Anda di halaman 1dari 2

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH

Nama : Aisyah Razaanah Siregar Dikumpulkan : 12 September


NPM : 1606906345 2019
Program Studi : Teknologi Bioproses Paraf Asisten :

I. PENGOLAHAN LIMBAH CRADLE TO CRADLE


Cradle to Cradle (C2C) merupakah salah satu metode yang menerapkan pengolahan
limbah yang dicetuskan oleh McDonough Braungrat Design Chemistry (MBDC), di mana
limbah dari produk untuk dijadikan kembali produk lainnya dengan proses upcycling. Prinsip
ini didasari oleh lifecycle development, di mana saat suatu produk telah mencapai masa akhir
pakai, maka produk tersebut menjadi sumber biological nutrients atau technical nutrients.
Biological nutrients dari produk dapat masuk kembali ke dalam lingkungan, sedangkan
technical nutrients di-recycle untuk produk industri dalam close loop.
Salah satu contoh penggunaan
C2C adalah pada industri kertas.
Pada umumya, serat kertas tidak
dapat digunakan kembali setelah 6-
7 kali pemakaian, sehingga serat
kertas dimanfaatkan sebagai soil
amendment untuk meningkatkan
kesuburan. Akan tetapi, serat
tersebut telah tercampur dengan zat
aditif lain yang tidak didesain ramah
lingkungan. Kertas yang tidak dapat
di-recycle terus menerus tidak dapat
Gambar 1. Metode Cradle to Cradle
Sumber: (C2C Product Innovations Institute, 2013)
menjadi sumber technical nutrients,
sehingga digunakan metode C2C
untuk mengubahnya menjadi biological nutrients.
Perusahaan percetakan yang telah menerapkan metode Cradle to Cradle untuk pertama
kali adalah Gugler. Produk yang dihasilkan dari percetakan ini berupa kertas yang ideal untuk
recycling dan tidak memiliki pigmen kuning yang berbahaya. Kertas dari Gugler yang sudah
tidak bisa dipakai kembali dapat langsung dijadikan kompos. Selain itu, limbah kertas yang
sudah tidak terpakai dapat dibakar, dan limbah abunya dimanfaatkan menjadi pupuk untuk
tanaman sayuran, biomassa, atau sebagai komponen organik dalam tanah.
Proses penghilangan tinta dari serat kertas untuk didaur ulang menghasilkan de-inking
sludge. De-inking sludge yang pada umumnya dilakukan pembakaran, perusahaan Gugler
dapat memanfaatkannya sebagai biological nutrients. Sludge tersebut mengandung organic

1
pulp particle yang membantu mengembalikan moisture tanah dan kandungan mineral berupa
kalsium karbonat sebagai lime fertilizer. Dengan begitu, limbah dari produk percetakan
membantu pembentukan humus, penyuburan tanah, dan pada saat yang sama membuat
karbon tetap tersimpan di dalam tanah.

II. PENGOLAHAN LIMBAH CRADLE TO GRAVE


Cradle to grave adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengani alur limbah
industri, mulai dari terbentuknya limbah dan by-product, pembuangan limbah, treatment
limbah, dan disposal limbah. Dengan adanya metode ini, industri mengupayakan untuk
mendaur ulang kembali limbah yang dapat digunakan, sehingga terbentuknya limbah dapat
seminimal mungkin. Cradle to grave didasari dengan prinsip lifecycle assessment, untuk
mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh produk, dari awal siklus
hidupnya hingga akhir atau pembuangannya.
Salah satu pendekatan cradle to grave yang umum diterapkan adalah waste to energy,
yaitu untuk mengolah sampah yang ada dengan pembakaran atau insinerasi untuk menjadi
energi. Penerapan waste to energy ini digunakan untuk mengolah sampah perkotaan yang
menumpuk untuk digunakan sebagai bahan bakar insinerator. Proses ini terdiri dari empat
tahapan, yaitu pre-treatment, pembakaran, recovery energi, dan penanganan flue gas. Proses
pre-treatment terdiri dari pemilihan dan homogenisasi sampah. Pemilihan sampah tergantung
dari kualitas sampah dan sistem insineratornya, tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai
kalori rata-rata sampah. Homogenisasi sampah berupa mixing untuk mengontrol masukan
energi panas dan shredding untuk menangani bulky waste dalam jumlah besar.
Sampah unrecyclable dipanaskan dalam insinerator untuk menghasilkan flue gas yang
membawa panas dan bottom ash. Bottom ash yang seperti metal dapat dimanfaatkan dan
didaur ulang dan yang tidak dapat dibawa ke TPA. Panas yang dibawa oleh flue gas dari
pembakaran akan di-recovery dengan menggunakan boiler. Pertukaran panas antara air
dengan flue gas menghasilkan uap yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, heat, dan
steam. Pemanfaatan akhir dari energi ini didasarkan dari kondisi pasar energi lokal. Flue gas
yang dihasilkan mengandung partikel yang membahayakan kesehatan, seperti fly ash, asam
prekursor, dioksin dan analog. Untuk mengurangi emisi flue gas, dilakukan sistem
pengendalian melalui Air Pollution Control (APC) dengan teknologi wet scrubber,
electrostatic precipitator, fabrichose filter, dan lain-lain.

III. REFERENSI
C2C Product Innovations Institute. (2013). 2013 Innovations Stories. Oakland: The Cradle
to Cradle Products Innovation Institute.
McDonough, William, Braungart, Michael. (2002). Cradle to Cradle: Remaking the Way We
Make Things. New York: North Point Press.
Yuliani, Manis. (2016). Insinerasi untuk pengolahan sampah kota, Jurnal Rekayasa
Lingkungan, 9 (2), pp. 89-96.

Anda mungkin juga menyukai