
tersebut.(Maulidiyatul Khasanah, 2018)
b) Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat unit
perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan penditribusian kebutuhan
obat atau barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi dilayani dari
pusat pelayanan farmasi (Febriawati, 2013).(Maulidiyatul Khasanah, 2018)

Jenis sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap (Febriawati, 2013):

1) Sistem distribusi obat resep individu


Resep individual adalah resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap
penderita. Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi individu pasien tidak
tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di tempat
pelayanan farmasi dengan membawa resep/instruksi pengobatan dari
dokter. Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah
sakit, apotek baik yang ada di dalam maupun di luar rumah sakit. Waktu
yang dibutuhkan untuk menyiapkan obat menjadi lama, akan tetapi farmasi
rumah sakit atau farmasi komunitas terlibat dalam proses review maupun
penyiapan resep. Semua obat yang ditebus tersebut di bawa ke ruang
perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk di simpan. Biaya
pengobatan yang ditanggung pasien tinggi karena setiap sisa obat yang
tidak digunakan tetap harus dibayar.

Keuntungan sistem resep individual:


1. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat
penderita
2. Memberi kesempatan interaksi profesional anatara Farmasis-Dokter-
Perawat-Penderita
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan
4. Mempermudah penagihan biaya oleh perbekalan.

Kelemahan sistem distribusi obat resep individual :

1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada penderita


2. Jumlah kebutuhan personal di IFRS meningkat
3. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk
penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat
4. Terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu
penyiapan konsumsi.

AlurDistribusiResepIndividu

2) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)


Sistem ini kebutuhan obat/perbekalan farmasi dalam jumlah besar baik
untuk kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan individu pasien yang
diperoleh dari tempat pelayanan farmasi baik sentralisasi maupun
desentralisasi, disimpan di ruang perawatan. Kebutuhan obat dasar
maupun obat individu langsung dapat dilayani oleh perawat tanpa harus
menebus/mengambil dulu dari tempat penyimpanan farmasi. Proses
pengolahan inventaris, penyiapan dan peracikan obat/barang farmasi
tersebut sertapenyampaiannya pada pasien sepenuhnya menjadi tanggung
jawab atau beban pekerjaan perawat. Pelayanan dengan sistem ini paling
cepat, karena semua barang kebutuhan ada dalam satu ruangan.

Keuntungan dari sistem distribusi obat persedian lengkap diruangan:

1. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita


2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
3. Pengurangan penyalinan kembali order obat
4. Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan.

Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan:

1. Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dapat


dikasih oleh Apoteker. Disamping itu, penyiapan obat dan konsumsi
obat dilakukan oleh perawat sendiri, tidak ada pemeriksaan ganda
2. Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas ruangan
yang sangat terbatas
3. Pencurian obat meningkat
4. Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
5. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas
penyimpanan yang sesuai di tiap daerah perawatan penderita
6. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
7. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.

AlurDistribusi Floor Stock


3) Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dengan persediaan
ruangan
Rumah sakit menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem
distribusi resep/order individualsentralisasi, juga menerapkan distribusi
persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat yang tersedia
di ruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari
instalasi farmasi rumah sakit dan dari pelayanan keperawatan. Sistem
kombinasi diadakan untuk mengurangi beban kerja instalasi farmasi rumah
sakit. Obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh
banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang
harganya relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas.

Keuntungan sistem ini adalah:

1. Semua resep/order individual dikaji langsung oleh apoteker


2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker–dokter–
perawat- penderita
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat
persediaan diruang)
4. Beban instalasi farmasi rumah sakit dapat berkurang.

Keterbatasan dari sistem ini adalah :

1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita


(obat resep individu)
2. Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang).

4) Sistem distribusi obat unit doses dispensing (UDD)


Obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk penderita,
terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing -masing dalam
kemasan dosis tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu
waktu tertentu. Penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi saja.
Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dan
pengendalian obat yang dikoordinasiinstalasi farmasi dan rumah sakit.
Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada kebutuhan
khusus rumah sakit, unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sisem
dosis unit yaitu obat dikandung dalam kemasan unit tunggal, didispensing
dalam bentuk siap konsumsi, untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam
persediaan dosis, dihantarkan keruang perawatan atau tersedia pada
ruang perawatan penderita tiap waktu.
Sistem distribusi ini pada awalnya dirancang dan dikembangkan pada
kondisi akut di rumah sakit. UDD merupakan sistem yang aman dan efisien
dalam fasilitas perawatan jangka panjang, dan dapat meningkatkan
produktifitas perawatan serta menyediakan pemesanan, distribusi,
penyimpanan dan pemberian obat dengan tingkat kesalahan yang kecil.
Semua UDD memiliki ciri yang sama, yaitu satu paket unit obat yang
didispensing tepat sebelum diberikan kepada pasien, obat diisi dalam paket
terkecil.
Perlengkapan khusus yang umumnya digunakan dalam sistem ini yaitu
kotak unit dosis berfungsi untuk menahan unit dosis yang di kemas dalam
strip, Biasanya penyediaan obat unit dosis selama 30 hari tersimpan dalam
kotak tersebut karena terapi obat dari kebanyakan perawatan jangka
panjang relatif konstan dan hanya ada beberapa perubahan per harinya.
Beberapa fasilitas perawatan jangka panjang memilih siklus pengisian yang
pendek, yaitu penyediaan obat untuk 7 atau 14 hari. Label obat disertakan
di kotak unit dose dan biasanya merupakan label dua bagian untuk
kemudahan penataan kembali. Salah satu bagian dari label dihilangkan,
biasanya dengan mengupasnya, dan ditempelkan pada form pemesanan
ulang obat yang sesuai, sedangkan bagian lainnya tetap pada kotak
sebagai label resep yang sah.

