Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

“Perencanaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit”

Disusun oleh:

Kelompok 1

1.Haura Thanaska (PO71390200050)

2. Silviya Nakhita Wulandari(PO71390200052)

3.Fina Wahyu Anggraini (PO71390200054)

4.Nastiti Azzahra (PO71390200056)

Dosen Pengampu:

Lailan Azizah, S.Si, M.Farm, Apt

D-III FARMASI

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


I. JUDUL : Perhitungan Perencanaan Pengadaan Obat Dengan
Metode Konsumsi

II. TUJUAN :

1. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap penyusunan perencanaan kebutuhan perbekalan


farmasi di Rumah Sakit.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan metode-metode yang digunakan untuk menyusun
perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi di Rumah Sakit.
3. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi di
Rumah Sakit.

III. TINJAUAN TEORI :

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi


merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling
terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan,
penghapusan, monitoring dan evaluasi.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit merupakan


salah satu unsur penting dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena
ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis
maupun secara ekonomis. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah
yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang
bermutu.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit diharapkan


dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan
yang efektif dan efisien agar sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diperlukan selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
berhubungan erat dengan anggaran dan belanja rumah sakit.

Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:

1. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar


diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit.

Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:

 Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis.
 Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang
lebih baik dibanding obat tunggal.
 Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice)
dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Formularium RS dan Formularium Nasional.
Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian
oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarkan oleh
Ditjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.

2. Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan


bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan
sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi
penggunaan perbekalan farmasi adalah:

 Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan.
 Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan
setahum seluruh unit pelayanan.
 Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.
3. Perhitungan Kebutuhan

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang berat yang


harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan atau
kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata
hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk
pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu,
dan tersedia pada saat dibutuhkan.

Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode:

Metode Konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi
perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut :

1) Pengumpulan dan pengolahan data

2) Analisa data untuk menginformasi dan evaluasi

3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana


Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu dilakukan
analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu
dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi:

a) Daftar obat

b) Stok awal

c) Penerimaan

d) Pengeluaran

e) Sisa stok

f) Obat hilang/rusak, kadarluarsa

g) Kekosongan obat

h) Pemakaian rata-rata/pergerakan obat pertahun

i) Waktu tunggu

j) Stok pengaman

k) Perkembangan pola kunjungan

Kelebihan menggunakan metode konsumsi dalam Perencanaan perbekalan farmasi: data


konsumsi akurat (metode paling mudah), tidak membutuhkan data epidemiologi maupun
standar pengobatan, jika data konsumsi dicatat dengan baik pola presepsi tidak berubah dan
kebutuhan relative konstan.18

A= RENCANA PENGADAAN

B= pemakaian rata-rata*12 bulan C= Stok pengaman 10%-10%

D = Waktu tunggu 3-6 bulan

E = Sisa stok

Kekurangan menggunakan metode konsumsi dalam perencanaan perbekalan farmasi: data


konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit untuk didapat; tidak
dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi/ tidak
dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau
ada obat yang berlebih atau ada obat yang hilang; pencatatan data morbiditas yang baik tidak
diperlukan

IV. LATIHAN :
Penghitungan pemakaian obat tahun 2021

1. Amoxicillin
 Pemakaian rata rata = 1.000.000/ 12 bulan = 83.333,3333/bulan
 Stok pengaman = 10% (10% x1.000.000 = 100.000)
 Waktu tunggu = 0,25 bulan (0,25x83.333,3333=20.833,3333)
 Sisa stok = 1.000 tablet

Rencana pengadaan = (1.000.000+100.000+20.833,3)-1000


= 1.120.833,3 tablet
= 1.120.833,3 tablet = 11.208,3 Box
= 11.209 box @10 × 10 = 100
= HNA +PPN 11%
= Rp 37.000 +PPn 11%
= Rp 41.070/Box
Jadi jumlah pengadaan persatu tahunnya 11.209 box x Rp 41.070 = Rp. 460.353.630

2. Cefadroxil berno 500 mg


Pemakaian rata rata = 10.000/ 11 bulan ( waktu kosong 1 bulan) = 909,09/ bulan
pemakaian = 909,09 x 12 bulan = 10.909,09
Stok pengaman = 10% (10% x10.909,09= 1.090,9)
Waktu tunggu = 2 minggu (0,5 bulan ) (0,5 x 909,09 = 424,5)
Sisa stok =

Rencana pengadaan = (10,909,9+1.090,9+424,5) - 0


= 12.425,3 tablet
= 12.425,3 tablet = 124,253 box =125 Box
= 125 box @10 × 10 = 100
= HNA +PPN 11%
= Rp 1.723 / tab
= Rp 172.300 / 100 tab
= Rp 172.300 / box
Jadi jumlah pengadaan persatu tahunnya 125 box x Rp 172.300 = Rp. 21.537.500

3. Ampicillin 500 mg tablet


Pemakaian rata rata = 1.000.000/ 10 bulan ( waktu kosong 2 bulan) = 100.000 /
bulan
= 1.200.000/ 12 bulan
Stok pengaman = 15% (15% x1.200.000= 180.000)
Waktu tunggu = 1 bulan(1 x 100.000 = 100.000)
Sisa stok = 500

Rencana pengadaan = (1.200.000+180.000+100.000) - 500


= 1.479.500 tablet
= 1.479.500 tablet = 14.795 Box
= 14.795 box @10 × 10 = 100

= HNA +PPN 11%


= Rp 775 / tab
= Rp 77.500 / 100 tab
= Rp 77.500 / box
Jadi jumlah pengadaan persatu tahunnya 14.795 box x Rp 77.500 = Rp. 1.146.612.500

4. Ciprofloxacin Novell 500 mg tablet


Pemakaian rata rata = 15.000/ 10 bulan ( waktu kosong 2 bulan) = 1.500/ bulan
= 18.000/ 12 bulan
Stok pengaman = 20% (20% x18.000= 3.600)
Waktu tunggu = 2 bulan (2 x 1.500 = 3000)
Sisa stok =

Rencana pengadaan = (18.000+3.600+3000) - 0


= 24.600 tablet
= 24.600 tablet = 246 Box
= 246 box @10 × 10 = 100
= HNA +PPN 11%
= Rp 942 / tab
= Rp 94.200 /100 tab
= Rp 94.200 /box
Jadi jumlah pengadaan persatu tahunnya 246 box x Rp 94.200 = Rp. 23.173.000

5. Azithtomicin Acon 500 mg tablet


Pemakaian rata rata = 2.000/ 9 bulan ( waktu kosong 2 bulan) = 222,2/ bulan
= 2.666,67/ 12 bulan
Stok pengaman = 10% (10% x2.666,67= 266,67)
Waktu tunggu = 1 bulan (1 x 222,2 = 222,2)
Sisa stok =

Rencana pengadaan = (2.666,67+266,67+222,2) - 0


= 3.155,54 tablet
= 3.155,54 tablet = 158 dus/20 tab

= HNA +PPN 11%


= Rp 9.789 / tab
= Rp 195.780 /20 tab
= Rp 195.780 /dus
Jadi jumlah pengadaan persatu tahunnya 158 box x Rp 195.780 = Rp. 30.933.240
V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kelompok saya mendapatkan obat antibiotik , yang teridiri
dari amoxicillin 500 mg tab ,cefadroxil, ampicillin 500 mg tab, ciprofloxacin novell 500 mg
tab, azithromicin acon 500 mg tab.

Untuk pengadaan amoxicillin 500 mg tab akan di adakan sebanyak 1.120.833,3


tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 83.333,3 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan
1.000.000 tablet, stok pengaman 100.000 tablet, stok waktu tunngu 20.833,3 tablet ,
jumlah harga pengadaan Rp. 460.353.630.

Untuk pengadaan cefadroxil tab akan di adakan sebanyak 12.425,3 tablet,


dengan pemakaian rata rata perbulan 909,09 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan 10.909,09
tablet, stok pengaman 1.090,9 tablet, stok waktu tunngu 424,4 tablet, jumlah harga
pengadaan Rp. 21.537.500 .

Untuk pengadaan Ampicillin 500 mg tab akan di adakan sebanyak 1.479.500


tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 100.000 tablet, kebutuhan tablet 12 bulan
1.200.000 tablet, stok pengaman 180.000 tablet, stok waktu tunggu 100.000 tablet,
jumlah harga pengadaan Rp. 1.146.612.500.

Untuk pengadaan Ciprofloxacin Novell 500 mg tab akan di adakan sebanyak


24.000 tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 1.500 tablet, kebutuhan tablet 12
bulan 18.000 tablet, stok pengaman 3.600 tablet, stok waktu tunggu 3.000 tablet, jumlah
harga pengadaan Rp. 23.173.000.

Untuk pengadaan Azithromicin Acon 500 mg tab akan di adakan sebanyak


3.155,5 tablet, dengan pemakaian rata rata perbulan 222,2 tablet, kebutuhan tablet 12
bulan 2.666,67 tablet, stok pengaman 266,67 tablet, stok waktu tunggu 222,2 tablet,
jumlah harga pengadaan Rp. 30.933.240.

VI. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat ditarik kesimpulan

1. Pengelolaan perbekalan farmasi yaitu suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
perencanaan sampai evaluasi, saling terkait antara satu dengan yang lain yang
mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi.
2. Metode yang dipakai adalah metode konsumsi .
3. Jumlah total harga pengadaan tahun 2022 Rp. 1.682.609.870 .
VI. Pustaka

Daftar Pustaka

Kemenkes RI, 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.

http://eprints.dinus.ac.id/19087/10/bab2_18426.pdf

Anda mungkin juga menyukai