Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FILSAFAT FARMASI

Di susun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Filsafat Farmasi
Dosen Pengampu: Apt. Lalu Jupriadi, M.SI

Disusun Oleh
1. Sri Eka Juliani (4820121028)
2. Sri Wahyuningsih (4820121189)
3. Widia Husnaini (4820121073)
4. Zikri Hidayat (4820121016)

KELAS E
JURUSAN S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS QAMARUL HUDA
BADARUDIN BAGU ( UNIQHBA) 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji tercurahkan pada syukur di ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya,kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini .Sholawat beserta salam selalu Nabi kita Muhammad SAW ,beserta keluarganya,sahabat-
sahabatnya,dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna ,Hal ini karena kemampuan dan pengalaman
kami yang masih ada dalam keterbatasan .Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun,demi perbikan makalah ini yang akan datang.
Semoga makalah ini bermnfaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah pengetahuan
terutanma baginpembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga Allah SWT, senantiasa meridhoi segala urusan
kita Aamiin.
Bagu, 7 November 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan ilmu farmasi di dunia zaman kerajaan yunani....................................2
B. Pelayanan farmasi (pharmaceutical care).................................................................................4
C. Standar pelayanan kefarmasian yang ada di Indonesia............................................................5
D. Perkembangan pelayanan farmasi era 4.0................................................................................6
E. Sejarah perkembangan ilmu farmasi di dunia islam.................................................................7
F. Sejarah perkembangan pembuatan sediaan /Obat farmasi dari era 1,0 sampai 4.0.................11
G. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia................................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan
obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada
pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi,
pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan
bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula
penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter
berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai. Kata farmasi diturunkan dari bahasa
Yunani “pharmakon”, yang berarti cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi
racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli
farmasi (Pharmacist) ialah orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli
mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang
mendalam mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas.
1.2. Rumusan Masalah
a. Sejarah perkembangan ilmu farmasi di dunia zaman kerajaan yunani..?
b. Pelayanan farmasi ( pharmaceutical care)…?
c. Standar pelayanan kefarmasian yang ada di indonesia…?
d. Perkembangan pelayanan farmasi era 4.0……?
e. Sejarah perkembangan ilmu farmasi di dunia islam …?
f. Sejarah perkembangan pembuatan sediaan /Obat farmasi dari era 1,0 sampai 4…..?
g. Jelaskan bagaimana Sistem pelayanan kesehatan di indonesia……?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah perkembangan ilmu farmasi di dunia zaman kerajaan yunani


Farmasi Jaman Babylonia-Assyria Pada daerah selatan kerajaan Babylonia (sekarang Iraq),
bangsa Sumeria telah mengembangkan sistem tulis-menulis sekitar tahun 3000 SM sehingga
mereka telah memasuki periode sejarah. Bangsa Babylonia melakukan observasi terhadap
planet-planet dan bintang-bintang yang mendasari ilmu astronomi dan astrologi saat ini.
Kedudukan dan gerakan bintang-bintang diduga mempengaruhi kejadian di bumi. Kepercayaan
ini kemudian diadopsi oleh ilmu kedokteran dan kefarmasian berikutnya. Bangsa Sumeria dan
pewarisnya yakni bangsa Babylonia dan Assyria telah meninggalkan ribuan tablet lempung
dalam puing-puing peninggalan mereka sebagai salah satu peninggalan peradaban manusia yang
paling berharga. Sejarah mereka terkubur rapat-rapat dalam tablet lempung tersebut hingga
berabad-abad berikutnya sekelompok sejarahwan berhasil mengungkap “bagian yang hilang”
dari catatan-catatan kuno ini. Dari penelitian terhadap catatan-catatan kuno tersebut disebutkan 3
aspek yang paling berpengaruh dalam ilmu pengobatan Babylonia-Assyria yakni : ketuhanan
(divination), pengusiran roh jahat/setan (excorcism) dan penggunaan obat-obatan.
Penyakit adalah kutukan atau hukuman Tuhan, sedangkan pengobatan adalah
pembersihan/pensucian dari kedua hal tersebut. Konsep tersebut dikenal sebagai katarsis
(catharsis). Konsep ini menjelaskan makna asli kata “pharmakon” (Yunani), yang merupakan
asal kata pharmacy (farmasi). Konsep pharmakon dijelaskan sebagai berbagai usaha
penyembuhan atau pensucian dengan cara mengeluarkan atau membersihkan. Yang menarik, di
dalam farmakologi (ilmu tentang obat dan mekanisme kerjanya) dikenal obat katartik atau
pencahar, yakni obat yang bekerja meningkatkan motilitas kolon (usus besar) sehingga
meningkatkan pengeluaran tinja (feses). Para pendeta di masa itu berperan sebagai rohzwan
(diviner) dan pengusir setan, yang mendukung peran mereka sebagai penyembuh/dokter. Dalam
literatur lain disebutkan bahwa terdapat pemisahan profesi penyembuh di antara bangsa
Babylonia, yakni penyembuh empiris dan penyembuh yang spiritualis. Penyembuh spiritualis
dikenal sebagai asipu, yang menekankan pada penggunaan mantra/doa-doa bersama dengan
batu-batu bertuah/jimat-jimat dalam pengobatan. Pada salah satu tablet lempung tercatat adanya
mantra/doa yang tertulis di awal dan di akhir suatu formula obat. Mantra/doa tersebut diharapkan
memberi kekuatan menyembuhkan kepada obat-obatan yang telah dibuat. Fenomena ini

2
mungkin masih sering dijumpai di berbagai pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif
bangsa kita. Penyembuh empiris dikenal sebagai asu, yang menggunakan obat/ramuan tertentu
dalam bentuk sediaan farmasi yang sekarang masih digunakan seperti : pil, supositoria, enema,
bilasan, dan salep. Kedua penyembuh tersebut seringkali bekerjasama dalam menangani penyakit
yang berat/sulit disembuhkan. Selain kedua penyembuh tersebut terdapat sekelompok orang
yang juga meracik obat dan kosmetik yang disebut pasisu. Akan tetapi peranan dan kedudukan
mereka dalam pengobatan belum diketahui secara pasti. 2.3 Sejarah Dunia Farmasi Farmasi
dalam bahasa Inggris adalah pharmacy, bahasa Yunani adalah pharmacon, yang mempunyai arti
obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu profesional kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi
sangat luas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian, serta
pelayanan informasi obat atau berhubungan dengan layanan terhadap pasien di antaranya
layanan kefarmasian. Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Saat itu seorang “Dokter” yang
mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang Apoteker yang menyiapkan obat.
Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula
maupun cara pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun
1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan
Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Kata farmasi berasal dari kata farma
(pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an.
Sejarah Perkembangan Farmasi :
a. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja
obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
b. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek
pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
c. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria,
sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani,
India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.

3
d. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu
pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah
diketahui zat aktifnya
e. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan
toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I
resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan
penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan
merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–
coba secara klinik pada manusia.
f. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di
Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama
dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat
meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep
tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925)

di Inggris dan P.Ehrlich (1854-1915) di Jerman.


B. Pelayanan farmasi (pharmaceutical care)
Menteri Kesehatan (Permenkes atau PMK) nomor 3 Tahun 2020 terkait klasifikasi dan
perizinan rumah sakit telah dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada pada 14 Januari
2020. Pada pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah
Sakit paling sedikit terdiri atas : a. pelayanan medik dan penunjang medik; b. pelayanan
keperawatan dan kebidanan; dan c. pelayanan nonmedik. Dalam pasal 10 disebutkan bahwa
pelayanan nonmedik sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 tersebut terdiri atas pelayanan
farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana prasarana dan
alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik
lainnya.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes atau PMK) sebelumnya yaitu nomor 30
Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Pada Pasal 7 ayat 2 disebutkan
bahwa Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum sedikitnya terdiri dari :
a) pelayanan medik;
b) pelayanan keperawatan dan kebidanan;
c) pelayanan penunjang medik; dan

4
d) pelayanan penunjang non-medik.
Pelayanan farmasi sendiri pada PMK sebelumnya (tahun 2019) masuk dalam pelayanan
penunjang medik lain yang meliputi pelayanan sterilisasi yang tersentral, pelayanan darah, rekam
medik, dan farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbedaannya, pelayanan farmasi yang dari PMK tahun 2019 berada dalam kategori
pelayanan penunjang medik, sedangkan pada PMK tahun 2020 berada dalam kategori pelayanan
nonmedik.
Sedangkan pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes atau PMK) nomor 72 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit disebutkan meliputi standar: Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan Pelayanan farmasi klinik.
Pada ayat 2 disebutkan bahwa Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi : pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian; dan administrasi. Pada
ayat 3 disebutkan bahwa Pelayanan Farmasi Klinik meliputi pengkajian dan pelayanan Resep;
penelusuran riwayat penggunaan Obat; rekonsiliasi Obat; Pelayanan Informasi Obat (PIO);
konseling; visite; Pemantauan Terapi Obat (PTO); Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); dispensing sediaan steril; dan Pemantauan Kadar Obat dalam
Darah (PKOD).
C. Standar pelayanan kefarmasian yang ada di Indonesia
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Adapun pelayanan kefarmasian yang ada di rumah sakit meliputi standar pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
Adapun tujuan standar pelayanan kefarmasian disusun, antara lain ialah sebagai pedoman
praktek apoteker dalam menjalani profesi. Melindungi profesi dalam menjalankan praktek
Kefarmasian. Sementara itu apotek adalah tempat yang memungkinkan Anda mendapatkan
pelayanan kefarmasian(bukan hanya menjual obat) oleh apoteker, pelayanan kefarmasian yang
dimaksud adalah;pengkajian resep, dispensing(pemberian obat), pelayanan informasi obat,
konseling, pemantaun penggunaan obat, pemantauan efek samping obat.

5
D. Perkembangan pelayanan farmasi era 4.0
Ada tiga pilar utama dalam Program Indonesia Sehat guna mendukung terwujudnya
peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. Ketiga pilar tersebut adalah paradigma sehat,
penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) dan soal Jaminan Kesehatan Nasional.
Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt., M.Farm, Kasubdit Manajemen dan Klinikal Farmasi,
Direktorat Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, mengungkapkan perlunya
mendorong pilar penguatan pelayanan kesehatan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas.
Dalam peningkatan kualitas perlu untuk meningkatkan akses masyarakat, baik akses
terhadap fasilitas, akses terhadap obat dan alat kesehatan, dan akses terhadap sumber daya
manusia yang berwenang dan berkompeten, termasuk apoteker.
“Kita sekarang mendorong seluruh puskesmas di Indonesia dan diupayakan ada tenaga
apotekernya karena ternyata masih sedikit apoteker yang ada di Puskesmas, terlebih yang berada
di daerah terpencil dan daerah kepulauan. Ini salah satu tantangan pembangunan dalam
memeratakan sumber daya kesehatan dan kita berharap apoteker bisa berkontribusi. Karena itu,
yang berasal dari daerah tolong kembali ke daerah, jangan ngumpul di Jogja setelah lulus,"
katanya pada seminar nasional dan Talkshow Kefarmasian bertajuk Perkembangan Paradigma
Apoteker dalam Menghadapi Disrupsi Percepatan Inovasi di Era Revolusi Industri 4.0, pada
Minggu (20/10) di Hotel Grand Mercure Yogyakarta.
Terkait tema seminar, kata Dina Sintia, masalah pembangunan kesehatan era saat ini senantiasa
bersentuhan dengan Informasi Teknologi. Keberadaan IT ini, menurutnya, ibarat pedang bermata
dua, di satu sisi memberi peluang yang sangat baik karena membantu dalam menghadapi
berbagai permasalahan kesehatan. Tetapi, di sisi lain jika dimanfaatkan orang tidak bertanggung
jawab bisa-bisa menjadi bumerang bagi pasien karena keselamatannya bisa terlupakan.
“Penggunaan obat bisa-bisa tidak rasional. Sebab, masyarakat bisa beli online, sakit apa bisa beli
langsung, tidak ada sedikitpun arahan dari tenaga medis atau apoteker," ucapnya.
Meski begitu, banyak pihak mau tidak mau harus merangkul era ini. Era industri 4.0 ini dalam
kenyataan sudah mengusai semua lini hidup manusia.
Teknologi yang telah membuat hidup semakin sederhana dan nyaman serta perlu disiapkan saat
memasuki revolusi industri 4.0. Hal-hal yang perlu disiapkan antara lain persoalan kesiapan
sumber daya manusia.

6
“Mau tidak mau kita memanfaatkan teknologi itu. Dimungkinkan pula peluang-peluang
pekerjaan juga bisa hilang. Pertanyaannya bagaimana  profesi apoteker atau farmasi menyikapi
ini? Tentu kita sendiri yang akan menjawab, akan ada risiko 40 persen pekerjaan hilang akibat
kemajuan era ini," imbuhnya.
Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, S.Si., M.Si., Apt., menyatakan jumlah
perguruan tinggi farmasi di Indonesia saat ini mencapai 264. Jumlah ini tentu lebih banyak dari
jumlah prodi bidang kesehatan lainnya sehingga hal ini menunjukkan jika apoteker dan calon
apoteker sebetulnya memiliki kekuatan di Indonesia.
“Jika dikelola dengan baik akan meningkatkan eksistensi apoteker. Kita perlu mencermati
tantangan dan kesempatan yang ada. Kemudian cermat mempersiapkan diri demi menyongsong
revolusi industri 4.0,”.
Selain dua pembiara di atas, pembicara lain yang hadir untuk mengisi seminar dan talkshow
adalah Manufacturing Director PT Kalbe Farma, Drs. Pre Agusta Siswantoro, MBA, Apt., Ketua
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, Drs. Nurul Fallah Eddy Pariang, Kepala Instalasi
Farmasi RSUP dr Sarjito, Asri Riswiyanti, SF, Apt, M.Sc, dan Dra. L. Endang Budiarti,
M.Pharm, Apt. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian Pharmacious 2019 yang sebelumnya
telah digelar Debat Nasional Kefarmasian serta Kompetisi Poster Publik yang bertempat di
Fakultas Farmasi UGM. (Humas UGM/ Agung)
E. Sejarah Perkembangan Ilmu Farmasi di Dunia Islam
a. Sejarah Perkembangan Farmasi Islam
Eksistensi ilmu farmasi (syadanah, bahasa Arab) tidak terlepas dari sejarah
perkembangannya yang merupakan suatu proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu
pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase perkembangan ilmu farmasi muncul sesuatu yang
baru dan memiliki karakteristik setiap masanya. Pada masa kejayaan Islam, ahli farmasi
ternama silih berganti hadir. Karya dan pemikiran mereka menjadi sumbangan signifikan
yang mempengaruhi perkembangan ilmu farmasi hingga saat ini. Perkembangan farmasi
Islam yang digerakkan oleh para ilmuwan Islam berhasil mengukir prestasi dalam dunia
farmasi, seperti diungkapkan Howard R Turner bahwa ilmuwan muslim telah menyumbang
banyak hal dalam bidang farmasi dan pengaruhnya sangat luar biasa terhadap Barat.
Fase perkembangan farmasi pada masa keemasan Islam ini, para dokter, ahli kimia dan
farmasi muslim berhasil melakukan penelitian ilmiah, menciptakan ramuanramuan dalam

7
pengobatan (komposisi, dosis, dan efek dari obat-obat sederhana dan campuran). Selain
menguasai bidang farmasi, masyarakat muslim adalah sebagai peradaban pertama yang
memiliki apotek dan tokoh obat. Howard R Turner dalam bukunya Science in Mediavel
Islam, umat Islam mulai menguasai farmasi setelah melakukan gerakan penerjemahan secara
besar-besaran di era Kekhalifaan Abbasiyah. Pada abad ke-7 sampai abad ke-12, para
ilmuwan muslim secara khusus memberi perhatian untuk melakukan investigasi atau
pencarian terhadap beragam produk alam yang dapat digunakan sebagai obat-obatan.
Tokoh-tokoh Islam pada masa kejayaan Islam tersebut berperan penting dalam ilmu
kedokteran dan farmasi tergambar dalam kitab-kitab yang mereka hasilkan. Ilmuwan
muslim mengalami perkembangan pada saat perkembangan ilmu di Barat (Eropa) terhenti
yang disebut zaman gelap (dark age) antara abad ke-7 sampai dengan abad ke-12.
Perkembangan selanjutnya, setelah era keemasan Islam mencapai kejayaan yang amat luar
biasa tersebut, perlahan kemudian memudar, hingga akhirnya ilmu farmasi kemudian
dikuasai oleh Barat sampai saat ini.
Menurut Abu Al-Wafar Abdul Akhir, sejarah farmasi Islam terbagi dalam 4 fase, yakni :
1. fase pertama adalah hasil kerja keras pakar kimia Muslim, sekaligus perintis ilmu farmasi
Jabir bin Ibnu Hayyan (720 M-815 M).
2. Fase kedua, ilmu farmasi dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857 M), Al-
Kindi (809-873), Sabur Ibnu Sahl (Wafat 869 M), Abu Hasan Ali bin Shal Rabani AtTabari
(838-870 M), dan Zakariya Ar-Razi (864 M-930 M).
3. Fase ketiga, ilmu kedokteran dan farmasi melalui tangan Al-Zahrawi (936-1013), Ibnu Sina
(980-1037 M), Abu Raihan Muhammad Al-Biruni (973-1050 M), Ibnu Aldan Abu Ja’far Al-
Ghafiqi (Wafat 1165 M).
4. Fase keempat, para ilmuwan farmasi Muslim mulai memperluas studi mereka lewat
perindustrian di bidang farmasi. Hasil akhir dari studi tersebut adalah seni menyajikan obat-
obatan. Empat dari dari mereka adalah Ibnu Zuhr (1091-1131 M) , Ibnu Thufayl (1112-1186
M) , Ibnu Rusyd (1128-1198 M), dan Ibnu Al-Baythar (1197-1248 M).
Fase keempat ini merupakan fase kebangkitan ilmuwan Muslim era kekhalifaan yang terakhir.
Setelah fase ini, umat Islam mengamai kemunduran drastis.
b. Tokoh-Tokoh Farmasi Islam dan Hasil Karya Mereka di Bidang Farmasi
Tokoh Farmasi Islam pada Fase Pertama dan Hasil Karyanya

8
1) Jabir Ibnu Hayyan
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi. Ia lahir pada pada
tahun 721 M dan meninggal pada tahun 815 M. Jabir Ibnu Hayyan merupakan salah seorang
yang dianggap pantas sebagai wakil utama alkemi (ahli kimia) atau “The Father of
Chemistery”Arab pada masa-masa awal perkembangannya. Selain itu, “Bapak Kimia Modern”
ini juga tercatat sebagai penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kritalisasi,
kalnasi, dan sublimasi. Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan Geber ini pun
tercatat berhasil menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, ia pun
mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi,
pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat jasanya pula, teori
oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap. Senyawa atau zat penting
seperti asam klorida, asam nitrat, asasitrat, dan asam asetat lahir dari hasil penelitian dan
pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol. Salah satu pencapaian penting
lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri parfum.
Tokoh Farmasi Islam pada Fase Kedua dan Hasil Karyanya
1) Yuhanna Ibnu Masawa
Nama lengkapnya Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh, populer dengan julukan
Ibnu Masawayh, namun orang Barat memanggilnya Mesue. Beliau adalah seorang dokter
yang termasyhur pada abad ke-9 Masehi yang telah berperan besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan pada masanya dengan upaya penerjemahan karya-karya Yunani.
2) Al-Kindi
Al-Kindi dengan nama lengkap Yusuf bin Ishaq Al-Kindi, atau sebutan populernya dan
terkenal di Barat dengan nama al-Kindus. Dia dilahirkan di Kuffah pada tahun 809 M dan
meninggal pada tahun 970 M. Selama abad ke-9 M, al-Kindi termasuk salah seorang yang
gemilang namanya di bidang kimia. Dalam ilmu farmasi, ia mencoba menetapkan bahwa
efektivtas obat-obat campuran tergantung atas hubungan matematis antara bahan-bahan obat
itu. Buku-buku yang ditinggalkan meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti
farmakologi (teori dan cara pengobatan), matematika, geometri, astronomi, illmu hitung, ilmu
jiwa, politik,musik, dan sebagainya.

9
3) Sabur Ibnu Sahl
Sabur Ibnu Sahl tanggal lahirnya tidak diketahui dan wafat 869 M. Sabur bin Shal
merupakan dokter pertama yang mengenalkan pharmacopedia. Ia menjelaskan beragam jenis
obat-obatan untuk menyembuhkan beragam penyakit.
4) At-Tabari
Nama lengkap Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari lahir pada tahun 838 M dan
meninggal pada tahun 870 M. Pengembaraan intelektualnya, At-Tabri di samping menguasai
ilmu pengetahuan kedokteran, beliau juga seorang pakar kedokteran, botani, psikologi,
astronomi, filsafat, kaligrafi, dan sebagainya. At-Tabari adalah guru dari dokter yang terkenal
Zakariya ar-Razi (Rhazes).
5) Ar-Razi
Nama Lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi. Dilahirkan di
Provinsi Rayy, dekat Teheran, Iran pada tahun 854 M dan wafat pada tahun 923 M pada kota
yang sama. Dia didik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat. Dia merupakan
dokter Muslim terbesar dan guru besar dunia Islam dan Eropa di bidang ilmu kedokteran
Tokoh Farmasi Islam pada Fase Ketiga dan Hasil Karyanya
1) Al-Zahrawi
Nama lengkap Abu al-Qosim Khalaf IbnuAbbas Al-Zahrawi. Ia lahir pada tahun 936 di
Kota Al-Zahra, Spanyol dan meninggal pada tahun 1013 M. Di Kota Cordoba dia menimbah
ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta menge bangkan ilmu bedah.
Dunia saat ini mem berikan penghargaan sebagai “Bapak Ilmu Bedah Modern”
2) Ibnu Sina
Nama lengkap Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina, dikenal di dunia
Barat dengan Avicenna dan juga pengeran para dokter. Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980
M di Afsanah, desa kecil dekat Bukhara (Ibukota Dinasti Samanyyah), sekarang wilayah
Uzbekistan dan meninggal pada tahun 1037 M. Semasa hidupnya Ibnu Sina, pernah mengabdi
di istana. Tugasnya mempersiapkan pengobatan serta perawatan pada khalifah, keluarga
istana, dan pejabat penting.
3) Al-Biruni
Abu Raihan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni lahir pada tahun 973 M di Kath, sebuah
kota di aliran sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan) dan meninggal pada tahun 1051 M di

10
Ghazni (Pakistan). Al-Biruni adalah seorang ilmuwan terbesar dalam sepanjang sejarah
manusia.
Al-Biruni pun tak hanya menguasai beragam ilmu seperti fisika, antropologi, psikologi, kimia,
astrologi, sejarah, geografi, geodeso, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga
memberikan kontribusi besar bagi pekembangan ilmu farmasi. AlBiruni mendefenisikan ilmu
farmasi serta menentukan metode dan prinsipnya. Selain itu, ia juga menulis teks terlengkap
buku buku farmakologi yang sangat berharga.
4) Al-Ghafiqi
Nama lengkap beliau adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Qassoum Ibnu Aslam
AlGhafiqi. Beliau wafat pada tahun 1965 M. Dia seorang ahli obat-obatan yang berasal dari
Andalusia (Spanyol). Beliau mengumpulkan dan mengkaji berbagai jenis tumbuh-tumbuhan
yang diperolehnya dari wilayah Spanyol dan Afrika.
F. Sejarah Perkembangan Pembuatan Sediaan/Obat Farmasi dari era 1.0 sampai 4.0.
Mengenal Apasih yang di maksud dengan Revolusi 1.0 sampai 4.0?
Perkembangan sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, sampai
revolusi industri 4.0. Perubahan tersebut merupakan perubahan lingkungan yang dihadapi
industri sesungguhnya.
Kali ini saya akan membahas tentang peranan farmasi di era revolusi industri ini, dimana
sebelumnya kita telah mengetahui bahwa perkembangan dalam bidang industri di dunia
sangatlah pesat dan hal ini yang menyebabkan orang orang untuk berlomba lomba dalam
memperluas pengetahuan seiring berjalannya kemajuan industri. Sebelumnya kita juga harus tau
bahwa apasih revolusi indsutri 4.0 itu? Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan
kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan
perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi
otak.
1 Sebelum adanya revolusi 4.0 tentu pasti ada yang namanya revolusi industri 1.0, 2,0 dan 3.0.
revolusi industri 1.0 ini terjadi di abad ke 18 dimana mesin uap di temukan sehingga mesin
uap ini di anggap sangat mengubah peradaban saat itu. Di temukannya mesin uap ini di
anggap sangat membantu masyarakat dalam hal pengelolaannya sehingga hal ini di katakan
revolusi industri 1.0.

11
2. Berikutnya, pada revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit
tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan ini memicu
kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara
signifikan.
3. Dan kemudian revolusi industri generasi 3.0, hal ini di tandai dengan di temukannya internet
yang memudahkan akses komunikasi dan wadah mencari informasi bagi masyarakat. segala
hal mengenai revolusi industri di dunia sangatlah berguna bagi penggunanya dan bagi
perkembangan teknologi dunia yang mempermudahkan segala akses masyarakat.
4. lebih dari itu, pada era revolusi industri generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi
dengan cepat. Ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan
yang besar memangsa yang kecil. Oleh sebab itu, perusahaan harus peka dan melakukan
instrospeksi diri sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Mengenal Apasih itu farmasi dan apoteker?
Setelah membahas tentang revolusi industri, kita juga harus tau apa sih itu farmasi?
mengapa farmasi berperan dalam revolusi industri ini? Kata farmasi berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharmacon yang berarti racun atau obat. Jadi, farmasi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang obat. Farmasi merupakan profesi kesehatan yang meliputi kegiatan di
bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat. Ilmu kefarmasian belum dikenal oleh dunia pada zaman Hipocrates atau yang
lebih dikenal dengan sebutan bapak ilmu kedokteran yaitu pada tahun 460 SM sampai dengan
370 SM. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti
peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan
dengan layanan terhadap pasien di antaranya layanan kilinik, evaluasi efikasi dan keamanan
pengunaan obat, dan penyediaan inforasi obat.
farmasi juga erat kaitannya dengan apoteker karena apabila seorang telah lulus dari jurusan s1
farmasi ia juga dapat melanjutkan kuliahnya ke jenjang apoteker.
Apasih apoteker itu?
Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang
kefarmasian baik di apotik, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih
berkaitan dengan bidang kefarmasian. Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana,
kurang lebih 4 tahun, ditambah 1 tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Profesi apoteker ini
merupakan salah satu profesi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi yang ditujukan

12
untuk kepentingan kemanusiaan. Kepentingan kemanusiaan yang dimaksud adalah mampu
memberikan jaminan bahwa mereka memberikan pelayanan, arahan atau bimbingan terhadap
masyarakat agar mereka dapat menggunakan sediaan farmasi secara benar. Sediaan farmasi
terutama obat bukanlah zat atau bahan yang begitu saja aman digunakan. Tanpa keterlibatan
tenaga professional dalam hal ini ialah apoteker.
G. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi kesehatan adalah :
a. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo
Kesehatan adalah sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan
preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
b. Menurut Azwar (1996)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalamn suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan, keluarga kelompok,
dan ataupun masyarakat.
c. Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.
d. Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan
mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan),kuratif
(penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan
kesehatan yaitu input , proses, output, dampak, umpan balik.

13
1. Input adalah sub elemen – sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
2 .Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
mengasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3 .Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4 .Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
5 .Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem
tersebut.
6 .Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.
1. Input adalah : Dokter, perawat, obat-obatan,
2. Prosesnya : kegiatan pelayanan puskesmas,
3. Outputnya : Pasien sembuh/tidak sembuh,
4. Dampaknya : meningkatnya status kesehatan masyarakat,
5. Umpan baliknya : keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan,
6. Lingkungannya : masyarakat dan instansi-instansi diluar puskemas tersebut.
2. Tujuan Pelayanan Kesehatan :
1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan misalnya
dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri
dari :Preventif primer.
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik,
dan kesegaran fisik.
1. Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan
cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
2. Preventif tersier.
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,
pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit)
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau

14
5. Mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera atau
penyalahgunaan.
3. Bentuk Dan Jenis Pelayanan Kesehatan
Bentuk pelayanan kesehatan adalah :
A. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh:
1. Dokter Umum (Tenaga Medis)
2. Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan
masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary
health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim
di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan
kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory Services). Diperlukan untuk masyarakat
yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau
promosi kesehatan. Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

B.Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)


Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan
kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan
tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat
memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah
sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.

4. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan


Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak
sulit ditemukan.

15
2. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
3. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata
cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:
1. Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan,pencegahan dan penyembuhan penyakit,pemulihan.
2. Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan penderita,tapi juga
latar belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan lainnya.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perkembangan ilmu farmasi dari zaman ke zaman bisa di bilang sangat pesat.
2. Pada masa kini farmasi masih kurang di kenal di masyarakat , bahkan peranannya di
bidang kesehatan masih kurang di perhatikan. 3. Perkembangan farmasi masa depan akan
lebih baik bila di tunjang dengan bekal pendidikan yang memadai, untuk itu maka untuk
memajukan dunia farmasi harus di mulai dengan membangun sistem pendidikan farmasi
yang berkualitas.

17
DAFTAR PUSTAKA
A.Daftar pustaka :
http://dheelis.wordpress.com/2012/04/30/sejarah-farmasi/.

Anda mungkin juga menyukai