Anda di halaman 1dari 12

REVIEW LITERATUR SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI

Dosen Pengampu : Safaruddin S.Si, M.Si, Apt.

Disusun Oleh :

Billiam Anthony Souhoka


D1B121169
Farmasi D-S1 2021

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR


FAKULTAS FARMASI
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta alam semesta yang sebagaimana
memberi hidup, berkat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
tanggung jawab sebagai mahasiswa untuk memenuhi tugas me-Review Literatur Sejarah
Perkembangan Farmasi dalam bentuk modul yang diberikan oleh dosen pengampu.
Modul ini disusun dengan menganalisis berbagai jurnal sehingga penulis mendapatkan gambaran
jelas mengenai materi yang ditugaskan.

Harapannya selain untuk memenuhi tugas wajib yang diberikan, review dalam modul ini
diharapkan bisa membantu pemahaman, mempermudah,dan menjadi penunjang kesuksesan.
Penulis juga menyadari bahwa tentu masih perlu belajar karena mungkin belum ideal dan masih
perlu penyempurnaan. Maka dari itu Penulis mengharapkan segala masukkan dalam bentuk
kritik mupun saran dalam modul ini, dan lampang hati penulis sangat berterima kasih.

Makassar, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..1

1.1 Sejarah Pengobatan ……………………………………………………………..1


1.2 Sejarah Farmasi ……………………………………………………………..2

1.3 Pentingnya Mempelajari Farmasi ……………………………………………..2

BAB II PEMBELAJARAN …………………………………………………………….3

2.1 Tujuan (Farmasi) …………………………………………………………….3

BAB III EVALUASI …………………………………………………………….4


3.1 Teoritis Awal Penggunaan …………………………………………………….4

3.2 Perkembangan Obat …………………………………………………………….5


3.3 Ilmuan …………………………………………………………….6

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………12


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1.1 Sejarah Pengobatan


Manusia yang hidup ribuan tahun yang lalu selalu hidup berkelompok dan senantiasa
berpindah-pindah tempat (nomaden). Dengan kehidupan yang tidak menetap itulah sehingga
kemungkinan terserang berbagai penyakit menghantui mereka. Dengan segala keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, mereka menyangka jika suatu penyakit menyerang, itu merupakan
kutukan dari dewa atau masuknya roh jahat ke dalam tubuh. Penyembuhan biasanya dilakukan
dengan mantra-mantra, tetabuhan, atau sedikit lebih maju dengan menggunakan ramuan
tumbuhan
Penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan tentang farmasi yang terkenal adalah
penemuan catatan-catatan yang disebut 'Papyrus Ebers', papyrus ebers ini merupakan suatu
kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki
(sekitar sepertiga meter) berisi lebih dari 800 formula atau resep, disamping itu disebutkan juga
700 obat-obatan yang berbeda antara lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti
akasis,biji jarak (castrol), anisi dll serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium
klorida dan sulfur.

Galen (120-130 M), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa yunani berkewarganegaraan
romawi, yang menciptakan suatu sistim pengobatan, fisiologi, patologi yang merumuskan kaidah
yang banyak diikuti selama 1500 tahun, dia merupakan pengarang buku terbanyak dizamannya,
ia telah meraih penghargaan untuk 500 bukunya tentang ilmu kedokteran-farmasi serta 250 buku
lainnya tentang falsafal, hukum, maupun tata bahasa. hasil karyanya dibidang farmasi uraian
mengenai banyak obat, cara pencampuran dsb, sekarang lazim disebut farmasi 'galenik'.

1.2 Sejarah Farmasi


Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau racun. Sedangkan
pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di
bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat. Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional
yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya.
Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya.
Di negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu
gambaran “ilmu farmasi” kuno di Cina. Sedangkan di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai
tabib adalah pendeta. Dalam legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan
Hygieia untuk meracik campuran obat yang ia buat. Oleh mmasyarakat Yunani, Hygiea disebut
sebagai apoteker (Inggris : apothecary). Sedangkan di Mesir, praktek farmasi dibagi dalam dua
pekerjaan, yaitu : Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di kuil menyiapkan racikan
obat.

Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai Inggris,
Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di
Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama Philadelphia
College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan
bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas. Peran organisasi
keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak
sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi
profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of
Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan nama
“American Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya didirikan pada
tahun 1910 dengan nama “Federation International Pharmaceutical”.

Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar


mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk
menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya. Dilihat dari
sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan bidang tersendiri
melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang
merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukandisebut
Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains.

1.3 Pentingnya Mempelajari Farmasi


Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concerns, commits, dan
competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi, yaitu suatu pekerjaan
(occupation) yang menunjukkan karakter specialised knowledge dan diperoleh melalui academic
preparation. (Wertheimer dan Smith, 1989) Gambaran umum tentang hal itu, di Universitas
Gadjah Mada diselenggarakan 65 program studi yang berarti ada 65 bidang pekerjaan (okupasi)
tersedia di lapangan, namun di Indonesia, baru ada 7 buah profesi yang diakui, dari sekitar 15
buah secara internasional, yaitu profesi-profesi dokter, dokter gigi, dokter hewan, farmasis
(apoteker), akuntan, notaris, dan psikolog. Dengan demikian, Farmasi bersifat karakteristik dan
dihasilkan oleh perguruan tinggi karakteristik pula.

Tenaga kefarmasian yang berperan besar dalam mensukseskan peningkatan pelayanan


kesehatan di apotek adalah apoteker dengan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian lainnya.
Menurut PP 51 tentang pekerjaan kefarmasian, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasiannya harus dapat melakukan GPP (Good Pharmacy Pratice)
untuk menjamin pelayanan kefarmasian di apotek dengan baik karena kewenangaan dan
perannya yang sangat penting di apotek. Sayangnya saat ini di lapangan masyarakat kurang
familiar dengan profesi seorang apoteker di apotek, sehingga seorang apoteker seharusnya
mampu menjalankan tugas dan pengabdiannya.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan


(medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi
masalah terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial
(socio-pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik
sesuai standar pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam
melakukan praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan
Obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya.
BAB II
PEMBELAJARAN

2.1. Tujuan (Farmasi)


1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggungjawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
praktek farmasi komunitas di Apotek.
4. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
Tambahan : Mahasiswa calon apoteker mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang
apoteker sehingga meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam
pelayanan kefarmasian secara profesional, dapat menjadi apoteker yang profesional,
berwawasan luas, memiliki etika, dapat mentaati hukum yang berlaku dalam
melaksanakan tugasnya, dapat mengabdikan profesinya untuk masyarakat dan dapat
bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
BAB III
EVALUASI

3.1. Teoritis Awal Penggunaan


Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski dalam
bentuk yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan menggunakan insting dan
observasi terhadap burung-burung dan hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan
air dingin, daun, kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba,
manusia purba mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya. Dalam waktu
singkat, mereka dapat menggunakan pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain.
Meskipun menggunakan metode yang masih kasar, beberapa obat masa kini berasal dari
sumber-sumber yang telah digunakan oleh nenek moyang kita tersebut.

3.2. Perkembangan Obat


penemuan obat sebenarnya dimulai dari hal yang tidak disengaja ketika Alexander
Fleming sedang melakukan penelitian terhadap bakteri Staphylococcus. Ketika
penelitiannya telah selesai, ia meninggalkan laboratorium dan lupa membersihkan cawan
petri yang berisi bakteri tersebut. Sehingga, saat kembali untuk melanjutkan penelitian
Fleming melihat cawan petri yang berisikan bakteri terkontaminasi oleh jamur yang
menyebabkan perkembangan bakteri menjadi terhambat, jamur itu adalah jamur
Penicillium chrysogenum. Penelitian pun terus dilanjutkan untuk mengetahui senyawa
yang terkandung pada jamur Penicillium chrysogenum sehingga lahirlah antibiotik
pertama yang disebut Penisilin.

Sejarah penisilin menceritakan sesuatu ketidaksengajaan yang bermanfaat,


meskipun harus melalui tahapan proses yang panjang dan tidak mudah. Menurut
definisinya obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Obat yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Edar. Setelah
melakukan serangkaian pengujian penemuan dan pengembangan obat. Selanjutnya
dilakukan registrasi demi mendukung keamanan obat yang akan dikembangkan dengan
mendapatkan nomor registrasi sehingga keamanan konsumen lebih terjaga.
3.3 Ilmuan

1. Bapak Botani: Theophrastus


Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno ternama yang
dikenal sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan disebut-sebut sebagai
Bapak Botani. Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai
medis dan herbal merupakan suatu pencerahan bagi pemahaman manusia. Beliau
bertindak sebagai pengajar bagi sekumpulan siswa yang mempunyai minat yang
sama dengannya.
2. Galen

Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih sangat dihormati
oleh profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200 M)merupakan pakar
praktisi dan pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma. metode yang
diterapkannya dalam menyiapkan dan meracik obat telah digunakan di dunia barat
selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah diasosiasikan dengan metode
peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah penemu dari formula
krim dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita kenal
sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini.
3. Hippocrates
Hippocrates adalah seorang dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan
kedokteran secara ilmiah. Dia menerangkan obat secara rasional, dan menyusun
sistematika pengetahuan kedokteran, serta meletakkan pekerjaan kedokteran pada
suatu etik yang tinggi. Hasil uraiannya dari beratus-ratus obat-obatan pada masa
itu menimbulkan suatu istilah “Farmakon”, yang diartikan sebagai obat yang
dimurnikan haya untuk tujuan kebaikan.
4. Dioscorides

Dioscorides adalah seorang dokter Yunani yang juga ahli Botani. Dia meruapakan
orang yang pertama kali menggunakan ilmu tunbuhan sebagai Ilmu Farmasi
Terapan. Hasil karyanya De Materia Medika dianggap sebagai awal dari
pengembangan botani farmasi, yang kemudian ilmu bidang ini sekarang dikenal
sebagai Farmakognosi. Obat-obat yang berhasil dibuat oleh Dioscorides antara
lain Opium, Ergot, Hyoscyamus, dan Cinnamon.
5. Ibnu Al-Baitar
Tak heran bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik
yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-
Baitar melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai
masa Renaisans di Benua Eropa.
DAFTAR PUSTAKA

“Sejara Ilmu Farmasi”


. https://text-id.123dok.com/document/y95349dz-sejarah-farmasi-dunia-dan-
indonesia.html Diakses 29 Oktober 2021

H Doloking · 2017. Pengantar Ilmu Farmasi. Buku Daras. Haria.


http://repositori.uin-alauddin.ac.id/7289/1/BUKU%20DARAS%20PIF.pdf Diakses 29
Oktober 2021.

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Vol. 5. No. 2 Desember 2018. Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia.
https://www.e-journal.unair.ac.id/JFIKI/issue/download/1025/125 Diakses 29 Oktober
2021

Sejarah Perkembangan Farmasi klinik. Diakses 20 Oktober 2021


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12226/6.%20BAB%20II.pdf?seq
uence=7&isAllowed=y

Riswaka Sudjaswadi. Majalah Farmasi Indonesia,12(3), 128-134, 2001. FARMASI,


FARMASIS, DAN FARMASI SOSIAL (PHARMACY, PHARMACIST, AND SOCIAL
PHARMACY). 2005.
https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/541/419

‘Pentingnya farmasi dalam masyarakat” Diakses 29 Oktobaer 2021.


http://repository.wima.ac.id/7857/2/BAB%201.pdf

Hairunnisa Hairunnisa. 2019. Jurnal Farmatika.


http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/article/download/22517/10845 (Diakses 29 Oktober
2021)

Anda mungkin juga menyukai