Anda di halaman 1dari 11

SOSIALISASI DAGUSIBU (DAPATKAN,

GUNAKAN, SIMPAN DAN BUANG) OBAT


DENGAN BENAR DI KELOMPOK
DASAWISMA PERUM GRIYA TIRTA AJI

Apt. Rakhmadani Gadis, S.Farm., M.Farm 1


1 INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN

KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN MALANG

*Korespondensi: email penulis

ABSTRACT
Self-medication or self-medication by the community has been carried out a lot.

This has an impact on the supply of drugs in the household so that knowledge is needed in

managing these drugs. Incorrect drug management due to lack of public knowledge can

result in fatal errors that are detrimental to both society and the environment. Some

examples of the impact of managing household medicines that often occur are the use of

drugs that are not the right indication or the wrong dosage. In addition, drug storage at

home also has a bad effect if stored in the wrong place because it will affect the stability

of the drug. If the damaged drug is consumed, it will cause poisoning and even death.

DAGUSIBU (Get, Use, Save and Dispose of) socialization is one way to support the

realization of a government program to improve public health, namely GKSO (Drug

Awareness Family Movement). This program needs to be carried out throughout society

so that the use of drugs in the household is appropriate so as to minimize side effects or

toxic effects of drugs.

Background:
Purpose:

-
Methods:

Results:

Conclusion:

Keywords: self-medication, socialization, DAGUSIBU

ABSTRAK
Swamedikasi atau pengobatan sendiri oleh masyarakat sudah banyak dilakukan.
Hal ini, berdampak terjadinya persediaan obat didalam rumah tangga sehingga
diperlukan pengetahuan dalam pengelolaan obat tersebut. Pengelolaan obat yang
salah karena kurangnya pengetahuan masyarakat dapat mengakibatkan kesalahan
fatal yang merugikan baik bagi masyarakat maupun bagi lingkungan. Beberapa
contoh dampak pengelolaan obat rumah tangga yang sering terjadi adalah dalam
hal penggunaan obat yang tidak tepat indikasi maupun tidak tepat dosis. Selain
itu, pada penyimpanan obat di rumah juga memberikan efek buruk apabila
disimpan tidak ditempat yang tepat karena akan mempengaruhi stabilitas obat.
Apabila obat yang rusak dikonsumsi, akan menimbulkan keracunan dan bahkan
kematian. Sosialisasi DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang)
merupakan salah satu cara untuk mendukung terwujudnya program pemerintah
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu GKSO (Gerakan Keluarga
Sadar Obat). Program ini perlu dilakukan diseluruh kalangan masyarakat agar
penggunaan obat dalam rumah tangga tepat sehingga meminimalkan efek
samping atau efek toksik obat.
Latar belakang:
Tujuan

Metode

Hasil:

Simpulan:

Kata kunci: Keywords satu; Keywords dua; Keywords tiga; dst.


PENDAHULUAN
Perumahan Griya Tirta Aji merupakan perumahan yang berada di jalan
bakahuni kelurahan bakalankrajan kecamatan Sukun Kota Malang. Jarak dari ITSK
Soepraoen dengan mitra pengabdian masyarakat 4,6km. Perumahan Griya Tirta Aji
memiliki jumlah penduduk 800 jiwa dengan 400 Kepala Keluarga. Mata
pencaharian penduduk perum griya Tirta aji adalah sebagai pegawai dan pedagang.
Jumlah Ibu rumah tangga di perum griya tirta aji cukup banyak, dimana Sebagian
besar tergabung dalam perkumpulan DASAWISMA dan tergabung dasa wisma
setiap paguyubannya.
Ibu rumah tangga diperumahan griya tirta aja khususnya ibu-ibu yang
mengikuti perkumpulan dasawisma alamanda merupakan mitra pada pengabdian
masyarakat saat ini merupakan ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA
sebanyak 10 orang dan perguruan tinggi sebanyak 15 orang. Tidak ada satupun
mitra yang berlatarbelakang pendidikan kesehetan. Hal ini, berarti kurangnya
wawasan mengenai kesehatan khususnya obat-obatan.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai terbiasa dengan penggunaan
berbagai jenis obat-obatan dengan tujuan menyembuhkan penyakit, mengontrol,
ataupun sebagai suplemen untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti perkembangan penyakit, produksi berbagai
jenis obat-obatan dan suplemen serta mulai diberlakukannya jaminan kesehatan
nasional yang memungkinkan masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah
untuk mendapatkan pengobatan.
Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif.
Dampak positif yang dapat terlihat adalah semakin banyaknya masyarakat
yang mulai peduli terhadap kesehatan dengan memeriksakan diri ke tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang mungkin timbul dengan
meningkatnya penggunaan obat di masyarakat adalah kesalahan dalam
menggunakan hingga membuang limbah obat. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terkait
penggunaan obat yang baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan obat dapat
menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun bagi lingkungan.
Mitra di perum griya tirta aji memiliki akses yang cukup baik terhadap
kesehatan, termasuk di dalamnya penggunaan obat, baik obat yang diresepkan oleh
dokter, obat bebas maupun obat bebas terbatas yang dibeli sesuai dengan gejala
yang dirasakan. Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berimbas pada
peningkatan motivasi masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin di pusat
pelayanan kesehatan setempat juga menjadi sebab peredaran obat yang cukup
banyak di masyarakat. Namun penggunaan obat yang semakin banyak ini belum
didukung secara optimal dengan pengetahuan masyarakat mengenai cara konsumsi
hingga pembuangan limbah obat yang baik dan aman bagi lingkungan. Pemberian
informasi yang benar terkait penggunaan obat menjadi kebutuhan masyarakat agar
terhindar dari dampak buruk kesehatan diri maupun lingkungan. Hasil observasi,
mitra meminta untuk dilakukannya penyuluhan mengenai pengelolahan obat rumah
tangga karena mitra banyak menyimpan obat tetapi takut untuk menggunakannya.
Perumahan Griya Tirta Aji merupakan perumahan yang berada di jalan
bakahuni kelurahan bakalankrajan kecamatan Sukun Kota Malang. Jarak dari ITSK
Soepraoen dengan mitra pengabdian masyarakat 4,6km. Perumahan Griya Tirta Aji
memiliki jumlah penduduk 800 jiwa dengan 400 Kepala Keluarga. Mata
pencaharian penduduk perum griya Tirta aji adalah sebagai pegawai dan pedagang.
Jumlah Ibu rumah tangga di perum griya tirta aji cukup banyak, dimana Sebagian
besar tergabung dalam perkumpulan DASAWISMA dan tergabung dasa wisma
setiap paguyubannya.
Ibu rumah tangga diperumahan griya tirta aja khususnya ibu-ibu yang
mengikuti perkumpulan dasawisma alamanda merupakan mitra pada pengabdian
masyarakat saat ini merupakan ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA
sebanyak 10 orang dan perguruan tinggi sebanyak 15 orang. Tidak ada satupun
mitra yang berlatarbelakang pendidikan kesehetan. Hal ini, berarti kurangnya
wawasan mengenai kesehatan khususnya obat-obatan.
Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai terbiasa dengan penggunaan
berbagai jenis obat-obatan dengan tujuan menyembuhkan penyakit, mengontrol,
ataupun sebagai suplemen untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti perkembangan penyakit, produksi berbagai
jenis obat-obatan dan suplemen serta mulai diberlakukannya jaminan kesehatan
nasional yang memungkinkan masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah
untuk mendapatkan pengobatan.
Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak positif maupun
negatif. Dampak positif yang dapat terlihat adalah semakin banyaknya masyarakat
yang mulai peduli terhadap kesehatan dengan memeriksakan diri ke tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang mungkin timbul dengan
meningkatnya penggunaan obat di masyarakat adalah kesalahan dalam
menggunakan hingga membuang limbah obat. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terkait
penggunaan obat yang baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan obat dapat
menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun bagi lingkungan.
Mitra di perum griya tirta aji memiliki akses yang cukup baik terhadap
kesehatan, termasuk di dalamnya penggunaan obat, baik obat yang diresepkan oleh
dokter, obat bebas maupun obat bebas terbatas yang dibeli sesuai dengan gejala
yang dirasakan. Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berimbas pada
peningkatan motivasi masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin di pusat
pelayanan kesehatan setempat juga menjadi sebab peredaran obat yang cukup
banyak di masyarakat. Namun penggunaan obat yang semakin banyak ini belum
didukung secara optimal dengan pengetahuan masyarakat mengenai cara konsumsi
hingga pembuangan limbah obat yang baik dan aman bagi lingkungan. Pemberian
informasi yang benar terkait penggunaan obat menjadi kebutuhan masyarakat agar
terhindar dari dampak buruk kesehatan diri maupun lingkungan. Hasil observasi,
mitra meminta untuk dilakukannya penyuluhan mengenai pengelolahan obat rumah
tangga karena mitra banyak menyimpan obat tetapi takut untuk menggunakannya

METODE
Sosialisasi melalui penyuluhan menggunakan metode ceramah dan diskusi.
Diskusi dilakukan dengan metode tanya jawab terkait materi serta konseling
berdasarkan masalah setiap anggota terkait penggunaan obat. Saat penyampaian
materi juga diberikan contoh obat agar penjelasan lebih mendetail. Selain itu,
mitra juga diberikan melalui bueku saku terkait cara pengelolaan obat yang baik
(DAGUSIBU) agar mitra memiliki buku panduan pengelolaan obat dirumah.
Materi penyuluhan dan buku saku berisi tentang: cara mendapatkan obat yang
benar berdasarkan penandaaan obat, cara menggunakan obat yang benar terkait
aturan pakai dan berdasarkan jenis dan/ atau bentuk sediaan obat, cara menyimpan
obat yang benar terkait tempat penyimpanan dan waktu atau lama penyimpanan
obat, cara membuang obat terkait ciri obat rusak serta cara mebuang berdasarkan
jenis dan/ atau bentuk sediaan obat. Pada penyuluhan ini juga dilakukan pretest
dan post test untuk mengukur keberhasilan informasi yang diberikan untuk
mendapatkan gambaran pengetahuan mitra.

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
3.1.1 Demografi Mitra
Berikut table hasil penelitian terkait demografi mitra
Tabel. 1
Kriteria Mitra Jumlah (Orang) Presentase (%)
Usia
30-40 tahun 9 81,8

41-50 tahun 1 9,1

51-60 tahun 1 9,1

Pekerjaan
Wiraswasta 3 27,2

Karyawan swasta 2 18,2

Guru 3 27,2

Tenaga Kesehatan 1 9,2

Tidak Bekerja 2 18,2

Pendidikan
SD 1 9,1

SMA 2 18,2

Perguruan Tinggi 8 72,7

3.1.2 Nilai rata-rata tingkat pengetahuan


Table.2
Keterangan Pretest Posttest
Skor (%) Kategori Skor (%) Kategori
Tingkat 65 Cukup 80 Baik
Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Arikunto 2013 dikelompokkan menjadi 3


kategori yaitu baik (76-100%) cukup (56-75%) dan kurang (<= 55%). Pada hasil
diatas didapatkan bahwa tingkat pengetahuan saat sebelum dilakukan penyuluhan
sebesar 65% masuk dalam kategori cukup dan tingkat pengetahuan sesudah
peyuluhan masuk dalam kategori baik sebesar 80%.

3.1.3 Hasil Uji-T


Tabel. 3
Hipotesis HO ditolak bila probabilitas Uji T ≤ 0,05 maka terdapat
perbedaan signifikan antara kedua sampel. H1 diterima bila probabilitas ≥ 0,05
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sampel. Pada hasil
analisis didapatkan hasil nilai probabilitas 0,000 ≤ 0,05 sehingga hasil pretest dan
post test terdapat perbedaan yang signifikan.

3.2 pembahasan
Pengabdian masyarakat merupakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk
memberikan informasi maupun edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan
sosialisasi mengenai DAGUSIBU, dengan cara mendapatkan obat, cara
menggunakan obat, cara menyimpan obat dan cara membuang obat dengan baik
dan benar. Kegiatan ini sangatlah penting karena setiap orang dipastikan
mengkonsumsi obat-obatan. Sebelum kegiatan sosialisasi dilaksanakan, hal
pertama yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu melakukan koordinasi dengan
ketua dasawisma Perum Griya Tirta Aji dengan tujuan untuk menyampaikan
maksud dan luaran yang diharapkan dari kegiatan sosialisasi DAGUSIBU.
Kegiatan sosialisasi DAGUSIBU di Perum Griya Tirta Aji dilaksanakan
tepat pada tanggal 03 April 2022 dengan melibatkan beberapa mahasiswa
program studi DIII farmasi sebagai anggota pengabdian masyarakat. Mahasiswa
ikut serta sebelum kegiatan dengan mempersiapkan pembuatan banner, mencetak
buku saku, menyiapkan kuisioner untuk pretest dan posttest.
Adapun rangkaian kegiatan sosialisasi meliputi pembukaan yang diawali
dengan sambutan dari Ketua DASAWISMA untuk membuka acara dan dilanjut
dengan materi sosialisasi. Penyampaian materi sosialisasi dilakukan selama
kurang lebih 60 menit dan diselingi dengan diskusi tanya jawab dari peserta.
Adapun materi yang disampaikan meliputi cara mengetahui obat layak pakai,
cara mendapatkan obat dengan benar dan cara membuang obat dengan benar.
Masyarakat diberikan sosialisasi mengenai informasi awal mengenai
deskripsi informasi obat meliputi nama obat,komposisi, indikasi,dosis & cara
pemakaian, efek samping,kontraindikasi, tanggal kadaluwarsa, informs harga
eceran tertinggi, petunjuk penyimpanan, izin edar & nama produsen, dll. Selain
itu, diberikan informasi mengenai penggolongan obat dijelaskan berdasarkan
nama, bentuk sediaan, penandaan, cara penggunaan dan efek farmakologi.
Dijelaskan pula cara mendapatkan obat dengan benar agar dapat mengetahui dan
mendapatkan obat di tempat yang tepat. Cara mendapatkan obat dengan benar di
fasilitas pelayanan kefarmasian yang resmi sesuai dengan peraturan perundnag-
undangan yaitu meliputi apotek, puskesmas, klinik, instalasi farmas rumah sakit,
toko obat. (pedoman gema 2). Setiap obat yang beredar selalu mempunyai
informasi mengenai obat yang menyertainya pada kemasan obat dan brbosur atau
leaflet. Adapun cara mengetahui obat layak pakai yaitu bisa dilihat dari kemasan
obat yang memiliki kondisi dalam keadaan baik seperti segel tidak rusak, warna
dan tulisan tidak luntur serta memperhatikan batas kedaluwarsa yang apabila
penggunaan telah melewati batas ED, produsen tidak menjamin kualitas produk
tersebut. Masyarakat juga diberikan informasi mengenai penggolongan obat
penandaan yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika
dan narkotika. Dengan pemeberian informasi mengenai mengenali obat yang
layak pakai ini sangat mengedukasi masyarakat agar tidak salah dalam pemilihan
obat.
Cara menggunakan obat dengan benar dijelaskan melalui metode Tanya 5
O yaitu minimal 5 hal yang harus diketahui terkait obat yaitu obat ini apa nama
kandungannya , Obat ini apa indikasi dan khasiatnya, Obat ini berapa dosisnya,
Obat ini bagaimana cara menggunakannya, dan Obat ini apa efek sampingnya.
Menurut WHO (1985) penggunaan obat bisa dikatakan rasional apabila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode yang akurat dan
dengan harga yang terjangkau untuk pasien maupun masyarakat. (modul
penggunaan obat rasional). Lembaga Kesehatan Dunia dan Kementerian
Kesehatan menyatakan bahwa pemakaian obat dikatakan aman apabila obat yang
digunakan tidak memberikan bahaya yang bisa mengakibatkan masalah atau
ancaman pada kesehatannya. (farmasi klinik). Adapun penggunaan obat yang
rasional mengacu pada prinsip; ketetapan dignosa, ketetapan indikasi penggunaan
obat, ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis, cara dan lama pemberian.