Kelebihan dari system UDD antara lain:


1. Mengurangi terjadinya medication error (ME)
2. Pasien mendapat pelayanan farmasi yang baik
3. Menurunkan total biaya pengobatan karena hanya membayar
pengobatan yang digunakan saja
4. Mengefisien kantenaga perawat dalam asuhan keperawatan, karena
perawat lebih banyak merawat pasien
5. Menghindari duplikasi permintaan obat kebagian farmasi
6. Mengurangi kesalahan penggunaan obat, karena adanya pemeriksaan
ganda oleh tenaga farmasi
7. Menghindari adanya kemungkinan terjadinya pencurian dan
terbuangnya obat
8. Meningkatkan peranan dan pengawasan farmasi di rumah sakit, mulai
dari fase peresepan sampai pemberian obat.
Kekurangan dari sistem UDD antara lain :

1. Frekuensi pengiriman lebih rendah dari teorinya, misalnya seharusnya


sampai 9x per hari berdasarkan waktu minum obat pasien, namun
pada kenyataannya pengiriman diringkas untuk ditempatkan di
keranjang bangsal
2. Kebutuhan pasien akan obat yang bersigna PRN, tidak diberikan
terlebih dahulu, namun tergantung oleh kondisi pasien, dan dosis
awalnya tidak disampaikan secara jelas kepada pasien, sehingga hal
ini dapat meningkatkan kelalaian
3. Tidak semua dosis dikeluarkan dalam paket dosis satuan yang benar.
Misalnya bentuk sediaan injeksi, salep, tetes mata dan cairan oral lebih
susah dilakukan dalam pengukuran dan pengemasannya
4. Membutuhkan tenaga farmasi yang lebih banyak.
5. Membutuhkan ruang khusus untuk penyimpanan obat
6. Membutuhkan peralatan khusus dalam pengemasan obat.

AlurDistribusi Unit Doses

5. Sistem distribusi obat one daily dose dispensing (ODD)


One daily dose (ODD)
merupakan pendistribusian perbekalan farmasi dimana pasien
mendapat obat yang sudah dipisah-pisah untuk pemakaian sekali
pakai, tetapi obat diserahkan untuk sehari pakai pada pasien (Ray,
1983). Sistem ini mirip dengan sistem resep individual prescebing
tetapi hanya diberikan untuk pemakaian 24 jam. Sistem distribusi one
daily dose dispensing diberikan kepada pasien rawat inap, pasien yang
sedang di observasi untuk menentukan diagnosa, dan pasien masuk
dari IGD ke rawat inap.
Keuntungan sistem One day dose dispensing :
1. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan
perawat
2. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat
3. Kerusakan dan kehilangan obat hamper tidak ada.

IV. LATIHAN :
1. Mempraktekkan sistem distribusi obat Unit Dose Dspensing
2. Mempraktekkan sistem distribusi obatOnce Daily Dispensing
3. Mengisi lembar CPO.

Langkah-langkah pengerjaan :
1. Peserta praktikum dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5
orang mahasiswa.
2. Mahasiswa melakukan latihan sesuai kasus yang diberikan dosen pembimbing
praktikum.
3. Mahasiswa melakukan diskusi kelompok membahas kasus yang dipraktekkan.
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
5. Dosen pembimbing praktikum mengarahkan jalannya diskusi sehingga terjadi
komunikasi dua arah antara kelompok yang presentasi dengan kelompok lain
yang mendengarkan.
6. Hasil kerja kelompok beserta pertanyaan dan jawaban saat presentasi disusun
dalam bentuk laporan praktikum, dan diserahkan sebelum materi praktikum
selanjutnya dimulai.

V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita mempraktekkan sistem distribusi obat UDD dan
ODDD dengan resep yang di dapatkan yaitu ranitidine 2 tablet dengan pemakaian
2 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan, aspilet 1 tablet diminum 1 kali
sehari 1 tablet , dan ISDN 3 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan dan
diletakan di bawah lidah. Obat tersebut dikemas dalam wadah kantong plastic
dengan etiket bewarna putih.

Pada praktikum farmasi rumah sakit yang telah dilakukan, digunakan sistem
pendistribusain obat Unit Dose Dispensing (UDD) dan Once Daily Dispensing. Pada
Sistem distribusi UDD obat diberikan untuk satu kali pakai, obat ditandai dengan etiket
yang berwarna berbeda untuk setiap waktu minum, jika ada obat yang jadwal
minumnya diluar jadwal maka akan di tandai dengan etiket putih. pada bagian bawah
etiket terdapat petunjuk khusus yang bisa diisi jika obat yang diserahkan memiliki
petunjuk khusus sebelum mengkonsumsinya seperti obat diletekkan dibawah lidah,
diminum sebelum makan, sistem distribusi ini merupakan sistem distribusi yang paling
efektif untuk diterapkan di rumah sakit karena sistem ini tingkat kesalahan pemberian
Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau Resep individu yang mencapai 18%. Kelebihan sistem UDD dibandingkan
dengan Non UDD adalah pengecekan obat oleh apoteker. Apoteker mempunyai
tanggung jawab untuk memonitoring obat pasien yang dirawat inap pada rumah sakit.
Permasalahan clinical error yaitu adanya alergi, interaksi obat dengan obat, interaksi
obat dengan penyakit, lamanya terapi yang tidak sesuai, dan ketidak-sesuaian obat
dapat dihindarkan atau dikoreksi dahulu.
Adapun keuntungan dari system unit dose dispensing adalah:

a) Pasien menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat
yang dikonsumsi saja.
b) Perawat tinggal menyerahkan obat yang sudah disiapkan oleh IFRS dalam kemasan
untuk sekali konsumsi.
c) Kesalahan obat dapat diminimalisir karena resep atau order obat diskrining oleh
apoteker dan petugas yang menyerahkan obat kepada pasien dapat melakukan
pengecekan ulang sebelum obat diserahkan.
d) Tidak terjadi duplikasi permintaan obat yang berlebihan.
e) Menghindari kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien.
f) Menghindari pencurian dan pemborosan obat.

Kekurangan dari metode ini adalah :

a) Jumlah kebutuhan personil IFRS meningkat.


b) Menyita waktu Petugas Kefarmasian untuk menyiapkan obat tiap pasien pada saat
konsumsi obat.
c) Menambah biaya bahan kemas obat.
d) Dibutuhkan modal kerja besar Dibutuhkan pengetahuan farmasi klinik yang baik.
Prosedur dispensing sistem UDD di rumah sakit yaitu petugas farmasi
menerima resep pasien berserta kelengkapan resep dari perawat ruangan, petugas
farmasi melakukan pengkajian resep, melakukan pencatatan resep pemakaian satu
hari pengobatan ke lembar catatan pemberian obat fungsinya untuk mencegah
terjadinya kesalahan pada pemberian obat. Dan obat disiapkan sesuai resep ( 1 hari ).
Pada waktu pengambilan obat dari tempat penyimpanan/rak obat petugas
membaca label obat pada wadah dicocokan dengan yang tercantum dalam resep.
Petugas mengambil obat hanya satu jenis untuk menghindari kekeliruan. Serta
didahulukan pengeluaran obat yang diterima lebih dahulu atau yang masa
kadaluarsanya lebih cepat.
Pada saat pengambilan dan perhitungan obat dari wadah pada saat mengambil
obat, baik cairan maupun padat, etiket obat harus menghadap ke petugas. Pada saat
pengemas dan pemberian tiket obat, tablet atau kapsul dikemas dalam wadah bersih
dan kiring, berupa kantong plastic, atau kertas, botol atau pot plastik.
Pada resep ODD obat diserahkan langsung ke pasien untuk satu hari, obat
diberi etiket putih, pada bagian bawah etiket terdapat petunjuk khusus yang bisa diisi
jika obat yang diserahkan memiliki petunjuk khusus sebelum mengkonsumsinya seperti
obat diletekkan dibawah lidah, diminum sebelum makan, atau lainnya. Sistem distribusi
ini sudah sedikit lebih efektif dibandingkan dengan sistem distribusi resep individu,
sistem distribusi ini juga baik dirterapkan untk RS yang belum bisa menerapkan Sistem
distribusi UDD.
Kelebihan dari sistem ini adalah pasien lebih mudah mendapatkan obat,
menghindari pemberian obat double, pasien membayar obat yang diminum saja.
Sedangkan bagi instalasi farmasi, pelayanan yang diberikan lebih berorientasi pada
pasien, menurunkan biaya obat, mengurangi medical error serta pengelola stok obat
secara sentralisasi sehingga pengendalian obat bisa ditingkatkan. Namun demikian
sistem ini mempunyai kelemahan, yaitu: membutuhkan SDM lebih banyak, beban kerja
Instalasi Farmasi menjadi berlipat ganda, terjadi pemborosan embalage, penulisan
permintaan obat berulang-ulang, dapat terjadi keterlambatan pemberian obat atau lupa
tidak dilanjutkan.
Keberhasilan sistem One Day Dose Dispensing (ODDD) dapat dilihat dari
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat dan juga peran kepatuhan petugas
pemberi obat.

