Disusun Oleh:
1. Faiz Amirul Rozab
2. Gita Monika Ray
3. Anggi Tressya
4. Kailla Inasrifa Pp
5. Annisya Sri Rahayu
6. Oktafyansyah Rk
7. Amanda Dwi Lestari
8. Lutvi Aprian
XI FARMASI 1
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
1. Definisi PIO................................................................................................ 3
2. Tujuan PIO.................................................................................................. 3
3. Sumber Informasi Obat............................................................................... 4
4. Komponen Informasi Obat.......................................................................... 5
5. Cara Penggunaan Obat................................................................................ 5
6. Kandungan Obat Supositoria...................................................................... 7
7. Ragam Jenis Suppositoria........................................................................... 8
8. Obat Yang Ditempel Dikulit (Transdermal)............................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Temuan dan terobosan baru di bidang obat telah memberikan
kontribusi yang besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, antara lain
dengan mengurangi tingkat morbiditas dan menyelamatkan pasien. Tetapi di
lain pihak, obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila
penggunaannya tidak tepat (Anonim, 2000). Penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menyebabkan terjadinya medication error (Hartono, 2007).
Dianjurkan agar pada proses penyerahan obat kepada pasien, selalu
disertai dengan informasi tambahan mengenai peringatan atau hal-hal yang
harus diperhatikan saat menggunakan obat. Beberapa contoh informasi
tersebut diuraikan pada lampiran ini dengan penomoran tertentu yang dapat
dijadikan acuan dalam memberikan informasi obat. Jika diperlukan, apoteker
dapat memberi konseling kepada pasien.
Konseling diberikan sesuai umur, pengalaman, latar belakang dan
pemahaman masing-masing pasien. Apoteker harus bisa memastikan bahwa
pasien memahami cara meminum atau menggunakan obat. Harus dijelaskan
misalnya beberapa akibat dari obat terhadap kemampuan memusatkan
perhatian/ konsentrasi saat mengemudi atau bekerja, beberapa makanan atau
obat yang dihindari, dan juga perlu dijelaskan apa saja yang harus dilakukan
jika terdapat dosis yang terlupa. Berbagai hal lain, seperti kemungkinan
timbulnya noda pada pakaian atau kulit yang disebabkan oleh obat juga perlu
dijelaskan.
Untuk beberapa sediaan obat ada kebutuhan khusus untuk dilakukan
konseling, seperti waktu minum obat atau cara pemberian obat yang khusus
atau interaksi yang dapat terjadi dengan makanan atau obat lain. Jika dirasa
perlu, dapat dilakukan konseling.
Obat diberikan dalam kemasan asli yang disertai brosur informasi obat
untuk diketahui pasien. Label 10 bisa digunakan bila memang sesuai. Brosur-
1
brosur mengenai cara penggunaan sediaan seperti tetes mata, salep mata,
inhaler, dan supositoria juga tersedia dalam kemasan.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi PIO
2. Tujuan PIO
3. Sumber Informasi Obat
4. Komponen Informasi Obat
5. Cara Penggunaan Obat
6. Kandungan Obat Supositoria
7. Ragam Jenis Suppositoria
8. Obat Yang Ditempel Dikulit (Transdermal)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi PIO
Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, komprehensif, serta terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat
maupun pihak yang memerlukan (Anonim, 2006). Unit ini dituntut untuk
dapat menjadi sumber terpercaya bagi para pengelola dan pengguna obat,
sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan lebih mantap (Juliantini
dan Widayanti, 1996).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit, Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak
bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien. Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan,
pengkajian, pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan,
peringkasan, pendistribusian, penyebaran serta penyampaian informasi tentang
obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata dan
yang mungkin(Siregar, 2004). Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat
meliputi.
1. Mandiri (bebas dari segala bentuk keterikatan)
2. Objektif (sesuai dengan kebutuhan)
3. Seimbang.
4. Ilmiah
5. Berorientasi kepada pasien dan pro aktif
B. Tujuan PIO
1. Informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
3
2. Informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat/sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
terutama bagi Panitia Farmasi dan Terapi.
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional
4
penelitian kefarmasian.
c. Pustaka tersier
Berupa buku teks atau database, kajian artikel, kompendia dan
pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi
yang berisi materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami.
Menurut undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menyatakan bahwa Standar profesi adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara
baik.
5
Ada banyak sekali jenis obat yang diberikan kepada pasien melalui
suppositoria. Dokter biasanya meresepkannya kepada pasien yang
memiliki kondisi di bawah ini.
Tidak mampu menelan obat dengan alasan apa pun.Selalu muntah
dan tidak mampu menahan pil atau cairan dalam perutnya.Mengalami
kejang sehingga tidak dapat mengonsumsi obat secara oral (melalui
mulut).Memiliki penyumbatan yang menghambat atau menghentikan
pergerakan obat dalam saluran pencernaan.
Dokter juga dapat meresepkan suppositoria bila pasien tidak tahan
dengan rasa obat, obat terlalu cepat terurai dalam usus, atau obat bisa
hancur dalam saluran pencernaan. Pada kasus seperti ini, dibutuhkan jalur
pemberian obat yang lebih efektif.
Review and Research menunjukkan manfaat lain. Pemberian obat
melalui rektum rupanya juga memberikan lingkungan yang stabil bagi
obat yang perlu Anda gunakan.
Ini berarti proses penyerapan obat tidak akan terganggu oleh
faktor-faktor lain, seperti adanya asam lambung, penyumbatan pada
saluran pencernaan, atau permukaan jaringan. Dengan begitu, obat yang
Anda gunakan dapat bekerja secara optimal.
2. Ragam jenis suppositoria
Berdasarkan jalur masuknya, obat ini terbagi ke dalam tiga
kategori di bawah ini.
a. Suppositoria rektal
Suppositoria rektal masuk ke tubuh Anda melalui anus atau rektum.
Obat ini memiliki panjang 2,5 sentimeter dengan ujung yang
membulat. Dokter biasanya meresepkannya untuk mengatasi gangguan
pencernaan dan kondisi medis seperti: sembelit, ambeien (wasir),mual,
mabuk perjalanan,gatal dan nyeri,kejang,reaksi alergi, sertamasalah
kejiwaan seperti skizofrenia, gangguan kecemasan, dan gangguan
bipolar
b. Suppositoria vagina
6
Suppositoria vagina merupakan obat padat berbentuk lonjong yang
dimasukkan melalui vagina. Obat ini umumnya dilengkapi dengan alat
khusus yang membantu Anda untuk menggunakannya. Dokter dapat
meresepkan obat ini kepada pasien yang mengalami: vagina kering,
infeksi bakteri vagina, dan infeksi jamur vagina.
c. Suppositoria uretra
Uretra merupakan saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih
ke luar tubuh. Suppositoria uretra mengandung obat yang disebut
alprostadil. Obat ini berukuran sebesar beras dan diperuntukkan bagi
laki- laki dengan gangguan ereksi yang langka. Cara menggunakan
suppositoria Penggunaan obat melalui jalur rektum, vagina, dan uretra
pada dasarnya cukup mudah. Simak langkah-langkah yang perlu Anda
lakukan di bawah ini.
7
Dokter juga dapat meresepkan suppositoria bila pasien tidak tahan
dengan rasa obat, obat terlalu cepat terurai dalam usus, atau obat bisa hancur
dalam saluran pencernaan. Pada kasus seperti ini, dibutuhkan jalur pemberian
obat yang lebih efektif.
Selain itu, sebuah studi dalam International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research menunjukkan manfaat lain. Pemberian obat
melalui rektum rupanya juga memberikan lingkungan yang stabil bagi obat
yang perlu Anda gunakan. Ini berarti proses penyerapan obat tidak akan
terganggu oleh faktor-faktor lain, seperti adanya asam lambung, penyumbatan
pada saluran pencernaan, atau permukaan jaringan. Dengan begitu, obat yang
Anda gunakan dapat bekerja secara optimal.
8
kemih ke luar tubuh. Suppositoria uretra mengandung obat yang disebut
alprostadil. Obat ini berukuran sebesar beras dan diperuntukkan bagi laki-
laki dengan gangguan ereksi yang langka.
Cara menggunakan suppositoriaPenggunaan obat melalui jalur
rektum, vagina, dan uretra pada dasarnya cukup mudah. Simak langkah-
langkah yang perlu Anda lakukan di bawah ini.
a. Rektal
Bila memungkinkan, kosongkan organ usus besar Anda terlebih
dulu dengan melakukan buang air besar. Obat yang masuk lewat rektum
akan bekerja dengan lebih baik bila saluran pencernaan bersih dan kosong.
Setelah itu, ikuti langkah-langkah berikut.
Cuci tangan Anda dengan air hangat dan sabun.Buka bungkus
suppositoria. Lalu, oleskan pelumas berbahan air pada bagian ujungnya
atau celupkan obat ini ke dalam air.Cari posisi yang nyaman. Anda bisa
berdiri dengan menyangga satu kaki di atas kursi atau berbaring miring
dengan satu kaki menekuk ke perut.Lebarkan kaki Anda secara perlahan.
Dengan hati-hati, masukkan obat ke dalam anus dan tekan kira- kira
sedalam 2,5 sentimeter ke dalam.Rapatkan kembali kaki Anda dan
tunggulah selama 15 menit hingga obat larut.Cuci kembali tangan Anda
dengan air hangat dan sabun.
b. Vaginal
Berikut langkah-langkah penggunaan suppositoria vagina.
Cuci tangan Anda dengan air hangat dan sabun.Buka bungkus
obat, lalu pasangkan ke aplikator.Cari posisi yang nyaman. Anda dapat
berbaring dengan menekuk lutut ke arah dada maupun
berjongkok.Masukkan aplikator ke dalam vagina Anda secara perlahan-
lahan. Tekan sejauh mungkin tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman atau
nyeri pada vagina.Tekan pendorong pada ujung aplikator agar obat
terlepas. Setelah itu, keluarkan aplikator secara perlahan.Berbaringlah
selama sekitar 10 menit hingga obat larut.Cuci kembali tangan Anda
dengan air hangat dan sabun.
9
c. Uretral
Sebelum menggunakan suppositoria uretra, Anda sebaiknya
mengosongkan kandung kemih terlebih dulu dengan buang air kecil.
Setelah itu, lakukan langkah- langkah berikut ini.
Cuci tangan Anda dengan air hangat dan sabun.Buka bungkus obat
dan penutup aplikator.Regangkan penis Anda sepenuhnya untuk membuka
uretra, lalu masukkan aplikator ke dalam lubang di ujungnya.Tekan
tombol pada ujung aplikator dan tahan selama 5 detik.Gerakkan aplikator
secara perlahan untuk memastikan bahwa suppositoria sudah memasuki
uretra. Setelah itu, keluarkan aplikator.Pijat penis Anda selama 10 – 15
detik untuk membantu penyerapan obat.Cuci kembali tangan Anda dengan
air hangat dan sabun.
10
jumlah obat yang dikirim berbeda dari patch ke patch.
11
n. Efek samping dari obat sedikit
o. Interaksi antar obat Kerugian obat transdermal
p. Mahal
q. Dapat menimbulkan iritasi lokal pada kulit
r. Keterbatasan karena luas dari permukaan obat transdermal
s. Hanya obat lipofilik yang dapat menembus jaringan kulit
t. Keterbatasan dosis hanya mencapai 5 mg atau kurang dalam sehari
u. Obat transdermal tidak bisa untuk memberikan obat dengan karakter
ionik
v. Pasien tidak dapat nyaman dengan mempersembahkan obat yang
ditempel pada kulit
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PIO adalah suatu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini baik kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya, dan kepada pasien.
Sumber informasi obat mencakup dokumen, fasilitas, lembaga, dan
manusia. Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, terdiri atas
makalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan farmakope. Pustaka dibagi
menjadi:
1. Pustaka Primer
2. Pustaka Sekunder
3. Pustaka Tersier
Beberapa cara penggunaan obat yaitu bisa dengan oral dan inhaler.
Penggunaan obat oral menjadi alternatif paling aman dan mudah. Sedangkan
obat inhaler mempermudah jalannya obat untuk menuju langsung ke tempat
rasa sakit dan mempercepat efek terapeutik nya.
B. Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa
membaca dan memahaminya, serta membuat makalah ini menjadi referensi
para pembaca dalam mengetahui dan memahami tentang pelayanan informasi
obat. Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik
untuk selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://rsud.padangpanjang.go.id/halaman/pelayanan-informasi-
obat#:~:text=Pelayanan%20Informasi%20Obat%20(PIO)%20
adalah,terjadinya%20efek%20samping%20dari%20obat
https://www.scribd.com/document/370241847/Definisi-PIO
14