Masyarakat perlu mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyimpan obat dengan benar yang meliputi organoleptis obat, suhu dan tempat
penyimpanan obat, serta masa penggunaan obat. Cara menyimpan obat yang
tidak benar bisa mengakibatkan perubahan pada sifat dari obat itu sendiri sampai
terjadi kerusakan pada obat. Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui cara
yang tepat untuk menyimpan obat masing-masing sediaan. Obat yang rusak
adalah obat yang tidak bisa dipakai lagi karena rusak secara fisik atau berubah
warna yang dipengaruhi oleh udara lembab, sinar matahari, suhu dan/atau
goncangan fisik. (pedoman pengelolaan oat) Adapun tata cara penyimpanan obat
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 meliputi obat harus
disimpan dalam wadah asli pabrik, obat harus disimpan dalam kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya, tempat penyimpanan obat
tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi dan sistem pemyimpanan dilakukan dengan mempertahankan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
Cara membuang obat dengan benar meliputi penjelasan mengenai obat
rusak dan cara membuang atau memusnahkan obat yang rusak. Kegiatan
pemusnahan obat yang tidak terpakai dikarenakan obat telah kedaluarsa, rusak
atau mutu sudah tidak memenuhi standar keamanan dan kemanfaatan.Hal ini
diperlukan agar obat memang tidak layak pakai itu tidak akan dimanfaatkan oleh
pihak yang tidak bertanggungjawab sebagai obat palsu dengan mengganti tanggal
kadaluwarsa obat.
Tambahan informasi diberikan pula bagaimana menggunakan antibiotic
dengan bijak menggunakan tagline 5T yaitu tidak membeli antibiotic sendiri
tanpa resep dokter, tidak menggunakan antibiotic untuk selain infeksi bakteri,
Tidak menyimpan antibiotic dirumah, tidak memberi antibiotic sisa kepada
oranglain, tanyakan apoteker mengenai informasi obat antibiotic.
Peserta sosialisasi memperhatikan materi dengan baik dan sangat antusias
dalam kegiatan ini serta menyampaikan pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami. Pertanyaan yang disampaikan meliputi penggunaan obat yang
dikonsumsi dalam sehari-hari dan obat-obatan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
Pengabdian masyarakat kali ini didapatkan hasil bahwa mitra memiliki
tingkat pengetahuan dengan kategori baik dengan nilai 80%. Kategori tersebut
didapatkan setelah dilakukan sosialisasi yang dimana sebelum dilakukan
sosialisasi, mitra diminta mengisi kuisioner yang sama dan diapatkan nilai 65%
masuk katagori pengetahuan cukup. Pada hasil Uji-T didapatkan nilai ≤ 0,05
maka terdapat perbedaan signifikan antara kedua sampel. H1 diterima bila
probabilitas ≥ 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
sampel. Pada hasil analisis didapatkan hasil nilai probabilitas 0,000 ≤ 0,05
sehingga hasil pretest dan post test terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini
berarti menunjukkan sosialisasi terhadap mitra memberikan pengaruh mengenai
pengetahuan mitra terhadap dagusibu obat.

Tabel dan gambar maksimal 6 disertai dengan nama tabel dan gambar serta
pula terdapat sumber-sumber tersebut

SIMPULAN
Pemberian sosialisasi dagusibu obat dengan benar di kelompok dasawisma
perumahan griya tirta aji memberikan efek pengetahuan dari semula sebelum
sosialisasi adalah kategori cukup dan setelah sosialisasi didapatkan hasil kategori
baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan juga syukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan Rahmat
sehingga dapat selesainya tugas Pengabdian Masyarakat. Terimakasih kepada ibu-
ibu Perumahan Griya Tirta yang terlibat karena sudah memberikan kesempatan
untuk mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional
Kementerian Kesehatan RI (2021). Pedoman Pengelolaan Obat Rusak dan
Kadaluarsa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Rumah Tangga
PP IAI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sadar Obat,
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Diakses tanggal 21 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai