PENDAHULUAN
1
mendukung yaitu alasan kemanusian. Dengan keadaan dirinya yang tidak lagi
memungkinkan untuk sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan
permohonan untuk segera diakhiri hidupnya. Sementara sebagian pihak yang tidak
membolehkan euthanasia beralasan bahwa setiap manusia tidak memiliki hak
untuk mengakhiri hidupnya, karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan
mutlak Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia.
Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, karena sudut pandang yang
dipakai sangatlah bertolak belakang, dan lagi-lagi alasan perdebatan tersebut
adalah masalah legalitas dari perbuatan euthanasia.
1.II.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
3
B. Pandangan Euthanasia Menurut Aspek Kesehatan
Masalah kesehatan sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi
penyakit yang tak tersembuhkan,sementara pasien sudah dalam keadaan merana
dan sekarat. Konsep kematian dalam dunia kesehatan masa kini dihadapkan pada
kontradiksi antara etika, moral, hukum, dan kemampuan serta teknologi kesehatan
yang sedemikian maju.
Contoh kasus euthanasia
1. Penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalam keadaan
koma, disebabkan benturan pada bagian kepalanya atau terkena semacam
penyakit pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh. Atau orang yang
terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati (padahal
masih ada kemungkinan untuk diobati) akan dapat mematikan penderita.
Dalam hal ini, jika pengobatan terhadapnya dihentikan akan dapat
mempercepat kematiannya. (euthanasia pasif)
4
Beberapa KUHP yang berkaitan dengan euthanasia antara lain 338, 340,
344, 345, dan 359. Secara formal tindakan euthanasia di Indonesia belum memilki
dasar hukum sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum
terhadap euthanasia yang dilakukan.
5
Di Swiss, eutanasia masih dipandang ilegal, walaupun di negara itu
terdapat tiga organisasi yang mengurus permohonan tersebut. Organisasi-
organisasi tersebut menyediakan konseling dan obat-obatan yang dapat
mempercepat kematian. Pemerintah Swiss sendiri melarang penggunaan eutanasia
dengan suntikan. Setiap kali ada permohonan harus diinformasikan ke polisi.
Pemanfaatan hewan pada bidang penelitian yamg disebut sebagai hewan model
atau hewan percobaan telah berlangsung sejak berabad lalu sejalan dengan
berkembangnya bidang kedokteran. Pemanfaatannya semakin meluas setelah
ditemukannya anaesthesi dan publikasi dari Darwin yang menyatakan bahwa ada
persamaan secara biologis antara manusia dan hewan (Baumans).
Ironisnya hewan yang telah selesai menjalani perlakuan, untuk melihat
perubahan yang ditimbulkan oleh agen yang diujikan maka di akhir masa
penelitian hewan tersebut harus dimatikan. Periode mematikan hewan percobaan
ini yang dikenal sebagai euthanasia.
Pemakaian metode euthanasia dalam bidang keilmuan sangat penting
perannya, apabila ditinjau dari segi manfaatnya. Uji laboratorium terhadap
material non-toksik dan non–infectius sangat bisa diterima karena hewan
diasumsikan tidak akan merasakan penderitaan selama penelitian berlangsung.
Keadaan menjadi sangat memprihatinkan apabila hewan-hewan tersebut
dipergunakan untuk uji biologis virus maupun logam berat dan zat toksik lainnya.
6
Secara etik, euthanasia tidak boleh dilakukan pada semua makhluk hidup.
Kehidupan itu sendiri menjadi hak setiap makhluk hidup. Perbedaan yang sangat
mendasar antara manusia dan hewan adalah manusia mempunyai pemikiran
sedangkan hewan tidak sehingga dia seperti mesin yang bergantung kenapa
operator. Keberadaannya dalam ekosistem adalah sebagai penunjang kehidupan
manusia.
E. Argumen pro-euthanasia
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
8
Diakses di http://www.scribd.11639357-Euthanasia-Persepetif-Medis-dan-
Hukum-Pidana-Indonesia.doc
Setiatin Tantini Enny. 2004. Euthanasia: Tinjauan Etik Pada Hewan. Bogor:
Institute Pertanian Bogor
Hadi Syamsul. 2012. Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Etika
Kedokteran.
Hanafiah M. Jusuf & Amir Amri. 2008. Etika Kedokteran Hukum Kesehatan
edisi IV. Jakarta: EGC