Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HASRI AINUN HABIBIE


GORONTALO

OLEH
KELOMPOK I (SATU)
D-III FARMASI 2019

FREDERICK BONGSO (821319033)


RESTIVA PUTRI MONOARFA (821319034)
NASLIN POTO (821319035)
DIAN ANGGRAINI SALASAH (821319036)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI RSUD DR.HASRI AINUN HABIBIE GORONTALO
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Kurikulum
Program Studi D3 Farmasi
Jurusan Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Disetujui Oleh
Pembimbing Lapangan

Gelar Putra Fitra


NIP :
Dosen Pembimbing Akademik I Dosen Pembimbing Akademik II

Dr. Teti Sutriyati Tuloli, M.Si., Apt. Muhammad Aprianto Paneo, M.Farm., Apt.
NIP : 197112172000122001 NIP : 9900007416

Dosen Pembimbing Akademik III

Dizky Ramadani Putri Papeo, M.Farm, Apt.


NIP :
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi

Madania, M.Sc., Apt.


NIP :
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun laporan PKL di rumah sakit “RSUD Dr. Hasri
Ainun Habibie Gorontalo“ ini tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Atas terselesaikannya laporan ini kami mengucapkan terimah kasih sebesar-
besarnya kepada pihak rumah sakit, dosen pembimbing, orang tua, teman-teman
serta orang-orang yang mendukung dan mendoakan kami agar laporan ini dapat
terselesaikan. Kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat khususnya
terhadap pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan.
Dalam hal ini selaku penyususn menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam peyusunan laporan ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan laporan ini,
segala kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
peningkatan kualitas laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terimah kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh

Gorontalo, Februari 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan..............................................................
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan....................................................................
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan............................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
2.1 Rumah Sakit............................................................................................
2.1.1 Definisi Rumah Sakit..............................................................................
2.1.2 Tugas Rumah Sakit.................................................................................
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit................................................................................
2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit............................................................
2.1.5 Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit.................................................
2.2 Fasillitas Dan Peralatan...........................................................................
2.3 Jenis Dan Klasifikasi Rumah Sakit.........................................................
2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan Yang Diberikan........................................
2.3.2 Berdasarkan Pengelolaannya...................................................................
2.3.3 Berdasarkan Afiliasi Pendidikan.............................................................
2.3.4 Berdasarkan Lama Tinggal Di Rumah Sakit...........................................
2.3.5 Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur.....................................................
2.3.6 Berdasarkan Status Akreditasi................................................................
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)....................................................
2.4.1 Definisi IFRS...........................................................................................
2.4.2 Tujuan IFRS............................................................................................
2.4.3 Tugas Pokok Dan Fungsi IFRS...............................................................
2.4.4 Organisasi IFRS......................................................................................
2.4.5 Sumber Daya Manusia IFRS...................................................................
2.5 Formularium Rumah Sakit......................................................................
2.6 Ruang Lingkup IFRS..............................................................................
2.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi.............................................................
2.8 Sistem Distribusi Obat............................................................................
2.8.1 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan.............................................
2.8.2 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap..............................................
2.9 Pelayanan Farmasi Klinik.......................................................................
2.9.1 Definisi....................................................................................................
2.9.2 Tujuan Farmasi Klinik............................................................................
2.9.3 Kegiatan Farmasi Klinik.........................................................................
2.10 Personalia................................................................................................
BAB III URAIAN KHUSUS...............................................................................
3.1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo..........
3.1.1 Letak Geografis.......................................................................................
3.2 Personalia Apotek...................................................................................
3.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................................................
3.4 Standar Pelayanan Kefarmasian..............................................................
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................
BAB V PENUTUP..............................................................................................
5.1 Kesimpulan..............................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Tujuan utama
dalam pembangunan di bidang kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan
yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan ekonomi yang produktif.
Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang terpadu
yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan memperhatikan aspek –
aspek kemanusiaan dalam pelaksanaannya, dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan tersebut harus didukung
oleh adanya fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarkan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi tindakan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga merupakan rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan paisen, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan farmasi klinik.
Instalasi farmasi merupakan bagian dari Rumah Sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di
Rumah Sakit. Mutu pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi
yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta
penyelenggaraan sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian kepada
pasien/pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi
farmasi. Sehingga seorang farmasis diharapkan mampu menyediakan obat dan
perbekalan farmasi yang berkhasiat, aman dan bermutu dan harga relatif
terjangkau. Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di
Rumah Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo, merupakan kegiatan pelatihan bagi
mahasiswa Farmasi Universitas Negeri Gorontalo untuk menerapkan ilmu yang
telah didapat dan memberi pengalaman bagi mahasiswa itu sendiri. Diharapkan
mahasiswa praktik dapat mengetahui kegiatan pengelolaan obat yang ada di
Rumah Sakit. Praktik Kerja Lapangan ini sangat besar manfaatnya bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapatkan dari
perguruan tinggi secara langsung. Melalui Praktik Kerja Lapangan ini, diharapkan
dapat menghasilkan seorang tenaga teknis kefarmasian yang benar-benar handal
dan profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo adalah
Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Gorontalo. RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie Gorontalo adalah lembaga teknis daerah yang merupakan unsur
pendukung pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang direktur yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
Sejarah awal Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri Ainun Habibie
Gorontalo berdiri sejak tanggal 03 November 2013 dan mulai beroprasi secara
terbatas sejak tahun 2014 dengan melakukan pelayanan operasi katarak. RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie merupakan Rumah Sakit Rujukan di Provinsi Gorontalo,
sehingga sering juga di sebut RSUP Ainun (Rumah Sakit Umum Provinsi Ainun).
Nama Rumah Sakit ini diambil dari nama seorang dokter sekaligus Ibu Negara
Republik Indonesia ke-3, dr. Hasri Ainun Besari Habibie. Pemberian nama
Rumah Sakit ini menjadi salah satu bentuk penghargaan masyarakat Gorontalo
atas jasa-jasa beliau dan juga pengabdiannya bersama B.J. Habibie yang
merupakan Suku Gorontalo pertama yang menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Meningkatkan, memperluas, dan menetapkan keterampilan peserta didik s
ebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan progr
am pendidikan yang di tetapkan.
1.2.2 Mengenal kegiatan program kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik
ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial budaya
1.2.3 Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan kegiata
n pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri Ainun Habibie
Gorontalo
1.2.4 Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan mengemba
ngkan pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo untuk jurusan farmasi
1.2.5 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersosialisasi di lingk
ungan kerja yang sebenarnya
1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1.3.1 Peserta PKL mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan peng
etahuan yang telah diperoleh di kampus dan diterapkan di lapangan kerja
1.3.2 Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemuka
n dilapangan
1.3.3 Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan maupun pesert
a didik yang bersangkutan
1.3.4 Menambah perbendaharaan perpustakaan kampus untuk menunjukkan pen
ingkatan pengetahuan peserta didik angkatan berikutnya
1.4 Manfaat PKL
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan ke dal
am dunia kerja yaitu puskesmas sehingga mengembangkan pengetahuan, keteram
pilan, serta memiliki pengalaman kerja yang nyata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care :
“The Hospital is an integral part of social and medical organization, the function
of which is to provide for the population complete health care, both curative and
preventive and whose outpatient service reach out to the family and its home
environment ; the hospital is also a centre for the training of health workers and
for biosocial research“, yang dalam Bahasa Indonesia berarti suatu bagian
menyeluruh dari organisasi dan medis yang berfungsi menyediakan pelayanan
kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif. Output
layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, disamping itu rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian biososial.
Rumah sakit berdasarkan undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit Bab 1 pasal 1 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan surat keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia
No.159/B/Menkes/PER/II/1998, Rumah Sakit merupakan sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dimanfaatkan untuk
pendidikan kesehatan dan penelitian.
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medikmodern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama,
untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia,
2004).
2.1.2 Tugas Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Bab
III pasal 4, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam
menyelenggarakan tugasnya, maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.983/B/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit Umum
mempunyai tugas :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Medis
2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
3. Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan
4. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan
5. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan
6. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Bab
III pasal 5, untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 4,
Rumah Sakit memiliki fungsi, antara lain penyelenggaraan pelayanan pengobatan
dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/Menkes/SK/XI/1992, pola organisasi rumah sakit pemerintah tergantung pada
besarnya rumah sakit. Rumah Sakit dipimpin oleh seorang direktur dan
membawahi satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya
terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, penunjang medik, keperawatan,
keuangan dan administrasi. Staf medik fungsional (SMF) berada dibawah
koordinasi komite medic. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dan dokter
spesialis yang ada disuatu rumah sakit.
2.1.5 Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 pasal 12, Rumah Sakit
harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis,
tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen farmasi rumah sakit,
dan tenaga non-kesehatan. Tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit terdiri dari
tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi; tenaga keperawatan yang
meliputi perawat dan bidan; tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analisis
farmasi dan asisten apoteker; tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi
epidemiologi kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiologi kesehatan,
administrator kesehatan dan sanitarian; tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan
dietisien; tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapis wicara; tenaga keteknisian medis yang meliputi radiographer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis potisien, otorik
prostetik, teknisi transfuse dan perekam medis.
2.2. Fasilitas dan Peralatan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004
fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku, antara lain lokasi harus
menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit; terpenuhinya luas yang cukup
untuk penyelenggaraan manajemen; pelayanan langsung pada pasien; dispensing
serta ada penanganan limbah; dipisahkan juga antara jalur steril bersih dan daerah
abu-abu; bebas kontaminasi dan persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,
kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama utama
untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun
sediaan cair untuk pemakaaian luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin
sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi
untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang tersedia di IFRS,
antara lain peralatan untuk penyimpanan ; peracikan dan pembuatan obat baik non
steril maupun aseptik; peralatan kantor untuk administrasi dan arsip; kepustakaan
yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat; lemari
penyimpanan khusus untuk narkotika; lemari pendingin dan AC untuk obat yang
termolabil, penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang
baik serta alarm.
2.3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Bab VI pasal 18, Rumah
sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya, yaitu :
2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum, antara lain Rumah Sakit
Umum Kelas A merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialitis luas dan subspesialitis luas; Rumah Sakit
Umum Kelas B merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialitis dan subspesialitis
terbatas; Rumah Sakit Umum Kelas C merupakan Rumah Sakit Umum yang
mempunyai Fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialitis dasar; Rumah
Sakit Umum Kelas D merupakan Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ tubuh,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus, Antara
lain Rmah Sakit Khusus Kelas A; Rumah Sakit Khusus Kelas B; Rumah Sakit
Khusus Kelas C.
2.3.2 Berdasarkan pengelolaanya
a. Rumah Sakit Publik
Dikelola oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum / Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan tidak dapat dialihkan menjadi
rumah sakit privat.
b. Rumah Sakit Privat
Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Perseroan Terbatas (Persero).
2.3.3 Berdasarkan Afiliasi Pendidikan
a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit yang telah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit
pendidikan dan ditetapkan oleh menteri pendidikan. Rumah Sakit ini,
menyelenggarakan program pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, Pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
b. Rumah Sakit Non-Pendidikan
Merupakan rumah sakit yang tidak menyelenggarakan program
pendidikan dan penelitian.
2.3.4 Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek
Rumah Sakit ini melayani pasien dengan penyakit-penyakit kambuhan
yang dapat dirawat dalam periode waktu relatif pendek, misalnya Rumah Sakit
yang menyediakan pelayanan spesialis.
b. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang
Rumah Sakit ini melayani pasien dengan penyakit-penyakit kronik yang
harus berobat secara tetap dan dalam jangka waktu yang panjang, misalnya
Rumah Sakit Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa.
2.3.5 Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur
a. Di bawah 50 tempat tidur
b. 100-199 tempat tidur
c. 200-299 tempat tidur
d. 300-399 tempat tidur
e 400-499 tempat tidur
f 500 tempat tidur dan lebih
2.3.6 Berdasarkan Status Akreditasi
Terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan rumah sakit yang
belum diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang
telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2004)
2.4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
2.4.1 Definisi IFRS
Suatu unit atau bagian di rumah sakit, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan semua fungsi pekerjaan kefarmasian yang mengelola semua
aspek obat mulai dari produksi, pengembangan, pelayanan farmasi untuk semua
individu pasien, professional kesehatan dan program rumah sakit disebut sebagai
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar dan Amalia, 2004).
2.4.2 Tujuan IFRS
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan IFRS adalah untuk melangsungkan pelayanan
farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun keadaan gawat darurat
sesuai dengan keadaan pasien dan fasilitas yang tersedia; menyelenggarakan
kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika
profesi; melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan; mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah dan
evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan
metode.
2.4.3 Tugas Pokok dan Fungsi IFRS
a. Tugas Pokok
Instalasi Rumah Sakit memiliki beberapa tugas pokok, antara lain
melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal; menyelenggarakan kegiatan
pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi;
melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE); memberi pelayanan
yang bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
farmasi; melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi; mengadakan
penelitian dan pengembangan di bidang farmasi; memfasilitasi dan mendorong
tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit (Kepmenkes RI No
1197/MENKES/SK/X/2004).
a. Fungsi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit juga memiliki fungsi, antara lain
pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
dan alat kesehatan. Pengelolaan Perbekalan Farmasi memiliki bagian-bagian
fungsi, antara lain memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit; merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal, mengadakan
perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku; memproduksi perbekalan farmasi unruk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit; menerima perbekalan farmasi
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; menyimpan
perbekalanfarmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan yang
juga memiliki bagian-bagian fungsi sendiri, meliputi mengkaji instruksi
pengobatan atau resep pasien; mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan; mencegah dan mengatasi masalah yang
berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; memantau efektifitas dan keamanan
penggunaaan obat dan alat kesehatan; memberikan informasi kepada petugas
kesehatan, pasien, atau keluarga; memberi konseling pada pasien / keluarga;
melakukan pencampuran obat suntik; melakukan penyiapan nutrisi parentral;
melakukan penanganan obat kanker; melakukan penentuan kadar obat dalam
darah; melakukan pencatatan setiap kegiatan; melaporkan setiap kegiatan
(Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004).

2.4.4 Organisasi IFRS


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, struktur minimal organisasi IFRS memiliki kepala
IFRS, bagian administrasi, bagian pengelolaan perbekalan, bagian farmasi klinik
dan bagian manajemen mutu. struktur ini bersifat dinamis dan harus disesuaikan
dengan situasi serta kondisi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin
oleh apoteker. pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker,
yang mempunyai pengealaman minimal dua tahun dibagaian farmasi rumah sakit
Apoteker telah terdaftar di depkes dan mempunyai surat ijin kerja. ada
pelaksaannya Apoteker dibantu oleh tenaga Ahli Madya Farmasi (D3) dan Tenaga
Menengah Farmasi (AA).
2.4.5 Sumber Daya Manusia IFRS
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah
sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang
termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan, antara lain
terdaftar di Departemen Kesehatan; terdaftar di Asosiasi Profesi; mempunyai izin
kerja dan mempunyai SK penempatan.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
professional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan
baik dari segi aspek hukum, serta pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan
jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan
pelanggan. kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan
keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
2.5 Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan (Depkes RI, 2004). Isi Formularium
terdiri atas (Depkes RI, 2004) :

1. Halaman Judul
2. Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
3. Daftar isi
4. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur dibidang obat
5. Produk Obat yang diterima untuk digunakan
6. Lampiran

Pedoman penggunaan formularium meliputi :


1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
PFT dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan
ruang lingkup. Staf medik harus mendukung Sistem Formularium yang
diusulkan oleh PFT.
2. Staf medik harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi.
3. Staf medik harus menerima kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh PFT
untuk menguasai sistem Formularium yang dikembangkan oleh PFT
4. Nama Obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama Generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek
terapinya sama, seperti :
a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik
yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang
diminta.
b. Dokter yang mempunyai obat pilihan terhadap obat paten tertentu
harus didasarkan pada pertimbangan Farmakologi dan Terapi.
c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber
obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan
oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien (Depkes RI,
2004).

2.6 Ruang Lingkup IFRS


Ruang lingkup IFRS digolongkan menjadi 2, yaitu ruang lingkup fungsi
farmasi non klinik dan klinik. Lingkup fungsi farmasi non klinik meliputi
perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pembelian,
produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi dan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah
sakit secara keseluruhan.
Lingkup fungsi farmasi klinik mencangkup fungsi farmasi yang dilakukan
dalam program rumah sakit meliputi Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO), Penanganan bahan sitotostik, pelayanan di unit
perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian pengendalian infeksi di
rumah sakit, Pelayan Informasi Obat (PIO), Pemantauan dan Pelaporan Reaksi
Obat Merugikan (ROM, sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi, sistem
pemantauan kesalahan obat, bulletin terapi obat, program edukasi, “in service”
bagi apoteker, dokter, perawat, investigasi obat dan unit gawat darurat (Siregar
dan Amalia, 2004).
2.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses
yang merupakan siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi, antara lain mengelola perbekalan
farmasi yang efektif dan efisien; menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan;
meningkatan kompetensi / kemampuan tenaga farmasi; mewujudkan sistem
informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Seleksi merupakan kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian yang bisa secara tender dan
secara langsung dari pabrik / distributor / pedagang besar farmasi atau rekanan;
produksi atau pembuatan sediaan farmasi yang memproduksi steril dan non steril;
sumbangan / dropping / hibah.
Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian di rumah sakit.
Penyimpanan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyimpan
perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan, antara lain menurut
bentuk sediaan dan jenisnya; suhunya; kestabilannya; mudah tidaknya meledak
atau terbakar; tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem FEFO
(First Expired First Out), FIFO (First in First Out) dan Alphabet.
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada; metode
sentralisasi atau desentralisasi; sistem floor stock, resep individu, sistem dosis unit
atau kombinasi.

2.8 Sistem Distribusi Obat


Tatanan jaringan sarana, personil, prosedur dan jaminan mutu yang serasi,
terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat
beserta informasinya kepada penderita disebut sistem distribusi obat. Sistem ini,
digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
2.8.1 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan
atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan (Individual Prescribing) oleh
apotek.
2.8.2 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Inap
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi
dengan sistem persediaan lengkap di ruangan (Floor Stock), sistem resep
perorangan (Individual Prescribing), sistem dosis unit (Unit Dose Dispensing) dan
sistem kombinasi oleh Satelit farmasi.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan bervariasi
dari rumah sakit ke rumah sakit, dan hal itu tergantung pada kebijakan rumah
sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personil dan tata ruang rumah sakit.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap mencakup penghantaran sediaan
obat yang telah di dispensing apotek ke tempat perawatan pasien dengan
keamanan dan ketepatan obat; ketepatan pasien; ketepatan jadwal, tanggal, waktu,
dan metode pemberian dan ketepatan tenaga kesehatan pemberi obat kepada
pasien serta keutuhan mutu obat (Siregar dan Amalia, 2004).
2.9 Pelayanan Farmasi Klinik
2.9.1 Definisi
Farmasi klinik dapat didefiniskan sebagai suatu keahlian khas ilmu
kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan
sesuai pada pasien, melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi
terspesialisasi pada perawatan pasien yang memerlukan pendidikan khusus
(spesialisasi) dan/atau pelatihan terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan
penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi data pasien, serta
keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar professional. (Charles J.P.
Siregar, 2006).
2.9.2 Tujuan Farmasi Klinik
Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan
terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses enggunaan
obat. Karena itu, misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan
kerasionalan, pemanfaatan dan keamanan terapi obat. Praktisi professional lain
pun berbagi fungsi dalam melaksanakan misi ini, tetapi hal ini bukan merupakan
perhatian intensif mereka. (Charles J.P. Siregar, 2006)
2.9.3 Kegiatan Farmasi Klinik
Berdasarkan KepMenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, kegiatan
farmasi klinik, meliputi pengkajian resep; dispensing; pemantauan dan pelaporan
efek samping obat; pelayanan informasi obat; konseling; pemantauan kadar obat
dalam darah; ronde atau visite pasien dan pengkajian penggunaan obat. Kegiatan
iv admixture proses pencampuran obat steril kedalam larutan intravena steril,
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara
intarvena. kegiatan iv admixture : melarutkan obat-obat serbuk kering steril, dan
menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe atau pun
kantong infus. TPN (Total Parenteral Nutrition) atau Total Nutrition Admixture
(TNA) merupakan terapi pemberian nutrisi secara intravena kepada pasien yang
tidak dapat makan melalui mulut. Tujuannya adalah mengganti dan
memperahankan nutrisi –nutrisi penting tubuh melalui infus intravena ketika
pemberian makanan secara oral bersifat kontaindikasi atau tidak mencukupi.
(Aslam, 2013).
Pengkajian Resep merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau
etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi.
Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Pemantauan kadar obat dalam darah dengan melakukan pemeriksaan kadar
beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks
terapi yang sempit.
Ronde atau visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan
obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.
2.10 Personalia
Personalia adalah semua anggota organisasi, yaitu untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan. Personalia organisasi rumah sakit mencakup para dokter,
dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan lainnya yang memenuhi syarat termasuk
apoteker, asisten apoteker, perawat, sarjana kesehatan masyarakat, sarjana
farmasi, gizi, bidan dan sejumlah personel pendukung yang memadai dan
memenuhi syarat.
1. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di
rumah sakit.
2. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional terhadap IFRS
melainkan jalur koordinasi dan bertanggung jawab kepada pimpinan
rumah sakit. Tugas PFT adalah melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit. Panitia ini terdiri unsur tenaga
kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Ners) sehingga
kredibilitas dan akuntabilitas terhadap monitoring dan evaluasi pelayanan
dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan kefarmasian
terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi konseling
pasien, pelayanan informasi obat dan evaluasi penggunaan obat baik
pasien di ruangan maupun pasien ambulatory.
4. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau
perlengkapan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan, sistem
penyimpanan di gudang, dan produksi obat dalam kapasitas rumah sakit
nonsteril dan aseptik.
5. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur distribusi
sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan (obat, bahan baku
obat, alat kesehatan dan gas medis) kepada pasien rawat jalan, IRD,
ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau ruangan.
6. Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan kesehatan
dan nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja sebagai tuntutan
kurikulum dan melaksanakan pelatihan.
7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang
berkaitan dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian.
8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber
daya manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi
dan produktivitasnya secara optimal, serta melakukan pendidikan dan
pelatihan bagi calon tenaga farmasi untuk mendapatkan wawasan,
pengetahuan dan keterampilan di bidang farmasi rumah sakit.
9. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
10. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik,
termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru. Formulasi,
metode pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh
Drug Released System.
11. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis,
terutama dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil
Outcomes dari terapi obat dan regimen pengobatan.
12. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian
perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan
cost-benefit dalam pelayanan farmasi.
13. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan, dan
evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.
14. Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit pemerintah
kelas A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan rumah sakit swasta
sekelas, agar mulai meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-
obatan yang diproduksi serta mengembangkan dan melaksanakan praktek
farmasi klinik.
15. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
berjuang, bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak
agar pengembangan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu
dapat diterima oleh pimpinan dan staf medik rumah sakit (Handoko,
2012).

BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri Ainun Habibie
Gorontalo
Sejarah awal Rumah Sakit Umum Daerah dr.Hasri Ainun Habibie
Gorontalo berdiri sejak tanggal 03 November 2013 dan mulai beroprasi secara
terbatas sejak tahun 2014 dengan melakukan pelayanan operasi katarak. RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie merupakan Rumah Sakit Rujukan di Provinsi Gorontalo,
sehingga sering juga di sebut RSUP Ainun (Rumah Sakit Umum Provinsi Ainun).
Nama Rumah Sakit ini diambil dari nama seorang dokter sekaligus Ibu Negara
Republik Indonesia ke-3, dr. Hasri Ainun Besari Habibie. Pemberian nama
Rumah Sakit ini menjadi salah satu bentuk penghargaan masyarakat Gorontalo
atas jasa-jasa beliau dan juga pengabdiannya bersama B.J. Habibie yang
merupakan Suku Gorontalo pertama yang menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia. Penetapan nama Rumah Sakit ini diputuskan lewat sidang paripurna
DPRD tentang pengesahan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda), sidang
berlangsung di ruang sidang utama DPRD Provinsi Gorontalo pada Senin, 23
September 2013.
3.2 Personalia Apotik
Tenaga kefarmasian meliputi tenaga teknik kefarmasiaan (Analisis
Farmasi, Asisten Apoteker dan Sarjana Farmasi) dan Apoteker. Secara umum
jumlah tenaga kefarmasian yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri
Ainun Habibie sebanyak … orang.
3.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi rumah sakit memberikan pelayanan farmasi berupa
pelayanan nonklinik dan juga pelayanan klinik. Pelayanan nonklinik tidak secara
langsung dilakukan sebagai suatu bagian yang terpadu, pelayanan ini sifatnya
administrasi atau manajerial seperti pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
sediaan farmasi serta pengelolaan perbekalan kesehatan dan berinteraksi
profesional dengan tenaga kesehatan lainnya.
Pelayanan klinik mencakup fungsi IFRS yang dilaksanakan dalam
program rumah sakit yaitu pelayanan obat di apotik/ depo, konseling pasien,
pelayanan informasi obat, evaluasi penggunaan obat, monitoring efek samping
obat, pemantauan terapi obat.
Instalasi farmasi rumah sakit auri melakukan pelayanan klinik yaitu
mencakup pelayanan resep obat, memberikan konseling pada pasien, dan
pelayanan informasi obat. IFRS dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo juga
melakukan pengelolaan perbekalan sediaan farmasi yang dilakukan oleh apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian yang berada IFRS.
3.4 Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pelayanan
perbekalan farmasi dan cara pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Pelayanan perbekalan farmasi dirumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun habibie yaitu
pembelian obat harus menggunakan resep dokter, resep pasien rawat jalan
penebusan obat pasien rawat jalan menggunakan resep dokter dengan per resep,
pada sistem ini pasien mendapat obat yang disediakan oleh farmasis untuk
pengunaan beberapa hari. Sedangkan pada resep pasien rawat inap diterapkan
distribusi sistem obat ODD (One Daily Dose) pada sistem ini pasien mendapat
obat yang disediakan oleh farmasis untuk penggunaan sehari pakai.
Pengelolaan perbekalan farmasi dirumah sakit merupakan suatu siklus
kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit dr. Hasri Ainun Habibie meliputi :
a. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dasar-dasar perencaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie menggunakan buku
pedoman yaitu formularium rumah sakit dr. Hasri Ainun Habibie, proses
perencanaan yang dilakukan oleh apoteker dan juga dokter dan menggunakan
metode kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi.
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian secara tender atau secara
langsung, produksi/pembuatan sediaan farmasi produk steril dan produksi non
steril, sumbangan/doping/hibah.
Pengadaan di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie yaitu menggunaan
metode konsumsi, dimana untuk pemesanan obat di lihat dari obat yang paling
banyak keluar akan di pesan banyak dan obat yang jarang keluar akan di pesan
sedikit.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian,melalui pembelian langsung,
tender, atau sumbangan. Penerimaan dilakukan oleh panitia barang rumah sakit
yang terlatih. Dilakukan diruang gudang farmasi oleh petugas yang bertanggung
jawab.
Penerimaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie
dilakukan langsung di Instalasi farmasi Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie,
diterima dan dilakukan pengecekan oleh petugas instalasi farmasi rumah sakit
yang bertanggung jawab dibidang pengadaan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan, disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Sistem FIFO (First
In Firt Out) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dulu
dan dikeluarkan lebih dulu, dan FEFO (First Expired First Out) adalah
penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat
maka dikeluarkan lebih dulu.
Penyimpanan di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie dilakukan dengan
sistem FIFO (First In Firt Out) dan FEFO (First Expired First Out), dibedakan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya, dibedakan menurut suhu dan kestabilannya,
dan tahan tidaknya terhadap cahaya.
e. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
dirumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap, rawat jalan dan juga instalasi bedah sentral (IBS) serta untuk menunjang
pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber
daya yang ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, sistem floor stock,
individu, dispensing dosis untuk dosis atau kombinasi.
f. Pelaporan
Laporan merupakan kegiatan untuk melaporkan segala kegiatan dan
masalah-masalah yang dihadapi di instalasi farmasi rumah sakit. Pelaporan yang
dilakukan di Rumah Saki dr. Hasri Ainun Habibie yaitu laporan penggunaan obat
setiap bulan berdasarkan stok opname dilakukan setiap akhir bulan. SIPNA untuk
narkotik dan psikotropika.

BAB IV
PEMBAHASAN
Secara keseluruhan kegiatan magang yang telah dilaksanakan di Rumah
Sakit dr. Hasri Ainun Habibie tampak banyak sekali hal baru yang dapat
menambah pengetahuan. Hal ini dikarenakan banyak perbedaan yang terdapat
antara teori dan praktek selama dilapangan.
Menurut Undang- undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah kesehan yang meliputi peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit melaksanakan tugas berdasarkan standar
pelayanan farmasi di rumah sakit yang dikeluarkan oleh di rektorat jendral
pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya mengacu
pada pedoman survei Akreditas Rumah Sakit yang digunakan secara nasional
disamping ketentuan masing-masing rumah sakit.
Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie terletak dilokasi yang cukup
strategis bagi masyarakat di daerah tersebut karena mudah diakses. Kesadaran
akan kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit cukup tinggi, karena ditinjau dari
banyaknya pasien yang datang setiap harinya, baik pasien rawat jalan atau pasien
yang rawat inap di Rumah Sakit. Dalam pelaksanaannya, Rumah Sakit dr. Hasri
Ainun Habibie memiliki satu gudang yang digunakan sebagai sarana
penyimpanan obat yang nantinya akan didistribusi ke masing-masing depo sesuai
permintaan. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit
dr. Hasri Ainun Habibie meliputi :
1. Perencanaan, dimana dilakukan kegiatan perencanaan dengan cara melihat
sisa stock di gudang dan banyaknya permintaan dari tiap unit serta banyaknya
obat yang sering diresepkan.
2. Pengadaan, merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produk dan sumbangan
3. Penyimpanan, pada tahap ini RSUD dr. Hasri Ainun Habibie melakukan
penyimpanan dengan cara sebagai berikiut:
a) Gudang
1) Ruangan ber-AC
2) Pencahayaan cukup
b) Pengaturan penyimpanan obat
1) Penyusunan secara alfabetis
2) Obat dan perbekalan kesehatan disimpan pada rak dan ada juga yang
disimpan pada lemari
3) Untuk golongan Narkotika dan Psikotropika di simpan pada lemari khusus
4) Vaksin, disimpan pada lemari pendingin yang suhunya dikontrol
5) Sedian cair dipisahkan dari sedian padat
c) Kerusakan fisik
1) Dus obat dan alat kesehatan di gudang tidak ditumpuk.
2) Penumpukan dus obat dan alat kesehatan di gudang mengikuti petunjuk
pada karton.
3) Terhindar dari kontak benda–benda tajam.
4. Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis, tujuan
pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan
secara tepat waktu, tepat jenis, dan jumlah (Depkes 2008).

5. Pemusnahan,
       Menurut Depkes RI (2008), pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi terhadap pihak yang terkait sesuai prosedur yang berlaku.
6. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang di tetapkan
sehingga tidak terjadi kekurangan / kekosongan dan kelebihan obat di unit- unit
pelayanan (Aditama 2007).
Seperti yang telah diketahui bahwa berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
standar pelayanan kefarmasian di Apotek, Pelayanan resep adalah suatu pelayanan
terhadap permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi
izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku mulai dari
penomoran, verifikasi, penulisan etiket, peracikan, pengemasan, pengecekan,
sampai dengan penyerahan obat. Sedangkan resep adalah permintaan tertulis dari
dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Pelayanan resep yang dilakukan di Apotek Rumah Sakit dr. Hasri Ainun
Habibie meliputi penerimaan resep, pengkajian resep, peracikan obat, pemberian
etiket, penyerahan obat dan pelayanan pemberian informasi obat kepada pasien
dengan baik dan benar. Dimana setelah memeriksa resep, dilakukan peracikan
obat berupa pengambilan obat yang dibutuhkan dari rak penyimpanan yang
memperlihatkan nama obat, tanggal kadaluarsa dan fisik obat dan penulisan
jumlah obat yang dikeluarkan dari rak obat pada kartu stok obat.
Dalam pengambilan obat tersebut, ada beberapa perlakuan khusus untuk
resep yang mengandung obat psikotropika yaitu diberi garis atau lingkaran merah
terlebih dahulu pada resep lalu diambil obat sesuai dengan jumlah yang
diinginkan. Selanjutnya dilakukan peracikan untuk obat-obat yang berupa puyer.
Setelah obat siap, maka diberikan etiket masing-masing obat sesuai dengan cara
penggunannya. Etiket di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie secara umum mirip
dengan etiket yang ada pada umumnya. Dimana terdapat 2 etiket yaitu etiket
warna putih untuk penggunaan oral dan etiket warna biru untuk obat dengan
penggunaan topikal.
Setelah obat diracik dan diberi etiket maka obat tersebut dimasukkan ke
dalam wadah plastik yang sesuai untuk menjaga mutu obat. Sebelum obat
diserahkan kepada pasien, diperiksa kembali nama, bentuk dan jumlah fisik dari
obat yang akan diserahkan dengan yang diminta pada resep. Dimana pemeriksaan
tersebut dilakukan oleh orang yang berbeda dari orang yang menyiapkan resep.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang akan terjadi akibat
kekeliruan dari individu. Kemudian obat diserahkan dengan diawali dengan
menanyakan identitas pasien agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat. Setelah
semua sudah tepat, maka dilakukan penyampaian informasi kepada pasien
mengenai aturan pemakaian obat yang baik dan benar, indikasi obat, manfaat
obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping,
cara penyimpanan obat serta penjelasan mengenai antibiotik dan obat yang butuh
penggunaan khusus sampai pasien atau keluarga pasien mengerti.
Sediaan salep dan krim diletakkan dalam dos terpisah sedangkan sirup,
suspensi dan emulsi di letakan di rak tersendiri, begitupula dengan insulin di
simpan di dalam lemari es sesuai dengan suhu penyimpanan obat tersebut. Obat –
obatan tersebut disusun berdasarkan sistem FIFO dan FEFO. Dimana menurut
Depkes RI (2007), sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) yaitu obat yang masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal
harus digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih awal biasanya
juga diproduksi lebih awal dan umurnya relative lebih tua dan masa
kadaluwarsanya mungkin lebih awal.
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan, dapat dilihat juga
terdapat beberapa obat yang di beri label yang bertuliskan LASA (Look Alike
Sound Alike) karena sesuai dengan Permenkes No.58 tahun 2014 obat-obat LASA
termasuk kedalam obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication)
karena sering menyebabkan terjadinya kesalahan – kesalahan serius dan obat yang
beresiko tinggi menyebabkan Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).
Kegiatan magang mahasiswa farmasi di Rumah Sakit dilakukan dengan
tujuan melatih dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa
dilapangan, mulai dari pelayanan resep, pemeriksaan stok obat hingga pelayanan
pasien berupa interaksi langsung kepada pasien hingga terciptanya masyarakat
yang paham terhadap obat-obatan.
Dalam hal ini juga mahasiswa diberikan kesempatan untuk melayani resep,
dimulai dari penerimaan, peracikan hingga pemberian etiket yang sesuai dengan
prosedur pelayanan resep yang masih dalam pengawasan apoteker. Pemeriksaan
stok obat dilakukan untuk meminimalisir kesalahan terhadap obat yang masuk dan
obat yang keluar pada fisik dan kartu stok obat. Dengan kegiatan magang yang
telah dilakukan di Rumah Sakit, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan
dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari serta mendapatkan pengalaman kerja
terkait pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun
Habibie.
Selain kegiatan tersebut, juga dilakukan kegiatan stock opname yang
merupakan kegiatan pengecekkan terhadap obat dan pembekalan farmasi.
Tujuannya untuk mengetahui jumlah dan jenis obat yang paling banyak digunakan
untuk kebutuhan pemesanan serta untuk mencocokkan antara jumlah obat yang
ada dengan yang ada pada catatan dan kartu stock. Untuk obat yang telah
kadaluwarsa dipisahkan dengan obat-obat lainnya.
Mahasiswa magang juga diberikan kesempatan untuk mengetahui alur
pendistribusian obat yang terdapat pada Gudang Rumah Sakit dimana obat akan
didistribusikan kepada ruangan-ruangan. Dimana alur penditribusian obat di
gudang farmasi Rumah Sakit ialah dengan menyiapkan obat sesuai dengan surat
permintaan obat dan bahan medis habis pakai yang dikirimkan oleh ruangan-
ruangan pelayanan. Selain itu, mahasiswa magang juga diberikan kesempatan
untuk mempelajari pelaporan setiap obat yang masuk dan keluar di apotek
maupun digudang serta pelaporan penggunaan obat psikotropik dan narkotika.
Kegiatan magang di Apotek Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie
memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang tugas dan tanggung jawab
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit secara umum. Dalam kegiatan praktek kerja lapangan di Rumah Sakit
dr. Hasri Ainun Habibie sedikitnya tidak terdapat kendala dikarenakan
kenyamanan tempat serta karakteristik dari tenaga farmasi yang sangat ramah
membuat mahasiswa sangat nyaman dalam melaksanakan kegiatan praktek.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil magang mahasiswa D3 farmasi Universitas Negeri Gorontalo di
Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, dapat di ambil kesimpu
lan sebagai berikut :
Kegiatan magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa D3 Farmasi, karena d
apat menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan para mahasiswa dibidan
g pelayanan istalasi farmasi rumah sakit.
RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo yaitu salah satau Layanan
Kesehatan milik Pemerintah Provinsi Gorontalo. Sistem organisasi, administrasi
keuangan dan kepegawaian di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo
telah berjalan dengan cukup baik dan professional.
5.2 Saran
Bagi Instalasi Farmasi di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie, kami sebagai ma
hasiswa D3 Farmasi dapat menyarankan agar :
5.2.1 Penggunaan komputer sangat perlu untuk memudahkan dan mengefektifka
n dalam pencatatan dan pelaporan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dr. Hasri Ainun Habibie
5.2.2 Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi
5.2.3 Perlu adanya penambahan tenaga kefarmasian terutama tenaga teknik kefa
rmasian agar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dr. Hasri Ainun
Habibie berjalan lebih baik dan dapat memenuhi kekurangan tenaga kefar
masian lain.
5.2.4 Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan konselin
g kepada pasien (konsumen)
5.2.5 Memperluas ruangan instalasi farmasi agar mempermudah untuk pengamb
ilan obat dan pelayanan kefarmasian

DAFTAR PUSTAKA
Aditama. T.Y. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: Uni
versitas Indonesia.
Aslam M, Tan CK, Prayitno A. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Peng
obatan Rasional Dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: Elex Media Ko
mputindo; 2003..

Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indones


ia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depk
es RI Jakarta .

DepKes RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/MenKes/SK/X/20


04 . Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

DepKes RI. (1992). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/MenKes/SK/XI/19


92. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

Handoko, T. Hani. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yog
yakarta. BPFE

Menkes RI. 1998. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesian Nomor 159
b/MENKES/PER/II/1988. Tentang Rekam Medis. Jakarta: Kementrian
Republik Indonesia

Siregar, C. J. P dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapann
ya, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Siregar,C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jaka
rta, 20, 37-42.

Siregar, Charles J.P. dan Endang Kumolosasi. 2006. Farmasi Klinik Teori dan Pen
erapan, Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta 200

LAMPIRAN
Contoh Etiket

Contoh resep

Resep Pasien bpjs Resep Pasien umum

Contoh Kartu Stok Contoh kartu stok


Rak Penyimpsnsn Sirup

Rak penyimpanan tablet

Tempat penyimpanan alat kesehatan


Tempat Cairan Infus

Penyerahan obat rekap resep masuk

Anda mungkin juga menyukai