Anda di halaman 1dari 67

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASI
RUMAH SAKIT

PRODI D3 FARMASI
POLTEKKES BHAKTI SETYA INDONESIA
HALAMAN JUDUL
Buku Petunjuk Praktikum
Farmasi Rumah Sakit

apt.Trilestari, M.Sc.
Penyusun :
Tim Praktikum Farmasi RS
Editor : apt. Artha Woro Utami, M.Sc.

Cetakan I, Februari 2022

Program Studi D3 Farmasi


Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia

Kampus 1
Jalan Janti Gedongkuning No 336 (Depan Jogja Expo Center) Yogyakarta 0274-
580663

Kampus 2
Jalan Gedongkuning Selatan No 2A Bantul Yogyakarta 0274-4439011

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SwT karena atas berkat dan
rahmat-Nya Buku Petunjuk Praktikum Farmasi Rumah Sakit dapat terselesaikan.
Buku ini disusun untuk mempermudah mahasiswa dalam mnegikuti Praktikum
Farmasi Rumah Sakit.
Teori yang lebih mendasar yang berkaitan dengan praktikum dapat dipelajari
dalam kuliah dan buku teks yang releva. Kami berharap mahasiswa aktif mencari
sumber pustaka lain sebagai penunjang, mengingat keretbatasan dari buku ini.
Diharapkan setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu menganilisi dan
menyelesiakan segala permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Tim Praktikum
Farmasi RS atas saran dan masukannya dalam penyusunan buku ini. Kami
berharap semoga Buku Petunjuk Praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak yang berkepentingan terutama mahasiswa Program Studi D3 Farmasi
Poltekkes Bhakti Setya Indonesia. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan buku ini.

Yogyakarta, Februari 2022

Penyusun

2
REFERENSI

Kemenkes RI (2011) Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.


Kemenkes RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta, Indonesia: Kemenkes RI.
Kemenkes RI (2019) Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI (2021) Pedoman Pengelolaan Obat Kadaluwarsa di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Rumah Tangga. Jakarta: Kemenkes RI.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2
REFERENSI ............................................................................................................ 3
PERTEMUAN KE-1 PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE KONSUMSI
DAN EPIDEMIOLOGI ............................................................................................. 5
PERTEMUAN KE-2 PENGENDALIAN PERENCANAAN DENGAN METODE
ABC ....................................................................................................................... 10
PERTEMUAN KE-3 PENYIMPANAN OBAT ........................................................ 15
PERTEMUAN KE-4 PENGELOLAAN OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA .... 23
PERTEMUAN KE-5 PEMUSNAHAN RESEP ...................................................... 32
PERTEMUAN KE-6 INTEPRETASI DATA KLINIK (IDK) .................................... 34
PERTEMUAN KE-8 BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP) .............................. 40
PERTEMUAN KE-9 PELAYANAN RESEP UNIT DOSE DISPENSING ............. 57
PERTEMUAN KE-10 MENGUKUR KADAR GLUKOSA DARAH, ASAM URAT
DAN KOLESTEROL.............................................................................................. 64
PERTEMUAN KE-11 PENGUKURAN TEKANAN DARAH ................................. 65

4
PERTEMUAN KE-1
PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE KONSUMSI DAN
EPIDEMIOLOGI

A. Dasar Teori
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan
evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah
kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Keunggulan metode konsumsi :
1. Data yang dihasilkan akurat.
2. Tidak memerlukan data penyakit dan standar pengobatan.
3. Kekurangan dan kelebihan obat kecil.
Kelemahan metode konsumsi :
1. Tidak dapat diandalkan sebagai dasar penggunaan obat dan perbaikan
preskripsi.
2. Tidak memberikan gambaran morbiditas.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode
konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan pengolahan data.
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode
konsumsi:
a. Daftar obat. g. Kekosongan obat.
b. Stok awal. h. Pemakaian rata-rata
c. Penerimaan. obat pertahun.
d. Pengeluaran. i. Waktu tunggu.
e. Sisa stok. j. Stok pengaman.
f. Obat hilang/rusak, k. Perkembangan pola
kadaluwarsa. kunjungan.

5
Rumus metode konsumsi yang digunakan adalah:

RP = (PR + SP + WT) – SS

Keterangan:
RP = Rencana pengadaan
PR = Pemakaian rata-rata per bulan x 12 bulan
SP = Stok pengaman (10% - 20%)
WT = Waktu tunggu
SS = Sisa stok

2. Metode Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan
pola penyakit. Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola
penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
a. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur -
penyakit.
b. Menyiapkan data populasi penduduk. Komposisi demografi dari populasi
yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin.
c. Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
d. Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
e. Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
f. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang
akan datang.

B. Contoh perhitungan
1. Metode Konsumsi
Pemakaian parasetamol tablet selama tahun 2015 (Januari-Desember)
sebanyak 2.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan.
Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per 31 Desember

6
2015 adalah 100.000 tablet. (1 kaleng parasetamol tablet @ 1000 biji atau 1
box tablet parasetamol @ 100 biji).
a. Pemakaian rata-rata Parasetamol tablet perbulan tahun 2015
= 2.500.000 tablet/10 bulan
= 250.000 tablet per bulan
b. Pemakaian Parasetamol tahun 2015 (12 bulan) (PR)
= 250.000 tablet / bulan × 12 bulan
= 3.000.000 tablet.
c. Pada umumnya stok pengaman berkisar antara 10%-20% (termasuk
untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan kunjungan). Misalkan
berdasarkan evaluasi data diperkirakan 20% (SP)
= 20% × 3.000.000 tablet
= 600.000 tablet.
d. Pada umumnya waktu tunggu berkisar antara 3 s/d 6 bulan. Misalkan
leadtime diperkirakan 3 bulan (WT)
= 3 × 250.000 tablet
= 750.000 tablet
e. Kebutuhan Parasetamol tahun 2015 adalah
= PR + SP + WT
= 3.000.000 tablet + 600.000 tablet + 750.000 tablet
= 4.350.000 tablet.
f. Rencana pengadaan Parasetamol (RP) untuk tahun 2016
= (PR + SP + WT) – SS
= 4.350.000 tablet – 100.000 tablet
= 4.250.000 tablet
= 4250 kaleng/botol @ 1000 tablet atau 42500 box tablet parasetamol.
2. Metode Epidemiologi
Menghitung masing-masing obat yang diperlukan per penyakit. Sebagai
contoh pada pedoman pengobatan untuk penyakit diare akut pada orang
dewasa dan anak-anak digunakan obat oralit dengan perhitungan sebagai
berikut.
a. Anak-anak:
Satu episode diperlukan 15 (lima belas) bungkus oralit @ 200 ml. Jumlah

7
episode 18.000 kasus.
Maka jumlah oralit yang diperlukan
= 18.000 × 15 bungkus
= 270.000 bungkus @ 200 ml.
b. Dewasa:
Satu episode diperlukan 6 (enam) bungkus oralit @ 1 liter. Jumlah
episode 10,800 kasus.
Maka jumlah oralit yang diperlukan
= 10.800 × 6 bungkus
= 64.800 bungkus @ 1000 ml/1 liter.

C. Latihan Individu
Kerjakan latihan berikut secara individu dan dikumpulkan saat praktikum!!!
1. Hitunglah pemakaian Amoksisilin 500mg tablet tahun 2022 jika diketahui
bahwa selama tahun 2021 (Januari-Desember) digunakan sebanyak
16.750.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah
terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Stok pengaman 10%, waktu
tunggu 3 bulan. Sisa stok per 31 Desember 2015 adalah 1.000 tablet. (1
box tablet Amoksisilin @ 100 tablet)
2. Hitunglah pemakaian Parasetamol syr jika diketahui selama tahun 2022
(Januari- Desember) digunakan sebanyak 1.750.000 botol untuk
pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah terjadi kekosongan selama
2 (dua) bulan. Stok pengaman 20%, waktu tunggu 3 bulan. Sisa stok per
31 Desember 2015 adalah 50 botol.
3. Hitunglah pemakaian Asam Mefenamat 500mg tablet tahun 2022 jika
diketahui bahwa selama tahun 2021 (Januari-Desember) digunakan
sebanyak 25.000.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan.
Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Stok pengaman 20%,
waktu tunggu 1 bulan. Sisa stok per 31 Desember 2021 adalah 500 tablet.
(1 box tablet Asam Mefenamat @ 100 tablet)
4. Hitunglah pemakaian Cetirizin 10 mg tablet tahun 2022 jika diketahui
bahwa selama tahun 2021 (Januari-Desember) digunakan sebanyak
18.500.000 tablet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan. Pernah
terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Stok pengaman 15 %, waktu

8
tunggu 2 minggu. Sisa stok per 31 Desember 2021 adalah 500 tablet. (1
box tablet Cetirizine @ 50 tablet)
5. Satu episode kasus COVID-19 gejala sedang pada orang dewasa
membutuhkan 40 tablet Favipiravir 200 mg. Jumlah kasus bergejala
sedang sebanyak 5.000 episode kasus pada Juli 2021. Hitunglah
kebutuhan Favipiravir pada Agustus 2021. (1 box Favipiravir 200 mg =
100 tablet)
6. Satu episode kasus COVID-19 gejala sedang pada orang dewasa
membutuhkan 11 vial Remdesivir 100 mg. Jumlah kasus bergejala
sedang sebanyak 4.000 episode kasus pada Agustus 2021. Hitunglah
kebutuhan injeksi Remdesivir 100 mg pada September 2021.
7. Satu episode kasus COVID-19 gejala sedang pada orang dewasa
membutuhkan 7 tablet Azithromisin 500 mg. Jumlah kasus bergejala
sedang sebanyak 5.000 episode kasus pada September 2021. Hitunglah
kebutuhan Favipiravir pada Oktober 2021. (1 box Azitromisin 500 mg =
20 tablet).

D. Tugas Kelompok
Kerjakan tugas berikut secara berkelompok (3-4 mahasiswa) dan dikumpulkan
pada acara praktikum selanjutnya !!!
1. Buatlah daftar nama obat yang paling sering digunakan di instalasi farmasi
rumah sakit selama tahun 2021, antara lain :
a. Analgetik/antipiretik/antiinflamasi sebanyak 5 item obat
b. Antibiotik sebanyak 5 item obat
c. Antihipertensi sebanyak 5 item obat
d. Antiabetes sebanyak 5 item obat
2. Hitunglah jumlah pemakaian selama tahun 2021 (Januari-Desember).
3. Hitunglah rata-rata pemakaian perbulan.
4. Lihatlah stok akhir obat tersebut di kartu stok (akhir tahun).
5. Estimasikan jika lama waktu kekosongan pernah terjadi selama 1 bulan
6. Estimasikan bila waktu tunggu obat datang 1 Minggu (1/4 bulan).
7. Hitunglah rencana pengadaan dari masing-masing obat untuk tahun 2022

9
PERTEMUAN KE-2
PENGENDALIAN PERENCANAAN DENGAN METODE ABC

A. Dasar Teori
Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan perbekalan
kesehatan, yang paling banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun
hanya diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari
pengamatan terhadap pengadaan perbekalan kesehatan dijumpai bahwa
sebagian besar dana perbekalan kesehatan (70%) digunakan untuk
pengadaan, 10% dari jenis/item perbekalan kesehatan yang paling banyak
digunakan sedangkan sisanya sekitar 90% jenis/item perbekalan kesehatan
menggunakan dana sebesar 30%.
Analisa ABC mengelompokkan item perbekalan kesehatan berdasarkan
kebutuhan dananya, yaitu:
1. Kelompok A
Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah
dana perbekalan kesehatan keseluruhan.
2. Kelompok B:
Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3. Kelompok C
Adalah kelompok jenis perbekalan kesehatan yang jumlah nilai rencana
pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah
dana perbekalan kesehatan keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan kelompok A, B dan C:
1. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing perbekalan
kesehatan dengan cara mengalikan kuantum perbekalan kesehatan
dengan harga perbekalan kesehatan.
2. Tentukan rankingnya mulai dari yang terbesar dananya sampai yang
terkecil.
3. Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4. Hitung kumulasi persennya.

10
B. Contoh Perhitungan
Berikut adalah daftar obat yang digunakan di suati instalasi rumah sakit. Daftar
ini dibuat untuk menganalisis persediaan menggunakan metode ABC.

Tabel 1. Daftar Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


NAMA OBAT SATUAN BYK (D) HARGA (Rp)

Asam Mefenamat tab Box/100 720 32,000


Erythromisin tab Box/60 450 49,000
Ethambutol Box/100 400 52,000
Pyrazinamid Box/100 400 45,000
Dextrometorphan tab Klg/1000 725 9,000
Parasetamol tab Klg/1000 1300 7,000
Amoksilin tab Box/100 1500 35,000
Kotrimoksazol tab Box/100 150 45,000
Glibenklamide Box/100 50 60,000
Klonidin Box/100 125 75,000
Ciprofloksasin tab Box/100 375 35,000
Antasida tab Klg/1000 440 45,000
Vitamin K Klg/1000 145 40,000
Simetidin Box/100 175 25,000
Parasetamol syr Btl 8500 2,800
Ampisilin syr Btl 690 3,700
Antasid syr Btl 1050 2,500
Amosisilin Injeksi/ampul Box/10 200 47,500

1. Menghitung nilai obat


Salah satu contoh untuk mendapatkan nilai obat
Asam Mefenamat tablet = 720 box
Harga = 32.000/box
N (Nilai)
= D (Demand) × H (Harga)
= 720 × 32.000
= 23.040.000
Dengan cara yang sama dengan Asam Mefenamat, lakukan juga dengan
item obat lainnya, sehingga diperoleh data seperti Tabel 2.
2. Menghitung Persentase Nilai Obat
Nilai Total (NT) = 252.718.000
N
Prosentase Nilai (N%) diperoleh dari = ×100%
NT

11
Asam Mefenamat (N) = 23.040.000
Nilai Total (NT) = 252.718.000
23.040.000
(N%) = × 100% = 9,1%
257.718.000

Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai dan Pesentase Nilai


Nama Obat Byk (D) Harga Nilai (Byk x Nilai) % Nilai
Asam Mefenamat tab 720 32,000 23,040,000 9,1
Erythromisin tab 450 49,000 22,050,000 8,7
Ethambutol 400 52,000 20,800,000 8,2
Pyrazinamid 400 45,000 18,000,000 7,1
Dextrometorphan tab 725 9,000 6,525,000 2,6
Parasetamol tab 1300 7,000 9,100,000 3,6
Amoksilin tab 1500 35,000 52,500,000 20,8
Kotrimoksazol tab 150 45,000 6,750,000 2,7
Glibenklamide 50 60,000 3,000,000 1,2
Klonidin 125 75,000 9,375,000 3,7
Ciprofloksasin tab 375 35,000 13,125,000 5,2
Antasida tab 440 45,000 19,800,000 7,8
Vitamin K 145 40,000 5,800,000 2,3
Simetidin 175 25,000 4,375,000 1,7
Parasetamol syr 8500 2,800 23,800,000 9,4
Ampisilin syr 690 3,700 2,553,000 1,0
Antasid syr 1050 2,500 2,625,000 1,0
Amokisilin Injeksi 200 47,500 9500,000 3,8
Nilai Total 252,718,000

3. Membuat Klasifikasi
Untuk menghasilkan item dalam klasifikasi item dalam metode ABC
diperlukan skala yang dibuat dengan cara mengambil nilai prosentase (N%)
terkecil ditambah nilai prosentase terbesar,
1 +20,8
Range = = 7,3
3
Klasifikasi C = 1% s/d (1+7,3)% atau 1% s/d 8,3%
Klasifikasi B = 8,3% s/d (8,3+7,3)% atau 8% s/d 15,6%
Klasifikasi A = 15,6% s/d (15,6+7,3) atau 15,6% s/d 22,9%

12
Tabel 3. Klasifikasi Persediaan Menurut Metode ABC

Nama Obat N% Klasifikasi ABC


Asam Mefenamat tab 9,0 B
Erythromisin tab 8,6 B
Ethambutol 8,2 B
Pyrazinamid 7,1 C
Dextrometorphan tab 2,6 C
Parasetamol tab 3,6 C
Amoksilin tab 20,8 A
Kotrimoksazol tab 2,6 C
Glibenklamide 1,2 C
Klonidin 3,7 C
Ciprofloksasin tab 5,1 C
Antasida tab 7,8 C
Vitamin K 2,3 C
Simetidin 1,7 C
Parasetamol syr 9,3 B
Ampisilin syr 1,0 C
Antasid syr 1,0 C
Amosisilin Injeksi/ampul 3,7 C

C. Tugas Individu
Berikut data penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit selama
tahun 2021, Buatlah analisis ABC, Tugas dikumpulkan saat praktikum !
NAMA SATUAN BYK HARGA (Rp)
OBAT (D)
Amoksilin tab Box/100 1200 35,000
Amosisilin Injeksi/ampul Box/10 150 47,500
Ampisilin syr Btl 650 3,700
Antasid syr Btl 1000 2,500
Antasida tab Klg/1000 450 45,000
Asam Mefenamat tab Box/100 750 32,000
Ciprofloksasin tab Box/100 400 35,000
Dextrometorphan tab Klg/1000 700 9,000
Erythromisin tab Box/60 400 49,000
Ethambutol Box/100 450 52,000
Glibenklamide Box/100 100 60,000
Klonidin Box/100 150 75,000
Kotrimoksazol tab Box/100 125 45,000

13
D. Tugas Kelompok
Buatlah daftar nama obat beserta jumlah permintaan dan harga satuan seperti
Tabel 1. Lalu lakukan analisis ABC terhadap daftar obat tersebut. Jumlah item
obat yang dimasukkan dalam daftar tabel sebanyak 32 item obat.
Tugas dikumpulkan pada pertemuan praktikum berikutnya.

