CITRA FARMASI
Disusun Oleh :
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................6
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu terucap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami kesehatan sehingga mampu menyelesaikan kewajiban kami. Tak lupa pula
shalawat dan salam kepada junjungan alam penerang umat muslim Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa umat dari kehidupan jahiliyah menuju
kehidupan yang berilmu.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Terkait dengan hal - hal yang telah dituliskan, melalui makalah ini penulis
berharap para tenaga kesehatan khususnya para tenaga farmasi dapat meningkatkan
mutu pelayanan di beberapa bidang, diantaranya pelayanan rumah sakit, apotek,
4
pemasaran farmasi, industri, dan sosial. Dengan meningkatnya mutu pelayanan
maka citra farmasi pun dapat terangkat. Farmasis terfokus kepada pertanyaan yang
sama mengenai bagaimana citra suatu profesional farmasi.
5
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa itu citra farmasi
2. Agar mahasiswa mengetahui berbagai komponen dari citra farmasi
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pengembangan citra farmasi
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengembangan citra farmasi
5. Agar mahasiswa mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan citra farmasi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sejarah, profesi dokter dibedakan dengan apoteker. Pada awal abad
ke-13 belum dikenal istilah Apoteker atau Pharmacist. Yang ada hanya seorang
Penyembuh (healer,shaman, dukun, tabib, sinshe dsb.) yang memeriksa penyakit
pasien kemudian memberikan pula obat yang diperlukan. Praktek seperti ini saya
kira bukan asing dinegara kita malahan masih sangat banyak. Di Eropa praktek
seperti ini diikuti dengancermat sehingga ditemukan bahwa ini banyak merugikan
pasien karena tidak ada " check and balance". Karena perkembangan di bidang obat
kemudian sangat pesat,disadari bahwa satu orang tidak dapat menguasai semua
ilmu. Maka pada tahun 1240 di negara. Kerajaan Sicilia untuk pertama kalinya
dikeluarkan undang-undang yang memisahkan pekerjaan Dokter dan Apoteker.
Dokter hanya boleh memeriksa pasien dan menulis resep tetapi obat dibuat dan
diserahkan oleh Apoteker.
Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru
dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman
penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa
7
pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan
profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya
masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
8
b. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik
eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya
informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan
dengan mirror image.
c. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan
pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan
untuk sesuatu yang baru sebelum public eksternal memperoleh informasi
secara lengkap.
d. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor
cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu
yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau
perusahaan.
9
merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan
kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai
daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan
diinginkan, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan atau
diubah.
Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar
diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan yang
diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak, maka
proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan
tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian
dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu,
berarti terdapat komunikasi dan perhatian dari organisme, dengan demikian proses
selanjutnya dapat berjalan.
10
diberikan. Akan tetapi, proses tersebut akan berbeda hasilnya karena dipengaruhi
oleh persepsi, kognisi, motivasi dan sikap yang berbeda pula.
Seperti yang tercantum dalam gambar, konsep citra dapat ditentukan dari
beberapa jenis sudut pandang :
11
1. Citra perusahaan farmasi ditentukan oleh pengalaman, media massa dan
sumber lainnya.
2. Ketika pasien bertukar informasi mengenai pengalamannya dengan pihak
lain, maka akan terbentuk citra pasien yang konsisten berdasarkan penilaian
pasien terhadap produk dan perbandingan di antara beberapa pesaing.
3. Profesionalisme akan ditunjukkan melalui perilaku, sikap dan kepercayaan
kepada organisasi untuk memenuhi harapan pasien terhadap pelayanan.
12
konsep ini sangat penting untuk pembentukan budaya perusahaan dan
memastikan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dan bertahan hidup
melalui dan proses pertukaran dengan lingkungan.
Pembentukan citra juga dapat dihubungkan dengan proses pengembangan
organisasi,yang berkaitan dengan enchancement dari mekanisme adaptif dalam
organisasi. Tujuannya adalah untuk membuat organisasi lebih mudah menerima
perubahan, sehingga memudahkan penataan kembali total sistem organisasi ke
dalam konfigurasi yang lebih layak dan memuaskan. Komponen kunci dari
sistem ini meliputi administrasi, produksi, teknologi, struktur, budaya, dan tujuan
organisasi. Mencapai kongruensi antara komponen- komponen ini akan
meningkatkan anggota kemampuan untuk merencanakan strategis untuk masa
depan serta menciptakan citra seorang tokoh masyarakat.
13
2.7.3 Citra Professional
Citra professional terfokus pada komitmen terhadap kualitas pelayanan
kesehatan dan kebutuhan pendidikan publik terkait penggunaan obat. Sebuah model
konsep citra profesional dikemukakan oleh “ Hall “ menyatakan bahwa ada
penyesuaian antara sisi struktural dan sisi sikap dalam profesionalisme. Aspek
struktural akan menghubungkan pelatihan profesional, pengetahuan, kodeetik,
komitmen pelayanan dan ekonomi pekerjaan.
Sedangkan sisi sikap profesionalisme terpusat pada bagaimana tenaga
kesehatan memandang pekerjaannya dan bagaimana hal ini tergabung ke dalam
kerangka kognitif profesionalisme. Secara umum, seperti yang disebutkan pada
penelitian sebelumnya, ada hubungan terbalik antara profesionalisme dengan
birokrasi. Selain itu, penelitian yang dilakukan pada tahu 1960 dan tahun 1970 itu
mengungkapkan keinginan umum farmasis untuk memperbaiki citra mereka dan
mengembangkan pelayanan terhadap pasien.
14
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Di luar negeri terdapat lima poin penting
yang membutuhkan kehadiran apoteker secara langsung, antara lain:
1. Menyediakan pelayanan kefarmasian
2. Menghasilkan dan mendistribusikan penyiapan obat dan produk
3. Berkontribusi dalam tindakan efektif kefarmasian
4. Menjaga pertumbuhan professional dan kontribusi untuk pertumbuhan
professional orang lain
5. Berkontribusi dalam keefektifan sistem pelayanan kesehatan
Hal ini mengakibatkan citra apoteker di luar negeri sangat tinggi.
Masyarakat mengenal apoteker tidak hanya sebagai peracik obat, namun sebagai
profesi yang ikut ambil andil dalam pemenuhan tujuan kesehatannya. Hal ini dapat
menjadi refleksi bagi apoteker Indonesia untuk kembali memperbaiki citranya di
mata masyarakat.
15
c. Mempunyai klasifikasi teknis dan moral yang tinggi dengan
ketaatan dan pengamalan sumpah profesi, kode etik dan standar profesi.
16
2.8.2 Pengembangan dan Professionalisme Farmasis
Sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang terdiri dari pasien dan
profesi kesehatan yang bertanggung jawab untuk kepedulian kesehatan pasien,
apoteker harus memiliki kompetensi guna melakukan fungsi-fungsi yang berbeda-
beda di apotik Konsep the seven-star pharmacist diperkenalkan aleh WHO dan
diambil oleh FIP (ISFI Dunia) pada tahun 2000 sebagai kebijaksanaan tentang
praktek pendidikan farmasi yang baik (Good Pharmacy Education Practice)
meliputi sikap apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver), pembuat keputusan
(decision-maker), communicator, manager, pembelajaran jangka panjang (life-
long learner), guru (teacher) dan pimpinan (leader).
a. Care-giver.
Dalam memberikan pelayanan mereka harus memandang pekerjaan mereka
sebagai bagian dan terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan dan
profesi lainnya. Pelayanan harus dengan mutu yang tinggi.
b. Decision- maker.
Penggunaan sumber daya yang tepat, bermanfaat, aman dan tepat guna
seperti SMD, obat-obatan, bahan kimia, perlengkapan, prosedur dan
pelayanan harus merupakan dasar kerja dari apoteker.
c. Communicator.
Apoteker adalah merupakan posisi ideal untuk mendukung hubungan antara
dokter dan pasien dan untuk memberikan informasi kesehatan dan obat-
obatan pada masyarakat. Apoteker harus memiliki ilmu pengetahuan dan
rasa percaya diri dalam berintegrasi dengan profesi lain dan masyarakat.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara verbal (langsung), non verbal,
mendengarkan dan kemampuan menulis.
d. Manager.
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (SDM, fisik, dan keuangan),
dan informasi secara efektif.
e. Life- long learner
Adalah tak mungkin memperoleh semua ilmu pengetahuan di sekolah
farmasi dan masih dibutuhkan pengalaman seseorang apoteker dalam karir
17
yang lama. Konsep-konsep, prinsip-prinsip, komitmen untuk pelajaran
jangka panjangharus dimulai disamping yang diperoleh di sekolah dan
selama bekerja.Apoteker harus belajar bagaimana menjaga ilmu
pengetahuan dan keterampilan mereka tetap up to date.
f. Teacher
Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk membantu pendidikan
dan pelatihan generasi berikutnya dan masyarakat.
g. Leader.
Dalam situasi pelayanan multi disiplin atau dalam wilayah dimana pemberi
pelayanan kesehatan lainya ada dalam jumlah yang sedikit, apoteker diberi
tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalam semua hal yang
menyangkut kesejahteraan pasien dan masyarakat. Seorang apoteker
yang memegangperanan sebagai pemimpin harus mempunyai visi dan
kemampuan memimpin.
18
menjamin pemenuhan keperluan pasien dan penyembuhannya. Cara lain juga untuk
meningkatkan citra yaitu dengan iklan yang memberikan informasi medis seperti
informasi mengenai pengobatan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi yang telah dilakukan oleh kelompok kami, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
3.2 Saran
Untuk membangun citra positif yang dibenak konsumen, maka pesan yang
disampaikan perlu untuk dikomunikasikan kepada target sasaran. Informasi
tersebut dapat dikomunikasikan melalui strategi promosi yang digunakan haruslah
dapat mencapai target sasaran yang ditentukan.
20
Daftar Pustaka
https://bem.farmasi.ui.ac.id/2018/09/25/eksistensi-apoteker-di-abad-ke-21/
21