Anda di halaman 1dari 13

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“ Strategi untuk mensiasati masa depan bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya
dalam bidang kesehatan“

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (KELAS A)
MARGARETA (18.71.020195)
NUR HIKMAH (18.71.019288)
REVINA DWINANDA PRATIWI (18.71.019328)
RIA DWI MAULINA (18.71.019306)
RISDA SEPTIYANA (18.71.020184)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
taklupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar“Farmasi Dimassa Depan”. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak (Haris Munandar, S.Psi., M,Psi) selaku dosen mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar di (Universitas Muhammadiyah Palangkaraya) yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Adapun makalah ilmu sosial budaya dasar ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan teman-teman dan referensi internet, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai farmasi di masa depan, khususnya bagi penulis. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Palangkaraya, 26 November 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i


Daftar Isi …………………………………………………………………… ii
Bab I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………. 2
Bab II PEMBAHASAN ………………………………………………… 3
2.1 Mengetahui Sejarah Farmasi 3
2.2 Mengetahui bagaimana farmasi masa kini 4
2.3 Mengetahui bagaimana farmasi masa depan 5
2.4 ……..7
2.5 ……………………………………8
Bab III PENUTUP ………………………………………………………. 11
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 11
3.2 Saran ………………………………………………………………. 12
Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan
dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan
obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan
penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter
berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya
dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti
cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya
berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi
(Pharmacist) ialah orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli
mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan
yang mendalam mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada
definisi di atas.

2.1 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sejarah farmasi?
2. Bagaimana farmasi masa kini?
3. Bagaimana farmasi masa depan?

3.1 TUJUAN
1. Mengetahui sejarah Farmasi
2. Mengetahui bagaimana Farmasi Masa Kini
3. Mengetahui bagaimana Farmasi masa Depan
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Kata Farmasi Berasal Dari kata Pharmacon Yang merupakan bahasa yunani Yang
Berarti racun ATAU obat . Farmasi yang mewakili kesehatan yang mencakup
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,
informasi obat dan distribusi obat. Ilmu kefarmasian belum dikenal oleh dunia pada
zaman Hiprocrates atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Ilmu Kedokteran
pada tahun 460 SM samapai dengan 370 SM. Pada Peradaban itu seorang Dokter
memiliki banyak tugas tidak hanya mendiagnosa penyakit yang diderita oleh sang
pasien, tetapi ia juga menyiapkan ramuan atau racikan obat seperti yang diberikan
seorang apoteker.

Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kesehatan, problematika dalam


pengadaan menjadi semakin rumit, baik karena formulanya dan cara pembuataan obat
tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang dapat mendalami keahlian dalam
pembuatan dan peracikan obat. Meminta pada tahun 1240 SM Raja Jerman Frederick
menyadarinya dan memberikan permintaan untuk disetujui dengan resmi antara
Kedokteran dan Farmasi. Perintah ini sekarang dikenal dengan Dektrit Dua Silices .
Dari sinilah sejarah farmasi diterbitkan, sehingga para ahli mengambil kesimpulan
tentang ilmu kedokteran dan ilmu kefarmasian adalah sama.

2. Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi.


Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti
badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat
tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.
Menuju Dunia Farmasi Masa Kini
Dalam upaya mengembangkan sebuah usaha bisnis, pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM) menjadi salah satu kunci penting. Begitu pula dalam dunia farmasi.
Jika kita berbicara mengenai tenaga kefarmasian, cakupannya cukup luas. SDM
kefarmasian bukan saja tenaga yang bekerja di apotek maupun rumah sakit, namun
tenaga di bidang farmasi termasuk sumber daya manusia yang juga bekerja di dalam
pengembangan riset farmasi, industri distribusi farmasi, industri produksi dan
sebagainya.

Meski memiliki posisi dan peran yang berbeda, tenaga kefarmasian ini memiliki tujuan
akhir yang sama, yakni pelayanan kesehatan untuk masyarakat melalui penyediaan
obat yang memiliki kualitas. Setiap posisi, tugas dan peran boleh jadi lain, tetapi
idealisme melayani masyarakat tetaplah menjadi hal yang terpenting.

