(KARYA ILMIAH)
“RUANG LINGKUP ILMU FARMASI”
DI SUSUN OLEH:
Nama : Nurhalisa . S
Nim : 18-3145-201-135
Kelas : D
2018/2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “WAWASAN ILMU FARMASI”. Shalawat
serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Wawasan Ilmu
Farmasi di program S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky
Makassar. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
1.1 Pemgertan ruang lngkup lmu farmas
1.2 Cakupan lmu faramsi
1.3 perkembanagan ruang lingkup lmu farmasi
1.4 Teknologi ruang lingkup Ilmu faramasi
1.5 Pendidikan kefarmasian
1.6 Pendidikan kefarmasian luar negeri
1.7 Kurikulum ilmu farmasi
Bab III Penutup
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penertian ruang lingkup ilmu farmasi.
2. Mengetahui macam macam ruang lingkup ilmu farmasi.
3. Mengetahui perkembangan ilmu farmasi.
4. Mengetahui perkembangan ruang lingkup ilmu farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan obat dapat ditelusuri sejak tahun 2000 S.M. pada zaman
kebudayaan Mesir dan Babilonia telah dikenal obat dalam bentuk tablet tanah liat
(granul), dan bentuk sediaan obat lain. Saat itu juga sudah dikenal ratusan jenis
bahan alam yang digunakan sebagai obat. Pengetahuan tentang obat dan
pengobatan selanjutnya berkembang lebih rasional pada zaman Yunani, ketika
Hippocrates (460 S.M.) memperkenalkan metode dasar ilmiah dalam pengobatan.
Dalam zaman Yunani itu dikenal pula Asklepios atau Aesculapius (7 S.M.) dan
puterinya Hygeia. Lambang tongkat Asklepios yang dililiti ular saat ini dijadikan
lambang penyembuhan (kedokteran), sedangkan cawan atau mangkok Hygeia
yang dililiti ular dijadikan lambang kefarmasian.
Namun demikian tonggak sejarah yang penting bagi farmasi ialah tahun
1240 di Sisilia, Eropa, ketika dikeluarkan surat perintah raja (edict) yang
secara legal (menurut undang-undang) mengatur pemisahan farmasi dari
pengobatan. Surat perintah yang kemudian dinamakan ”Magna Charta” dalam
bidang farmasi itu juga mewajibkan seorang Farmasis melalui pengucapan
sumpah, untuk menghasilkan obat yang dapat diandalkan sesuai keterampilan
dan seni meracik, dalam kualitas yang sesuai dan seragam. ”Magna Charta”
kefarmasian ini dikembangkan sampai saat ini dalam bentuk Kode Etik
Apoteker Indonesia dan Sumpah Apoteker. [4]
Semua ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat disebut
ilmu. Manusia mempunyai perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera, intuisi,
dan mampu menangkap gejala alam lalu mengabstraksikannya dalam bentuk
ketahuan atau pengetahuan; misalnya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan
filsafat. Apa yang diperoleh dalam proses mengetahui itu dilakukan tanpa
memperhatikan obyek, cara (ways of knowing) dan kegunaannya, maka ini
dikategorikan dalam ketahuan atau pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut
”knowledge”. Ilmu atau ”Science” ialah pengetahuan yang diperoleh melalui
”metode ilmiah”, yaitu suatu cara yang menggunakan syarat-syarat tertentu,
melalui serangkaian langkah yang dilakukan dengan penuh disiplin.
Sebagai ilmu, Farmasi menelaah obat sebagai ”materi”, baik yang berasal
dari alam maupun sintesis (sama dengan bidang Kimia dan Fisika) dan
menggunakan metode logiko-hipotetiko-verifikatif sebagai metode telaah
yang sama seperti digunakan pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh
karena itu, Farmasi merupakan ilmu yang dapat dikelompokkan dalam bidang
Sains.
Apabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan sifat
sebagai berikut :
E. Instansi Pemerintah
G.Manajemen Perusahaan
- turut mengupayakan obat yang bekerja spesifik, relatif aman yang dapat
meringankan penderitaan akibat penyakit.
- memberikan sumbangan untuk mengungkapkan mekanisme terinci dari
fungsi normal dan fungsi abnormal organisme.
- mengupayakan obat yang bekerja spesifik, relatif aman yang dapat
memodifikasi penyakit; memulihkan kesehatan; mencegah penyakit.
- mengupayakan obat yang dapat membantu kebehrasilan intervensi dengan
cara lain (bukan obat) dalam upaya kesehatan.
- menciptakan metode untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan
fungsional pada manusia.
- menggali dan mengembangkan sumber alam Indonesia yang dapat
diperbaharui atau pun tidak dapat diperbaharui untuk tujuan kefarmasian.
- menciptakan cara baru untuk penyampaian obat ke sasaran yang harus
dipengaruhinya dalam organisme.
- mengembangkan metode untuk menguji, menciptakan norma dan kriteria
untuk meningkatkan secara menyeluruh daya guna dan keamanan obat
dan komoditi farmasi, maupun keamanan lingkungan dan bahan lain yang
digunakan manusia untuk kepentingan kehidupannya.
- membangun sistem farmasi Indonesia dan sistem pengejawantahan profesi
farmasi yang efisien dan efektif selaras dengan konstelasi budaya,
geografi dan lingkungan Indonesia.
Kurikulum Inti
Catatan :
1. Antara MKDK dan MKDU dibuat berimbang dengan maksud agar supaya
mahasiswa lebih fleksibel untuk mengembangkan diri baik terjun ke
masyarakat, maupun melanjutkan ke program Pascasarjana.
2. Masing-masing MKKU mendapat jumlah SKS yang sama dengan maksud
memberi kesempatan yang seimbang kepada masing-masing bidang untuk
berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing
universitas/institut.
3. MKP dapat diisi dengan mata kuliah dalam bidang studi atau di luar bidang
studi untuk memperluas wawasan, juga dimaksudkan untuk diisi dengan
mata kuliah yang sesuai dengan Pola Ilmiah Pokok masing-masing
universitas/institut.
Jumlah Mata kuliah dan Bobot SKS masih perlu dilengkapi dengan muatan
lokal sampai menjadi (144-160) SKS
Tujuan Pendidikan
1. memahami ilmu dasar dan terapan yang cukup, agar dengan bertambahnya
pengalaman, mampu mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuannya
pada lingkungan profesi praktis.
2. memiliki keterampilan ”dispensing” dan keterampilan lain yang sesuai
agar setelah menjalani magang (1 th.) dapat berpraktek sebagai Farmasis
yang kompeten.
3. memperoleh keterampilan berkomunikasi yang cukup untuk berpraktek
sebagai Farmasis yang kompeten dengan bertambahnya pengetahuan.
4. mengembangkan ciri, kualitas dan pandangan pribadi terhadap etika dan
standar profesi yang diperlukan untuk berpraktek sebagai profesional di
bidang kesehatan secara bertanggung jawab.
5. mempunyai komitmen untuk mempertahankan dan mengembangkan
pengetahuan dasarnya dengan cara melanjutkan proses pendidikan selama
karirnya.
Materi yang diperlukan untuk pencapaian tujuan di atas yang perlu dikuasai
secara mendalam ialah mengenai :
(a) ciri struktur dan sifat fisiokimia obat sebagai dasar untuk memahami
mekanisme molekuler dari aksi obat; faktor yang mempengaruhi absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi; dan tentang desain bentuk sediaan.
(b) fisiologi manusia dan farmakologi sebagai dasar untuk pengobatan
penyakit; optimasi pengobatan, menghindari efek samping, kontraindikasi,
efek bertentangan dan reaksi toksis.
(c) formulasi dan pembuatan obat menjadi bentuk sediaan yang tepat untuk
optimasi kemanfaatn terapetik.
(d) penyerahan obat kepada penderita (individu) sesuai dengan persyaratan
legalitas, terapetik dan profesional.
(e) peraturan perundang-undangan tentang praktek profesional farmasi.
Pengetahuan secara umum (general knowledge) tentang……
(f) keadaan penyakit manusia secara umum agar dapat memahami dasar-
dasar terapi obat secara rasional.
(g) pengenalan dan pengobatan penyakit biasa (minor ailments) dan
kemampuan menentukan perlunya merujuk penderita kepada profesional
kesehatan lain.
