Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmasi forensik adalah ilmu yang mempelajari mengenai bidang ilmu


farmasi yang dihubungkan dengan hukum/kehakiman dan perundang-undangan.
Dimana farmasi artinya obat dan pengobatan, dan forensik adalah hukum dan
perundangan. Sehingga ilmu farmasi forensik adalah ilmu yang mempelajari obat
dan pengobatan yang dihubungkan dengan hukum dan perundangan. Sekarang ini
kasus pelanggaran undang-undang yang disebabkan pengaruh obat ataupun
penyalahgunaan obat telah berkembang dengan cepat baik dalam kualitas maupun
kuantitasnya. Penyelidikan kasus kriminal yang erat hubungannya dengan
penggunaan obat atapun analisis kandungan kimia dalam obat, bahan biologik,
sidik serologi maupun DNA fingerprint bagi tersangka telah berkembang dengan
cepat. Sehingga ilmu Farmasi Forensik menjadi ilmu yang sangat penting untuk
menyidik, mengawasi dan menganalisis bahan penyebab terjadinya kasus forensik
karena penggunaan obat.

Farmakologi berasal dari bahasa Yunani yaitu pharmakon yag berarti


senyawa bioaktif dan logos yang berarti ilmu. Secara umum, farmakologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek dan nasib obat dalam tubuh.

Sejauh ini Indonesia memang belum mengatur secara spesifik mengenai


euthanasia (Mercy Killing). Euthanasia atau menghilangkan nyawa orang atas
permintaan dirinya sendiri sama dengan perbuatan pidana menghilangkan nyawa
seseorang. Dan hal ini masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang
menyetujui tentang euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang euthanasia.

Pihak yang menyetujui euthanasia dapat dilakukan, hal ini berdasarkan


bahwa setiap manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri
hidupnya dengan segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup

1
mendukung yaitu alasan kemanusian. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi
memungkinkan untuk sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan
permohonan untuk segera diakhiri hidupnya. Sementara sebagian pihak yang tidak
membolehkan euthanasia beralasan bahwa setiap manusia tidak memiliki hak
untuk mengakhiri hidupnya, karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan
mutlak Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia.

Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, karena sudut pandang yang
dipakai sangatlah bertolak belakang, dan lagi-lagi alasan perdebatan tersebut
adalah masalah legalitas dari perbuatan euthanasia.

Di Negara-negara Eropa (Belanda) dan Amerika tindakan euthanasia


mendapatkan tempat tersendiri yang diakui legalitasnya, hal ini juga dilakukan
oleh Negara Jepang. Tentunya dalam melakukan tindakan euthanasia harus
melalui prosedur dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar euthanasia
bisa dilakukan.

1.II Rumusan Masalah dan Tujuan

1.II.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan euthanasia?

2. Bagaimana euthanasia dari perspektif medis ?

3. Bagaimana euthanasia dalam perspektif hukum ?

4. Bagaimana euthanasia pada hewan?

5. Bagaimana argument tentang pro dan kontra euthanasia?

1.II.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari euthanasia

2. Untuk mengetahui euthanasia dari perspektif medis

3. Untuk mengetahui euthanasia dalam perspektif hukum

4. Untuk mengetahui euthanasia pada hewan

5. Untuk mengetahui argument tentang pro dan kontra euthansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani Eu yang berarti “baik”, dan


Thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003;177).
Euthanasia merupakan tindakan penghentian kehidupan manusia baik
dengan cara menyuntikkan zat tertentu atau dengan meminum pil atau dengan
cara lainnya. Tindakan ini muncul akibat terjadinya penderitaan yang
berkepanjangan dari pasien.

Bapak kedokteran yang dikenal dengan Hippokrates, melalui Sumpah


Hippokrates ia membuat profesi medis menjadi profesi pertama yang memiliki
suatu ethos khusus. Dalam Sumpah Hippokrates yaitu “Aku tidak akan
memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun bila orang memintanya, dan
juga tidak akan menyarankan hal serupa itu”.

Euthanasia secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


- Euthanasia aktif
Yang dimaksud euthanasia aktif yaitu suatu tindakan secara langsung dari
dokter atas persetujuan pasien atau pihak keluarga untuk mempercepat kematian
pasien, agar terlepas dari penderitaan yang berkepanjang.
- Euthanasia pasif
Yang dimaksud euthanasia pasif yaitu suatu tindakan secara tidak langsung
dari dokter atas persetujuan dari pasien atau pihak keluarga untuk menghentikan
segala upaya medis yang dianggap tidak memberikan perubahan terhadap pasien.

3
B. Pandangan Euthanasia Menurut Aspek Kesehatan
Masalah kesehatan sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi
penyakit yang tak tersembuhkan,sementara pasien sudah dalam keadaan merana
dan sekarat. Konsep kematian dalam dunia kesehatan masa kini dihadapkan pada
kontradiksi antara etika, moral, hukum, dan kemampuan serta teknologi kesehatan
yang sedemikian maju.
Contoh kasus euthanasia

1. Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan
koma, disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau terkena semacam
penyakit pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau orang yang
terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati (padahal
masih ada kemungkinan untuk diobati) akan dapat mematikan penderita.
Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan dapat
mempercepat kematiannya. (euthanasia pasif)

2. Seseorang yang sedang menderita kanker ganas atau sakit yang


mematikan, yang sebenarnya dokter sudah tahu bahwa seseorang tersebut
tidak akan hidup lama lagi. Kemudian dokter memberinya obat dengan
takaran tinggi (overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa
sakitnya, tetapi justru menghentikan pernapasannya sekaligus. (euthanasia
aktif)

Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat


prasarana luar biasa. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah
tidak dapat disembuhkan lagi. Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis sudah
terlalu mahal. Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan obat atau
tindakan medis tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak
diwajibkan lagi untuk mengusahakan obat atau tindakan medis.

C. Euthanasia dalam Perspektif Hukum di Berbagai Negara

4
Beberapa KUHP yang berkaitan dengan euthanasia antara lain 338, 340,
344, 345, dan 359. Secara formal tindakan euthanasia di Indonesia belum memilki
dasar hukum sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum
terhadap euthanasia yang dilakukan.

Di Indonesia pengaturan euthanasia terdapat dalam KUHP buku ke-dua


Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa orang, Pasal 344 yang berbunyi:
“Barangsiapa menghilangkan nyawa orang atas permintaan sungguh-sungguh
orang itu sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas
tahun.”
Dalam Pasal 344 KUHP pidana kalau dicermati ada beberapa unsur yang
terkandung di dalamnya yaitu:
1. perbuatan: menghilangkan nyawa

2. objek: nyawa orang lain

3. atas permintaan orang itu sendiri

4. yang jelas dinyatakan dengan sungguh-sungguh.

Unsur-unsur di atas harus dapat dipenuhi untuk menyatakan suatu


perbuatan itu merupakan tindakan euthanasia. Oleh karena itu, unsur-unsur
tersebut harus dapat dibuktikan guna untuk memastikan perbuatan itu memang
merupakan tindakan euthanasia.

Belanda adalah negara pertama di dunia yang melegalkan eutanasia pada


tahun 2001, diikuti Belgia setahun kemudian. Proses permohonan eutanasia pun
sangat panjang. Pemohon harus mendapatkan konseling dengan psikolog dalam
periode tertentu. Pasien diberikan cukup waktu untuk berpikir dalam waiting
periode. Setelah itu pemohon harus mendapatkan sertifikat dari setidaknya dua
orang dokter yang menyatakan bahwa kondisi pasien sudah tidak bisa tertolong.
Setelah proses itu dilewati baru diajukan ke pengadilan untuk mendapat
keputusan.

5
Di Swiss, eutanasia masih dipandang ilegal, walaupun di negara itu
terdapat tiga organisasi yang mengurus permohonan tersebut. Organisasi-
organisasi tersebut menyediakan konseling dan obat-obatan yang dapat
mempercepat kematian. Pemerintah Swiss sendiri melarang penggunaan eutanasia
dengan suntikan. Setiap kali ada permohonan harus diinformasikan ke polisi.

Di Asia, hanya Jepang yang pernah melegalkan voluntary euthanasia


yang disahkan melalui keputusan pengadilan tinggi pada kasus Yamaguchi di
tahun 1962. Walaupun begitu, karena faktor budaya yang kuat kejadian euthanasia
tidak pernah terjadi lagi. Pada tahun 1994, di Oregon, Amerika Serikat
dikeluarkan Death With Dignity Law. Sejak itu sudah ada 100 orang yang berada
dalam tahap lanjut mendapatkan assisted suicide. Eutanasia di Amerika tetap
ilegal dan terus diperdebatkan.

D. Euthansia Pada Hewan

Pemanfaatan hewan pada bidang penelitian yamg disebut sebagai hewan model
atau hewan percobaan telah berlangsung sejak berabad lalu sejalan dengan
berkembangnya bidang kedokteran. Pemanfaatannya semakin meluas setelah
ditemukannya anaesthesi dan publikasi dari Darwin yang menyatakan bahwa ada
persamaan secara biologis antara manusia dan hewan (Baumans).
Ironisnya hewan yang telah selesai menjalani perlakuan, untuk melihat
perubahan yang ditimbulkan oleh agen yang diujikan maka di akhir masa
penelitian hewan tersebut harus dimatikan. Periode mematikan hewan percobaan
ini yang dikenal sebagai euthanasia.
Pemakaian metode euthanasia dalam bidang keilmuan sangat penting
perannya, apabila ditinjau dari segi manfaatnya. Uji laboratorium terhadap
material non-toksik dan non–infectius sangat bisa diterima karena hewan
diasumsikan tidak akan merasakan penderitaan selama penelitian berlangsung.
Keadaan menjadi sangat memprihatinkan apabila hewan-hewan tersebut
dipergunakan untuk uji biologis virus maupun logam berat dan zat toksik lainnya.

6
Secara etik, euthanasia tidak boleh dilakukan pada semua makhluk hidup.
Kehidupan itu sendiri menjadi hak setiap makhluk hidup. Perbedaan yang sangat
mendasar antara manusia dan hewan adalah manusia mempunyai pemikiran
sedangkan hewan tidak sehingga dia seperti mesin yang bergantung kenapa
operator. Keberadaannya dalam ekosistem adalah sebagai penunjang kehidupan
manusia.

E. Argumen pro-euthanasia

Terdapat beberapa argumen yang mendukung terjadinya euthanasia.


Pertama, kelompok pro-euthanasia beranggapan bahwa setiap individu memiliki
hak untuk menentukan masa depan kehidupannya. Terlebih jika individu tersebut
dalam keadaan sakit berat yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri.
Argumen lain menyatakan bahwa dengan melegalkan euthanasia terhadap pasien
dengan keadaan yang tidak dapat disembuhkan, tenaga dan perawatan kesehatan
dapat dialihkan untuk pasien yang memiliki harapan sembuh lebih besar dan
memerlukan perawatan intensif.

F. Argumen kontra euthanasia

Kelompok kontra euthanasia beranggapan bahwa tindakan ini menyalahi


kehendak yang maha kuasa. Kehidupan adalah suatu hal yang suci dan kematian
bukan berada di tangan manusia, namun berada pada tangan sang Pencipta. Selain
itu, setiap orang, baik yang mengalami sakit berat atau sehat memiliki hak yang
sama untuk hidup, jadi keputusan untuk mengakhiri hidup dengan alasan sakit
keras tidak dibenarkan. Permasalahan lainnya adalah mengenai siapa pihak yang
memiliki otoritas untuk menentukan seorang pantas melakukan euthanasia,
apakah dokter atau keluarga?

BAB III

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Eutanasia adalah permintaan masalah mati dari pasien yang menderita


penyakit yang tidak dapat ditangani lagi. Untuk saat ini, apakah euthanasia harus
dilakukan atau tidak masih menjadi perdebatan. Karena, euthanasia tidak hanya
masalah moral tapi juga untuk hukum, agama, etika, dan Hak Asasi Manusia.

Euthanasia umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu euthanasia aktif


dan euthanasia pasif. euthanasia aktif dilarang apakah itu menetapkan pidana
hokum dan kode etik kedokteran (karena ada unsur pembunuhan), sedangkan
pasif euthanasia adalah mungkin untuk dilakukan.

Daftar Pustaka

Anonim. Euthanasia Persepetif Medis Dan Hukum Pidana Indonesia

8
Diakses di http://www.scribd.11639357-Euthanasia-Persepetif-Medis-dan-
Hukum-Pidana-Indonesia.doc

Darmono. 2010. Farmasi Forensik. Jakarta: Universitas Pancasila

Diakses di http://profesordarmono.blogspot.co.id/ Pada Sabtu 19 Juni


2010

Setiatin Tantini Enny. 2004. Euthanasia: Tinjauan Etik Pada Hewan. Bogor:
Institute Pertanian Bogor

Hadi Syamsul. 2012. Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Etika
Kedokteran.

Hanafiah M. Jusuf & Amir Amri. 2008. Etika Kedokteran Hukum Kesehatan
edisi IV. Jakarta: EGC

Haryadi. 2012. Masalah Euthanasia dalam Hubungannya dengan Hak Asasi


Manusia

Anda mungkin juga menyukai