Keberhasilan seorang apoteker -baik yang berada di rumah sakit maupun di korporasi
farmasi lain- bisa dilihat dari hasil pelayanan yang diberikannya. Ini merupakan
sebuah dampak dari tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang semakin meningkat
oleh masyarakat. Peningkatan ini juga merupakan dampak dari meningkatnya
pengetahuan dan ekonomi masyarakat. Pada akhirnya, peningkatan pelayanan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian pun menjadi titik perhatian
bersama.

Sebuah Perubahan Paradigma Kefarmasian

Sudah lebih dari 4 dekade telah terjadi perubahan paradigma kefarmasian di dunia
bisnis farmasi. Yang bermula dari pembuatan obat serta penyaluran obat-obatan, kini
beralih pada kepedulian terhadap pasien. Peran apoteker pun lambat laun berubah,
dari hanya peracik obat serta pemasok produk farmasi menuju ke arah pemberi
pelayanan dan informasi penuh pada pasien. Dan akhirnya berujung pada nilai
kepedulian pada pasien.

Perubahan paradigma dunia farmasi ini, memiliki implikasi perubahan pada setiap
pelaku dan tenaga kefarmasian. Nilai-nilai pelayanan kesehatan yang berkualitas,
menjadi poin penting dalam perubahannya. Diperlukan sebuah didikan khusus, bagi
para tenaga farmasi di Indonesia. Misalnya saja, jika kita ingin membahas peran dan
fungsi apoteker sekarang ini.

Sekarang ini, seorang apoteker pun harus bisa memberikan obat yang layak, lebih
efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien. Dengan demikian, seorang
apoteker bisa memberikan kontribusi yang berdampak pada pengobatan serta kualitas
hidup pasien. Obat yang layak artinya yang sesuai dengan kebutuhan, yang efektif
artinya yang memiliki dampak penyembuhan terbaik bagi pasien.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian di Indonesia,


masih dapat dikatakan lamban. Padahal jika ditekuni, inovasi yang dihasilkan bakal
menjadi aset berharga untuk negeri sendiri. Melihat hal tersebut, sebenarnya bidang
industri farmasi perlu dilibatkan dalam pengembangan iptek di bidang kedokteran. Ini
yang disebut sebagai lintas ilmu pengembangan. Kalau melihat secara kuantitas dan
kualitasnya, harusnya Indonesia bisa bersaing dengan negara lain di Asia dalam
pengembangan iptek.
Di antara pengusaha farmasi dan sektor swasta bidang farmasi lainnya, paradigma
juga harus dirubah. Pengembangan teknologi dalam dunia farmasi bukan lagi sebagai
nilai pengeluaran, tetapi menjadi bentuk investasi jangka panjang. Selama ini pun,
kontribusi kalangan industri farmasi dalam penelitian dan pengembangan iptek di
Indonesia masih kecil. Karena memang diakui bahwa penelitian untuk menemukan
obat paten menelan dana yang sangat besar

3. Peran Farmasi dalam Menyongsong Indonesia Sehat 2025


Banyak sekali perusahaan-perusahaan nasional yang membutuhkan lulusan farmasi,
terutama yang bergerak dalam industri obat-obatan seperti Kalbe Farma, Kimia
Farma, Bio Farma, Mead Johnson, Bintang Toedjoeh, Bayer, dan perusahaan yang
bergerak di bidang industri makanan seperti Indofood, Wingsfood, Orang Tua grup,
Yakult, Amerta Indah Otsuka, dan lain-lain.
Industri lain yang cukup potensial dimasuki oleh lulusan jurusan farmasi adalah
industri kosmetik, dalam kelompok ini terdapat perusahaan-perusahaan seperti
Nyonya Meneer, Mustika Ratu dan Martha Tilaar, Wardah, L'Oreal dan lain-lain.
Rumah sakit, Apotik dan Laboratorium Klinik

Bidang layanan kesehatan seperti rumah sakit, apotik dan lab. klinik adalah bidang
utama yang dapat dimasuki oleh seorang lulusan farmasi. Dengan berbekal sertifikat
profesinya, seorang lulusan Farmasi yang kemudian disebut sebagai apoteker,
selanj,utnya mereka bisa mendirikan Apotik secara mandiri.

Ada hal menarik dalam prediksi Indonesia di tahun 2025, sebuah penelitian Citi
Research (antara.com, Maret 2013) memprediksi bahwa Indonesia akan masuk ke
dalam Top 10 World Economy atau negara dengan perekonomian terkuat di dunia
pada tahun 2025, posisi Indonesia sejajar dengan negara maju seperti India, China,
Korea dan Jerman. Masih dalam penelitian yang sama Ferry Wong , Head of Indonesia
Research and Strategy Citi Indonesia menambahkan, bahwa masih ada pekerjaan
rumah yang mesti dibereskan pemerintah agar perekonomian Indonesia semakin
berkembang. Dia mengatakan pekerjaan rumah tersebut adalah membereskan
infrastruktur, mengoptimalkan belanja negara dan meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM).Salah satu bidang penting lainnya adalah ektor kesehatan. Jika
pemerintah mempunyai komitmen yang kuat untuk memperbaiki segala kekurangan
yang ada, maka posisi Indonesia sebagai Top 10 World Economy pada 2025 akan bisa
terwujud.

Dalam bidang kesehatan, kementrian kesehatan telah mempunyai rencana strategis


dalam menyongsong indonesia sehat pada tahun2025.

Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis
Kemenkes yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun
setiap 5 tahun sekali.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) adalah rencana


pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam
bentuk dasar, visi, misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di
bidang kesehatan untuk masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

Salah satu visi dalam Indonesia Sehat 2025 yaitu Perilaku masyarakat yang diharapkan
dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri
dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dan salah satu misinya yaitu meningkatkan dan mendayagunakan Sumber Daya
Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu


ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan,
pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya
kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin penting peranannya.
Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara
adil, serta termanfaat-kan secara berhasil-guna dan berdaya-guna.

Selain itu, WHO juga telah merumuskan beberapa peran farmasis atau apoteker yang
harus di optimalkan dalam rangka membantu menyukseskan rencara strategis
indonesia sehat di atas. Peran farmasis atau apoteker tersebut dituangkan dalam nine
star of pharmacist.

Berikut NINE STAR PHARMACHIST, yaitu:


Care-Giver (Pemberi Pelayanan)
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan pemberi pelayanan
kefarmasian kepada pasien, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik,
analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku ( PP No 51 Tahun 2009 ),
misalnya peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring, visite, dll.

Decision-Maker (Pembuat Keputusan)


Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan
keputusan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing,
penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, yang bertujuan agar pengobatan lebih
aman, efektif dan rasional.

Communicator (Komunikator)
Seorang Farmasi/apoteker harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik,
sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi antar tenaga kesehatan berjalan dengan
baik, misalnya konseling dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke
bangsal/ruang perawatan pasien.

Manager (Manajer)
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang pengelola dalam berbagai aspek
kefarmasian, sehingga kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang
baik, contoh pengelola obat (seperti Pedagang Besar Farmasi/PBF), seorang manager
Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer Produksi, dan lain lain.

Leader (Pemimpin)
Seorang Farmasi/apoteker harus mampu menjadi pemimpin dalam memastikan terapi
berjalan dengan aman, efektif dan rasional, misalnya sebagai direktur industri farmasi
(GM), direktur marketing, dan sebagainya.

Life-Long Learner (Belajar Seumur Hidup)


Seorang Farmasi/apoteker harus memiliki semangat belajar sepanjang waktu, karena
informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) berkembang
dengan pesat, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan.
Teacher (Pendidikan)
Seorang Farmasi/apoteker dituntut juga dalam mendidik generasi selanjutnya, baik
secara real menjadi guru maupun dosen, ataupun sebagai seorang farmasi yang
mendidik dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan
lainnya yang membutuhkan informasi.

Research (Riset/Penelitian)
Seorang Farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan
pengembangan obat-obatan yang lebih baik, disamping itu farmasi juga bisa meneliti
aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula,
penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan, dan kosmetik).

Entrepreneur (Wirausaha)
Seorang Farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat, misalnya
dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan,
dan sebagainya, baik skala kecil maupun skala besar.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai