KONSEP PEMASARAN
Industri farmasi memproduksi sedemikian banyak obat, baik obat ethical maupun obat
bebas (Over The Counter/OTC). Dalam satu kelas terapi terdapat banyak obat yang mempunyai
indikasi/khasiat yang sama dengan berbagai nama dagang (brand name) maupun nama generik,
yang diproduksi oleh berbagai perusahaan farmasi. Di Indonesia saat ini terdapat 198 perusahaan
manufaktur farmasi yang terdiri dari perusahaan domestik maupun multi nasional yang
memproduksi belasan ribu item obat. Obat yang dihasilkan oleh produsen farmasi Indonesia
tersebut kemudian didistribusikan oleh pedagang besar farmasi (PBF)/distributor kepada apotik,
rumah sakit, dan toko obat (untuk OTC) diseluruh indonesia, menjangkau konsumen dalam skala
yang sangat luas mencapai ratusan juta penduduk indonesia. Selain dipasarkan di dalam negeri,
obat-obat tersebut juga di ekspor ke berbagai Negara.
Bagaimana agar dokter dapat mengetahui keunggulan suatu obat sehingga dokter tersebut
tergerak untuk meresepkan kepada pasiennya? Bagaimana obat-obat OTC dapat dipromosikan
dengan agar tepat konsumen tertarik untuk membeli dan menggunakannya? Bagaimana farmasis
dapat melakukan costumer relationship yang prima di apotik dan di farmasi rumah sakit?
Bagaimana memasarkan obat di pasar farmasi yang highly regulated? Ini semua adalah ranah
pemasaran farmasi yang merupakan ujung tombak yang sangat menentukan kelangsungan hidup
(survival) perusahaan farmasi di masa kini dan di masa depan.
Tidak sedikit orang mempunyai pemikiran keliru yang menganggap hanya perusahaan
berskala besar dan beroperasi di Negara maju yang menggunakan pemasaran. Yang benar adalah
pemasaran merupakan critical success untuk setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun
kecil, perusahaan for profit atau non-profit, perusahaan domestik maupun multi nasional,
perusahaan di Negara maju maupun di Negara yang sedang berkembang. Perusahaan farmasi
dosmetik seperti PT. Kalbe Farma dan PT. Sanbe Farma atau perusahaan MNC Pfizer yang
berskala global kesemuanya menggunakan pemasaran sebagai ujung tombak bisnisnya.
Demikian pula institusi-institusi non-profit seperti universitas, museum, rumah sakit,
entertainment music bahkan biro perjalanan umroh dan haji juga menggunakan pemasaran
umtuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya.
Pemasaran dimulai dengan konsumen, berfokus pada konsumen dan bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Organisasi pemasaran dan para pemasar harus
memahami kebutuhan konsumen, kemudian menyediakan dan menawarkan produk yang
dibutuhkan tersebut dengan nilai dan kualitas superior, harga yang layak, distribusi yang luas
yang dibarengi dengan komunikasi yang efektif dan elegan untuk menarik minat dan
menciptakan kegairahan serta kepuasan konsumen terhadap produk tersebut.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi modern, praktek-praktek pemasaran
dewasa ini memang berbeda dibandingkan dengan tahun 1960-an. Melalui internet, pemasaran
dapat menghilangkan kendala jarak dan waktu – tidak mengenal batas-batas Negara – langsung
berhadapan dan deals dengan konsumen one-to-one. Demikian pula melalui jaringan TV global
seperti CNN, informasi suatu produk akan meluas keseluruhan dunia secara serentak dan
powerful.
Revolusi teknologi informasi dan komunikasi ini merupakan tantangan besar bagi
organisasi pemasaran. Apakah perusahaan menawarkan produk yang seragam kepada seluruh
pasar global atau menawarkan produk dengan kekhususan pasar regional atau kelompok budaya
tertentu.
Meskipun “selling and advertising” merupakan praktek pemasaran yang menonjol dan
dikenali secara luas, sesungguhnya keduanya hanya bagian dari “marketing mix”- satu perangkat
alat pemasaran yang secara bersama-sama mempengaruhi pasar. Lalu apa yang dimaksud dengan
pemasaran? Philp Kothler, Steward Adam et. al (2003) dalam bukunya Principles of Marketing
mendefinisikan : “Marketing as a social and managerial process by which individuals and
groups obtain what they need and want through creating and exchanging products and
value with others”.
Untuk menjelaskan definisi ini, terminologi penting yang perlu dipahami adalah :
kebutuhan, keinginan dan permintaan (needs, wants and demans) ; produk, nilai, kepuasan dan
mutu (product, value, satisfaction and quality), pertukaran, transaksi dan hubungan (exchange,
transaction and relationship) dan pasar (market). Elemen-elemen yang merupakan inti konsep
pemasaran perlu dipahami dengan benar. Sebelum kita membahas pemasaran secara lebih luas.
Pemasaran Farmasi
Pemasaran farmasi adalah suatu sub spesialisasi pemasaran dimana pharmaceutical care
diaktualisasikan. Orientasi pemasaran farmasi tidak hanya terbatas pada produk tetapi justru
memberikan perhatian yang besar pada layanan farmasi yang prima. Ini mengindikasikan bahwa
eksistensi pemasaran farmasi adalah memberi kepuasan atas kebutuhan dan keinginan pasien,
bukan hanya sekedar menjual produk untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.