Untuk pemberian obat pada sistem distribusi dosis unit ( UDD), obat yang
diberikan adalah ISDN yang diminum sebelum makan dan diletakan di bawah
lidah. Untuk ISDN diberikan pada pukul 06.00 dengan etiket bewarna
merah,14.00 dengan etiket bewarna kuning, dan 22.00 dengan etiket bewarna
orange. karena aturan pakai dari ISDN dalah 3 kali sehari untuk itu diberikan
dalam 3 kali. Untuk obat aspilet diberikan waktu diluar jadwal dengan etiket
putih. yaitu 1 kali sehari 1 tablet sesudah makan pagi. Pemberian disesuaikan
dengan setelah jam masuk pasien dan minimal diberikan selama 24 jam. Dan
setiap obat yang akan diberikan pasien harus disertai etiket yang jelas yang
berisi nama pasien, tanggal, nomor, jam pemberian, nama obat, signa yang
jelas, tanda tangan serta keterangan lainnya seperti sesudah makan, sebelum
makan dll. Obat diracik UDD dikemas dalam wadah kantong plastic dengan
etiket berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat sesuai
waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan dalam jadwal
penyerahan obat.

VI. Kesimpulan
One day dose dispensing ( ODDD) adalah penyediaan obatdalam
system ini dilakukan oleh instalasi farmasi pada pasien rawat inap yang
dikemas dan disiapkan dalam dosis untuk pemakaian sehari 24 jam. Adapun
obat yang di dapat pada resep kali ini adalah, ranitidine 2 tablet dengan
pemakaian 2 kali sehari 1 tablet diminum sebelum makan, aspilet 1 tablet
diminum 1 kali sehari 1 tablet , dan ISDN 3 kali sehari 1 tablet diminum
sebelum makan dan diletakan di bawah lidah. Obat tersebut dikemas dalam
wadah kantong plastic dengan etiket bewarna putih.
Unit Dose Dispensing (UDD) adalah suatu sistem distribusi obat kepada
pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai untuk
pemakaian selama 24 jam. Sistem distribusi obat UDD merupakan tanggung
jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan administrasi.
Sistem pelayanan farmasi saat ini tengah diupayakan adalah sistem pelayanan
farmasi satu pintu, dimana seluruh kebutuhan obat dan alat kesehatan dipenuhi
oleh Instalasi Farmasi Rumah sakit sehingga dengan sistem ini diharapkan
dapat mempermudah farmasis dalam pemantauan distribusi obat kepada
pasien, menghindarkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam peresepan
seperti adanya duplikasi obat dan interaksi obat yang sering terjadi pada kasus
poli farmasi, serta memudahkan dalam monitoring regimen dosis, efektivitas,
dan ESO. Obat diracik UDD dikemas dalam wadah kantong plastik dengan
warna etiket berbeda untuk mempermudah perawat dalam memberikan obat
sesuai waktu yang ditentukan dan untuk menghindari kesalahan dalam jadwal
penyerahan obat. Untuk pemberian pagi (jam 06.00) diberi dengan etiket putih,
siang (jam 14.00) diberi dengan etiket putih, malam (jam 21.00) diberi dengan
etiket putih. 
Dengan adanya sistem UDD ini Instalasi Farmasi dapat memberikan
pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien sehingga dapat
meningkatkan kualitas terapi dan dapat mencegah terjadinya Drug Related
Problems (DRPs) karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh farmasis
sebelum obat diserahkan ke pasien.

VII. Pustaka

Daftar Pustaka

Maulidiyatul Khasanah. (2018). Gambaran Sistem Distribusi Perbekalan


Farmasi Pasien Rawat Inap Kelas Vip Dan Kelas Iii Di Rsud Tidar Kota
Magelang (Vol. 51, Issue 1).

Wijayanti, T. R. I., Danu, S. S., & Inayati. (2011). Analisis Sistem Distribusi Obat
di Instalasi Farmasi Rawat Inap Jogja International Hospital. Jurnal
Farmasi Indonesia, 8(1), 20–27.

Permenkes No 72 tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai