Oleh :
Populasi penduduk di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara cukup
banyak, namun sarana kesehatan dirasa masih sangat kurang. Akses masyarakat untuk
mendapatkan fasilitas kesehatan juga masih sangat sulit. Sehingga pendekatan terhadap
masyarakat mengenai kesehatan terutama dalam hal pengobatan mandiri (swamedikasi)
masih sangat perlu. Masalah kesehatan yang seringkali muncul dan pengetahuan masyarakat
tentang pengobatan dirasakan masih dianggap remeh. Seringkali obat warung dianggap
sebagai alternatif utama dalam pengobatan. Selama ini pemberdayaan dan peran serta
masyarakat belum dioptimalkan sehingga penanganan terhadap masalah kesehatan dan
pengobatan belum mendapat perhatian khusus. Berdasarkan konsep penanganan kesehatan,
bahwa terabaikannya permasalahan disebakan oleh ketidakatahuan, ketidakmampuan dan
ketidakmauan.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai terbiasa dengan penggunaan berbagai jenis
obat-obatan dengan tujuan menyembuhkan penyakit, mengontrol, ataupun sebagai suplemen
untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Penggunaan obat secara bebas (over dosis), kejadian
efeksamping, interakasi obat atau penyalah gunaan obat seringkali terjadi pada masyarakat
dan dapat menyebabkan masalah baru dalam kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai factor seperti perkembangan penyakit, produksi berbagai jenis obat-obatan dan
suplemen serta mulai diberlakukannya jaminan kesehatan nasional yang memungkinkan
masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pengobatan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukan bahwa 32,1% rumah tangga
di Indonesia menyimpan obat yang sedang digunakan, 47,0% rumah tangga menyimpan obat
sisa dan 42,2% rumah tannga menyimpan obat untuk persediaan. Obat tersebut meliputi obat
bebas (OTC) untuk swamedikasi maupun obat keras (ethical) yang diperoleh dari resep
dokter. Masyarakat mendapatkan obat tersebut di sarana kesehatan baik pemerintah maupun
swasta bahkan dari toko/swalayan, warung bahkan pemesanan melalui online juga bisa
dilakukan tanpa masyarakat mengetahui apakah obat tersebut asli atau palsu.
Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif.
Dampak positif yang dapat terlihat adalah semakin banyak nyamasyarakat yang mulai peduli
terhadap kesehatan dengan memeriksakan diri ketempat-tempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan dampak negatif yang mungkin timbul dengan meningkatnya penggunaan obat di
masyarakat adalah kesalahan dalam menggunakan hingga membuang limbah obat. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang disampaikan kepada
masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan obat
dapat menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun bagi lingkungan.
STIKES Muhammadiah Manado khususnya program studi famasi sebagai salah satu
stackholder yang berkerjasama dengan organisasi profesikesehatan IkatanApoteker Indonesia
(IAI) saat ini mulai mencanangkan kegiatan pelatihan kepada masyarakat terkait penggunaan
obat yang baik dan benar. Kegiatan pelatihan ini diberi nama DAGUSIBU (Dapatkan –
Gunakan – Simpan – Buang). Apoteker sebagai profesi kesehatan yang concern terhadap
pemakaian obat-obatan di masyarakat dihimbau untuk terus melakukan pelatihan
DAGUSIBU di manapun agar masyarakat paham mengenai penggunaan obat yang benar
sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
karena pembuangan limbah obat yang salah.
2.2 Permasalahan
Masyarakat di Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara memiliki akses
yang cukup baik terhadap kesehatan, termasuk di dalamnya penggunaan obat, baik obat yang
diresepkan oleh dokter, obat bebas maupun obat bebas terbatas yang dibeli sesuai dengan
gejala yang dirasakan. Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berimbas pada
peningkatan motivasi masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin di pusat pelayanan
kesehatan setempat juga menjadi sebab peredaran obat yang cukup banyak di masyarakat.
Namun penggunaan obat yang semakin banyak ini belum didukung secara optimal dengan
pengetahuan masyarakat mengenai cara konsumsi hingga pembuangan limbah obat yang baik
dan aman bagi lingkungan. Pemberian informasi yang benar terkait penggunaan obat menjadi
kebutuhan masyarakat agar terhindar dari dampak buruk kesehatan diri maupun lingkungan.
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten
Minahasa Utara antara lain ibu-ibu PKK, pemuda Karang Taruna serta kegiatan dan
organisasi masyarakat yang lain.
Kegiatan ini dilakukan di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara
1 Honorarium
Ketua Tim 1 Org Rp 500,000
Anggota Tim Dosen 3 Org x Rp 350,000 Rp 1,050,000
Anggota Mahasiswa 12 Org x Rp 75,000 Rp 900,000
2 Narasumber 2 Org x Rp 500,000 Rp 1,000,000
3 Konsumsi Pelatihan 70 Org x Rp 25,000 Rp 1,750,000
4 ATK, FC brosur DAGUSIBU dll 1 Paket Rp 1,300,000
5 Transportasi 1 Paket Rp 500,000
Total = Rp 7,000,000
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh Apoteker Hamidah SS.,
S.Farm., M.Si., Apt., selaku ketua tim dari STIKES Muhammadiyah Manado sekaligus
pemberi materi penyuluhan mengenai DAGUSIBU. Peserta penyuluhan sebagian besar
adalah ibu-ibu rumah tangga. Namun, ada juga para bapak-bapak dan remaja yang tertarik
untuk mengikuti kegiatan ini.
Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Anonim, Depkes RI, 2015, Cara Penggunaan Obat, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Bina Kefarmasian.
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika