Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MATA KULIAH

PERUNDANG – UNDANGAN DAN ETIKA FARMASI


Dosen : Ni Made Karlina Sumiari Tangkas, S.ST.,MH

PELAYANAN FARMASI DI LINGKUP INTERNASIONAL DAN ATURAN DARI WHO


TERKAIT OBAT OBATAN

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Luh Ade Dian Maertines 20089016005
Putu Merta Yasa 20089016009
I Made Surya Widia Negara 20089016014
Komang Wisnu Satria Pranata 20089016019
Zulfan Akhsani Taqwim 20089016020
Made Edi Putra Darsika 20089016024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PELAYANAN FARMASI DI LINGKUP
INTERNASIONAL DAN ATURAN DARI WHO TERKAIT OBAT OBATAN”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfat untuk
pembangunan ilmu pengetahuan bagi semua pembaca.

Singaraja, 2 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………… 1
Bab II Pembahasan/Kajian teori………………………………………………………..2
2.1 Kajian Teori…………………………………………………………………2
A. Disiplin Farmasi………………………………………..……………………2
B. Profesi dalam farmasi……………………………..…………………………2
C. Jenis Area Praktik farmasi……………………………….………………… 3
D. Peraturan Dari WHO Terkait Obat Obatan…………………….……………10
Bab III Penutup…………………………………………………………………………19
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………19
3.2 Saran ……..…………………………………………………………………19
Daftar Pustaka………………………………………………………………… 20

iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Farmasi adlah ilmu yang sangat luas, mencakup berbagai disiplin serta berbagai profesi
didalamnya. Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
(selanjutnya disebut PEPRES SKN) bahwa “upaya pengelolaan sediaan farmasi ditujukan untuk
menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial,
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat
yang rasional; serta upaya kemandirian dibidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya
dalam negeri”.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggungjawab yang memiliki keahlian serta kewenangan serta izin. Tenaga kefarmasian
bertanggung jawab dalam mensukseskan pembangunan kesehatan melalui penyelenggaraan sedian
farmasi secara profesional. Tenaga kefarmasian memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat terkait pelayanan kefarmasian. Di Rumah Sakit, tenaga kefarmasian
melakukan pekerjaan kefarmasian yang lebih kompleks dibandingkan pelayanan di apotek maupun
industri farmasi. Pelayanan yang lebih kompleks dikarenakan jumlah pasien yang lebih banyak.
Selain aturan di dalam negeri, ada beberapa aturan hukum internasional khususnya produk
dari WHO menjadi landasan dari proses pelayanan kefarmasian. Hal ini akan memberikan pandangan
secara luas khususnya dunia internasional melihat proses layanan kefarmasian tersebut. Berikut akan
kami ulas beberapa hal terkaait pelayanan keframasian menurut dunia internasional dan WHO.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Apa yang menjadi disiplin ilmu, profesi dalam farmasi?
2. Apa yang menjadi jenis area praktek farmasi?
3. Bagaimana Aturan-aturan WHO terkait obat-obatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam pembuatan paper ini yaitu agar kita mahasiswa sebagai mahasiswa farmasi
mampu mengetahui proses pelayanan farmasi dilingkup internasional dan aturan dari WHO
terkait obat-obatan.

1
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
A. Disiplin bidang farmasi
Bidang farmasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga disiplin, yaitu:
1. Ilmu farmasi

2. Obat Kimia dan Farmakognosi

3. Pharmacy Practice
Batas-batas antara disiplin dan dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti biokimia, tidak selalu yang
jelas. Seringkali, tim kolaboratif dari berbagai disiplin ilmu (apoteker dan ilmuwan lainnya)
bekerja bersama menuju pengenalan terapi baru dan metode untuk perawatan pasien. Namun,
farmasi bukanlah ilmu dasar atau biomedis dalam bentuk yang khas. kimia obat juga merupakan
cabang yang berbeda dari sintetik kimia menggabungkan farmakologi, kimia organik, dan kimia
biologi.
Farmakologi kadang-kadang dianggap sebagai disiplin farmasi. Meskipun farmakologi sangat
penting untuk mempelajari farmasi, tidak spesifik ke apotek. disiplin yang distinct merupakan
Those yang ingin berlatih baik apotek (pasien oriented) dan farmakologi (ilmu biomedis
memerlukan metode ilmiah) menerima pelatihan dan derajat terpisah yang unik baik disiplin.
Pharmacoinformatics dianggap disiplin baru lain, untuk penemuan obat sistematis dan
pengembangan dengan efisiensi dan keamanan.

B. Profesi dalam Farmasi


1. Apoteker
Apoteker diwakili secara internasional oleh Farmasi Federasi Internasional (FIP). Mereka
diwakili di tingkat nasional oleh organisasi profesi seperti Royal Pharmaceutical Society di
Inggris, Pharmaceutical Society of Australia (PSA),
Kanada Apoteker Association (CPhA), dan Asosiasi Amerika Apoteker (APhA), Lihat juga:
Daftar asosiasi farmasi. Dalam beberapa kasus, badan perwakilan juga tubuh mendaftar, yang
bertanggung jawab untuk regulasi dan etika profesi.
Di Amerika Serikat, spesialisasi dalam praktik farmasi diakui oleh Dewan Farmasi Spesialisasi
termasuk: kardiovaskular, penyakit menular, onkologi, farmakoterapi, nuklir, gizi, dan psikiatri
Komisi untuk Sertifikasi di Geriatric Farmasi menyatakan apoteker dalam praktik farmasi
geriatri. The American Board of Applied Toxicology menyatakan apoteker dan profesional

2
medis lainnya dalam toksikologi diterapkan.

2. Farmasi teknis
Teknisi farmasi mendukung pekerjaan apoteker dan profesional kesehatan lainnya dengan
melakukan berbagai apotek terkait fungsi, termasuk meracik obat resep dan alat kesehatan
lainnya kepada pasien dan menginstruksikan pada penggunaannya. Mereka juga dapat
melakukan tugas-tugas administratif dalam praktek farmasi, seperti meninjau permintaan resep
dengan kantor medis dan perusahaan asuransi untuk memastikan obat yang benar diberikan dan
pembayaran diterima.
Sebuah Teknisi Farmasi di Inggris dianggap sebagai perawatan kesehatan profesional dan sering
tidak bekerja di bawah pengawasan langsung seorang apoteker (jika digunakan dalam farmasi
rumah sakit) tetapi diawasi dan dikelola oleh teknisi farmasi senior lainnya. Di Inggris peran
PHT telah tumbuh dan tanggung jawab telah diteruskan kepada mereka untuk mengelola
departemen farmasi dan daerah khusus dalam praktik farmasi memungkinkan apoteker waktu
untuk mengkhususkan diri dalam bidang ahli mereka sebagai konsultan obat menghabiskan
lebih banyak waktu bekerja dengan pasien dan di penelitian. Seorang teknisi farmasi sekali
memenuhi syarat harus mendaftar sebagai profesional di Farmasi Dewan Umum (GPhC)
mendaftar. The GPhC adalah badan untuk farmasi profesional perawatan kesehatan dan ini
adalah yang mengatur praktek apoteker dan teknisi farmasi.Di AS, farmasi teknisi melakukan
tugas mereka di bawah pengawasan apoteker. Meskipun mereka dapat melakukan, di bawah
pengawasan, paling dispensing, peracikan dan tugas-tugas lainnya, mereka umumnya tidak
diperbolehkan untuk melakukan peran pasien konseling tentang penggunaan yang tepat dari
obat mereka

C. Jenis daerah Pratik farmasi


Apoteker berlatih dalam berbagai bidang termasuk apotek masyarakat, rumah sakit, klinik,
fasilitas perawatan diperpanjang, rumah sakit jiwa, dan badan pengatur. Apoteker dapat
mengkhususkan dalam berbagai bidang praktek termasuk namun tidak terbatas pada: hematologi
/ onkologi, penyakit menular, perawatan rawat jalan, dukungan nutrisi, informasi obat, perawatan
kritis, pediatri, dan lain-lain.
a. Farmasi Komunitas
Sebuah apotek (umumnya ahli kimia di Australia, Selandia Baru dan Inggris, atau toko obat di
Amerika Utara; ritel farmasi dalam terminologi industri, atau Apothecary, historis) adalah tempat

3
di mana yang paling apoteker berlatih profesi farmasi. Ini adalah apotek masyarakat di mana
dikotomi profesi ada-kesehatan profesional yang juga pengecer.
Apotek masyarakat biasanya terdiri dari toko ritel dengan sebuah apotik di mana obat yang
disimpan dan dikeluarkan. Menurut Sharif Kaf al-Ghazal, pembukaan toko obat pertama dicatat
oleh apoteker Muslim di Baghdad pada 754.
Di kebanyakan negara, apotek tunduk pada undang-undang farmasi; dengan persyaratan untuk
kondisi penyimpanan, teks wajib, peralatan, dll, yang ditentukan dalam undang-undang. Di mana
itu sekali kasus yang apoteker tinggal dalam peracikan apotek / meracik obat, telah ada
kecenderungan meningkat terhadap penggunaan teknisi farmasi dilatih sementara apoteker
menghabiskan lebih banyak waktu berkomunikasi dengan pasien. teknisi farmasi sekarang lebih
tergantung pada otomatisasi untuk membantu mereka dalam peran baru mereka berurusan dengan
resep pasien dan isu-isu keselamatan pasien.
Apotek biasanya diminta untuk memiliki apoteker yang bertugas setiap saat ketika terbuka. Hal
ini juga sering persyaratan bahwa pemilik apotek harus seorang apoteker yang terdaftar,
meskipun hal ini tidak terjadi di semua wilayah hukum, sehingga banyak pengecer (termasuk
supermarket dan merchandiser massa) sekarang termasuk apotek sebagai departemen store
mereka.
Demikian juga, banyak apotek yang sekarang agak toko kelontong seperti dalam desain mereka.
Selain obat-obatan dan resep, banyak sekarang menjual susunan beragam item tambahan seperti
kosmetik, shampoo, perlengkapan kantor, permen, makanan ringan, peralatan medis yang tahan
lama, kartu ucapan, dan menyediakan layanan pemrosesan foto.
b. Farmasi Rumah Sakit
Apotek di rumah sakit sangat berbeda dari apotek masyarakat. Beberapa apoteker di apotek
rumah sakit mungkin memiliki masalah manajemen pengobatan klinis yang lebih kompleks
sedangkan apoteker di apotek masyarakat sering memiliki bisnis dan hubungan pelanggan yang
lebih kompleks masalah.
Karena kompleksitas obat termasuk indikasi tertentu, efektivitas regimen pengobatan, keamanan
obat (yaitu, interaksi obat) dan masalah kepatuhan pasien (di rumah sakit dan di rumah) banyak
apoteker berlatih di rumah sakit mendapatkan lebih banyak pendidikan dan pelatihan setelah
sekolah farmasi melalui residensi praktik farmasi dan kadang-kadang diikuti oleh residensi lain
di kawasan tertentu. Mereka apoteker sering disebut apoteker sebagai klinis dan mereka sering
mengkhususkan diri dalam berbagai disiplin ilmu farmasi. Sebagai contoh, ada apoteker yang
mengkhususkan diri dalam hematologi / onkologi, HIV / AIDS, penyakit menular, perawatan

4
kritis, pengobatan darurat, toksikologi, farmasi nuklir, manajemen nyeri, psikiatri, klinik anti-
koagulasi, jamu, neurologi / manajemen epilepsi, pediatri , apoteker neonatal dan banyak lagi.
Apotek rumah sakit sering bisa ditemukan dalam lokasi dari rumah sakit. apotek rumah sakit
biasanya stok berbagai besar obat, termasuk obat-obatan yang lebih khusus, daripada yang layak
dalam pengaturan masyarakat. Kebanyakan obat rumah sakit yang unit dosis, atau dosis tunggal
obat. apoteker rumah sakit dan produk steril terlatih senyawa farmasi teknisi untuk pasien
termasuk nutrisi parenteral total (TPN), dan obat lain diberikan secara intravena. Ini adalah
proses yang kompleks yang memerlukan pelatihan yang memadai personil, jaminan kualitas
produk, dan fasilitas yang memadai. Beberapa apotek rumah sakit telah memutuskan untuk
melakukan outsourcing persiapan berisiko tinggi dan beberapa fungsi peracikan lain untuk
perusahaan yang mengkhususkan diri dalam peracikan. Tingginya biaya obat-obatan dan
teknologi yang berkaitan dengan narkoba, dikombinasikan dengan dampak potensial dari obat-
obatan dan pelayanan farmasi pada hasil perawatan pasien dan keselamatan pasien, membuatnya
penting bahwa apotek rumah sakit tampil di tingkat tertinggi.
c. Farmasi Klinis
Apoteker menyediakan layanan perawatan pasien langsung yang mengoptimalkan penggunaan
obat dan meningkatkan kesehatan, kesehatan, dan pencegahan penyakit. Apoteker klinis
merawat pasien di semua pengaturan perawatan kesehatan, tetapi gerakan farmasi klinis
awalnya dimulai di dalam rumah sakit dan klinik. Apoteker klinis sering berkolaborasi dengan
dokter dan profesional kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan farmasi. Apoteker
klinis kini merupakan bagian integral dari pendekatan interdisipliner untuk perawatan pasien.
Mereka sering berpartisipasi dalam putaran perawatan pasien untuk pemilihan produk obat.
Peran apoteker klinis melibatkan membuat rencana terapi obat yang komprehensif untuk
masalah pasien-spesifik, mengidentifikasi tujuan terapi, dan meninjau semua obat yang
diresepkan sebelum pengeluaran dan administrasi kepada pasien. Proses peninjauan sering
melibatkan evaluasi kesesuaian terapi obat (misalnya, pilihan obat, dosis, rute, frekuensi, dan
durasi terapi) dan kemanjurannya. Apoteker juga harus memantau interaksi obat yang potensial,
reaksi obat yang merugikan, dan menilai alergi obat pasien saat merancang dan memulai
rencana terapi obat.
d. Perawatan Farmasi Rawat Jalan
Sejak munculnya farmasi klinis modern, praktek perawatan farmasi rawat jalan telah muncul
sebagai pengaturan praktik farmasi yang unik. apotek rawat jalan didasarkan terutama pada
layanan farmakoterapi yang apoteker menyediakan di klinik. Apoteker dalam pengaturan ini

5
sering tidak membuang obat, melainkan melihat pasien di kunjungan kantor untuk mengelola
negara penyakit kronis.
Dalam sistem AS perawatan kesehatan federal (termasuk VA, Dinas Kesehatan India, dan NIH)
apoteker rawat jalan diberikan penuh otoritas resep independen. Di beberapa negara seperti
North Carolina dan New Mexico dokter apoteker ini diberikan otoritas preskriptif dan
diagnostik kolaboratif. [16] Pada tahun 2011 dewan Farmasi Specialties disetujui ambulatory
praktek perawatan farmasi sebagai sertifikasi papan yang terpisah. Penunjukan resmi untuk
apoteker yang lulus perawatan farmasi ujian sertifikasi khusus rawat jalan akan Board Certified
Ambulatory Perawatan Apoteker dan apoteker ini akan membawa inisial BCACP.
e. Peracikan Apotek
Peracikan adalah praktek mempersiapkan obat dalam bentuk baru. Sebagai contoh, jika
produsen obat hanya menyediakan obat sebagai tablet, seorang apoteker peracikan mungkin
membuat lollipop obat yang mengandung obat. Pasien yang mengalami kesulitan menelan tablet
dapat memilih untuk menghisap permen lolipop obat gantinya.
Bentuk lain dari peracikan adalah dengan mencampur kekuatan yang berbeda (g, mg, mcg) dari
kapsul atau tablet untuk menghasilkan jumlah yang diinginkan dari obat yang ditunjukkan oleh
asisten dokter, dokter, Perawat Praktisi, atau praktisi apoteker klinis. Bentuk peracikan
ditemukan di masyarakat atau rumah sakit apotek atau di-rumah terapi administrasi.Peracikan
apotek mengkhususkan diri dalam peracikan, meskipun banyak juga membagikan obat-obatan
non- diperparah sama bahwa pasien dapat memperoleh dari apotek masyarakat.
f. Konsultan Farmasi
Praktek konsultan farmasi lebih berfokus pada pengobatan ulasan rejimen (yaitu "jasa kognitif")
dari pada pengeluaran yang sebenarnya obat. Apoteker konsultan paling biasanya bekerja di
panti jompo, namun semakin bercabang menjadi lembaga lain dan pengaturan non-institusional.
Secara tradisional konsultan apoteker biasanya pemilik bisnis independen, meskipun di Amerika
Serikat banyak sekarang bekerja untuk beberapa perusahaan manajemen farmasi besar (terutama
Omnicare, Kindred Healthcare dan PharMerica). Kecenderungan ini mungkin secara bertahap
membalikkan sebagai konsultan apoteker mulai bekerja secara langsung dengan pasien,
terutama karena banyak orang tua sekarang mengambil berbagai obat tetapi terus hidup di luar
pengaturan kelembagaan. Beberapa apotek masyarakat mempekerjakan konsultan apoteker dan /
atau memberikan jasa konsultasi.
g. Internet Farmasi
Sejak sekitar tahun 2000, semakin banyak apotek internet telah didirikan di seluruh dunia.

6
Banyak dari apotek ini mirip dengan apotek masyarakat, dan pada kenyataannya, banyak dari
mereka yang benar-benar dioperasikan oleh batu bata- dan-mortir apotek masyarakat yang
melayani konsumen secara online dan orang- orang yang berjalan di pintu mereka. Perbedaan
utama adalah metode yang obat yang meminta dan menerima. Beberapa pelanggan
menganggap hal ini menjadi metode yang lebih nyaman dan swasta daripada bepergian ke toko
obat komunitas di mana pelanggan lain mungkin mendengar tentang obat yang mereka ambil.
Apotek internet (juga dikenal sebagai apotek online) juga dianjurkan untuk beberapa pasien
dengan dokter mereka jika mereka tinggal di rumah.
Sementara sebagian besar apotek Internet menjual obat resep dan memerlukan resep yang valid,
beberapa apotek Internet menjual obat resep tanpa memerlukan resep. Banyak pelanggan
memesan obat dari apotek tersebut untuk menghindari "ketidaknyamanan" mengunjungi dokter
atau untuk mendapatkan obat yang dokter mereka tidak mau meresepkan. Namun, praktik ini
telah dikritik sebagai berpotensi berbahaya, terutama oleh mereka yang merasa bahwa hanya
dokter andal dapat menilai kontraindikasi, rasio risiko / manfaat, dan kesesuaian keseluruhan
individu untuk penggunaan obat. Ada juga memiliki laporan apotek tersebut mengeluarkan
produk di bawah standar.
Perhatian khusus dengan apotek Internet adalah kemudahan yang orang, pemuda khususnya,
dapat memperoleh zat yang dikendalikan (misalnya, Vicodin, umum dikenal sebagai
hydrocodone) melalui internet tanpa resep yang dikeluarkan oleh dokter / praktisi yang memiliki
didirikan dokter-pasien hubungan. Ada banyak contoh di mana seorang praktisi mengeluarkan
resep, ditengahi oleh server Internet, untuk zat yang dikendalikan dengan "pasien" tetapi tidak
pernah bertemu.
Di Amerika Serikat, agar resep untuk dikontrol substansi menjadi valid, harus dikeluarkan untuk
tujuan medis yang sah oleh praktisi berlisensi bertindak dalam rangka hubungan dokter-pasien
yang sah. Mengisi farmasi memiliki tanggung jawab yang sesuai untuk memastikan bahwa resep
tersebut valid. Seringkali, hukum negara individu menguraikan apa yang mendefinisikan
hubungan pasien-dokter yang valid.
Kanada adalah rumah bagi puluhan apotek Internet berlisensi, banyak yang menjual obat resep
yang lebih rendah-biaya untuk konsumen AS, yang membayar satu harga obat tertinggi di dunia
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak konsumen di AS dan di negara lain, dengan biaya obat
yang tinggi, telah berpaling ke apotek Internet berlisensi di India, Israel dan Inggris, yang sering
memiliki harga yang lebih rendah daripada di Kanada.
Di Amerika Serikat, telah ada dorongan untuk melegalkan impor obat dari Kanada dan negara-
negara lain, dalam rangka untuk mengurangi biaya konsumen.

7
Sementara dalam banyak kasus impor obat resep melanggar Food and Drug Administration
(FDA) peraturan dan undang-undang federal, penegakan umumnya ditargetkan pada pemasok
narkoba internasional, bukan konsumen. Tidak ada kasus yang dikenal dari setiap warga negara
AS membeli obat Kanada untuk penggunaan pribadi dengan resep, yang pernah didakwa oleh
otoritas.
h. Hewan Farmasi
Apotek hewan, kadang-kadang disebut apotek hewan, bisa jatuh dalam kategori farmasi rumah
sakit, apotek ritel atau mail-order farmasi. apotek hewan saham varietas yang berbeda dan
kekuatan yang berbeda dari obat untuk memenuhi kebutuhan farmasi hewan. Karena kebutuhan
hewan, serta peraturan tentang kedokteran hewan, seringkali sangat berbeda dari yang
berhubungan dengan orang, farmasi veteriner sering dipisahkan dari apotek biasa.
i. Farmasi Nuklir
Farmasi nuklir berfokus pada mempersiapkan bahan radioaktif untuk tes diagnostik dan untuk
mengobati penyakit tertentu. Apoteker nuklir menjalani spesifik pelatihan tambahan untuk
menangani bahan radioaktif, dan tidak seperti di masyarakat dan rumah sakit apotek, apoteker
nuklir biasanya tidak berinteraksi langsung dengan pasien.
j. Farmasi Militer
Farmasi militer adalah sebuah lingkungan kerja yang sama sekali berbeda karena fakta bahwa
teknisi melakukan sebagian tugas yang di sektor sipil akan ilegal. Negara hukum konseling
pasien Teknisi dan pemeriksaan obat oleh apoteker tidak berlaku.
k. Farmasi Informatika
Farmasi informatika adalah kombinasi dari ilmu praktik farmasi dan ilmu terapan informasi.
informaticists farmasi bekerja di berbagai bidang praktek farmasi, bagaimanapun, mereka juga
dapat bekerja di departemen teknologi informasi atau informasi kesehatan perusahaan vendor
teknologi. Sebagai daerah praktek dan domain spesialis, farmasi informatika tumbuh dengan
cepat untuk memenuhi kebutuhan proyek-proyek nasional dan internasional utama pasien
informasi dan tujuan sistem kesehatan interoperabilitas. Apoteker di daerah ini dilatih untuk
berpartisipasi dalam pengembangan sistem manajemen obat, penyebaran dan optimasi.
l. Khusus Farmasi
Apotek khusus menyediakan suntik tinggi biaya, lisan, diresapi, atau menghirup obat-obatan
yang digunakan untuk kondisi penyakit kronis dan kompleks seperti kanker, hepatitis, dan
rheumatoid arthritis. Tidak seperti apotek masyarakat tradisional di mana resep untuk obat
umum apapun dapat dibawa dan diisi, apotek khusus membawa obat baru yang perlu disimpan

8
dengan baik, diberikan, dimonitor, dan secara klinis berhasil. Selain memasok obat-obatan ini,
apotek khusus juga menyediakan pemantauan laboratorium, konseling kepatuhan, dan
membantu pasien dengan biaya strategi -containment dibutuhkan untuk mendapatkan obat
khusus yang mahal mereka. saat ini sektor yang paling cepat berkembang dari industri farmasi
dengan 19 dari 28 yang baru disetujui FDA obat pada 2013 menjadi obat khusus.
Karena permintaan untuk dokter yang benar dapat mengelola ini populasi pasien tertentu, Dewan
Sertifikasi Farmasi khusus telah mengembangkan ujian sertifikasi baru untuk sertifikasi
apoteker khusus. Seiring dengan 100 pertanyaan komputerisasi ujian pilihan ganda, apoteker
juga harus menyelesaikan 3.000 jam praktek farmasi khusus dalam tiga tahun terakhir serta 30
jam melanjutkan pendidikan khusus apoteker dalam dua tahun terakhir.

9
D. Peraturan Dari WHO Terkait Obat Obatan
Menurut WHO, globalisasi merupakan faktor utama yang menyebabkan obat palsu
dapat beredar dengan luas di seluruh penjuru dunia. Produk media diproduksi, dikemas,
dan dijual di tempat yang berbeda-beda, sehingga dapat menantang kestabilan hukum di
wilayah yang berbeda-beda. Permasalahan dapat saja muncul ketika bahan obat-obatan
diimpor oleh suatu negara dari negara lain, maka hukum yang digunakan antara kedua
negara tersebut tentu berbeda. Permasalahan juga dapat ditemukan ketika produk medis
dikemas maupun didistribusikan. Keketatan hukum di masing-masing negara pun berbedabeda,
negara di kawasan terintegrasi seperti kawasan Eropa cenderung memiliki penemuan
kasus obat palsu lebih rendah dibandingkan dengan kawasan Asia yang lebih banyak
negara berkembang. Menurut Gibson (dalam Bidin, 2009), total obat-obatan palsu di
negara berkembang mencapai persentase 25% dari keseluruhan persedian obat dunia.
Kemunculan isu obat palsu sebagai suatu permasalahan global pertama kali
tersebut pada WHO Conference of Experts on Rational Drug Use di Nairobi, Kenya pada
tahun 1985 (WHO pada Bidin, 2009). Konferensi tersebut dapat terlaksana setelah melalui
prores panjang yakni dari tahun 1975 hingga tahun 1984 melalui WHA setiap tahunnya.
Selanjutnya, melalui WHA 41.16 (1988) meminta pemerintah dan perusahaan farmasi
untuk bekerjasama dalam mendeteksi dan mencegah peningkatan aktivitas ekspor atau
penyelundupan obat-obatan palsu. Selain itu, WHA 41.16 juga meminta Direktur Jenderal
untuk menginisiasi persiapan program guna memerangi obat-obatan palsu tersebut
(who.int, 2017).
Pada tanggal 1-3 April 1992, WHO mengumpulkan perwakilan ahli dari masing masing
negara anggota, Setelah melalui proses perundingan selama dua tahun, pada tahun 1994 isu
obat obatan palsu kembali menjadi topik pada WHA 47.13 (1994) yang meminta WHO
untuk
membantu negara anggota dalam memerangi obat palsu, sehingga terbentuklah WHO
Project on Counterfeit Drugs yang dibiayai oleh Pemerintah Jepang. Selain Jepang,
pemerintah Australia dan Inggris pun turut mendukung secara finansial proyek ini pada
kegiatan tertentu. Hasil dari WHO Project on Counterfeit Drugs adalah terbitnya WHO
Guidelines for the Development of Measures to Combat Counterfeit Drugs pada tahun
1999.
Indonesia sebagai negara anggota WHO dan sebagai salah satu partisipan aktif dalam

10
setiap sidang World Health Assembly bersepakat akan melaksanakan resolusi yang telah
tercipta, seperti terbitnya GDMCCD 1999. Pada tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI
merilis Permenkes No. 949 Tahun 2000 mengenai Registrasi Obat Jadi. Secara garis besar,
Undang-Undang Nomor 949 Tahun 2000 ini menjelaskan mengenai peraturan registrasi
dan izin edar yang akan diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada perusahaan dalam
negeri maupun luar negeri. Pada Undang-Undang ini juga muncul penyebutan obat palsu
dalam pasal 1 yang berbunyi: “Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak
berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat
dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang memiliki izin edar”.
Selain melalui pembentukan peraturan nasional dan pengetatan pelaksanaan,
Indonesia juga membentuk sebuah badan khusus yang berwenang untuk menangani obat
yang berada di wilayah yurisdiksinya yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan pada
tahun 2001.
Indonesia juga aktif berpartisipasi dengan negara lain dan organisasi regional
maupun internasional dalam menangani permasalah obat palsu tersebut. Indonesia turut
serta dalam ASEAN-China Combating Counterfeit Medical Product pada tahun 2007 dan
menjadi negara yang aktif bersama Interpol dan WHO melaksanakan Operasi Pangea.
Operasi Pangea merupakan operasi internasional yang dipimpin oleh Interpol
(republika.co.id, 2017).
Beberapa peraturan dalam negeri yang berhasil dibentuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu
bukti keinginan dan komitmen kuat Indonesia terhadap isu kesehatan terutama obat-obatan, antara
lain: 1) Kementerian Kesehatan RI merilis Permenkes No. 949 Tahun 2000 mengenai Registrasi Obat
Jadi; 2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008; 3)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan; dan lain sebagainya.
Dalam buku “The Role of the Pharmacist in the Health Care System” yang diterbitkan oleh World
Health Organization (WHO) tahun 1994 telah digariskan “6 Ruang Lingkup dan Fungsi Sebenarnya
Seorang Apoteker”.

1. Manajemen dan pengaturan regulasi obat


a. Kebijakan Kesehatan dan obat

Setiap pelayanan kesehatan memiliki bagian yang berhubungan dengan bidang farmasi.
Mengingat pentingnya obat di pelayanan kesehatan pemerintah, dan keahlian terkait dalam bagian

11
farmasi, adalah penting bahwa setiap bidang farmasi harus memiliki keunggulan yang sama
dengan bagian lain di Kementerian.

Apoteker dalam administrasi berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan/regulasi


kesehatan dan obat-obatan, khususnya pada pemilihan, pengadaan dan distribusi obat. Mereka
bisa sebagai sumber informasi bagi para profesional perawatan kesehatan dan masyarakat, dan
berpartisipasi dalam penyusunan farmakope dan dokumen resmi lainnya. Mereka bekerja sama
dengan pendidik dan badan profesional apoteker dalam membangun dan memodifikasi kurikulum
sekolah farmasi dan melanjutkan program pendidikan. Di beberapa negara, apoteker memiliki
peran dalam kontrol kesehatan lingkungan dan mengendalikan kualitas makanan dan kosmetik
dan alat kesehatan.

Apoteker tidak melakukan fungsi-fungsi ini di semua negara. Sebuah prasyarat untuk
adopsi mereka adalah keterlibatan apoteker dengan keahlian yang tepat dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan kesehatan nasional, yang menyediakan konteks untuk kebijakan yang
berkaitan dengan obat dan farmasi. Mengingat pengetahuan khusus dan keahlian dari apoteker,
mereka harus diberi tanggung jawab pada tingkat senior untuk penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pada obat-obatan dan farmasi tenaga kerja dan untuk penyusunan dan administrasi
undang-undang. Apoteker di posisi senior seperti sebaiknya memiliki pelatihan pascasarjana dan
kualifikasi dalam kesehatan masyarakat.

Di beberapa negara, obat kuat dan produk-produk terkait dapat disediakan atau ditiadakan
oleh non-apoteker dan tanpa pengawasan atau kontrol dari apoteker. Untuk keselamatan publik,
transaksi tersebut harus dilakukan atau diawasi oleh apoteker, untuk menjamin pasokan obat-
obatan yang benar dari kualitas yang dapat diterima.

Di beberapa negara pengelolaan pengadaan obat dan pasokan, dan kontrol obat,
pendaftaran dan penegakan hukum, tidak memenuhi standar yang memuaskan. Untuk mencapai
standar yang dapat diterima, apoteker dengan pelatihan khusus yang sesuai harus ditunjuk untuk
posisi senior, dan standar harus diyakinkan oleh undang-undang farmasi yang komprehensif dan
penegakan yang efektif.

b. Pengelolaan

Apoteker di pemerintah bekerja untuk bertanggung jawab dalam manajemen obat, yang
meliputi pemilihan obat esensial, penentuan persyaratan obat, pengadaan dan distribusi obat-
obatan dan penggunaan rasional obat, serta desain dan penggunaan sistem informasi. Juga,

12
mereka mengumpulkan dan menyusun data yang dibutuhkan oleh instansi pemerintah nasional
mereka dan oleh badan-badan internasional, seperti International Narcotics Control Board.

c. Administrasi

Di beberapa negara, tender untuk impor dan pasokan obat-obatan diberikan kepada usaha
non-farmasi. Pengelolaan bisnis tersebut tidak mampu menerapkan standar profesional dan
dipengaruhi hanya oleh pertimbangan komersial. Prosedur untuk mengundang, menerima dan
pemberian tender untuk penyediaan obat-obatan harus terpisah dari orang-orang untuk tender
komersial non-profesional, dan harus dikelola oleh apoteker.

d. Kebijakan pendidikan

Apoteker bekerja sama dengan pendidik dalam membangun dan melaksanakan kebijakan
yang berkaitan dengan program sarjana dan pendidikan lanjut, in-service training, serta aspek lain
dari pembangunan ketenagakerjaan.

e. Peraturan dan penegakan kelembagaan

Apoteker dipekerjakan oleh badan pengatur yang berhubungan dengan persetujuan,


pendaftaran dan kontrol kualitas obat, kosmetik dan alat kesehatan, dan dengan lembaga penegak,
termasuk departemen bea cukai, yang mengontrol distribusi obat melalui saluran resmi dan gelap,
dan sebagai inspektur dari pembuatan , impor, distribusi dan penjualan obat.

f. Otoritas registrasi secara profesional

Apoteker secara jelas terlibat dalam sebuah lembaga pemerintah, seperti Dinas Kesehatan
atau Badan POM (di Indonesia -Red.), yang menetapkan kriteria untuk pendaftaran apoteker atau
persyaratan perizinan, daftar apotek dan apoteker, dan memantau cara apotek dioperasikan dan
perilaku profesional dari apoteker.

g. Badan internasional dan badan-badan profesional

Apoteker bekerja di badan-badan ini melakukan berbagai fungsi teknis dan administrasi
di badan-badan profesional dan obat- serta lembaga yang berhubungan dengan kesehatan,
misalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), International Narcotics Control Board, Divisi
PBB Narkotika, PBB Komisi Narkotika, Dana PBB untuk Pengendalian Narkoba, Interpol,
komite farmakope nasional, dan masyarakat farmasi.

13
2. Farmasi Komunitas

Farmasi komunitas adalah profesional kesehatan yang paling mudah diakses oleh publik. Mereka
menyediakan obat-obatan sesuai dengan resep atau, ketika secara hukum diizinkan, menjual
mereka tanpa resep. Selain memastikan pasokan akurat dari produk yang sesuai, kegiatan
profesional mereka juga menutupi konseling pasien pada saat dispensing resep dan non-resep
obat, informasi obat kepada profesional kesehatan, pasien dan masyarakat umum, dan partisipasi
dalam program promosi kesehatan. Mereka mempertahankan hubungan dengan profesional
kesehatan lainnya dalam perawatan kesehatan primer.

Kegiatan utama apoteker komunitas dijelaskan di bawah.

a. Pengolahan resep

Apoteker memverifikasi legalitas, keamanan dan ketepatan urutan resep, memeriksa obat
catatan pasien sebelum mengeluarkan resep (ketika catatan tersebut disimpan di apotek),
memastikan bahwa jumlah obat yang dibagikan secara akurat, dan memutuskan apakah obat
harus diserahkan kepada pasien, dengan konseling yang tepat, oleh seorang apoteker. Di banyak
negara, apoteker masyarakat berada dalam posisi yang unik untuk sepenuhnya menyadari sejarah
obat masa lalu dan saat ini pasien dan, akibatnya, dapat memberikan saran penting untuk
prescriber tersebut.

b. Perawatan pasien atau farmasi klinis

Apoteker berusaha untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi tentang sejarah


obat pasien, memperjelas pemahaman pasien dari rejimen dosis yang dimaksudkan dan metode
administrasi, dan menyarankan pasien dari tindakan pencegahan narkoba, dan di beberapa negara,
memantau dan mengevaluasi respon terapi.

c. Pemantauan pemanfaatan obat

Apoteker dapat berpartisipasi dalam pengaturan untuk memantau pemanfaatan obat, seperti
proyek-proyek penelitian praktek, dan skema untuk menganalisis resep untuk pemantauan reaksi
obat yang merugikan.

d. Pembuatan skala kecil obat-obatan

Apoteker di mana-mana terus mempersiapkan obat-obatan di apotek. Hal ini memungkinkan


mereka untuk beradaptasi perumusan obat untuk kebutuhan pasien individu. perkembangan baru
dalam obat-obatan dan sistem pengiriman obat mungkin memperpanjang kebutuhan untuk obat-

14
obatan yang disesuaikan secara individu dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan apoteker
untuk menemukan formulasi farmasi yang tepat. Di beberapa negara, maju dan berkembang,
apoteker terlibat dalam pembuatan skala kecil obat-obatan, yang harus sesuai dengan pedoman
manufaktur dan praktek distribusinya.

e. Obat tradisional dan alternatif

Di beberapa negara, apoteker menyediakan obat-obatan tradisional dan mengeluarkan


resep homeopati.

f. Menanggapi gejala penyakit ringan

Apoteker menerima permintaan dari anggota masyarakat untuk saran pada berbagai gejala
dan, ketika ditunjukkan, mengacu pada pertanyaan ke dokter. Jika gejala-gejala berhubungan
dengan penyakit ringan membatasi diri, apoteker dapat menyediakan obat non-resep, dengan
saran untuk berkonsultasi dengan praktisi medis jika gejala bertahan selama lebih dari beberapa
hari. Atau, apoteker dapat memberikan saran tanpa memasok obat.

g. Menginformasikan profesional perawatan kesehatan dan masyarakat

apoteker dapat mengkompilasi dan memelihara informasi tentang semua obat-obatan, dan
terutama pada obat-obatan baru diperkenalkan, memberikan informasi ini yang diperlukan untuk
profesional perawatan kesehatan lainnya dan pasien, dan menggunakannya dalam
mempromosikan penggunaan obat rasional, dengan memberikan saran dan penjelasan ke dokter
dan anggota masyarakat.

h. Promosi kesehatan

apoteker dapat mengambil bagian dalam kampanye promosi kesehatan, lokal dan nasional,
pada berbagai topik yang berhubungan dengan kesehatan, dan terutama pada topik terkait obat
(misalnya, penggunaan obat rasional, penyalahgunaan alkohol, penggunaan tembakau, melarang
orang penggunaan narkoba selama kehamilan, penyalahgunaan pelarut organik, pencegahan
racun) atau topik yang bersangkutan dengan masalah kesehatan lainnya (penyakit diare, TBC,
kusta, infeksi HIV / AIDS) dan keluarga berencana. Mereka juga dapat mengambil bagian dalam
pendidikan kelompok masyarakat lokal dalam promosi kesehatan, dan kampanye pencegahan
penyakit, seperti Program Expanded Imunisasi, dan program malaria dan kebutaan.

i. Layanan rumah tangga

15
Di sejumlah negara, apoteker menyediakan penasehat serta layanan pasokan untuk rumah
hunian untuk orang tua, dan pasien jangka panjang lainnya. Di beberapa negara, kebijakan yang
sedang dikembangkan di mana apoteker akan mengunjungi kategori tertentu pasien rumah-terikat
untuk memberikan layanan konseling bahwa pasien akan menerima yang mereka bisa
mengunjungi apotek.

j. Praktek pertanian dan kedokteran hewan

Apoteker menyediakan obat-obatan hewan dan obat pakan ternak.

3. Farmasi Rumah Sakit

Rumah sakit dan lembaga serta fasilitas lainnya, seperti klinik rawat jalan, fasilitas pengolahan
obat-ketergantungan, pusat kontrol racun, pusat informasi obat, dan fasilitas perawatan jangka
panjang, dapat dioperasikan oleh pemerintah atau swasta. Sementara banyak dari kegiatan
apoteker di fasilitas tersebut mungkin mirip dengan yang dilakukan oleh apoteker
masyarakat/farmasi komunitas, namun mereka berbeda dalam beberapa cara.

Selain itu, rumah sakit atau apoteker institusional memiliki ciri khas:

• Memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi erat dengan prescriber untuk
mempromosikan resep rasional dan penggunaan obat-obatan;
• Di rumah sakit yang lebih besar dan apotek pemerintahan, biasanya salah satu dari beberapa
apoteker, dan dengan demikian memiliki kesempatan lebih besar untuk berinteraksi dengan
orang lain, untuk mengkhususkan dan untuk mendapatkan keahlian yang lebih besar;
• Memiliki akses ke catatan medis, berada dalam posisi untuk mempengaruhi pemilihan obat
dan regimen dosis, untuk memantau kepatuhan pasien dan respon terapi obat, dan untuk
mengenali dan melaporkan efek samping obat;
• Dapat lebih mudah daripada apoteker komunitas menilai dan memantau pola penggunaan
obat dan dengan demikian merekomendasikan perubahan jika diperlukan;
• Menjabat sebagai anggota komite pembuatan kebijakan, termasuk mereka yang peduli
dengan pemilihan obat, penggunaan antibiotik, dan infeksi rumah sakit (Obat dan Komite
Therapeutics) dan dengan demikian mempengaruhi persiapan dan komposisi daftar penting-
obat atau formularium;
• Berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendidik profesional kesehatan lainnya tentang
penggunaan obat rasional;

16
• Lebih mudah berpartisipasi dalam studi untuk menentukan efek menguntungkan atau
merugikan dari obat, dan terlibat dalam analisis obat dalam cairan tubuh;
• Dapat mengontrol pembuatan rumah sakit dan pengadaan obat-obatan untuk menjamin
pasokan produk berkualitas tinggi;
• Mengambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaan uji klinis.

4. Industri farmasi
Ketentuan perundang-undangan di beberapa negara mungkin mengharuskan posisi tertentu
diselenggarakan oleh apoteker. Kegiatan utama apoteker industri dijelaskan di bawah.
a. Penelitian dan Pengembangan
Apoteker berkontribusi untuk penelitian, dan keahlian mereka dalam pengembangan formulasi
relevansi khusus untuk ketersediaan biologis bahan aktif.
b. Pembuatan dan jaminan kualitas
pengetahuan yang luas apoteker dari ilmu farmasi memastikan pendekatan terpadu untuk jaminan
kualitas (termasuk praktek manufaktur yang baik) melalui validasi dari berbagai tahap produksi
dan pengujian produk sebelum rilis.
c. Informasi obat
apoteker memiliki pengetahuan dan keahlian untuk memberikan informasi rinci tentang obat-
obatan kepada anggota profesi kesehatan dan masyarakat. Juga, apoteker memberikan layanan
informasi dalam perusahaan.
d. Aplikasi paten dan registrasi obat
Apoteker yang memenuhi syarat ideal untuk memahami dan menyusun informasi yang beragam
diperlukan untuk paten dan otorisasi pengajuan.
e. Uji klinis dan pengawasan pasca-pemasaran
Apoteker memiliki pengetahuan tentang obat-obatan dan penyediaan pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk memfasilitasi kolaborasi antara perusahaan, profesional kesehatan dan
pemerintah dalam kaitannya dengan uji klinis dan pengawasan.
f. Penjualan dan pemasaran
Apoteker, yang etika profesional menuntut perhatian untuk kepentingan pasien, dapat
memberikan kontribusi untuk praktik pemasaran yang tepat berkaitan dengan kesehatan dan
penyediaan informasi yang tepat untuk para profesional kesehatan dan masyarakat umum.
g. Pengelolaan
Dimasukkannya apoteker di semua tingkat manajemen mempromosikan pendekatan etis dalam
kebijakan manajemen.

17
5. Akademik
Apoteker bidang akademik terlibat dalam pendidikan, praktek farmasi, dan penelitian di sekolah
farmasi atau perguruan tinggi farmasi. ketiga aspek dari kegiatan akademik saling terkait, dan
pada saat yang sama terhubung dengan perencanaan dan manajemen tenaga kerja.
Sarjana, pascasarjana dan pendidikan berkelanjutan memerlukan pendidik yang memiliki
keahlian dalam berbagai ilmu farmasi. Namun, mengingat tujuan profesional dan kejuruan
pendidikan farmasi dan interaksi yang diperlukan pendidikan dan penelitian dengan layanan, staf
akademik juga harus menyertakan substansial komponen apoteker dengan pendidikan
pascasarjana yang sesuai.
6. Pelatihan petugas kesehatan lainnya
Pelatihan yang diberikan oleh apoteker mungkin termasuk upaya dalam mengoptimalkan terapi
obat, dengan mempromosikan penggunaan rasional dan penyimpanan obat serta metode untuk
mengurangi penyalahgunaan narkob. Selain itu, diarahkan untuk resep medis dan lainnya atau
pemasok obat, termasuk petugas kesehatan komunitas yang menangani obat-obatan.
Apoteker memiliki tanggung jawab melalui pelatihan kepemimpinan sebelumnya dalam
perencanaan dan pengelolaan program pelatihan dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan dan
kesehatan yang dilayaninya.

18
PENUTUP

A. Simpulan

Sebuah pendirian yang farmasi dipraktekkan disebut apotek (istilah ini lebih umum di Amerika
Serikat) atau kimia (yang lebih umum di Inggris). Di Amerika Serikat dan Kanada, toko obat
biasa menjual obat-obatan, serta aneka item seperti gula, kosmetik, perlengkapan kantor, dan
majalah dan kadang-kadang minuman dan bahan makanan.

Dalam bidang farmasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga disiplin utama yaitu ilmu farmasi,
obat kimia dan farmakognosi serta pharmacy practice. Dalam bidang profesi terdiri dari Apoteker
dan farmasi teknisi yang ada di Amerika Serikat. Adapun daerah praktik farmasi yang begitu luas
serta isuisu di apotek dan juga symbol-simbol yang ada.

Peraturan WHO terkait Obat obatan terdapat dalam Guidelines for the Development of Measures
to Combat Counterfeit Drugs pada tahun1999.

B. Saran
Semoga paper ini bisa menjadi bahan pembelajaran dan bermanfaat bagi penulis dan
pembaca

19
DAFTAR PUSTAKA
Informasi Seputar Farmasi. 2016. Sejarah dan Perkembangan Farmasi,
(http://kelompokfarmakologi.blogspot.com/2016/07/sejarah-dan-perkembanganfarmasi.html),
(diakses pada Selasa, 2 November 2021)
Wikipedia, 2010. Pharmacy, (https://en.wikipedia.org/wiki/Pharmacy), (diakses pada Selasa, 2 November
2021)
Nasrul Wathoni. 2016. 6 Ruang Lingkup dan Fungsi Sebenarnya Seorang Apoteker Menurut WHO.
https://gudangilmu.farmasetika.com/6-ruang-lingkup-dan-fungsi-sebenarnya-seorang-apoteker-
menurut-who/ (diakses pada Selasa, 2 November 2021)

Bunga Lutfiana. 2017. Penerapan Guidelines for the Development of Measures


to Combat Counterfeit Drugs WHO 1999 di Indonesia. Journal of International Relations,
Volume 3, Nomor 4, Tahun 2017, hal. 106-114

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi:
sejarah, sumber, sifat - sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi,
mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat
untuk terapi dan tujuan lain.

Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme
hidup serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan
organisme hidup.

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.

20
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian dan penggolongan obat sistem saraf Pusat?


b. Bagaimana Obat sistem saraf Pusat dan mekanisme kerjanya?
c. Apa Pengertian dan penggolongan obat sistem saraf otonom?
d. Bagaimana Obat sistem saraf otonom dan mekanisme kerjanya?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dan untuk menambah
wawasan yang lebih luas mengenai obat yang bekerja pada system organ saraf.

b. Mengetahui pendahuluan farmakologi tentang obat-obat yang terkait dengan sistem saraf
otonom maupun sistem saraf pusat

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengertian dan penggolongan obat sistem saraf Pusat

b. Mengetahui Obat sistem saraf Pusat dan mekanisme kerjanya

c. Mengetahui Pengertian dan penggolongan obat sistem saraf otonom

d. Mengetahui Obat sistem saraf otonom dan mekanisme kerjanya

21
22
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Otonom

2.1.1 Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat dibagi atas otak dan medula spinalis. Otak terletak dalam cavum cranii
yang dikelilingi oleh suatu capsula tulang, Medula spinalis terletak pada canalis vertebralis
tertutup oleh columna vertebralis. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis
yang merupakan pusat-pusat utama terjadinya korelasi dan integrasi informasi saraf. Saraf
pusat terdiri dari sel-sel saraf dengan prosesus-prosesusnya yang disebut neuron serta
disokong oleh jaringan khusus yaitu neuroglia. Otak, salah satu organ terbesar yang ada
pada manusia, memiliki 4 bagian major, yaitu brainstem (batang otak), serebelum,
diensefalon, dan serebrum..

a. Yang termasuk bagian batang otak adalah otak tengah, pons, dan sumsum belakang. Ini
bertindak sebagai pusat relay (penghubung) yang menghubungkan serebri dan
serebelum ke sumsum tulang belakang. Ia melakukan banyak fungsi otomatis seperti
pernapasan, detak jantung, suhu tubuh, bangun dan siklus tidur, pencernaan, bersin,
batuk, muntah, dan menelan. Sepuluh dari dua belas saraf kranial berasal dari batang
otak.
b. Serebelum adalah bagian terbesar kedua pada otak setelah serebrum. Serebelum terletak
di posterior pons dan medulla dan di inferior pars posterior serebrum. Bagian otak ini
berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan otot,menjaga postur tubuh, dan
keseimbangan.
c. Diensefalon adalah bagian yang kecil, tetapi penting. Berlokasi di antara bawah otak
tengah dan diatas serebelum. Diensefalon mengandung dua struktur utama, yaiut
hipotalamus dan thalamus. Hipotalamus berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, selain
ituhipotalamus juga terlibat dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh, sirkulasi tidur,
mengatur nafsu makan dan banyak emosi seperti rasa senang, takut, amarah, gairah

23
seksual, dan rasa sakit. Talamus berfungsi untuk menyampaikan sensor dan sinyal
motorik ke korteks otak.
d. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari belahan kanan dan kiri.
Serebrum melakukan fungsi yang lebih banyak seperti menafsirkan sentuhan,
penglihatan dan pendengaran, serta ucapan, penalaran, emosi, pembelajaran, dan kontrol
pergerakan yang baik.
e. Sistem limbik adalah bagian dari otak yang terletak di kedua sisi talamus dan berada di
bawah serebrum. Sistem limbik terlibat dalam mengatur fungsi emosi, motivasi,
pembelajaran dan ingatan. Struktur ini terkait erat dengan penciuman, emosi, dorongan,
regulasi otonom, memori, dan patologis terhadap ensefalopati, epilepsi, gejala psikotik,
cacat kognitif. Relevansi fungsional sistem limbik telah terbukti melayani berbagai
fungsi seperti pengaruh / emosi, memori, pemrosesan sensorik, persepsi waktu,
perhatian, kesadaran, naluri, kontrol otonom / vegetatif, dan tindakan / perilaku motorik.
Beberapa gangguan yang terkait dengan sistem limbik adalah epilepsi dan skizofrenia.

Gambar 2.1 Struktur anatomi Sistem Saraf Pusat

2.1.2 Sistem Saraf Otonom

Fungsi Sisitem saraf Otonom yaitu:

1. Mengatur dan mengendalikan organ-organ otonom seperti : Cor, TGI, Mata, Paru,Vesica
urinaria, Bronkus, kelenjar & pembuluh darah
2. Sistem Homeostatis

24
Anatomi Sistem Saraf Otonom terbagi menjadi beberapa komponen yaitu:

1. Neuron eferen: sistem saraf otonom membawa impuls saraf dari sistem saraf pusat (SSP)
ke organ melalui 2 tipe neuron efektor. Sel saraf pertama disebut neuron praganglion
dan badan selnya terdapat dalam SSP. Neuron preganglion keluar dari batang otak atau
medulla spinalis dan membuat hubungan sinapsis pada ganglion (suatu pengumpulan
badan sel yang terdapat pada sistem saraf tepi). Ganglion- ganglion ini berfungsi sebagai
relai antara neuron preganglion dan saraf kedua (neuron pasca ganglion). Neuron ini
biasanya tidak bermielin dan berakhir pada organ efektor seperti otot polos visera, otot
jantung dan glandula eksokrin
2. Neuron aferen: serabut saraf eferen SSO penting dalam pengaturan reflek pada sistem
ini. Sebagai contoh, penekanan pada sinus karotikus dan lengkung aorta akan
memberikan sinyal pada SSP untuk mempengaruhi cabang eferen SSO untuk
memberikan repon.
3. Neuron simpatis: neuron eferen SSO dibedakan atas sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Neuron preganglion sistem simpatis berasal dari regio torakal dan medulla
spinallis dan bersinapsis pada dua lengkungan yang menyerupai cincin pada ganglion
yang berjalan paralel pada setiap sisi tulang belakang. Akson dari neuron pascaganglion
menuju kelenjar dan visera.
4. Neuron parasimpatis: serabut preganglion parasimpatis berasal dari regio cranical dan
sacral medulla spinalis yang bersinapsis pada ganglion di dekatnya atau pada organ
efektor baik pada sistem simpatis maupun sistem parasimpatis, serabut-serabut
pascaganglionnya berjalan dari ganglion ke organ efektor.

25
Gambar 2.2 Sistem saraf otonom

SSO adalah sistem motorik, akan tetapi masih membutuhkan asupan sensorik dari struktur
perifer dalam upaya mempersiapkan informasi pada tempat yang dipersarafinya dalam
tubuh. Umpan balik ini dipersiapkan oleh aliran impuls eferen yang berasal dari visera dan
struktur lain yang di inervasi secara otomatik yang selanjutnya berjalan dan bersatu dengan
sentrum-sentrum di SSP seperti hipotalamus, medulla oblongata dan medulla spinalis.
Sentrum-sentrum ini memberikan respon rangsangan pada SSO berupa impuls refleks
eferan.

2. 2. Pengertian dan Penggolongan Obat Sistem Saraf Pusat

Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya
dibagi atas dua golongan besar yaitu :

1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung


merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung memblokir
proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.

26
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat
memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi
pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

Klasifikasi Obat Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat


fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan
antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia (wekamin).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan
penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).

Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah
sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja transmitter). Beberapa
contoh Obat perangsang syaraf pusat antara lain adalah :
1. Amfetamin
Indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian, Efek samping : Euforia dan
kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa masalah
kardiovaskuler (Tachicardia, palpitasi, aritmia, dll)
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam
Daripada urin basa
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf
pusat,kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.dosis : Dewasa : 5-20 mgAnak > 6
th : 2,5-5 mg/hari
2. METILFENIDAT
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP,
syndromhiperkinetik pada anak, Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri
abdomen, nyeri kepala, Tachicardia. Kontraindikasi: hipertiroidisme, penyakit ginjal.

27
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan
melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Farmakodinamik : mula- mula :0,5-1 jam P :1-3 jam, L : 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.dosis
pemberian :Anak : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr
3. KAFEIN
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat, perangsang
pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada apnea bayi
premature. Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih
cepat Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah(anxious ).
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan dengan cepat
setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan melalui urin
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg, akan mempengaruhi
SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat depresan : 0.5-1
grkafein Na-Benzoat (Intramuskuler)
4. NIKETAMID
Indikasi : merangsang pusat pernafasanEfek samping : pada dosis berlebihan
menimbulkan kejang.
Farmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5. DOKSAPRAM
Indikasi : perangsang pernafasan. Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot
kaku, muntah.
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SS Indikasi : perangsang
pernafasan. Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah.
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP. Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB
secara IV

28
2.3 Obat Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya
1. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacan-macam tindakan operasi
a. Anestetik Lokal
Obat yang merintangi secara reversible lokal penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP
(susunan syaraf pusat), dan dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau
dingin. Penggunaan Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Anestetik lokal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) anestetik permukaan, digunakan secara local untuk melawan rasa nyeri dan gatal,
misalnya larutan atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau
leher, tetes mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda
asing di mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung
sarafnya,misalnya pada daerah kulit dan gusi
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan disuatu tempat
dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki.
Obat anestetik lokal umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut
dalam air.
Persyaratan anestesi lokal :
Anestetik lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
 tidak merangsang jaringan
 tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
 toksisitas sistemis rendah
 efektif pada penyuntikan dan penggunaan locale.
 mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
 larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan pemanasan

29
Efek samping: dari pengguna anestetik lokal terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik lokal dibagi 3 kelompok yaitu:
 Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuprokain
 Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain,
 Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
 Bupivikain Indikasi : anestetik lokal
 Etil klorida Indikasi : anestetik local,
efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
 Lidokain Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
 Benzokain Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan gatal
 Prokain (novokain) Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaanEfek samping :
hipersensitasi
  Benzil alkohol Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi
b. Anestetika Umum
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat pusat syaraf tertentu
yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum :
 berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
 mula kerja cepat tanpa efek samping
 sadar kembalinya tanpa kejang
 berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
 Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan
Efek samping
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang terpenting
diantaranya adalah :

30
 Menekan pernafasa,
 paling kecil pada N2O,
 eter dan trikloretiken·
 Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling
ringan pada eter
 Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor·
 Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1) Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental dan
heksobarbital )
2) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya eter,
dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
 Dinitrogen monoksida Indikasi : anestesi inhalasi
 Enfluran Indikasi : anestesi inhalasi (untuk pasien yang tidak tahan eter) Efek
samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
 Halotan Indikasi : anestesi inhalasi Efek samping : menekan pernafasan, aritmia,
dan hipotensi
 Droperidol Indikasi : anestesi inhalasi
 Eter Indikasi : anestesi inhalasi Efek samping : merangsang mukosa saluran
pernafasan
 Ketamin hidrokloridaIndikasi : anestesi inhalasik samping : menekan pernafasan
(dosis tinggi ), halusinasi dan tekanan darah naik.
 TiopentalIndikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi Efek samping :
menekan pernafasan
2. Obat Hipnotik dan Sedatif
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang
diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal
untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat

31
obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek
menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
golongan obat sedative-hipnotik adalah:
 Ethanol (alcohol),
 Barbiturate,
 fenobarbital,
 Benzodiazepam,
 methaqualon
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut
a. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
b. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
c. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
d. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium )
dan turunanure seperti karbromal dan bromisoval.
e. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
a. Diazepam, indikasi hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anti ansietas (obat epilepsi)
b. Nitrazepam, indikasi seperti indikasi diazepam, Efek samping : pada
pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang over ),gangguan
koordinasi dan melantur.
c. Flunitrazepam indikasi hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.Efek
samping : amnesia (hilang ingatan )
d. Kloral hidrat indikasi hipnotika dan sedatif dengan efek samping merusak
mukosa lambung usus dan ketagihan
e. Luminal, indikasi sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

32
3. Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat
(SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik.
Psikofarmaka dibagi dalam 2 kelompok
a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat (Neuroleptika),
yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal dengan
Mayor Tranquilizer. Obat ini dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa
menekan fungsi-fungsiumum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini
digunakan pada gangguan(infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi
dan vertigo. Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan
konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari- jari dingin, dan depresi.
Neuroleptika mempunyai beberapa khasiat yaitu :
 Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkanhalusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan
schizophrenia.
 Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh
tioridazina.
 Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
 Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Efek samping
 Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak
karenadisebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak
 Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran
keruh.
 Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
 Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
 Efek anti kolinergik dengan cirriciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.

33
 Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
 Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara
berlebihan.
b. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2 yaitu :
1) Anti Depresiva,
Obat Anti Depresan, yaitu obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat
menghilangkan atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak
disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat
menghilangkan gejala-gejala murung dan putus asa. Obat ini terutamadigunakan pada
keadaan depresi, panic dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
 Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis
dengan efek samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya
imipramin dan amitriptilin.
 Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan
gangguan jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
2) Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi. Obat ini
mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat halusinasi, pikiran, dan impian/
khayal
4. Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf
yangditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan
kesadaran.Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak
dan berlebihan padaneuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di
otak( abses, tumor,anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat
tertentu yang dapatmemprovokasi serangan epilepsi.
5. Obat Antikonvulsan, yaitu obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh :
Diazepam, Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.

34
6. Obat Pelemas otot / muscle relaxant, yaitu obat yg mempengaruhi tonus otot
7. Obat Analgetik atau obat penghalang nyeri
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:1.
a. Analgetik Perifer (non narkotik)
Analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat yang memiliki khasiat sebagai anti
piretik untuk menurunkan suhu.Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin. Obat ini diindikasikanuntuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan
cerebral.Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas
digunakan dandigolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan
bahkan dapatmenyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ).
Efek samping golongan ini serupadenga salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapatmenurunkan suhu tubuh dalam keadaan
demam, dengan mekanisme efek sentral. Efeksamping dari parasetamol dan
kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lamadapat menyebabkan
kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon(dipiron)Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semuaderivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat, digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi
kurang efektif dibandingkandengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi
mukosa lambung dan gangguan salurancerna sering timbul.
Penggunaan :
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.

35
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu
tidak hanya digunakan sebagai obatantinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi
virus/kuman, selesma, pilek) dan peradanganseperti rematik dan encok.
Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati danginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama
terjadi pada penggunaanlama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan
anal-getika secara kontinu tidakdianjurkan
b. Analgetik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti frakturdan kanker. Nyeri
pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
1) Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
2) Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
3) Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal
4) Obat Opioid parenteral
Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :
1) Alkaloid alam : morfin,codein
2) Derivate semi sintesis : heroinc.
3) Derivate sintetik : metadon, fentanild. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan
pentazooin.

8. Antipiretik, adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.


9. Obat Antimigrain, obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala
dari nyeri hebat pada satusisi.
10.Obat Anti Reumatik, yaitu Obat yang digunakan untuk mengobati atau
menghilangkan rasa nyeri pada sendi/otot,disebut juga anti encok. Efek samping berupa
gangguan lambung usus, perdarahantersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain.
Obat generiknya Indomestasin,fenilbutazon, dan piroksikam

2.4 Pengertian dan Penggolongan Obat Sistem Saraf Otonom


Terdapat banyak tempat atau bagian di mana obat-obat otonom dapat bekerja. Tempat
yang berfungsi seperti SSP yang merupakan pusat vasomotor, ganglia, terminal saraf

36
pra dan pascaganglion (misal: sintesis, penyimpanan, dan pelepasan transmiter) reseptor
pada sel efektor dan mekanisme yang melibatkan terminasi kerja transmiter (misal:
metabolism atau ambilan kembali)
A. Obat-obat otonom bekerja dengan cara sebagai berikut :
1. Menghambat sintesis dan pembebasan NT
2. Mempermudah pembebasan NT
3. Berikatan dengan merangsang atau memblok reseptor
4. Menghambat destruksi NT.
B. Penggolongan obat otonom
Obat-obat yang dapat mempengaruhi fungsi SSO dapat digolongkan menurut jenis
efek utamanya, yaitu golongan:
1. AGONIS ADRENERGIK (simpatomimetik) yang mempunyai efek mirip dengan
perangsangan aktivitas saraf simpatik.
2. PENGHAMBAT/ANTAGONIS ADRENERGIK (simpatolitik) yang mempunyai
efek penghambatan aktivitas susunan saraf simpatik
3. KOLINERGIK (parasimpatomimetik) yang mempunyai efek mirip dengan
peningkatan aktivitas susunan saraf parasimpatik
4. PENGHAMBAT KOLINERGIK (parasimpatolitik) yang mempunyai efek
penghambatan aktivitas susunan saraf parasimpatik
5. OBAT GANGLION dengan efek merangsang atau menghambat penerusan impuls
di ganglion

2.5 Obat sistem Saraf Otonom dan Mekanisme kerjanya


Obat2 yg bekerja pada sistem syaraf simpatik dibagi menjadi dua macam mekanisme
kerja yaitu:
1. Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)
a. agonis adrenergic langsung
b. agonis adrenergic tidak langsung
2. Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)

37
2.5.1 Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)
A. Agonis adrenergik langsung
Obat yg termasuk tipe ini langsung berikatan pada reseptor adrenergik, sehingga
mengaktivasi reseptor tersebut. Obat2 yg bertindak sebagai agonis adrenergik langsung
memiliki afinitas terhadap reseptor2 tertentu. misalnya:
1. Norepinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1
2. Epinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1, β2
3. Isoproterenol: memiliki afinitas terhadap reseptor β1, β2
Efek terhadap tubuh yaitu Stimulasi jantung untuk afinitas reseptor β1, Efek terhadap
otot polos (stimulasi thd reseptor α akan menyebabkan vasokonstriksi, dan stimulasi
terhadap reseptorβ akan menyebabkan vasodilatasi), Bronkodilatasi dengan stimulasi
reseptor β2 pada bronkus, Efek metabolism dengan pemacuan reseptor β akan
menginduksi proses glukoneogenesis (glikogen jadi glukosa).
Obat lain yang masuk kategori ini seperti: Fenileprin, metaraminol, dan methoxamine,
Dobutamin, Terbutaline and Albuterol.
B. Agonis adrenergic tidak langsung
Obat-obat ini bekerja melalui mekanisme:
1. menghambat re-uptake : jika NE banyak atau tidak digunakan maka akan mengalami
reuptake masuk kembali ke sel syaraf semula dan disimpan dalam granul
2. menghambat MAO (mono amin oksidase): karena MAO-lah yg menginaktivasi neuro
transmitter.
3. Menyebabkan pelepasan NE
Yang termasuk obat golongan ini adalah
a. Efedrin : Dapat menembus sawar darah otak dan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Cara kerjanya adalah melepaskan norepinefrin. namun ada juga efek lainnya yaitu
sebagai bronkodilator.
b. Amphetamine dan turunannya: Efeknya sama kaya efedrin yaitu bisa menembus
sawar darah otak namun efeknya jauh lebih kuat, para atlit yg minum ini akan
merasa beternaga dan tidak merasa capek. Sekarang sudah tidak direkomendasikan
sebagai obat lagi karena disalahgunakan.

38
2.5.2 Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)

Obat yang mengeblok sistem saraf simpatik dengan mekanisme:

1. menurunkan rangsang simpatetik dari otak


2. mengeblok reseptor adrenergic
3. menurunkan pengeluaran NE

Beberapa obat yang tergolong antagonis adrenergic seperti:

1. α Blocker : obat atau senyawa yang mengeblok reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi:

a) Pengeblok α: mengeblok reseptor α secara tidak spesifik (α 1 dan α 2 semua diblok).


Contoh obat: fentolamin, tolazolin. fungsinya untuk vasodilator
b) Pengeblok α-1: Spesifik hanya untuk α-1.Contoh obat: prazosin, trimazolin, terazolin
fungsinya sebagai obat antihipertensi (α-1 menyebabkan vasokonstriksi)
c) Pengeblok α-2: Spesifiknya hanya untuk α-2Contoh obat: yohimbin efek samping:
aprodisiaka

2. β Blocker: obat atau senyawa yg mengeblok resptor beta adrenergik, dibagi menjadi:

a) Pengeblok β: mengeblok reseptor β secara tidak spesifik. karenanya jarang


digunakan. Contoh obat: propanolol, karteolol, pindolol, timolol. Fungsi :
menurunkan denyut jantung, kardiak output, tekanan darah
b) Pengeblokβ-1: Spesifik hanya untuk β-1.Contoh obat: asebutolol, atenolol, betaxolol.
Fungsinya : menurunkan frekuensi denyut jantung dan untuk pengobatan hipertensi
c) Pengeblok β-2: Spesifik hanya untuk β-2. Contoh: butaxamine, menyebabkan
bronkokonstriksi

2.5.3 Agonis kolinergik (Kolinomimetik)


Agonis kolinergik (Kolinomimetik), merupakan obat atau senyawa yg memperkuat
atau meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik, dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan target aksinya:
A. Agonis kolinergik langsung, dibagi menjadi 3:

39
a) Golongan ester: memiliki bentuk yg hampir mirip dengan struktur asetil
kolin. namun obat golongan ini lebih tahan terhadap enzim pendegradasi
Asetilkolin esterase. karenanya efek obatnya dapat bertahan lama. Contoh :
Carbachol, Methacholine, dan Betanechol (selektif untuk reseptor
muskarinik)
b) Golongan alkaloid: berasal dari tanaman. sehingga tidak dapat dimetabolisme
oleh enzim asetil-kolinesterase, contoh: arekolin, muskarin dan pilokarpin
c) Golongan nikotin: untuk terapi membantu pasien menghentikan kebiasaan
merokok
B. Kolinesterase inhibitor, obat atau senyawa yg menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase (yg mendegradasi asetilkolin). dibagi menjadi 2 golongan,
namun cara kerja keduanya sama yaitu sebagai substrat palsu sehingga
Asetilkolin menggandeng obat tersebut, bukan asetil-kolinesterase
a) Inhibitor reversible: menghambat interaksi asetilkolin dengan enzim asetil-
kolinesterase. namun setelah waktu tertentu kompleks tersebut bisa lepas
Sehingga kadar asetilkolin akan meningkat dan biasanya digunakan untuk
penyakit yang kadar asetilkolinnya turun (alzheimer, myasthenia gravis,
demensia). obatnya: Edroponium : digunakan untuk diagnosis apakah pasien
menderita myasthenia gravis (penyakit autoimun dimana ototnya lemah),
Neostigmin dan piridostigmin: untuk terapi secara per oral.
b) Inhibitor Irreversible: memfosforilasi enzimnya sehingga enzim terinaktivasi.
namun sayangnya mereka kurang selektif dibanding golongan di atas
sehingga bisa menghambat berbagai enzim yg ada serine-nya. Jika asetil-
kolinesterase dihambat kuat, maka kadar asetilkolin akan meningkat karena
tidak ada yg menginaktivasi. Akibatnya seolah2 otot terasa kuat dan juga
keringat berlebihan. Biasanya golongan senyawa ini digunakan pada
insektisida. Yang lebih bahaya adalah senyawa organofosfat bisa menembus
semua membran: kulit bahkan barier darah otak.

40
2.5.4 Antagonis kolinergik (kolinolitik)
Antagonis kolinergik (kolinolitik) obat atau senyawa yang mengantagonis atau
mengurangi efek asetilkolin atau aktivitas syaraf kolinergik. dibagi menjadi:
A. Antagonis muskarinik: dimana obat bersifat kompetitif terhadap asetilkolin pada
reseptor asetil kolin muskarinik. Contoh: 1.) atropine, 2.) skopolamin (mencegah
motion sickness) pusat mual diatur oleh Ach muskarinik dimana termasuk mual
ringan dan dapat digunakan antihistamin seperti dimenhidrinat. 3.) ipatropium
(bronkodilator) = mencegah kontraksi otot bronkus dengan inhibisi sistem syaraf
parasimpatik dikombinasi dengan salbutamol untuk memacu sistem syaraf
simpatik
B. Ganglionik blocker: mengeblok aksi asetilkolin pada reseptor nikotinik pada
semua ganglion otonom.
C. Neuromuscular blocker: mengeblok interaksi asetil kolin pada reseptor
asetilkolin nikotinik di sel otot (spesifik) sehingga menghasilkan relaksasi otot
contoh: 1. tubokurare: racun yg biasanya ada di ujung anak panah orang indian
(kurare) sehingga musuh yg terkena akan lumpuh 2. dantrolen : mengobati
malignant hipertemia

41
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Sistem saraf Pusat terdiri otak (4 bagian utama yaitu yaitu brainstem (batang otak),
serebelum, diensefalon, dan serebrum) dan medula spinalis, sedangkan system saraf
otonom terdiri dari neuron eferen, aferen neuron simpatis dan neuron parasimpatis

2) Penggolongan obat system saraf pusat terbagi menjadi Psikofarmaka (psikotropika), yang
meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti
hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi
seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin): untuk gangguan
neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit Parkinson; Jenis
yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan local; Jenis obat vertigo
dan obat migrain

3) Obat-obat yang dapat mempengaruhi fungsi SSO dapat digolongkan: Agonis Adrenergik,
Antagonis Adrenergik, Kolinergik(parasimpatomimetik), Antagonis kolinergik
(parasimpatolitik), obat ganglionic. Obat-obat otonom bekerja dengan cara menghambat
sintesis dan pembebasan NT, mempermudah pembebasan NT, berikatan dengan merangsang
atau memblok reseptor, menghambat destruksi NT.

3.2 Saran

Untuk makalah ini seharusnya para pembaca dapat memahami betul isi dari makalah ini
karena sangat bermanfaat dalam dunia sehari-hari khususnya pemanfaatan obat-obat yang
terkait dengan system saraf pusat dan otonom.

42
Daftar Pustaka

Hotman Sirait Robert, 2018. Bahan Kuliah, Sistim Saraf Otonom. Departemen
Anestesiologi Fakultas Kedokteran UKI. Jakarta Selatan.
Sukohar Asep, 2014. Buku Ajar Farmakologi: Neufarmakologi Asetilkolin dan Nore
Efinefrin. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG.
Sunaryo Hadi dkk, 2020. Buku Ajar Farmakologi: Obat Sistem Saraf.UHAMKA Press
Jakarta Selatan.
Wijayanti,Rina, 2015. FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM. Disampaikan
dalam Kuliah Modul Farmakologi,Prodi Farmasi FK UNISSULA JAKARTA

43

Anda mungkin juga menyukai