Oleh:
MANADO
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
Laporan ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meyelesaikan
Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Telah diperiksa dan disahkan:
Pada Hari: Rabu, Tanggal: Februari 2020
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, karena kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan dan Laporan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Instalasi Farmasi Kota
Manado. Laporan ini berisi tentang semua lingkup kegiatan yang dilakukan serta
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL.
Kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan hingga laporan ini selesai. Laporan PKL ini
dapat disusun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Melalui laporan
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Manado.
4. Ibu selaku Kepala UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Manado.
Yang telah memberi izin untuk melaksanakan PKL.
6. Orang tua dan saudara kami tercinta yang telah memberikan dorongan, doa
serta dukungan materi, sehingga kami dapat menjalankan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Manado.
ii
Sadar akan banyaknya kekurangan pada laporan ini maka kami pun masih
mengharapkan saran dan kritik. Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi para
pembaca sekalian dan bisa dijadikan pengalaman untuk kita semua.Semoga segala
bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
dari Allah SWT.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
iv
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Yang Dilakukan.................................................................................18
3.2 Perencanaan......................................................................................................18
3.3 Pendistribusian.................................................................................................19.
3.4 Laporan Neraca………………………………………………………………20.
3.5 Laporan Logistik………...……………………………………………………20
3.6 Mutasi……………………………………………………………………..….20
3.7 Persediaan…………………………………………………………………… 20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................21
4.2 saran.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
(KONAS). Salah satu sistem SKN 2009 adalah obat dan perbekalan kesehatan.
Gudang farmasi adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat pengelolaan obat
pemerintah meliputi obat dari dana APBN, APBD maupun JKN. Manajemen
pebekalan obat dan perbekalan kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan serta pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke
puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah kabupaten Banjar. Unit pelaksanaan
teknis daerah gudang farmasi kota Banjarmasin sebagai UPTD melkasanakan
fungsi perencanaan, penyimpanan dan pemeliharaan untuk menjamin mutu obat
dan alat kesehatan dan pelayanan pendistribusian (Islan, 2015)
Obat dan alat kesehatan kepada puskesmas kabupaten/kota dalam rangka
pemerataan kesehatan. Seorang calon tenaga teknis kefarmasian selain memiliki
kemampuan dalam aspek pelayanan kefarmasian juga dituntut untuk memiliki
pengatahuan dan manajemen yang baik seperti manajemen perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan
(Islan,2015).
2
1.4. Manfaat Praktek KerjaLapangan (PKL)
1. Praktek Kuliah Lapangan (PKL) dapat memberikan gambaran tentang
keberadaan tenaga kerja profesi farmasi khususnya di Instalasi Farmasi
Kab. Minahasa Utara.
2. Praktek Kuliah Lapangan (PKL) juga membantu dalam
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
mahasiswa dalam pengelolaan manajemen di Instalasi Farmasi Kab.
Minahasa Utara, serta mahasiswa dapat belajar bagaimana berinteraksi
dengan baik dalam mengaplikasikan ilmu sebagai seorang farmasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
c. Beban kerja adalah sebagai berikut:
5
d. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota mengajukan rencana
kebutuhan obat kepada pemerintah kabupaten/kota , pusat, provinsi,
dan sumber lainnya.
e. Melakukan pelatihan petugas pengelola obat publik dan perbekalan
kesehatan untuk puskesmas.
f. Melakukan bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi ketersediaan
obat public dan perbekalan kesehatan ke pusksmas.
g. Melaksanakan advokasi penyediaan anggaran kepeda pemerintah
kabupaten/kota.
h. Dinas kesehatan kabupaten/ kota bertanggung jawab terhadap
pendistribusian obat kepada unit pelayanan kesehatan dasar.
i. Dinas kesehatan kabupaten/ kota bertanggung jawab terhadap jaminan
mutu obat yang ada di gudang farmasi.
6
2.4 Tujuan Instalasi Farmasi
1. Tujuan umum :
Terlaksananya ketersediaan , pemerataan, mutu, dan keterjangkauan
sediaan farmasi dan alat kesehatan secara aman, efektif dan efisien pada
instalasi gudang farmasi dan perlengkapan kesehatan.
2. Tujuan khusus :
Terlaksananya penyimpanan dan distribusi obat yang merata dan teratur
secara tepat jumlah, waktu dan tempat.
a. Terlaksananya pengendalian persediaan obat dan pembekalan
kesehatan
b. Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia (SDM) tenaga
farmasi dengan adanya jabatan fungsional.
c. Pengelolaan SDM di UPTD, sehingga efektif dan efisien.
7
a. Metode Morbiditas/Epidimiologi Metode perencanaan yang di
dasarkan pada penyakit yang ada di suatu daerah atau yang paling
sering muncul di masyarakat.
b. Metode Konsumsi Metode konsumsi adalah suatu metode
perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode
lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan
obat tahun sebelumnya.
c. Metode Campuran Metode yang merupakan gabungan dari metode
konsumsi dan metode epidimiologi.
2. Pengadaan dan Penerimaan Tujuan dari pengadaan adalah memperoleh
obat yang di butuhkan dengan harga layak,mutu baik, pengiriman obat
terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu
dan tenaga yang berlebihan. Pengadaan dilakukan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan di setujui,melalui :
a. Pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi)
b. Pembelian secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi (PBF).
c. Sumbangan/droping/hibah Penerimaan barang merupakan bagian
penting dalam proses pengelolaan obat. Obat atau perbekalan
kesehatan yang di terima haruslah memenuhi ketentuan diantaranya
adalah tepat jenis, tepat jumlah dan waktu kadaluarsa obat dan
perbekalan kesehatan yang diterima dicatat dengan mempergunakan
formulir penerimaan obat dan perbekalan kesehatan.
Beberapa ketentuan yang harus di laksanakan berkenaan dengan prosedur
penerimaan obat dan perbekalan kesehatan yaitu :
1. Dasar
a. Surat order pembelian atau kontrak
b. Faktur pengantar
2. Proses
a. Cek keabsahan dukumen
b. Cek keabsahan barang
8
c. Cek jenis yang sesuai dengan SOP ( surat order/pembelian obat) dan
faktur pengantar.
d. Cek kualitas barang.
e. Cek jumlah barang yang sesuai dengan SOP ( surat order/pembelian
obat) dan faktur pengantar.
f. Bila semua sesuai , buat BA (berita acara) penerimaan.
g. Buat laporan penerimaan.
h. Catat pada buku masuk
i. Catat pada kolom gudang dan kolom kurang
j. Lanjut dengan proses penyimpanan Dalam hal ini penerimaan barang
hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sumber barang
Obat dan perbekalan kesehatan di dapat dari sumber: APBN
(DAK), APBD (DAU), ASKES, program-program dinas
kesehatan, bantuan kemanusiaan (jika terjadi bencana alam).
b. Kondisi barang
c. Tanggal kadaluarsa (Expired Date)
d. Jumlah barang
3. Penyimpanan dan Pemeliharaan merupakan kegiatan pengaturan
perbekalan farmasi dan perlengkapan kesehatan menurut persyaratan
yang di tetapkan yaitu dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,
suhunya, kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar,
Tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.di
gudang farmasi, obat juga di simpan sesuai sumber anggaran obat atau
perbekalan kesehatan tersebut.sediaan narkotik dan psikotropik di
simpan pada lemari khusus. Penyimpanan harus dapat menjamin bahwa
obat tetap dalam bentuk sediaan awalnya tanpa mengalami perubahan
fisik maupun kimia yang dapat mempengaruhi efek kliniknya saat
digunakan.macam-macam sistem penataan obat:
9
a. First Expired First Out (FEFO) Yaitu obat yang mempunyai tanggal
kadaluarsa lebih dahulu di letakkan di depan obat yang mempunyai
tanggal kadaluarsa kemudian.
b. First In First Out (FIFO) Yaitu obat yang datang kemudian di
letakkan di belakang obat yang terdahulu. Pengelolaan penyimpanan
obat dilakukan sedemikian rupa sehingga :
1. Kualitas obat dalam perbekalan kesehatan dapat di pertahankan.
2. Obat dan perbekalan kesehatan terhindar dari kerusakan fisik.
3. Pencarian obat dan kesehatan mudah dan cepat.
4. Obat dan perbekalan kesehatan aman dari pencurian.
5. Mempermudahkan pengawasan stock obat dan perbekalan
kesehatan. Obat dan perbekalan kesehatan yang disimpan perlu
dilengkapi dengan kartu stock. Informasi yang tertera antara lain :
tanggal obat atau perbekalan kesehatan, jumlah, expired date,
nomor batch, dan paraf petugas. Kartu stock berfungsi sebagai alat
pantau dari obat dan perbekalan kesehatan yang di simpan.
Barang-barang perbekalan/perlengkapan kantor baik yang ada
didalam gudang maupun yang ada pada unit pemakai harus selalu
dipelihara agar siap untuk di guanakan dan juga untuk
memperpanjang usia pemakaian dalam rangka menghemat
anggaran.
4. Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan obat dan perlengkapan
kesehatan kepada pihak-pihak terkait seperti puskesmas dan pelayanan
kesehatan lainya.
5. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan obat di gudang farmasi kabupaten/Kota :
Pencatatan obat adalah proses kegiatan membuat catatan secara tertib dalam
rangka melakukan penata usahaan obat-obatan, baik yang di terima, disimpan,
didistribusikan maupun yang digunakan di puskesmas (Depkes2005).
Ketepatan dan kebenaran pencatatan dan laporan/informasi merupakan faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan manajemen logistic obat. Proses
perencanaan dilakukan berdasarkan rekapitulasi pemakaian obat seluruh
10
puskesmas dan data pendukung lainnya seperti data epididemiologi atau pola
penyakit. Dengan demikian ketepatan data dan informasi pemakaian obat
puskesmas sangat mempengaruhi ketersediaan obat di kabupaten. Berdasarkan
fungsinya kegiatan pencatatan dan pelaporan terbagi atas :
a. Pencatatan dan pengelolaan data untuk mendukung perencanaan pengadaan
obat.
1) Komplikasi pemakaian obat, dibuat berdasarkan data LPLPO yang
dilaporkan oleh masing-masing peskesmas. Hasil kompilasi digunakan
untuk menghitung kebutuhan obat dengan metode konsumsi.
2) Komplikasi data penyakit, dilakukan dengan bantuan lembat komplikasi
Data Penyakit (LB-1) dari masing-masing Puskesmas. Data ini
digunakan untuk menghitung kebutuhan obat berdasarkan metode
morbiditas.
3) Estimasi kebutuhan obat, dilakukan sebagai bahan penyusunan rencana
pengadaan obat untuk pemakaian tahun yang akan datang, dapat
dilakukan baik dengan metode konsumsi atau mordibilitas.
4) Pembagian menurut sumber dana, hasil perhitungan kebutuhan obat
yang telah dilakukan dibagi lebih rinci menurut sumber dana obat.
5) Rekonsiliasi pengadaan obat, menyesuaikan rencana pengadaan obat
dengan alokasi dana obat yang tersedia.
b. Pencatatan dan pengolahan data untuk mendukung pengendalian persediaan
obat.
1) Kartu persediaan barang, digunakan untuk mencatat semua kegiatan
mutasi obat di gudang, antara lain mencatat jumlah penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa. Hasil pencatatan ini
merupakan basis data yang selanjutnya digunakan sebagai bahan uji
silang terhadap stok obat dalam gudang penyimpanan.
2) Kartu induk persediaan barang, digunakan sebagai duplikasi kartu stok,
juga dapat digunakan untuk komplikasi jenis dan jumlah obat yang di
mutasikan dalam waktu tertentu serta untuk kompilasi sisa stok akhir
dari semua jenis obat yang tersimpan di gudang. Kartu ini bermanfaat
11
sebagai control bagi kepala gudang farmasi dan sebagai alat bantu dalam
penyusunan laporan, perencanaan, pengadaan dan distribusi serta
pengendalian persediaan dan pemantauan ketersediaan obat.
3) Kartu realisasi pengadaan obat, digunakan untuk mencatat realisasi
pengadaan tiap jenis obat oleh masing-masing sumber dana obat.
c. Pencatatan dan pengolahan data untuk mendukung pengendalian distribusi.
1) Penentuan stok optimum obat puskesmas, perumusan stok optimum
persediaan dilakukan dengan memperhitungkan siklus distribusi rata-
rata pemakaian, waktu tunggu serta ketentuan mengenai stok pengaman
(DepKes,2002)
2) Perhitungan tingkat kecukupan obat, dapat dilakukan dengan
menghitung sisa stok obat di GFK dibagi dengan total kebutuhan stok
optimum obat di puskesmas. Pencatatan stok obat dikabupaten
merupakan penata-usahaan obat yang dilakukan oleh pengelola obat
kabupaten, dalam hal ini adalah gudang farmasi. Pencatatan obat
dilakukan terhadap :
a. Penerimaan obat yang berasal dari berbagai sumber anggaran
pengadaan obat, baik dari APBD I, APBD II dan JKN, Program dan
lain-lain.
b. Pencatatan nama obat, jenis obat, masa kada luarsa obat.
c. Pencatatan harga obat, sesuai dengan SK menkes.
d. Penyimpanan di gudang farmasi.
e. Penyerahan/distribusi obat kepada puskesmas atas permintaan yang
diajukan melalui LPLPO.
f. Perencanaan kebutuhan obat kabupaten. Pelaporan obat di gudang
farmasi kabupaten/Kota : Dinas kesehatan membuat laporan bulanan
yang dinamakan laporan bulanan yang dibuat oleh gudang farmasi.
Pelaporan laporan bulanan jadwalkan paling lambat tanggal 10 setiap
bulan pelaporan. Untuk pelaporan obat kedinas kesehatan propinsi
dilakukan setiap tiga bulan sekali (triwulan).
12
1. Laporan Mutasi Laporan mutasi obat adalah laporan berkala
mengenai mutasi yang dilakukan pertriwulan yang berisi jumlah
penerimaan, pengeluaran dan sisa stok yang ada di GFK, kecuali
narkotika dan psikotropika yang dilaporkan setiap bulan.
Kegunaan laporan ini adalah mengetahui jumlah penerimaan dan
jumlah pengeluaran obat pertriwulan , mengetahui sisa stok obat
pertriwulan dan sebagai pertanggung jawaban bagi kepala GFK
dan bendaharawan barang.
2. Laporan kegiatan distribusi Laporan distribusi berfungsi sebagai
laporan puskesmas atau mutasi obat dan /kunjungan resep
pertahun. Informasi yang didapat antara lain jumlah obat yang
tersedia/stok akhir. Jumlah kunjungan resep. Manfaat laporan ini
adalah mengetahui jumlah persediaan obat di setiap unit
pelayanan kesehatan, mengetahui perbandingan sisa stok dengan
pemakaian perbulan dan perbandingan jumlah persediaan dengan
jumlah pemakaian per bulan.
3. Laporan supervisi puskesmas Laporan ini disampaikan
pertriwulan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/Kota
dengan tembusan bupati, yang berisi rencana dan realisasi
triwulan kegiatan supervise ke puskesmas, administrasi
persediaan obat di puskesmas, pelayanan obat di puskesmas dan
pola peresepan serta informasi obat.
4. Laporan pencatatan persediaan akhir tahun anggaran Laporan
ini merupakan laporan pertanggung jawaban kepala gudang
farmasi kabupaten/kota yang berisi semua aspek yang berkaitan
dengan manajemen logistic obat dalam satu tahun. Laporan
dibuat setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah
penerimaan dan pengeluaran selama satu tahun anggaran dan
persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
Kegunaan laporan ini adalah mengetahui jumlah penerimaan dan
pengeluaran obat selama satu tahun anggaran, mengetahui sisa
13
persediaan obat pada khir tahun anggaran dan sebagai bahan
pertanggung jawaban kepala GFK dan bendaharawan barang.
5. Laporan pengelolaan obat tahunan Fungsi laporan ini adalah
dapat mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di kabupaten
selama satu tahun anggaran. Kegiatan yang harus dilakukan
antara lain mempersiapkan pencacahan obat per 31 Desember di
tingkat puskesmas, menyusun daftar obat yang diterima pada
tahun berjalan yang berasal dari bebagai sumber anggaran,
mengevaluasi LPLPO/LB2 untuk mendapatkan informasi
mengenai pemakaian rata-rata tiap jenis obat dan jumlah
kunjungan resep.
6. Laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat (LPLPO)
LPLPO adalah laporan pemakaian dan lembar permintaan obat
yang disampaikan oleh puskesmas atau unit pelayanan kesehatan
kepada unit pengelola obat di kabupaten/kota. Formulir ini
digunakan untuk permintaan dan pemakaian obat. Kegunaan
LPLPO antara lain :
1) Sebagai bukti pengeluaran obat di GFK
2) Sebagai bukti penerimaan obat di puskesmas
3) Sebagai surat pesanan obat dari puskesmas kepada dinas
kesehatan dan GFK
4) Sebagai bukti penggunaan obat di puskesmas.
6. Penghapusan Penghapusan adalah rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan
farmasi dalam rangka pembebasan barang milik/ kekayaan Negara dari
tanguung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan penghapusan sediaan farmasi adalah sebagai berikut :
a) Penghapusan merupakan bentuk pertanggung jawaban petugas terhadap
sediaan farmasi/ obat-obatan yang diurusinya, yang sudah ditetapkan
untuk dihapuskan/ di musnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
14
b) Menghindarkan pembiayaan (biaya penyimpanan
pemeliharaan,penjagaandan lain-lain) atau barang yang sudah tidak layak
untuk dipelihara.
c) Menjaga keselamatan dan terhindar dari pengotoran lingkungan.