Produk farmasi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori , yaitu obat
bebas atau Over The Counter (OTC) yang dapat dibeli secara bebas oleh konsumen dan obat
ethical atau obat keras yang hanya dapat dibeli melalui resep dokter untuk obat ethical, dokter
adalah penentu utama bahkan penentu tunggal dalam pemilihan dan penggunaan obat untuk
pasien. Dengan karakteristik seperti ini maka pemasaran obat ethical sangat berbeda dengan
produk-produk komersial biasa. Permintaan produk farmasi (ethical) adalah derivat dari
permintaan kesehatan yang ditentukan oleh dokter , tidak oleh pasien sebagai consumer dan
purchaser. Hal ini mempunyai implikasi yang luas dan kompleks pada pemasaran farmasi
termasuk strategi targeting pasar, positioning maupun implementasi “marketing mix”.
Konsep yang paling dasar dari pemasaran adalah kebutuhan manusia (human needs).
Manusia mempunyai kebutuhan yang kompleks mulai dari kebutuhan dasar yang yang bersifat
fisik seperti makan dan pakaian sampai dengan kebutuhan esteem value dan aktualisasi diri
seperti yang dijelaskan dalam teori Hierarchy Of Need oleh Abraham Maslow pada gambar 3
dibawah ini.
Konsep dasar kedua dari pemasaran adalah human wants – keinginan manusia, yang
merupakan bentuk dari human needs yang dilatar belakangi atau dipertajam oleh kultur dan
personalitas individual. Orang jawa kalau lapar ingin makan nasi rames dan minum air putih.
Sedangkan orang Amerika Serikat yang lapar keinginannya makan hamburger dan coca cola.
Dalam realitasnya keinginan manusia berkembang dinamis dan karena itu para produsen
berupaya untuk mengembangkan produk atau jasa yang dapat memuaskan keinginan konsumen.
Manusia pada dasarnya mempunyai keinginan yang hampir-hampir tidak terbatas , tetapi
sumber daya yang dimilikinya pada kenyataannya terbatas. Mereka ingin memilih poroduk
dengan nilai dan kepuasan sesuai dengan kemampuan keuangannya. Jika ada kemauan untuk
membeli dan ada kemauan untuk membeli, maka wants akan menjadi demands/permintaan.
Dengan demikian permintaan baru akan terjadi jika ada willingness dan capability to pay.
Menurut teori ekonomi, permintaan untuk suatu komoditas ditentukan oleh sejumlah
faktor: preferensi konsumen, kekuatan daya beli dan harga. Permintaan konsumen dapat dapat
terjadi jika ada keinginan konsumen untuk membeli dan ada kemampuan untuk membayarnya.
Dengan demikian secara kuantitatif permintaan berkaitan langsung dengan pendapatan (income).
Permintaan untuk produk farmasi adalah derivat dari permintaan kesehatan. Dalam banyal hal
permintaan kesehatan dan permintaan produk farmasi/obat merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Penentu utama permintaan obat (ethical) adalah dokter, karena dokter yang menentukan
obat apa yang digunakan oleh pasien, jumlahnya berapa (dosis) dan digunakan berapa lama.
Dalam hal ini sesungguhnya dokter berperan sebagai “agent of patient” karena pasien
mempercayakan sepenuhnya kepada dokter atas obat-obat yang harus dibeli dan digunakannya.
Tentunya pasien berharap pemilihan obat yang dilakukan oleh dokter tersebut adalah yang
terbaik untuk kesehatan pasien dan terjangkau oleh kemampuan finasialnya. Berbeda dengan di
Indonesia, di Negara-negara maju seperti di Amerika serikat ada pihak ketiga yang ikut berperan
penting yaitu asuransi kesehatan. Dikarenakan adanya persaingan yang ketat, pihak asuransi
kesehatan akan berupaya untuk mengurangi harga obat (discount) karena posisi tawarnya yang
kuat dalam pembiayaan kesehatan. Suatu yang fenomenal di Amerika serikat adalah
perkembangan yang sangat pesat dalam adopsi formularium obat dan protocol tata laksana
pengelolaan penyakit yang dilakukan oleh manage care organization yang realitasnya dapat
membatasi opsi penulisan resep.
Pada sisi lain, farmasis yang memberikan layanan obat dengan counseling kepada pasien
dapat pula mempengaruhi permintaan obat. Farmasis mempunyai kewajiban untuk menjamin
bahwa pasien memperoleh informasi tentang penggunaan obat termasuk bagaimana mekanisme
kerja obat tersebut, indikasi dan kontra indikasi dan efek sampingnya. Selain itu farmasis juga
harus memastikan bahwa resep berikut dosisnya telah tepat dan benar (Appropriate).
Pada tahun-tahun terakhir ini asuransi kesehatan di Amerika serikat mengadopsi manage
care system sekaligus untuk melakukan observasi dan mengubah perilaku pasien, dokter dan
farmasis dalam konteks untuk untuk mengontrol peningkatan biaya obat. Meningkatnya peran
farmasis dalam counseling obat untuk pasien dan konsultasi medikasi dengan dokter, mempunyai
efek positif terhadap pasar farmasi. Counseling obat yang diberikan oleh farmasis ini relative
terbiaya rendah dan dalam banyak hal dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat. Layanan ini memberikan insetif baru pada pasar farmasi dengan
menciptakan persaingan yang lebih sehat diantara ritel farmasi.
Banyak studi menunjukan bahwa ada perbedaan penggunaan obat antara laki-laki dan
wanita. Stud Leiwobitz (1985) menemukan belanja obat untuk wanita lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dengan laki-laki. Untuk wanita berusia di bawah 65 tahun, belanja obat
wanita ternyata 2 kali lebih besar dibandingkan belanja obat laki-laki. Wanita usia lanjut juga
lebih sering menerima resep poli farmasi dibandingkan dengan pasien laki-laki usia yang sama.
Berdasarkan hasil studi itu diketahui belanja obat anak-anak sekitar separuh dari belanja tahunan
laki-laki dewasa.
Produk
Apakah yang dimaksud dengan produk? produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada pasar yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Oleh karena itu
produsen harus mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen untuk kemudian
memproduksinya dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Konsep produk tidak
terbatas hanya pada benda/barang fisik. Apapun yang dapat memuaskan konsumen dapat disebut
juga sebagai produk. Informasi obat kepada pasien yang diberikan oleh farmasis di apotik dapat
juga disebut sebagai produk. Pemasar seringkali menggunakan istilah goods dan services untuk
membedakan produk fisik dan produk intangible (produk nirwujud atau tidak berwujud).
Dalam realitasnya konsumen dapat menyaksikan dipasar sedemikian banyak produk dan
jasa yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Bagaimana konsumen dapat
memilih produk yang sedemikian banyak itu dan pertimbangan-pertimbangan apa yang
dilakukan oleh konsumen sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pembelian/transaksi
atas suatu produk atau jasa? Salah satu pertimbangan pentingnya adalah costumer value yaitu
value yang diperoleh konsumen atas biaya yang telah dikeluarkannya untuk memeroleh
produk/jasa termaksud. Sebagai contoh, Singapore Airline (SQ) yang tergolong perusahaan
penerbangan internasional terbaik di dunia; untuk penerbangan dari Singapore ke London, SQ
memasang tarif jauh lebih mahal dibanding dengan Air India, TG (Thailand) maupun MAS
(Malaysia). Mengapa? Konsumen merasa lebih safe dan nyaman menggunakan SQ dibanding
dengan perusahaan penerbangan lainnya. Keamanan penerbangan dan kenyamanan SQ yang
dirasakan oleh konsumen itulah yang disebut dengan costumer value.
Kepuasan konsumen sangat berkaitan erat dengan kualitas. Dalam hal produk farmasi,
ada tiga aspek penting yaitu safety, efficacy dan quality sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, untuk menjamin safety, efficacy dan quality harus dilaksanakan sistem jaminan mutu
(quality assurance system) yang komprehensif mulai sejak awal proses (kualitas bahan), proses
produksi sampai produk tersebut beredar dan siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam
konteks quality assurance pada industry dan bisnis farmasi dikenal antara lain: cGMP (current
Good Manufacturing Practices), Good Laboratory Practrices dan Good Distributon Practices.
Upaya untuk menjaga mutu ini harus dilakukan secara total (Total Quality Management), tidak
boleh ada sedikitpun kesalahan yang dapat mencederai konsumen. Terlebih dalam hal produk
farmasi yang berkaitan dengan keselamatan jiwa manusia – sama sekali tidak ada ruang untuk
berkompromi mengenai keamanan, khasiat dan mutu produk.
Jika dikatakan exchange adalah inti konsep pemasaran, maka transaksi adalah satuan
unit ukur pemasaran (unit of measurement). Transaksi pada dasarnya adalah nilai yang
diperdagangkan/dipertukarkan di antara dua pihak. Dalam transaksi, seseorang atau institusi
menjual sesuatu kepada pihak lain dan pihak lain yang menjual menerima uang atau sesuatu
yang berharga dengan nilai sebesar yang telah disepakati bersama. Transaksi pemasaran adalah
merupakan bagian dari ide besar relationship marketing. Di balik keberhasilan dalam
merealisasikan transaksi jangka pendek, pemasar harus mampu membangun hubungan jangka
panjang dengan konsumen, distributor maupun pemasok. Mereka harus dapat membangun ikatan
sosial dan ekonomi yang kuat melalui penyediaan produk yang berkualitas tinggi yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan harga yang layak dan layanan yang baik.
Dalam konteks ini harus disadari bahwa pemasaran pada dewasa ini telah mengalami pergeseran
yang signifikan dari upaya untuk memperoleh profit secara maksimal pada setiap transaksi,
berubah menjadi maksimasi keuntungan bersama diantara stakeholder termasuk produsen,
distributor dan konsumen. Produsen tidak dapat memonopoli profit dan added value secara
sendirian, stakeholder yang lain masing-masing harus menikmati value dengan kepuasan yang
optimal. Dalam konteks ini hubungan baik merupakan kunci terpenting bagi keberhasilan
pemasaran, sedangkan keuntungan dari transaksi dengan sendirinya akan mengikutnya.
Pasar
Pasar berdasarkan tujuan pembelinya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
pasar konsumen akhir dan pasar organisasional. Pasar konsumen akhir terdiri atas individu
dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya untuk digunakan sendiri atau keluarganya. Perilaku
pasar konsumen (market behavior) ditentukan oleh empat variabel utama yaitu : budaya, sosial,
pribadi dan psikologis. Sedangkan pasar organisasional atau sering disebut juga pasar antara
yang terdiri antara lain organisasi, industry, pemerintah dan pedagang dimana pembeliannya
tidak untuk digunakan sendiri melainkan untuk diolah lebih lanjut (industry) atau
diperdagangkan/dipasok lagi kepada pihak lain atau untuk karyawan yang ada diperusahaan.
Pasar organisasi ini jumlah pembelinya relatif sedikit tetapi volume dan nilai pembeliannya
berjumlah besar.
Strategi pemasaran untuk pasar konsumen akhir dan pasar organisasional jelas berbeda
karena masing-masing mempunyai perilaku sendiri-sendiri. Memasarkan obat ethical melalui
dokter untuk diresepkan kepada pasiennya tentu sangat berbeda dengan memasarkan obat untuk
keperluan buffer stock pemerintah. Untuk produk farmasi dalam konteks Indonesia, pada
konsumen akhir lebih besar dibandingkan dengan pasar organisasional. Namun demikian
pengertian pasar konsumen akhir disini untuk obat ethical agak berbeda karena peran mediasi
profesi dokter sangat menentukan.
PENDEKATAN PEMASARAN (APPROACH MARKETING)
Menghadapi persaingan yang sangat ketat di era globalisasi dan pasar bebas ini,
perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen pemasaran yang dinamis dan handal yang dapat
mengantisipasi perubahan pasar yang berlangsung dengan kecepatan luar biasa. Manajemen
pemasaran yang dimaksud disini mencakup analisis, perencanaan, implementasi dan
pengendalian/kontrol dari program yang telah disusun dan ditetapkan untuk menciptakan,
membangun dan menjaga (maintain) benefit dari pertukaran dengan pembeli target (target
buyers) untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian manajemen pemasaran adalah
mengelola permintaan (managing demand) yang berarti pula mengelola hubungan baik dengan
konsumen.
Konsep apa yang dapat digunakan sebagai pemandu (guidance) upaya-upaya pemasaran?
Apa yang dapat diberikan kepada organisasi/perusahaan, konsumen dan masyarakat? Dalam
pemasaran ada 5 alternatif konsep, yaitu : produksi, produk,penjualan,pemasaran dan societal
marketing.
Konsep produksi berasumsi bahwa konsumen lebih mengutamakan produk yang telah
tersedia (excisting product) yang terjangkau oleh konsumen. Manajemen lebih berfokus pada
peningkatan efisiensi produksi dan distribusi. Konsep ini sampai saat ini masih digunakan
terutama dalam dua kondisi : 1) jika permintaan (demand) melebihi pasokan (supply) yang
karenanya perusahaan perlu meningkatkan produksi; dan 2) jika biaya diproduksi meningkat
tajam yang karenaitu produktivitas mesti ditingkatkan untuk menurunkan biaya produksi.
Konsep produk berasumsi bahwa konsumen lebih menyukai produk yang ditawarkan
memiliki kualitas, perfomansi dan inovativitas yang terbaik. Untuk itu perusahaan harus
berupaya secara terus menerus dan konsisten untuk melakukan perbaikan produk (product
improvement). Dalam banyak hal industri farmasi masih menganut konsep produk ini mengingat
quality image produk mempunyai peran yang sangat penting dalam bisnis farmasi. Perusahaan
farmasi yang mempunyai reputasi kualitas produk yang lebih berkorelasi positif dengan daya
saingnya dipasar farmasi.
Konsep penjualan berasumsi bahwa konsumen tidak akan membeli jika perusahaan
tidak melakukan penjualan dalam skala besar dan promosi yang gencar. Praktek pemasaran
seperti ini pada umumnya dilakukan untuk produk-produk yang kurang dikenal oleh konsumen
atau area kegiatan non-profit. Praktek pemasaran dengan konsep penjualan ini beresiko karena
hanya di dasarkan transaski sesaat yang kurang mengindahkan hubungan baik jangka panjang
dengan konsumen.
Industri farmasi tergolong industri yang sangat highly regulated terutama dalam hal
safety, efficacy, dan quality. Kesalahan dalam hitungan milligram pada produk obat dapat
menyebabkan tidak hanya penurunan penjualan yang drastik, tetapi juga dapat berakibat fatal
bagi keselamatan jiwa konsumen/pasiennya.Untuk mengembangkan obat inovasi baru,
diperlukan riset dan uji klinis yang mendalam untuk memastikan keamanan dan khasiat produk
obat yang bersangkutan. Hanya produk yang dapat dibuktikan aman, berkhasiat nyata dan
bermutu baik yang dapat diizinkan untuk dapat diproduksi dan dipasarkan. Evaluasi obat pada
sistem registrasi obat diberbagai Negara dilakukan dengan sangat ketat oleh tim ahli yang
independen dan seringkali memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada perusahaan farmasi modern, divisi R&D bekerja sama dengan riset pemasaran
untuk mengembangkan produk baru yang sesuai dengan karakteristik pasien tertentu. Input dari
divisi riset pemasaran diperlukan berbagai informasi yang berkaitan dengan pasar (market)
termasuk produk lain yang ada dipasar, harga maupun bentuk sediaan obat yang dapat diterima
oleh dokter maupun pasien.
Dalam hal kuantitas, obat mempunyai persyaratan yang luar biasa ketat. Setiap obat
mempunyai dosis yang harus dipatuhi oleh semua pihak, baik oleh produsen, dokter, farmasis
maupun pasien. Jika dosis berlebihan maka obat dapat berubah fungsinya menjadi racun yang
membahayakan/mengancam keselamatan jiwa pasien. Demikan pula jika dosis terlalu kecil dapat
menyebabkan hal-hal yang merugikan pasien seperti kasus resistensi pada penggunaan
antibiotik. produk obat akan mempunyai khasiat jika digunakan untuk indikasi yang tepat, dalam
jumlah/dosis yang tepat, pada waktu yang tepat dan cara penggunaan yang tepat. Obat ethical
hanya dapat diperoleh melalui resep dokter dan penyerahannya dilakukan oleh farmasis.
Berbeda dengan produk dagang biasa yang dapat dijual dimana saja oleh siapa saja; obat
khususnya obat ethical hanya boleh dijual di sarana tertentu oleh profesi tertentu dengan cara
yang tertentu sebagaimana diatur oleh Undang-undang. Mengapa pemasaran/penjualan obat
dilakukan dengan pengaturan sedemkian ketat? Karena obat adalah produk yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Cara penyimpanan yang salah, informasi yang
salah dan cara penggunaannya yang salah dapat berakibat fatal bagi konsumennya.
Obat pada dasarnya adalah produk yang tidak dikehendaki (un-wanted product).
Seseorang membeli obat pada umumnya karena terpaksa – karena ada yang tidak beres pada
kesehatannya – menderita sakit yang mengganggu kenyamanan dan aktivitas hidupnya. Keadaan
ini yang menyebabkan harga obat sering mendapat kritikan yang tajam dari masyarakat luas
karena dianggap mahal dan tidak mengindahkan aspek sosial kemanusiaan. Pada saat yang sama
konsumen tidak pernah mengeluhkan secara terbuka harga kosmetik dan parfum yang lebih
mahal dari harga obat. Mengapa bisa demikian? Karena kosmetik memang produk yang
dikehendaki bahkan bisa jadi seseorang menabung dulu untuk membeli kosmetik yang
diinginkan. Harga kosmetik yang mahal bahkan menjadi symbol status sosialnya.
Banyak determinan yang membentuk harga suatu obat antara lain market zise, kompetisi
harga, biaya R&D dan keadaan pasar. Obat dengan biaya R&D yang besar tapi market zise kecil
seperti obat untuk leukemia, harnya tentu akan mahal. Demikian pula obat-obatan yang tida ada
kompetitornya di pasar, harganya akan cenderung mahal karena tidak ada alternatif lain yang
menyaingi. Obat inovasi yang masih dilindungi oleh hak paten yang berarti masih memili hak
ekslusif, harganya akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan obat yang telah off patent.
Meskipun demikian, dalam menetapkan harga obat, perusahaan farmasi perlu
mempertimbangkan customer value yang diterima oleh pasien/konsumen atas obat tersebut. Di
beberapa Negara tertentu harga obat diatur oleh pemerintah melalui peraturan perundang-
undangan tetapi dibanyak Negara harga obat ditentukan melalui mekanisme pasar.
The Right Time
Obat harus tersedia tepat pada saat diperlukan. Keterlambatan dalam penggunaan obat
dapat berakibat serius yang merugikan konsumen/pasien. Injeksi adrenalin harus selalu tersedia
pada setap saat di emergency room (gawat darurat) rumah sakit, karena keterlambatan dalam
memberikan akan menyebabkan kejadian yang fatal bagi pasien. Pada dimensi pemasaran,
ketepatan waktu juga mempunyai arti yang penting terutama dalam peluncuran produk-produk
baru.
BAB II
Dewasa Ini perusahaan menghadapi perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat
dan penuh dengan ketidakpastian meskipun demikian perusahaan tidak boleh pasif dan hanya
menunggu apa yang akan terjadi, kemudian baru melakukan reaksi. Betapapun perusahaan harus
mempunyai rencana stratejik jangka panjang menghimpun dan memperkuat sumber daya yang
dimilikinya untuk menghadapi tantangan perubahan.
Keunggulan kompetitif
Sumber daya dikatakan bernilai (valuable) jika sumber daya tersebut mampu
menghasilkan rents bagi perusahaan (Browman dan Ambrosini, 2003). Sumber daya termaksud
dapat membuat perusahaan berbiaya rendah dibandingkan pesaingnya atau memungkinkan
perusahaan dapat melakukan diferesiansi produknya atau layanannya.
Kelangkaan (rare) sumber daya berarti sumber daya tersebut tidak memiliki oleh
perusahaan pesaing lainnya. Sumber daya yang langka akan menghasilkan margin yang superior
atau superior dalam volume penjualan tetapi berbasis biaya yang sama dengan pesaing. Selain
langka, sumber daya tersebut juga tidak dapat ditiru (inimtable). Inimitabilitas ini dapat terjadi
karena adanya mekanisme isolasi/isolating mechanism (Rumelt, 1984) termasuk causal
ambiguity, informasi yang asimetris atau komleksitas sosial yang dapat melindungi sumber
daya organisasi dari peniruan (Browman dan Amborsini, 2003). Sedangkan sumber daya
dikatakan tidak tergantikan (non-subtitutiable) jika tidak mudah digantikan oleh sumber daya
lain yang mempunyai fungsi/efek yang sama. Oleh karena itu untuk mengetahui
ketidaktergantikannya suatu sumber daya memerlukan pemahaman tentang use value dari
sumber daya memerlukan pemahaman tentang use value dari sumber daya tersebut (Browman
dan Amborsini, 2003).
Kapabilitas Dinamik
Dalam persaingan di era globalisasi dan perdagangan bebas ini memerlukan paradigma
baru untuk memahami bagaimana keunggulan kompetitif dapat dicapai. Pemenang persaingan
dalam pasar global adalah perusahaan yang dapat memberikan responsiveness yang tepat waktu
dan cepat dengan inovasi produk yang fleksibel, yang dipadukan dengan kapabilitas manajemen
untuk melakukan koordinasi yang efektif serta menempatkam kompetensi internal maupun
eksternal secara tepat (Teece, et al., 1997). Kapabilitas ini yang dirujuk sebagai kapabilitas
dinamik (dynamic capabilities), yang menekankan pada dua aspek kunci yaitu “dynamic” dan
“capabilities”
Dynamic merujuk pada kapasitas untuk memperbaharui kompetensi terkait jika terjadi
perubahan lingkungan bisnis ; melakukan respons inovatif bila diperlukan karena adanya kritikal
waktu dan time-to-market; perubahan teknologi yang cepat, persaingannya dimasa depan dan
determinasi pasar yang sulit. Sedangkan “capabilities” menekankan pada peran kunci dari
manajemen stratejik dalam adaptasi yang tepat integrasi dan rekonfigurasi internal dan skil
organisasional, sumber daya dan kompetensi fungsonal sehingga terjadi kesesuaian (match)
dengan perubahan lingkungan (Teece, et al., 1997).
Menurut Teece et, al (1997) keunggulan kompetitif perusahaan terkait dengan manajerial
dan proses organisasionalnya, yang diperkuat oleh posisi asset spesifiknya dan bagaimana path
untuk mencapainya. Aspek manajerial dan proses organisasional mengandung pengertian
bagaimana hal itu dlaksanakan dalam perusahaan atau terkait dengan pola praktek dan
pembelajaran yang ada pada saat ini. Proses organisasional mempunyai tiga peranan:
koordinasi/integrasi (konsep statik), pembelajaran (konsep dinamis) dan rekonfigurasi (konsep
transformasional).
Untuk memperoleh keunggulan kompetitif jangka panjang, tahapan proses manajemen
yang perlu dilakukan menurut Pablos (2004) adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi sumber
daya stratejik yang relevan; 2) memilih sumber daya yang penting untuk kebutuhan pasar dimasa
depan; 3) Mengukur sumber daya nirwujud terutama knowledge-based resource dan 4)
Melaksanakan program untuk mengembangan, memperluas, memproteksi, menyimpan dan
memperbaharui sumber daya.
RENCANA STRATEJIK
Perusahaan mesti melihat jauh ke depan dan memiliki strategi jangka panjang untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam industry. Untuk memperoleh keunggulan
bersaing yang sustainable, perusahaan perlu memiliki rencana stratejik (stratejik planning) yaitu
strategi menyeluruh jangka panjang untuk kelangsungan hidup (survival) dan
pertumbuhan perusahaan. Menurut Prahalad dan Hamel dengan memliki rencana stratejik
maka perusahaan akan memiliki stratejik maka perusahaan akan memiliki pemahaman
bagaimana mereka dapat bersaing dimasa depan.
Untuk dapat bersaing secara efektif, perusahaan tidak saja harus melakukan perbaikan
secara terus menerus dalam operasi mereka tetapi mereka juga harus melakukan reinvent agar
mereka “berbeda” dengan pesaing tetapi tetap relevan dengan permintaan pasar. “Berbeda”
dalam arti value yang diberikan kepada konsumen lebih superior dan tidak dapat ditiru oleh
pesaingnya. Namun value yang superior tersebut masih relevan dengan permintaan pasar bahkan
lebih atraktif dibandingkan dengan apa yang dapat ditawarkan oleh pesaing.
1. Penyusun Rencana Stratejik Perusahaan
Rencana stratejik pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan melihat masa
depan – melakukan strategic fit antara tujuan organisasi, tantangan dan peluang
yang dihadapi serta sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Rencana stratejik
perusahaan menjawab tiga pertanyaan kunci, yaitu: 1) “what do we do?”; 2) “for
whom do we do it?”; 3) “how do we excel?”. Untuk menetapkan arah
perjalanan masa depan, perusahaan perlu mengetahui secara tepat bagaimana
kondisinya pada saat ini, apa yang diinginkan dimasa depan dan bagaimana cara
untuk dapat mencapai keinginan tersebut. Semua pertanyaan tersebut harus
terjawab dalam dokumen formal Strategic Planning.
a. Visi dan Misi
Langkah awal dalam menyusun Rencana Stratejik Perusahaan
alah artikulasi Visi dan Misi perusahaan. Hal ini sangat pentng karena Visi
dan Misi yang akan memandu kemana arah Rencana Stratejik untuk
memiliki kolerasi dan keselarasan yang kuat dalam membangun masa
depan perusahaan yang memiliki keunggulan daya saing yang sustainable.
Visi pada dasarnya adalah keinginan akan menjadi apa organisasi
di masa depan. “Organization’s vision sets out the reasons and purpose
for organization’s existence and the ideal state that the organization
aims to achieve”. Pernyataan (Statement) visi harus realistik dan
meyakinkan, mempunyai artikulasi yang baik, mudah dipahami, ambisius
dan responsive terhadap perubahan. Vsi harus konsisten dengan nilai-nilai
perusahaan serta memberikan tantangan dan inspirasi kepada seluruh
elemen yang ada di dalam organisasi.
Banyak orang memiliki pemahaman tentang arti pentinya Visi
bagi keberhasilan masa depan organisasi. Padahal, visi dengan artikulasi
yang jelas dan inspiratif, akan dapat memotivasi dan menghimpun
kekuatan sumber daya organisasi untuk merealisasikan tujuan organisasi.
Pada awal tahun 1960-an Presiden John F. Kennedy mengatakan: “By the
end of the decade, we will put a man on the moon”. Apa yang dikatakan
oleh Presiden Kennedy ini merupakan Visi dari NASA yang memberikan
kekuatan dan keyakinan untuk dapat mewujudkannya. Dalam pada itu
Kongres Amerika Serikat tidak keberatan untuk menyetujui alokasi
anggaran yang dibutuhkannya. Mengapa? Karena visi yang dicanangkan
Presden Kennedy spoke powerfully tentang nlai-nilai dan cita-cita rakyat
Amerika Serikat: America as a pioneer and America as world leader.
b. Analisis Situasi
Dalam menyusun rencana Stratejik terlebih dahulu perlu
dilakukan analisis situasi baik internal maupun eksternal (analisis
lingkungan) termasuk prediksinya di masa depan. Untuk melakukan
analisis lingkungan eksternal sering digunakan metodologi SWOT
(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis SWOT ini
seringkali digunakan sebagai basis Rencana Stratejik perusahaan.
Kekuatan dan Kelemahan (Strengths and Weaknesses) adalah merupakan
komponen internal organisasi yang seringkali tidak mudah untuk
dilakukan identifikasi. Sedangkan peluang dan ancaman (Opportunities
and Threats)adalah eksternal. Untuk menganalisis kekuatan persaingan
dapat digunakan pendekatan Michael E. Porter yaitu: rivalitas dantara
competitor, ancaman pendatang baru, kekuatan posisi tawar konsumen,
kekuatan posisi tawar pemasok dan ancaman subtitusi.
2. Segmentasi Pasar
Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa pasar
tersebut mempunyai indikasi positif, baik zise maupun pertumbuhannya.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana perusahaan dapat memasuki pasar
tersebut? Disemua pasar terdapat berbagai konsumen dengan keinginan dan
kebutuhan yang berbeda-beda serta kekuatan daya beli yang tdak sama. Di pasar
juga terdapat sedemikian banyak produk yang dapat ddipilih oleh
konsumen/costumer untuk memenuhi kepuasan kebutuhannya. Dalam konteks ini
pemasar perusahaan harus dapat menetapkan segmen yang mana paling baik yang
dapat dilayani oleh perusahaan yang mendatangkan benefit yang optimal baik
bagi konsumen maupun perusahaan. Pengelompokan konsumen ini bisa
didasarkan faktor geografik, demografik, psikografik dan perilaku. Proses
klasifikasi konsumen dalam kelompok dengan kebutuhan, karakteristik dan
perilaku yang berbeda ini disebut segmentasi pasar (Kotler, Philip dan Gary
Armstrong, 1991).
3. Target pasar
Setelah dilakukan segmentasi pasar dengan evaluasi yang cermat,
perusahaan dapat memasuki satu atau beberapa segmen pasar yang ada.
Perusahaan yang memiliki sumber daya dan skill yang terbatas, pada tahap awal
biasanya hanya memasuki satu atau beberapa segmen pasar. Setelah berhasil
mereka baru memperluas segmen pasarnya tahap demi tahap. Untuk perusahaan
farmasi multinasional kebijakannya berbeda karena mereka berupaya secara
serentak memasarkan produk barunya diseluruh dunia. Hal ini dimungkinkan
karena mereka memiliki sumber daya global yang sangat besar dan obat inovasi
baru yang dimilikinya memiliki hak ekslusif oaten dipasar global. Meskipun
demikian mereka tetap memiliki segmen pasar yaitu konsumen dengan daya beli
menengah ke atas.
4. Positioning Pasar
Setelah perusahaan mengambil keputusan segmen pasar mana yang
akan dimasuki, langkah selanjutnya adalah bagaimana positioning produk untuk
dapat “menguasai” segmen pasar tersebut. Positioning produk adalah suatu
“tempat” dimana produk tersebut “menguasai” pikiran konsumen dibandingkan
dengan pesaing. Hal ini penting untuk dipahami karena kalau produk yang
ditawarkan sama dengan produk yang ada dipasar, konsumen tidak akan tertarik
untuk membeli produk tersebut. Positioning pasar pada dasarnya adalah suatu
upaya agar produk memilik “tempat” yang jelas, distinctive dan lebih diingnkan
oleh target konsumen dibandingkan dengan produk pesaing. Positioning pasar
dari Pfizer sebagai perusahaan multi nasional terbesar didunia tentu berbeda
dengan posisioning PT. (Persero) Kimia Farma Tbk yang memproduksi obat
branded generic (me too product). Dalam memposisikan produknya, perusahaan
melakukan identifikas atas keunggulan produknya untuk memperkuat positioning-
nya dipasar. Pfizer memperkuat positioning produknya dengan mengedepankan
keunggulan dan kecanggihan R&D yang dimilikinya sebagai jaminan atas
keamanan (safety), khasiat dan mutu produknya. Dalam hal ini tentu positioning
produk Pfizer bukan harga yang murah dimana semua konsumen diseluruh dunia
mampu membeliinya.
2. Kekuatan dan Kelemahan Sumber Daya Serta Peluang Eksternal dan Ancaman
Untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sumber daya serta peluang
eksternal dan ancaman, umumnya digunakan analis SWOT. Dengan perangkat
analisis SWOT dapat dilakukan review apakah posisi bisnis perusahaan memiliki
fundamental yang sehat atau tidak sehat. SWOT analisis berlandaskan pada prinsip
dasar bahwa strategi – harus berkesesuain/fit antara kapabilitas sumber daya
perusahaan dan situasi eksternalnya. Ketepatan untuk memahami kapabilitas
sumber daya perusahaan dan kekurangannya, peluang pasar dan ancaman
eksternalnya adalah sangat esensial untuk membuat strategi yang baik.
a. Identifikasi Kekuatan Perusahaan dan Kapabilitas Sumber Daya
Sumber daya perusahaan mencakup tangible dan intangible assets
yang digunakan untuk conveice dan melaksanakan strategi perusahaan.
Sumber daya bernilai bila sumber daya tersebut mampu membuat
perusahaan dapat mengembangkan dan melaksanakan strategi yang
mempunyai dampak terhadap net cost yang rendah dan atau meningkatkan
pendapatan bersih perusahaan. Tangible assets mencakup financial capital
dan fisical capital perusahaan. Sedangkan intangible assets mencakup
human capital (training, pengalaman, hubungan kerja internal dll),
organizational capital, teknologi, kepercayaan pelanggan, budaya
perusahaan dan ketrampilan manajemen.
Yang dimaksud dengan kapabilitas/capability adalah kemampuan
mengeksploatasi sumber daya untuk digunakan dalam implementasi
strategi perusahaan. Dalam konteks ni perlu dimengerti keterkaitan antara
sumber daya, kompetensi, kapabilitas dan dinamika kapabilitas.
Menurut Thomson dan Strickland (2003) dalam menganalisis
kekuatan perusahaan dan kapabilitas sumber daya, aspek-aspek berikut
perlu mendapat perhatian:
1) Keterampilan atau keahlian, mencakup antara lain
kapabilitas manufacturing biaya rendah, kekuatan dalam
keahlian e-commerce, layanan prima, iklan yang unik dan
talenta dalam promosi.
2) assets fisik yang bernilai mencakup antara lain fasilitas
produksi dengan peralatan baik, fasilitas distribusi yang
luas, network computer dan system informasi.
3) Assets Sumber Daya Manusia, mencakup antara lain pekerja
yang berpengalaman dan kapabel, pekerja yang berbakat
diarea kunci, pekerja yang energik dan bermotivasi tinggi,
knowledge and intellectual capital, entrepreneurship and
managerial know-how dan kesadaran kolektif belajar yang
ada dalam perusahaan.
4) Assets Organisasional yang bernilai, mencakup antara lain
system quality control, proprietary technology, IT system, e-
commerce system dll.
5) Valuable intangible assets, mencakup antara lain citra
brand name, reputasi perusahaan dan buyer good will
6) Kapabilitas bersaing/competitive capability, mencakup
antara lain kemampuan perusahan dalam waktu relative
pendek meluncurkan produk baru ke pasar, kemitraan yg
kuat dengan pemasok kunci, kemampuan R&D dalam
mengembangkan produk baru, kemampuan organisasi yang
tinggi dalam merespons kondisi pasar dan peluang yang
terjadi dan kemampuan yang terlati baik dalam melayani
pelanggan.
7) Keunggulan posisi perusahaan di market, mencakup antara
lain low overall cost, market sehari leader ship dan
soperioritas produk .
8) Aliansi dan kerja sama, kolaborasi dengan pemasok dan
pemasar, dapat memperkuat daya saing perusahaan.