(h) teknik membimbing penderita dan berkomunikasi dengan profesi
kesehatan lain mengenai penggunaan obat yang sesuai dan tentang
masalah lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
(i) sumber informasi yang relevan dan kemampuan untuk mengevaluasi
dan menggunakannya secara kritis.
Pengertian mengenai….
(j) proses yang berkaitan dengan pengembangan obat baru dan persetujuan
mengenai bahan obat baru untuk tujuan terapetik.
(k) pereaksi dan uji diagnostik yang umum digunakan, yang sesuai dengan
praktek kefarmasian.
(l) kedudukan Farmasi dalam sistem pemeliharaan kesehatan.
(m) bahaya yang berkaitan dengan bahan kimia tertentu yang umum
digunakan.
(n) penggunaan salah dan penyalahgunaan obat, bahan obat dan zat lain.
(o) nutrisi, yang berpengaruh pada penyakit dan pengobatannya.
Salah satu hasil kajian dari Satuan Tugas Pendidikan Farmasi ialah mengenai
Standar Profesi Farmsis (Professional Standards of Practice = SOP) yang rumusan
terakhirnya berbunyi sebagai berikut :
A. Seorang Farmasis hendaknya mampu bertukar pikiran dengan dokter dan
praktisi perawatan kesehatan lain, yang menyangkut perawatan dan perlakuan
terhadap pasien, dan senantisa mempertebal kepercayaan pasien akan
perawatannya. Farmasis hendaknya dapat menghargai esensi diagnosis klinis
dan memahami pengelolaan medis untuk pasien. Farmasis hendaknya
memiliki pengetahuan tentang obat yang akan digunakan terhadap pengobatan
status sakit pasien; mekanisme aksinya, bentuk sediaan dan kombinasi obat
dalam perdagangan; nasib dan disposisi obat; faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemanfaatan fisiologis dan aktivitas biologis obat dalam
bentuk sediaannya; pengaruh umur, seks atau status sakit sekunder yang dapat
mempengaruhi lancarnya pengobatan; dan kemungkinan interaksi dengan obat
lain, makanan dan prosedur diagnostik yang dapat memodifikasi aktivitas
obat.
B. Fungsi keseluruhan Farmasis hendaknya menghasilkan terapi obat secara
maksimum. Farmasis hendaknya memahami penggunaan yang sesuai dan
regimen takaran dari terapi obat yang dilakukan, kontraindikasi dan
kemungkinan reaksi tak diinginkan yang diakibatkan oleh terapi obat.
Farmasis hendaknya mempunyai cukup informasi mengenai kemungkinan
obat paten mana yang interaksinya berlawanan dengan terapi atau mungkin
berguna sebagai tambahan dalam memperbaiki pemberian obat atau
perawatan secara keseluruhan.
C. Farmasis harus mengetahui aksi terapi obat paten sesuai penegasan (claim)
yang dikemukakan, komposisinya dan keunikan maupun keterbatasan bentuk
sediaan tersebut. Farmasis hendaknya mampu menilai secara obyektif
kemampuan suatu produk sesuai iklannya. Jika diminta oleh pasien, Farmasis
hendaknya mampu menegaskan kemungkinan kegunaan terapetik suatu obat
paten sehubungan dengan keluhan pasien.
D. Farmasis hendaknya mampu mereviuw publikasi ilmiah dan mampu mencari
implikasi praktis suatu hasil penelitian yang berkaitan dengan kegunaan klinis
suatu obat. Farmasis harus mampu menganalisis suatu laporan pustaka
percobaan klinis mengenai kesesuaian desain penelitian dan analisis statistik
yang dibuat dari data. Farmasis hendaknya mampu menyiapkan suatu abstrak
yang obyektif mengenai kebermaknaan data dan kesimpulan si penulis.
E. Farmasis hendaknya merupakan seorang spesialis mengenai karakteristik
kestabilan dan persyaratan penyimpanan obat dan bahan obat, mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari bentuk sediaannya,
bagaimana tempat pemberian obat atau lingkungan di sekitar tempat itu pada
tubuh dapat mempengaruhi absopsi obat tertentu dari bentuk sediaan yang
diberikan, dan bagaimana kemungkinannya berinteraksi untuk mempengaruhi
aksi awal (onset), intensitas, atau lamanya (duration) aksi terapetik.
F. Farmasis hendaknya paham benar akan pengaturan legal tentang pengadaan,
penyimpanan, dan distribusi obat. Farmasis hendaknya mengetahui tentang
penggunaan obat yang diizinkan seperti yang terperinci oleh pejabat negara
dan daerah, praktek medis yang benar, dan tanggung jawab legalnya terhadap
pasien dalam penggunaan obat pada prosedur terapetik eksperimental.
G. Farmasis hendaknya mampu, dengan terdapatnya bahan sumber yang sesuai,
untuk merekomendasi produk obat atau bentuk sediaan mana yang mungkin
secara potensial berguna untuk kebutuhan terapetik tertentu, dan Farmasis
hendaknya secara obyektif mampu mendukung pilihan yang diambil.
Farmasis hendaknya juga mampu untuk mengidentifikasi produk obat
berdasarkan bentuk dan warna yang dirinci, dan mungkin penggunaannya
yang dianjurkan dengan menggunakan bahan sumber yang sesuai.
H. Farmasis akan tanggap, berdasarkan gejala yang akan diuraikan dalam
wawancara dengan pasien, tentang informasi tambahan yang masih perlu
diusahakan diperoleh dari pasien mengenai kondisi pasien itu. Berdasarkan
informasi ini Farmasis hendaknya dapat merujuk pasien itu kepada praktisi
medis yang sesuai, spesialis, atau badan yang paling berkompeten untuk
membantu pasien dalam kasus spesifik. Farmasis hendaknya memperoleh dan
menyimpan kartu data sakit (profil) pasien untuk digunakan dalam melakukan
keputusan farmatesis yang menyangkut perawatan pasien. Melalui
pemanfaatan profil demikian dan materi pembantu yang sesuai, Farmasis
hendaknya melaksanakan program reviuw pemanfaatan obat dalam
lingkungan daerah praktek. Farmasis hendaknya memantapkan dan
melaksanakan program untuk memastikan tidak lalainya pasien menggunakan
obat dengan tujuan terapetik.
I. Farmasis hendaknya mempunyai pengetahuan tentang manifestasi toksis dari
obat dan tindakan yang diperlukan yang merupakan cara terbaik untuk
pengobatan gejala keracunan ini.
J. Farmasis hendaknya mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien
mengenai petunjuk mengenai penanganan yang sesuai dari resep dan obat
paten. Farmasis hendaknya mengetahui tentang pembatasan yang perlu
ditekankan pada konsumsi makanan, pengobatan lain dan aktivitas fisik.
K. Farmaisis hendaknya mampu berkomunikasi dengan profesional kesehatan
lain atau orang awam tentang topik obat yang baik, masalah kesehatan
masayrakat, dan pendidikan kesehatan perorangan.
L. Farmasis hendaknya mampu untuk meracik obat yang sesuai atau campuran
obat dalam bentuk sediaan yang baik.
M. Farmasis hendaknya mampu untuk menginterpretasi resep dari penulis resep
yang sepatutnya berlisensi, secara teliti meracik bahan terapetik yang sesuai,
memeriksa ketepatan resep yang sudah selesai sesuai isinya, dan
menempelkan label petunjuk sesuai diperlukan agar membantu pemahaman
pasien tentang maksud si penulis resep. Selanjutnya Farmasis hendaknya
memberitahu pasien secara lisan atau tertulis, mengenai efek merugikan dari
obat yang diracik menurut resep, apabila mengandung obat yang mungkin
berbahaya bagi orang yang memakannya. Farmasis hendaknya memastikan
bahwa pasien mengerti betul mengenai petunjuk obat yang ditulis.
N. Farmasis hendaknya memahami prinsip dan teknik prosesur manajemen yang
baik, dan akan memberikan pelayanan kefarmasian yang efisien untuk
memastikan kesinambungan perawatan pasiennya. Farmasis hendaknya
menyadari tentang pertimbangan finansial dari perawatan kesehatan, dan
senantiasa berusaha memberikan perawatan pasien yang berkualitas.
O. Farmasis akan mengambil langkah-langkah yang seuai dalam
mempertahankan tingkat kompetensi dalam setiap bidang yang disebutkan di
atas.