14
PERTEMUAN KE-3
PENYIMPANAN OBAT

A. Dasar Teori
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu
sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab,
menghindari kehilangan dan pencurian, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan

Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait penyimpanan perbekalan farmasi


di gudang :
1. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP
2. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit
minimal 50 cm
3. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor
4. Tersedia pallet yang cukup untuk melindungi sediaan farmasi dari
kelembaban lantai Tersedia alat pengangkut sesuai kebutuhan (forklift,
troli)
5. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu
6. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan di bawah
25ºC
7. Dinding terbuat dari bahan yang kedap air, tidak berpori dan tahan
benturan
8. Lantai terbuat dari bahan yang tidak berongga vinyl/floor hardener (tahan
zat kimia)
9. Luas ruangan memungkinkan aktivitas pengangkutan dilakukan secara
leluasa
10. Harus tersedia minimal dua pintu untuk jalur evakuasi
11. Lokasi bebas banjir
12. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu

15
13. Tersedia alat pemantau suhu ruangan terkalibrasi dan lemari pendingin
Adapun fungsi gudang penyimpanan antara lain :
1. Menerima, menyimpan, memelihara, dan mendidtribusikan obat, alat
kesehatan dan perbekalan farmasi
2. Menyiapkan penyusunan rencana, pencatatan, dan pelaporan mengenai
persediaan dan penggunaan alkes dan perbekalan farmasi lain
3. Mengamati mutu dan khasiat obat secara umum pada setiap barang
persediaan ataupun yang akan didistribusikan
Penyimpanan perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan menerapkan
metode berikut :
1. Penyimpanan berdasarkan First Expired First Out (FEFO), First In First
Out (FIFO) dan penyimpanan berdasarkan alfabetis atau kelas terapi.
2. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan (misalnya bentuk tablet, salep,
suppositoria, dsb)
3. Penyimpanan berdasarkan suhu, meliputi suhu dingin, suhu sejuk, dan
suhu kamar.
4. Penyimpanan obat-obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high
alert) yang mencakup obat risiko tinggi, obat NORUM/LASA, Elektrolit
pekat, elektrolit konsentrasi tertentu.
5. Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label
khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM. Disarankan dalam penulisan menggunakan Tall Man
Lettering untuk nama obat yang bunyi/ejaannya mirip.
6. Penyimpanan khusus untuk Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor (NPP)
7. Penyimpanan berdasarkan tingkat bahayanya, yaitu untuk Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)

16
Gambar 1. Lemari pendingin dengan termometer eksternal (kiri) dan lemari
pendingin dengan termometer internal (kanan)

Gambar 2. Contoh lemari penyimpanan obat high alert

17
Gambar 3. Contoh Stiker High Alert

Gambar 4. Penyimpanan sesuai bentuk sediaan

18
Gambar 5. Penyimpanan sesuai kelas terapi

Gambar 6. Penyimpanan narkotika Gambar 7. Penyimpanan Psikotropika

19
Gambar 8. Penyimpanan High Alert

B. Tugas Kelompok
Mahasiswa diminta menyimpan obat-obat di bawah ini dengan
mempertimbangkan cara penyimpanan yang telah disebutkan sebelumnya.
Carilah bentuk sediaan, kelas terapi, suhu penyimpanan masing-masing obat,
lalu kelompokkan obat-obat tersebut berdasarkan metode penyimpanan yang
sesuai. Dikumpulkan dan dibahas saat praktikum. Gambarkan penyimpanan
obat tersebut seperti Gambar 9. !!! (Hasil pembahasan dan gambar
dikumpulkan saat praktikum selanjutnya)

No Nama Obat No Nama Obat


1 Cefadroxil 500 mg 19 Lactulac syr
2 Buscopan tab 20 Dumin suppo
3 Neurobion injeksi 21 Sanmol syr
4 Pronalges suppo 22 Ketomed cream
5 Azithromycin 500 mg 23 NaCl 3%
6 Levofloxacin 500 mg 24 MST 10 mg tab

20
7 Co-Amoxiclav 500 mg 25 Alganax 0,5mg
8 Furosemid inj 26 Stesolid rectal
9 Ondansentron inj 27 Braxidin tab
10 Vinkristin sulfat 1 mg 28 Fuladic cream
11 Vitamin K inj 29 Glimepiride tab 1 mg
12 Norages inj 30 Glimepiride tab 2 mg
13 Ciprofloxacin 500 mg 31 Lisinopril 10 mg
14 Papaverin inj 32 Amlodipin 5 mg
15 Lasix inj 33 Amodipin 10 mg
16 Lidokain inj 34 Metformin 500 mg
17 Atropin Sulfat inj 35 Novomix Flexpen
18 Amoxan 500 mg 36 Gemzar vial I.V

Gambar 9. Simulasi Penyimpanan Obat

21
Lembar Kerja

No Nama Obat Kandungan Bentuk Sediaan Kelas Terapi Suhu Keterangan*


Simpan
1 Otsu KCl 7,46 injeksi Kalium Klorida Cairan injeksi Cairan gangguan 15–25 OC Label High Alert
(elektrolit pekat) keseimbangan cairan dan
elektrolit

22
PERTEMUAN KE-4
PENGELOLAAN OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA

A. Dasar Teori
Pengelolaan khusus terhadap limbah farmasi sangat diperlukan karena
berpotensi menimpulkan dampak negatif terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Saat ini, penggunaan obat telah sangat tinggi di dunia, walaupun
beberapa laporan memperlihatkan bahwa sebagian besar limbah farmasi
berupa obat kemudian tidak terpakai, rusak, maupun kedaluwarsa. Llimbah
farmasi yang dibuang ke lingkungan dengan sembarangan berpotensi untuk
merusak lingkungan, air, bahkan menimbulkan toksin bagi manusia maupun
hewan. Selain permasalahan kesehatan yang ditimbulkan dari limbah farmasi
tersebut, limbah farmasi juga menimbulkan risiko lain yaitu adanya
penyalahgunaan limbah farmasi yang tidak dikelola atau dimusnahkan secara
memadai untuk dimanfaatkan menjadi obat illegal atau palsu yang justru akan
menimbulkan dampak yang lebih besar baik dari segi kesehatan, sosial dan
keamanan negara. Oleh karenanya, manajemen limbah farmasi khususnya
yang ditimbulkan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati.
Ketentuan perundang-undangan menetapkan beberapa aturan dalam
melakukan pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa, antara lain :
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan.
2. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja.
Sedangkan untuk pemusnahan narkotika, psikotropika harus memenuhi
tahapan berikut :
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :

23
1. Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan
surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada :
a. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan,
bagi Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat;
b. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat
dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah
Provinsi; atau
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
d. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas
di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat
permohonan sebagai saksi.
2. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada huruf b.
3. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
Pengelolaan limbah farmasi merupakan rangkaian kegiatan pengelolaan
limbah farmasi yang dihasilkan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
maupun rumah tangga. Pengelolaan limbah farmasi dilakukan melalui :
1. Pengelolaan Limbah Farmasi Secara Internal Fasyankes.
a. Pengurangan dan pemilahan
Limbah dipisahkan berdasarkan karakteristik limbahnya.
Pemilahan dimulai dari penghasil limbah dengan menyiapkan wadah
yang sesuai. Untuk limbah obat rusak atau kedaluwarsa yang akan
dimusnahkan bekerjasama dengan pihak ketiga dalam kemasan
utuh/cukup baik dapat dilakukan pre-destroy dengan cara
mengeluarkan obat dari kemasan primer dan/atau merusak kemasan
primer atau sekunder jika pengeluaran obat menimbulkan dampak
bagi kesehatan. Pelaksanaan pre-destroy bertujuan untuk

24
meminimalisir adanya penyalahgunaan obat baik selama
pengangkutan atau pada saat pemusnahan untuk disalurkan kembali
atau digunakan produk obat ilegal atau palsu.

Tabel 5. Spesifikasi, warna, dan simbol kantong/wadah limbah B3


medis

b. Pengangkutan Internal
Limbah B3 medis termasuk limbah farmasi, pengangkutannya
dilakukan di fasyankes dengan menggunakan alat angkut tertutup
beroda dari sumber penghasil ke TPS dapat dilakukan 1x24 jam atau
ketika wadah sudah ¾ penuh.
c. Penyimpanan sementara
Untuk limbah B3 medis infeksius yang tidak dapat didaur ulang,
limbah benda tajam, dan patologis disimpan pada penyimpanan
sementara (TPS) paling lama 2x24 jam pada suhu ruangan dan
apabila bekerjasama dengan pihak ketiga dengan kedatangan
penjemputan limbah lebih dari 2x24 jam, maka limbah B3 infeksius dan
patologis agar disimpan pada suhu di bawah 0oC.
Untuk limbah kontainer bertekanan, logam berat, sitotoksik,
limbah farmasi termasuk obat rusak dan kedaluwarsa, dapat disimpan
di TPS dengan durasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

25
d. Pengolahan Internal
Fasyankes dapat melakukan pengolahan secara
insinerasi(diselesaikan di dalam fasyankes) dan non-insinerasi.
Pengolahan internal dilaksanakan dengan metode non-insinerasi
terhadap limbah farmasi dengan cara mengubah bentuk dari bentuk
semula ke dalam bentuk lain sedemikian sehingga tidak dapat
digunakan maupun disalahgunakan.
2. Pengelolaan Limbah Farmasi Secara Eksternal Fasyankes
a. Pengangkutan eksternal
Pengangkutan eksternal dilakukan dari tempat penyimpanan
sementara limbah farmasi di fasyankes ke tempat pengumpulan
(depo), atau dari tempat penyimpanan sementara limbah farmasi
fasyankes ke tempat pengolahan akhir
b. Pengumpulan
Untuk memudahkan akses pengangkutan sehingga mencegah
permasalahan penumpukan limbah, diperlukan tempat pengumpulan
(pooling), khususnya untuk fasyankes yang menghasilkan timbulan
limbah farmasi dengan kuantitas sedikit dan/atau lokasi fasyankes
yang sulit dijangkau kendaraan pengangkut limbah unit/badan usaha
atau pihak ketiga.
c. Pengolahan eksternal
Limbah farmasi yang akan diolah dengan pengolahan eksternal
merupakan limbah farmasi yang dikirim secara langsung dari
fasyankes dan/atau tempat pengumpulan (depo).
d. Penimbunan
Penimbunan residu hasil pengolahan secara eksternal dilakukan
dengan sistem sanitary landfill atau controlled landfill sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pendokumentasian
Dokumentasi pengelolaan limbah B3 medis, termasuk limbah
farmasi, obat rusak dan kedaluwarsa harus dilakukan dengan hati-hati
sesuai peraturan. Mengacu pada Permen LHK Nomor P.56 tahun
2015, setiap pengeluaran limbah B3 dari penghasil timbulan (misal
fasyankes), harus disertai dengan manifes limbah.

26
Limbah farmasi termasuk obat rusak dan kedaluwarsa merupakan jenis
limbah yang dapat dikategorikan pengelolaannya ke dalam limbah B3 medis
khususnya limbah farmasi, limbah sitotoksik, dan/atau limbah obat narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi. Pengelolaan limbah farmasi dalam jumlah
besar dapat dilakukan melalui retur kepada distributor, sedangkan bila dalam
jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan dapat dimusnahkan
menggunakan insinerator atau diserahkan ke pihak ketiga pengolah limbah B3
Pengelolaan limbah farmasi dapat dilakukan secara mandiri maupun
dengan bekerjasama dengan pihak ketiga berizin. Pengelolaan limbah farmasi
berupa obat rusak dan kedaluwarsa di rumah sakit berdasarkan jenis sediaan
dan karakteristiknya adalah :
1. Sediaan obat padat (tablet, kaplet, kapsul, supositoria)
a. Tablet, kaplet, kapsul, supositoria dikeluarkan dari kemasan aslinya
(kemasan primer)
b. Sediaan obat padat dihancurkan dan dicampur dengan bahan limbah
lainnya sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pastikan partikel
debu tidak dilepaskan ke udara.
c. Untuk sediaan obat padat antibiotik, penghancuran harus ditambahkan
cairan basa (misal dengan NaOH atau natrium hidroksida, kira-kira
sampai pH 11-12) dan/atau asam (misal dengan larutan HCl atau
asam klorida, kira-kira sampai pH 6-9) atau dihancurkan menggunakan
metode enkapsulasi atau insinerator
d. Simpan campuran dalam wadah untuk kemudian diikutkan untuk
dihancurkan bersama limbah B3 medis lainnya secara mandiri atau
bekerjasama dengan Pihak Ketiga.
e. Seluruh kemasan primer dihancurkan dengan cara disobek atau
dicacah untuk kemudian dibuang ke tempat sampah non-medis.
2. Sediaan cair dan semi padat (sirup, cairan obat luar, krim, gel)
a. Periksa apakah terdapat endapan di botol, jika ada endapan atau obat
obat mengental, tambahkan air dan kocok untuk melarutkan.
b. Tuang cairan dan sediaan semi padat ke dalam wadah sehingga
bercampur dengan bahan limbah lainnya agar tidak dapat digunakan
kembali.
c. Limbah cair kemudian dapat dibuang menuju IPAL.

27
d. Sediaan cair yang mengandung antibiotik harus dilarutkan dalam air
terlebih dahulu selama beberapa minggu baru kemudian dibuang
menuju IPAL.
e. Untuk menghilangkan penyalahgunaan, bekas wadah obat berupa
botol plastik, pot plastik atau kaca (gelas), dan tube dibuang dengan
cara menghilangkan semua label dari wadah dan tutup, merusak
wadah dengan cara digunting, dicacah, atau dipecahkan untuk
kemudian disimpan dalam wadah yang dilapisi kantong plastik.
3. Obat cair atau padat dalam ampul atau vial
a. Ampul atau vial dibuka dan isinya dimasukkan dalam wadah.
b. Ampul atau vial harus dibuang di wadah limbah B3 medis.
c. Obat cair atau padat dalam ampul atau vial yang mengandung
antibiotic harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu selama beberapa
minggu baru kemudian dibuang menuju IPAL.
d. Penanganan harus menggunakan APD berupa masker dan sarung
tangan sebagai tindakan keamanan dan mengurangi risiko cidera dari
benda tajam.
e. Ampul tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena akan meledak.
4. Obat berupa inhaler atau aerosol
a. Obat dengan formulasi berbentuk inhaler atau aerosol harus
dikeluarkan atau disemprotkan perlahan ke dalam air untuk mencegah
tetesan obat memasuki udara.
b. Cairan atau padatan inhaler yang dihasilkan disimpan dalam wadah
yang sesuai.
c. Pastikan wadah inhaler atau aerosol sudah kosong.
d. Kemasan inhaler maupun aerosol jangan dilubangi, digepengkan atau
dibakar karena mudah meledak.
5. Obat Sitotoksik atau obat antikanker
a. Obat sitotoksik atau obat antikanker harus dipisahkan dengan sediaan
farmasi lain dan disimpan serta dikumpulkan pada wadah khusus.(30)
b. Wadah atau kontainer harus berdinding keras dengan dilengkapi
plastik berwarna putih atau coklat di dalamnya.
c. Diberi simbol sitotoksik dengan penandaan dan informasi jelas.

28
d. Obat antikanker atau sitotoksik pembuangannya harus dilakukan
dengan sangat hati-hati dan pemusnahan harus melalui metode
enkapsulasi, waste inertization, sterilisasi, atau menggunakan
insinerator suhu tinggi. Metode enkapsuliasi bisa dilakukan dengan
memasukan limbah sitotoksik ke wadah plastik atau logam sampai ¾-
nya lalu sisa ruang pada wadah diisi dengan busa plastik (plastic
foam), semen, pasir, atau tanah liat.
e. Obat antikanker atau sitotoksik tidak boleh dibuang ke IPAL atau
dikubur ditanah secara langsung (kecuali sudah dienkapsulasi). Obat
antikanker atau sitotoksik tidak boleh dihancurkan menggunakan
autoklaf maupun gelombang mikro.
6. Vaksin rusak dan kadaluwarsa
a. Pisahkan vaksin yang tidak dapat digunakan di dalam unit
penyimpanan yang didinginkan.
b. Beril label dengan tanda “JANGAN DIGUNAKAN” untuk menghindari
pemberian dosis secara tidak sengaja.
c. Dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merugikan laporkan jenis
paparan dan durasinya.
d. Simpan vaksin di unit penyimpanan dingin sampai instruksi lebih lanjut
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e. Laporkan vaksin yang sudah kedaluwarsa ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
7. Obat rusak dan kadaluwarsa dalam benda tajam (misal pre-filled
insulin)
a. Limbah benda tajam dikumpulkan, baik yang telah terkontaminasi atau
tidak.
b. Isi obat dikeluarkan mengikuti kaidah pengelolaan obat bentuk padat,
setengah padat, maupun cair.
c. Tempatkan pada kontainer yang tidak tembus untuk limbah benda
tajam (misal jarum syringe) sedangkan untuk limbah lain tempatkan
dalam kantong plastik berwarna coklat atau putih.
d. Beri label peringatan pada bagian luar kantong
8. Gas medis dalam wadah bertekanan

29
a. Gas medis (dalam tabung) yang telah kedaluwarsa dikumpulkan,
diberikan label “JANGAN DIGUNAKAN”, lalu disimpan pada tempat
khusus. Beberapa gas medis tidak memiliki tanggal kedaluwarsa,
namun tabung penyimpannya memiliki masa pakai.
b. Seluruh tabung harus dikembalikan ke produsen

B. Tugas Kelompok
1. Lakukan inventarisasi obat rusak dan kadaluwarsa yang ada di instalasi
farmasi rumah sakit.
2. Jelaskan penanganan obat rusak dan kadaluarsa yang ada di instalasi
farmasi rumah sakit menurut bentuk sediaannya.
3. Gambarkan alur pengelolaan obat rusak mulai dari pre-destroy sampai
dengan pemusnahannya.

DAFTAR OBAT YANG DIMUSNAHKAN


No Nama Obat Jumlah Alasan Pemusnahan
1
2
2
4
5
dst

Yogyakarta, 10 Februari 2022


Saksi 1 Yang Membuat Berita Acara

apt. Setya, S.Farm. apt. Bhakti Setya, S. Farm.


No. SIPA : 400/7694/1307/XI-26 No. SIPA : 446/7694/1307/XI-24

Saksi 2

Bhakti, S.K.M.
SIK / NIP : 092738465

30
BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT KADALUARSA/ RUSAK

Pada hari ini Kamis tanggal sepuluh bulan Februari tahun dua ribu dua puluh dua
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, kami yang bertanda tangan di
bawah ini :

Nama Apoteker Penaggung Jawab : apt. Bhakti Setya, S. Farm.


Nomor SIPA : 446/7694/1307/XI-24
Nama Rumah Sakit : RSU BSI
Alamat Rumah Sakit : Jl. Gedongkuning No. 336, Yogyakarta

Dengan disaksikan oleh :


1. Nama : apt. Setya, S.Farm.
Nomor SIPA/ NIP : 400/7694/1307/XI-26
Jabatan : Apoteker
2. Nama : Bhakti, S.K.M.
Nomor SIK /NIP : 092738465
Jabatan : Sanitarian

Telah melakukan pemusnahan obat sebagaimana tercantum dalam daftar obat terlampir.
Tempat dilakukan pemusnahan : RS BSI, selanjutnya diserahkan bagian Sanitasi untuk
dimusnahkan bersama limbah medis lainnya.

Demikianlah berita acara ini kami buat dengan sesungguhnya dengan penuh tanggung
jawab.

Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4. Arsip di Instalasi Farmasi
Yogyakarta, 10 Februari 2022
Saksi 1 Yang Membuat Berita Acara

apt. Setya, S.Farm. apt. Bhakti Setya, S. Farm.


No. SIPA : 400/7694/1307/XI-26 No. SIPA : 446/7694/1307/XI-24

Saksi 2

Bhakti, S.K.M.
SIK / NIP : 092738465

31
PERTEMUAN KE-5
PEMUSNAHAN RESEP

A. Dasar Teori
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di apotek/instalasi farmasi dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Resep yang disimpan


selama minimal 5 tahun

Resep selain
Resep Narkotika
Narkotika

Dihitung jumlah
Ditimbang
lembarnya

Resep dihancurkan,lalu
ditimbun atau dibakar

Atau semua dibakar


dalam insinerator

Gambar 13. Alur Pemusnahan Resep

B. Tugas Kelompok
Lakukan inventarisasi untuk resep-resep yang telah disimpan minimal 5
tahun !!!

32
BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari ini Kamis tanggal sepuluh bulan Februari tahun dua ribu dua puluh dua
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, kami yang bertanda tangan di
bawah ini :

Nama Apoteker Penaggung Jawab : apt. Bhakti Setya, S. Farm.


Nomor SIPA : 446/7694/1307/XI-24
Nama Rumah Sakit : RSU BSI
Alamat Rumah Sakit : Jl. Gedongkuning No. 336, Yogyakarta

Dengan disaksikan oleh :


1. Nama : apt. Setya, S.Farm.
Nomor SIPA/ NIP : 400/7694/1307/XI-26
Jabatan : Apoteker
2. Nama : Bhakti, S.K.M.
Nomor SIK /NIP : 092738465
Jabatan : Sanitarian

Telah melakukan pemusnahan Resep pada Instalasi Farmasi RS BSI, yang telah melewati
batas waktu penyimpanan selama 5 (lima) tahun, yaitu :
Resep dari tanggal.1 Januari 2015 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015
Seberat 5 kg.
Resep Narkotik 200 lembar
Tempat dilakukan pemusnahan : Instalasi Farmasi RS BSI

Demikianlah berita acara ini kami buat dengan sesungguhnya dengan penuh tanggung
jawab.

Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4. Arsip di Instalasi Farmasi
Yogyakarta, 10 Februari 2022
Saksi 1 Yang Membuat Berita Acara

apt. Setya, S.Farm. apt. Bhakti Setya, S. Farm.


No. SIPA : 400/7694/1307/XI-26 No. SIPA : 446/7694/1307/XI-24

Saksi 2

Bhakti, S.K.M.
SIK / NIP : 092738465

33
PERTEMUAN KE-6
INTEPRETASI DATA KLINIK (IDK)

A. Dasar Teori
Intepretasi data klinik adalah memaknai hasil laboratorium pasien.
Pengentahuan tentang IDK bagi seorang ahli farmasi adalah sangat penting.
Beberapa tujuan dipelajari IDK bagi ahli farmasi adalah sebagai berikut :
1. Menilai ketepatan terapi
2. Penilaian efektifitas terapi
3. Mencegah dan mendeteksi reaksi obat yang tidak diinginkan
4. Menilai kepatuhan minum obat
B. Tugas Kelompok
Identifikasilah kesesuaian data klinik yang mendukung diagnosis pasien

Kasus 1 : Dengue Fever


Pasien pria, 30 tahun, demam sejak 2 hari yang lalu (38,5OC)

Pemeriksaan Darah Lengkap


Ukuran Hasil Nilai Rujukan Satuan
Eritrosit 5,0 4,4 - 5,6 x 106 (P) sel/mm3
3,8- 5,0x 106 (W)
Hemoglobin 11 3 – 18 (P) g/dL
12 – 16 (W)
Hematokrit 45 40 – 50 (P) %
35 – 45 (W)
MCV 82 80 – 100 fl
MCH 30 28– 34 pg/sel
MCHC 35 32 – 36 g/dl
Leukosit 2500 3200 – 10.000 sel/mm3
Neutrofil batang 0 0 – 12 %
Neutrofil segmen 36 36 – 73 %
Eosinofil 0 0–6 %
Basofil 0 0–2 %
Limfosit 55 15 - 45 %
Monosit 0 0 - 10 %
Laju Endap Darah 20 < 15 (P); < 20 (W) mm/1jam
Trombosit 100 170 – 380 x 103 sel/mm3

34
Kasus 2 : Anemia, ISK
Pasien wanita, 40 tahun, sudah 2 hari demam (37,6 OC), lemas dan pucat

Pemeriksaan Darah Lengkap


Ukuran Hasil Nilai Rujukan Satuan
Eritrosit 5 4,4 - 5,6 x 106 (P) sel/mm3
3,8- 5,0x 106 (W)
Hemoglobin 10 13 – 18 (P) g/dL
12 – 16 (W)
Hematokrit 33 40 – 50 (P) %
35 – 45 (W)
MCV 77 80 – 100 fl
MCH 26 28– 34 pg/sel
MCHC 30 32 – 36 g/dl
Leukosit 11.000 3200 – 10.000 sel/mm3
Neutrofil batang 14 0 – 12 %
Neutrofil segmen 74 36 – 73 %
Eosinofil 0 0–6 %
Basofil 0 0–2 %
Limfosit 15 15 - 45 %
Monosit 0 0 - 10 %
Laju Endap Darah 20 < 15 (P) ; < 20 (W) mm/1jam
Trombosit 250 170 – 380 x 103 sel/mm3

Urinalisis
Ukuran Hasil Nilai Rujukan Satuan
Warna urin Keruh Kekuning-kuningan,
kuning
pH urin 8 5,0 – 7,5
Berat jenis 1,0 1,001-1,035
Protein 0 0-terlacak (Tr) mg/dL
< 50 atau < 0,5
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Sedimen urin* 200 < 105 sel/mL
Pewarnaan Gram's negatif Negatif
* Bakteri

35
PERTEMUAN KE-7
PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES UNTUK KEADAAN DARURAT
(EMERGENCY KIT)

C. Dasar Teori
Obat Emergency darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atauuntuk resusitasi/life support,Pengetahuan
mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat
yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat,Obat-obat emergency atau
obat-obat yang dipakai pada gawat darurat adalah atrofin, efedrinn, ranitidin,
ketorolak, metoklorpamid, amonofilin, asam traneksamat, adrenalin,
kalmethason, furosemid, lidokain, gentamisin, oxitosin,methergin, serta
adrenalin,
Troli emergency adalah trolly yang khusus dibuat untuk keadaan darurat,
trolly ini dilengkapi dengan 3 buat laci yang berguna untuk menyimpan
berbagai peralatan yang digunakan saat dibutuhkan seperti gunting, klem,
kassa dll,Emergency Trolley ini juga dilengkapi dengan tiang infus dan tempat
untuk menaruh tabung oxygen ukuran kecil sehingga lebih mempermudah
dalam penangandan pasien yang membutuhkan perawatan,Dengan sistem
central lock yang menjamin keamanan peralatan didalam laci trolly tersebut,
dan terdapat 4 buah roda yang memudahkan trolly ini dipindahkan dari satu
ruangan ke ruangan lainnya,
Penyimpanan obat dan alat kesehatan emergensi harus memperhatikan
aspek kecepatan bila terjadi kegawatdaruratan dan aspek keamanan dalam
penyimpanannya, Obat dan alat kesehatan emergensi digunakan hanya pada
saat emergensi, Monitoring terhadap obat dan alat kesehatan emergensi
dilakukan secara berkala, Pemantauan dan penggantian obat emergensi yang
kedaluwarsa dan rusak secara tepat waktu,
Rumah sakit harus memiliki SPO pengelolaan obat dan alat kesehatan
emergensi yang berisi ketentuan:
1. Pengisian awal obat dan alat kesehatan emergensi ke dalam troli/kit
emergensi
2. Pemeliharaan stok obat dan alat kesehatan emergensi

36
3. Prosedur penggantian segera obat dan alat kesehatan emergensi yang
terpakai
4. Laporan penggunaan obat dan alat kesehatan emergensi Rumah Sakit
harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan troli/kit emergensi,
Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian, Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin
:
1. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kedaluwarsa
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain,
Mekanisme pengelolaan sediaan farmasi untuk keperluan darurat adalah
sebagai berikut :
1. Jenis dan jumlah persediaan untuk masing-masing item sediaan farmasi
emergensi ditetapkan oleh Tim Code Blue atau tim sejenis yang salah satu
anggota tim adalah apoteker,
2. Sediaan farmasi emergensi, harus disediakan untuk pengobatan gangguan
jantung, gangguan peredaran darah, reaksi alergi, konvulsi dan
bronkospasma,
3. Sediaan farmasi emergensi harus dapat diakes dan sampai ke pasien
dalam waktu kurang dari 5 menit,
4. Sediaan farmasi emergensi harus selalu tersedia, Tidak boleh ada sediaan
farmasi yang kosong,
5. Sediaan farmasi yang kosong/terpakai harus segera diajukan
permintaannya penggantinya kepada IFRS,
6. Persediaan sediaan farmasi emergensi harus diinspeksi oleh staf Instalasi
Farmasi secara rutin.

37
Gambar 10. Obat emergensi disusun rapi dalam troli, obat high alert tetap
dilokalisir

Gambar 11. Tas emergensi dilengkapi kunci pengaman disposable

38
Gambar 12. Kit emergensi dilengkapi kunci pengaman disposable

B. Tugas Kelompok
1. Bukalah tas emergency kit yang tersedia
2. Tentukan jumlah obat-obat emergency yang harus tersedia pada setiap
ruangan
3. Tuliskan indikasi dari masing-masing obat emergency berikut
4. Tuliskan waktu kadaluawarsa dari masing-masing obat

Tabel 4. Kartu Kendali Emergency Kit


No Nama Obat Satuan Jumlah Exp Date

39
PERTEMUAN KE-8
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP)

A. Dasar Teori
Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan/kedokteran yang hanya
untuk satu kali pakai, Berikut adalah beberapa contoh Bahan Medis Habis
Pakai:
1. Alat-alat pembalut
Alat pembalut adalah alat untuk membalut, menutupi sesuatu,
biasanya luka pada tubuh, Termasuk alat pembalut misalnya:
a. Plester
1) Sutures tape adalah plester yang digunakan untuk menutup luka
dikulit
2) Medicinal tape adalah plester obat, yaitu plester yang mengandung
obat, misal: salonpas
3) Surgical tape adalah plester yang digunakan dalam pembedahan
yang tidak meninggalkan residu atau apabila dilepaskan setelah
menempel tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menyebabkan
gatal-gatal serta alergi, Misal: micropore
b. Gaas (kasa)
1) Kasa steril atau kain kasa hidrofil steril, kegunaannya untuk
menutupi luka dan menghindari kontaminasi
2) Dressing (perban yang mempunyai ukuran pendek), kegunaannya
untuk penutup steril daerah insisi sebelum dilakukan operasi
(pembedahan)
3) Gaas yang mengandung obat, misal: daryantulle, sofratulle
c. Perban (pembalut)
1) Kasa hidrofil
Berupa gulungan kain kasa yang panjang dengan ukuran lebar
75cm dan panjang 42 yard, adapu;la yang berupa gulungan kecil
dengan ukuran 4×3, 4×4, 4×5, dst yang berarti panjangnya 4 yard
lebar masing-masing 3cm, 4cm, 5cm, dst.
2) Pembalut elastis (elastic bandage)
Misal: tensocrep

40
3) Pembalut yang mengandung obat
Misal: zincaband (pembalut yang mengandung pasta zinci)
4) Pembalut leher
Kegunaannya untuk menopang kepala dan membatasi gerak dari
tulang leher,
5) Pembalut gips
Sebelum pasien diberi pembalut gips, maka bagian tubuh tersebut
diberi lapisan kapas gips yang terbuat dari bahan non-woven yang
dikenal dengan nama velband, sofband,
6) Daryanet
Terutama digunakan dibagian tubuh yang sulit tanpa membutuhkan
plester perekat,
2. Catether
Catether adalah sebuah pipa kosong terbuat dari logam, gelas, karet,
plastik yang cara penggunaannya adalah untuk dimasukkan kkedalam
rongga tubuh melalui saluran,
a. IV catether
adalah catether yang dimasukkan ke dalam pembuluh vena kegunaan
sebagai vena tambahan (perpanjangan vena) untuk pengobatan iv
jangka lama yang lebih dari 48 jam, Perbedaan dengan wings needle
bila digunakan lebih dari 48 jam akan menimbukan thrombosis, karena
wings needle terbuat dari logam.
b. Non-IV catether
1) Nelaton catether
Adalah catether agar supaya dapat buang air kecil
2) Ballon catether/foley catether
Digunakan untuk pengambilan urin dalam sistem tertutup bebas
dari udara dan polusi sekitarnya, Biasanya dihubungkan dengan
suatu urinovolumeter dan suatu urin bag untuk keperluan
pemeriksaan klinis,
3) Stomach tube/maag slang/maag sonde
Digunakan untuk mengumpulkan getah lambung, untuk membilas,
Mencuci perut
4) Feeding tube

41
Digunakan untuk memasukkan cairan makanan melalui
mulut/hidung,
5) Rectal tube
Digunakan untuk mengeluarkan gas-gas dari usus, membersihkan
rectum, Biasanya ujung yang satu dimasukkan dalam anus dan
ujung yang lain dihubungkan dengan spuit gliserin
6) Suction catether
Digunakan untuk menyedot lender dari trachea bayi baru lahir,
untuk menyedot cairan amniotik,
7) Kondom catether
Digunakan untuk menghubungkan penis dengan urin bag melalui
ujurng tubenya, terutama pada pasien yang suka buang air kecil
dengan tidak sadar,
3. Jarum suntik
Jarum suntik (injection nedles) digunakan untuk menyuntik dan
tentunya setelah digabung dengan alat suntik (spuit/syringe)
a. Jarum suntik umum
Dalam perdagangan ukuran besar kecilnya jarum ditentukan dengan
nomor-nomor, makin besar nomor semakin kecil diameter jarum
suntiknya.
b. Jarum suntik spinal
Digunakan untuk lumbal punctie
c. Jarum suntik bersayap
Kegunaannya berlaku sebagai vena tambahan/perpanjangan vena dari
tubuh kita untuk pengobatan iv jangka lama atau terputus-putus,
4. Spuit / Alat semprit
Adalah alat untuk menyuntik (spuit/syringe), Terdiri dari 3 bagian, yaitu:
silinder berkala, tutup, tempat menempel jarum pada ujungnya dan piston
dengan pasangannya, Alat sempritnya ini terbuat dari gelas semua, gelas
dan metal, plastik semua, metal semua, Terdapat pula alat semprit khusus
untuk pemakaian khusus pula, antara lain: insulin syringe, khusus untuk
menyuntikkan insulin, kapasitas 1ml.
5. Jarum bedah

42
Jarum bedah disebut juga jaarum hecting (suture needle atau surgical
needle), Digunakan untuk menjahit luka, umumnya luka operasi, pada
umumnya terbuat dari logam (stainlees steel), Biasanya jarum-jarum bedah
dijual sendiri, lepas dari benang bedahnya, Tetapi sekarang banya dijual
jarum-jarum bedah berikut benang bedahnya dlam kemasan satu-satu,
Jarum yang demikian disebut altraumatic needle, karena tidak
menimbukan trauma, sebab benang bedah tersebut langsung dijepit
kedalam ujung jarum satunya lagi.
6. Benang bedah
Disebut juga suture, Menurut jenis bahannya benang bedah dibagi 2
golongan:
a. Yang diabsorbsi oleh tubuh
Misal: collagen (catgut chromic), polyglatin 910 (coated vicryl),
polyglycolic acid (dexon)
b. Yang tidak diabsorbsi tubuh
Misalnya: linen, sutera (silk/mersilk) polipropilen (proiene),
poliamid/nylon, polyester/polybutilate (mersilen), stainless steel.
7. Alat-alat untuk mengambil/memberikan cairan atau darah
a. Alat untuk mengambil darah dari donor disebut taking set/blood donor
set, Darah yang keluar melalui alat ini kemudian ditampung dalam botol
atau kantong penampung darah/blood bag.
b. Alat untuk memberikan darah pasien/blood administrasion set,
Untuk memberikan darah dalam jumlah kecil pada bayi, Terumo
memproduksi volumetric blood administrasionset dengan adanya
volumetric chamber, Adapula alat yang disebut Adapula alat yang
disebut y-type administrasion set, yang bisa digunakan sekaligus atau
bergantian memberikan 2 macam cairan.
c. Alat untuk memberikan cairan infus
Terumo memberikan nama solution administrasion set (soluset),
Bedanya dengan Blood Administrasion set adalah bahwa soluset tidak
berfilter, Pabrik JMS Jepang memberi istilah infusion set.
B. Tugas Kelompok
Identifikasi nama dan kegunaan dari masing-masing BMHP berikut.

43
Nama BMHP dan
No Gambar
Fungsi

44
4

45
7

46
10

11

12

47
13

14

48
15

49
16

17

50
18 .

19

51
20

21

52
22

23

53
24

25

54
26

27

28

55
29

56
PERTEMUAN KE-9
PELAYANAN RESEP UNIT DOSE DISPENSING

A. Dasar Teori
Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP secara unit dose adalah
penyiapan sediaan farmasi dan BMHP yang dikemas dalam satu
kantong/wadah untuk satu kali penggunaan obat (dosis), sehingga siap untuk
diberikan ke pasien (ready to administer). Obat yang sudah dikemas per dosis
tersebut dapat disimpan di lemari obat pasien di ruang rawat untuk persediaan
tidak lebih dari 24 jam.

Gambar 14. Troley untuk penyimpanan paket UDD, bisa didorong menuju
ruangan pasien

Kelebihan sistem UDD antara lain :


1. Mengurangi terjadinya medication error (ME).
2. Pasien mendapat pelayanan farmasi yang baik.
3. Menurunkan total biaya pengobatan karena hanya membayar
pengobatan yang digunakan saja.
4. Mengefisienkan tenaga perawat dalam asuhan keperawatan, karena
perawat lebih banyak merawat pasien.
5. Menghindari duplikasi permintaan obat ke bagian farmasi.
6. Mengurangi kesalahan penggunaan obat, karena adanya pemeriksaan
ganda oleh tenaga farmasi.

57
7. Menghindari adanya kemungkinan terjadinya pencurian dan terbuangnya
obat.
8. Meningkatkan peranan dan pengawasan farmasi di rumah sakit, mulai
dari fase peresepan sampai pemberian obat.
Kekurangan sistem UDD antara lain :
1. Frekuensi pengiriman lebih rendah dari teorinya, misalnya seharusnya
sampai 9x per hari berdasarkan waktu minum obat pasien, namun pada
kenyataannya pengiriman diringkas untuk ditempatkan di keranjang
bangsal
2. Kebutuhan pasien akan obat yang bersigna PRN, tidak diberikan terlebih
dahulu, namun tergantung oleh kondisi pasien, dan dosis awalnya tidak
disampaikan secara jelas kepada pasien, sehingga hal ini dapat
meningkatkan kelalaian
3. Tidak semua dosis dikeluarkan dalam paket dosis satuan yang benar.
Misalnya bentuk sediaan injeksi, salep, tetes mata dan cairan oral lebih
susah dilakukan dalam pengukuran dan pengemasannya
4. Membutuhkan tenaga farmasi yang lebih banyak.
5. Membutuhkan ruang khusus untuk penyimpanan obat.
6. Membutuhkan peralatan khusus dalam pengemasan obat
B. Contoh Penyiapan UDD
Secara umum penyiapan paket UDD dilakukan untuk 24 jam ke depan setelah
pasien mendapat obat setelah admisi. Jam penyiapan antar rumah sakit
berbeda-beda, tetapi secara umum jam pemberian UDD adalah sebagai
berikut :
1. Paket Pagi (warna Kemasan hijau)
Waktu pemberian untuk obat yang diminum antara pukul 04.00 – 10.00
2. Paket Siang (warna kemasan biru)
Waktu pemberian untuk obat yang diminum antara pukul 10.00 – 14.00
3. Paket sore (warna kemasan merah muda)
Waktu pemberian untuk obat yang diminum antara pukul 14.00 – 18.30
4. Paket malam (warna kemasan kuning)
Waktu pemberian untuk obat yang diminum antara pukul 18.30 – 04.00

58
Lembar Penyiapan Obat UDD Pasien Rawat Inap RS Bhakti Setya

Nama : Ny. Fatimah Diagnosis : DM (Hiperglikemia), HTN, PJK


No. RM : 123456 Ruang Rawat : Anggrek 1
Usia : 35 tahun DPJP : dr. Vivian, Sp.Pd.
Jenis Kelamin : Perempuan BB : 60 kg Alergi Obat :-
Alamat : Jl. Bimasakti, No 01. Yogyakarta Tanggal Masuk : 02 Juli 2021 Pukul : 10.00 WIB

Nama Obat
Penyiapan paket obat untuk tanggal

No 02 Juli 2021 03 Juli 2021 04 Juli 2021 05 Juli 2021

Waktu Pemberian
Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma

Glimepiride 2 mg
1 
1 x sehari 1 tab (pagi)
Metformin 500 mg
2    
3 x sehari 1 tab
Lisinopril 10 mg
3  
2 x sehari 1 tab (ac)
Simvastatin 10 mg
4 
1 x sehari 1 tab (malam)
Miniaspi
5 
1x sehari 1 tab (pagi)

Penyiapan dilakukan untuk 24 jam ke depan

59
Penyiapan Kemasan dan Etiket Obat UDD

Waktu pemberian : 02-07-2021 Siang, BIRU

Waktu pemberian : 02-07-2021 Sore, MERAH MUDA

Waktu Pemberian : 02-07-2021 Malam, KUNING

60
Waktu Pemberian : 03-07-2021 Pagi, HIJAU

Waktu pemberian : 03-07-2021 Siang, BIRU

61
C. Tugas Individu
Lembar Penyiapan Obat UDD Pasien Rawat Inap RS Bhakti Setya

Nama : Tn. Faisal Diagnosis : ISPA


No. RM : 131343 Ruang Rawat : Anggrek 2
Usia : 50 tahun DPJP : dr. Vivian, Sp.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-laki BB : 60 kg Alergi Obat : Amoksisilin
Alamat : Jl. Bimasakti, No 02. Yogyakarta Tanggal Masuk : 03 Juli 2021 Pukul : 15.00 WIB

Nama Obat
Penyiapan paket obat untuk tanggal

No

Waktu Pemberian
Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma

Azitromycin 500 mg
1
1 x sehari 1 kapsul
N-asetil Sistein
2
3 x sehari 1 kapsul
Parasetamol 500 mg
3
4 x sehari 1 tablet
Vitamin C 500 mg
4
1x sehari 1 tablet
Gliquidone 30 mg
5
2 x sehari 1 tablet

Penyiapan dilakukan untuk 24 jam ke depan

62
Lembar Penyiapan Obat UDD Pasien Rawat Inap RS Bhakti Setya

Nama : Tn. Bejo Diagnosis : PJK, HTN, DM


No. RM : 131343 Ruang Rawat : Anggrek 3
Usia : 50 tahun DPJP : dr. Vivian, Sp.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-laki BB : 70 kg Alergi Obat : Amoksisilin
Alamat : Jl. Bimasakti, No 03. Yogyakarta Tanggal Masuk : 03 Juli 2021 Pukul : 09.00 WIB

Nama Obat
Penyiapan paket obat untuk tanggal

No

Waktu Pemberian
Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma Pa Si So Ma

ISDN 10 mg
1
3 x sehari 1 tab
Candesartan 8 mg
2
1 x sehari 1 tab (malam)
Glimepiride 1 mg
3
1 x sehari 1 tab (pagi)
Asam Folat 400 mcg
4
1 x sehari 1 tab (siang)
Clopidogrel 75 mg
5
1 x sehari 1 tab (pagi)

Penyiapan dilakukan untuk 24 jam ke depan

63
PERTEMUAN KE-10
MENGUKUR KADAR GLUKOSA DARAH, ASAM URAT DAN
KOLESTEROL

A. Dasar Teori
Kompetensi ahli farmasi dalam melakukan pengukuran glukosa darah,
asam urat dan kolesterol adalah bukan untuk mendiagnosis. Tujuan
dilakukannya pengukuran tersebut antara lain untuk memantau efektifitas
terapi yang diberikan yang selanjutnya dikomunikasikan dengan dokter terkait
terapi yang diberikan. Selain itu, pengukuran parameter tersebut adalah untuk
memantau kepatuhan pasien dalam menggunakan obat karena pada penyakit
kronis seperti diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan hiperuresemia
seringkali ditemukan ketidakpatuhan minum obat. Pelayanan seperti ini dapat
dilakukan di fasyankes maupun dilakukan secara homecare.

Tabel . 6. Rentang Normal Pemeriksaan


No Parameter Rentang Normal
1 Glukosa Darah
Glukosa Darah Puasa (≥ 7 tahun) 70 -100 mg/dl
Glukosa Darah 2 jam PP < 140 mg/dl
Glukosa Darah Sewaktu < 200 mg/dl
Glukosa darah sebelum tidur 100 -140 mg/dl
2 Asam Urat
 Wanita dewasa 2,4–6,0 mg/dl
 Pria dewasa  3,1–7,0 mg/dL
3 Kolesterol 
 Kolesterol Total  > 200 mg/dl
 LDL  < 100 mg/dl
 100 -129 mg/dl
 HDL  > 60 mg/ dl
 Trigliserida  < 150 mg/dl

B. Tugas Kelompok
Lakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, asam urat dan kolesterol kepada
teman satu kelompok. Apabila memungkinkan diharuskan puasa 10-12 jam.

64
PERTEMUAN KE-11
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. Dasar Teori
Bagi ahli farmasi, pengukuran tekanan darah pasien ditujukan untuk
memantau efektifitas terapi dan pemantauan kepatuhan terapi obat. Hal-hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengukuran tekanan darah, antara
lain :
1. Menggunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien, jangan
teralu kesempitan karena dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran.
2. Mengukur tekanan darah saat kondisi tubuh rileks dan nyaman.

a. Pasien diminta menghindari konsumsi kopi atau teh, aktivitas berat,


olahraga atau merokok setengah jam sebelum pengukuran.
b. Memilih tempat pengukuran yang tenang dan tidak terganggu bising
c. Memberikan waktu tunggu minimal 5 menit kepada pasien agar
merasa nyaman, kemudian dilakukan lakukan pengukuran
d. Pasien diminta duduk dengan kaki yang menapak pada lantai, tidak
menggantung dan kaki tidak disilangkan
e. Lengan tangan pasien bebas dari pakaian, posisi lengan setinggi
jantung, punggung dan lengan tangan bersandar di meja/kursi, tidak
menggantung.
3. Pengukuran tekanan darah dilakukan 2x dengan memberikan jeda 1
menit sebelum pengukuran selanjutnya
4. Pengukuran akan lebih baik jika dapa dilakukan pada waktu yang sama,
misalnya setelah bangun tidur.
5. Hasil pengukuran dapat didokumentasikan sehingga dapat diberikan ke
pasien sebagai bahan konsultasi ke dokter saat kontrol rutin.
Menurut peraturan perundang-undangan tentang alat yang digunakan
untuk pengukuran tekanan darah adalah alat yang bebas dari air raksa.
Sekarang, alat pengukuran tekanan darah digital sudah lazim digunakan di
fasyankes. Meskipun lebih mudah, alat tensi digital juga memiliki kelemahan.
Terkadang alat tensi manual juga digunakan sebagai pembanding pengukran
dengan alat digital.
Tabel 1. klasifikasi hipertensi menurut JNC 7

65
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stage 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Stage 2 >160 >100

Jenis alat yang digunakan unuk mengukur tekanan darah :


1. Tensimeter air raksa
Alat tensimeter ini memerlukan stetoskop untuk mendengar munculnya
bunyi suara tekanan darah sistolik (tekanan darah batas atas) dan
diastolik (tekanan darah batas bawah)
Kelebihannya :
a. Merupakan standard untuk pemeriksaan tekanan darah
b. Hasil yang didapat akurat
c. Tahan lama
Kekurangan :
a. Memerlukan tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaan
b. Dapat terkontaminasi logam berat,jika air raksanya bocor atau pecah.

2. Tensimeter digital
Alat kesehatan untuk mengukur tekanan darah yang bekeja secara digital
(Otomatis)
Kelebihannya:
a. Aman,karena tidak menggunakan air raksa.
b. Praktis,hasil pengukuran langsung nampak pada layar.
c. Multifitur
Kekurangannya adalah tingkat akurasi pengukuran lebih rendah daripada
tensimeter raksa.

B. Tugas Kelompok
Lakukan pengukuran tekanan darah kepada teman satu kelompok
menggunakan berbagai alat tensimeter.

66

Anda mungkin juga menyukai