Kegiatan penghapusan sediaan farmasi :
a) Membuat daftar sediaan farmasi / obat-obatan yang akan di hapuskan
beserta alasan-alasannya.
b) Pisahkan sediaan farmasi / obat-obatan yang kadaluarsa/ rusak pada
tempat tertentu sampai pelaksanaan pemusnahan
c) Pisahkan narkotika dan psikotropika dari obat lainnya
d) Melaporkan kepada atasan mengenai sediaan farmasi/ obat-obatan yang
dihapuskan.
e) Membentuk panitia pemeriksaan sediaan farmasi / obat-obatan melalui
surat keputusan Bupati/Walikota.
f) Membuat berita acara hasil pemeriksaan sediaan farmasi / obat-obatan
oleh panitia pemeriksaan dan penghapusan sediaan farmasi / obat-obatan
g) Melaporkan hasil pemeriksaan kepada yang berwenang / pemilik obat
h) Melaksanakan penghapusan setelah ada keputusan dari yang berwenang
Menimbang :
a. bahwa unit pelaksanaan teknis daerah adalah organisasi yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis
penunjang tertentu pada dinas atau badan daerah
b. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 20 ayat (1) peraturan menteri dalam
negeri no.12 ahun2017 tentang pedoman pembentukan dan klasifikasi
15
cabang dinas dan unit unit peaksanaan teknis derah pada dinas atau
badan daerah kabupaten atau kotadapat dibentuk unit pelaksanaan
daerah
c. bahwa berasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudkan pada huruf
a dan b ,perlu di tetapkan dengan peraturan walikota manado tentang
pembentukan,susunan,organisasi,tugas dan fungsi tata kerja Unit
Pelaksanaan daerah pust kesehatan masyarakat kota manado dan
instalasi farmasi pada dinas kesehatan kota manado
Mengingat :
16
2.7.2 Tata Ruang
UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Manado memiliki 5 ruangan yaitu:
17
BAB III
PEMBAHASAN
Waktu oprasional di Instalasi Farmasi ini adalah dari hari senin sampai
jumat yang berlangsung pukul 08.00-15.00 WITA.
3.2 Perencanaan
Semua Obat dan BMHP ( Bahan Medis Habis Pakai ) yang ada di UPTD
Instalasi Farmasi kota manado di rencanakan oleh TPOT ( Tim Perencanaan Obat
Terpadu ) berdasarkan RKO (rancangan kebutuhan obat ) dari 16 Puskesmas yang
ada di Kota Manado 15 Puskesmas berada di daratan Manado dan 1 di pulau
Bunaken, dalam perencanaan obat dan BMHP ( Bahan Medis Habis Pakai ) yang
18
di lakukan oleh masing masing puskesmas harus berdasarkan ketentuan FORNAS
(formularium nasional) atau DOEN (daftar obat esensial nasional) setelah itu hasil
perencanan obat, perencanaan tersebut menggunakan metode button up dengan
cara pemakaian rata-rata di kalikan dengan 18 bulan dan BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai ) oleh masing masing puskesmas di tuangkan kedalam dokumen RKO
(rancangan kebutuhan obat ) yang memuat seluruh jumlah atau jenis sediaan obat
dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) dan kemudian RKO (rancangan kebutuhan
obat) dari masing masing puskesmas tersebut di serahkan kepada uptd instalasi
farmasi kota manado.
3.3 Pendistribusian
19
3.4 Laporan Neraca
Laporan dinamika logistik dilakukan unit pelayanan per bulan. Logistik itu
sendiri yaitu ilmu dan seni yang mengatur dan mengontrol arus barang, energy dan
sumber daya lainnya (produk, jasa, dsn manusia) dari sumber produksi ke pasar.
(L. I. Irmawati, 2014)
3.6 Mutasi
3.7 Persediaan
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
i. Saran Kepada Institusi
1. Diharapkan agar kedepannya, waktu PKL lebih lebih lama sehingga
hal-hal yang dilakukan lebih maksimal dan wawasan yang didapatkan
lebih banyak.
2. Diharapkan Pembimbing PKL dari pihak Institusi agar lebih giat
untuk mengontrol mahasiswa selama PKL berlangsung dan
memberikan bimbingan untuk kemajuan mahasiswa.
ii. Saran Kepada UPTD Instalasi Farmasi
1. Sebaiknya untuk UPTD instalasi farmasi kota manado untuk
penyimpanannya disesuaikan dengan suhu penyimpanan produk dan
untuk psikotropika agar disimpan sesuai dengan UU yang berlaku
21
DAFTAR PUSTAKA
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Instalasi Farmasi.
Martapura : Dinas Kesehatan
22