FARMASETIKA DASAR
Puji syukur alhamduillah kepada Allah SWT, karena artas karunia-Nya Buku
Ajar Farmasetika Dasar untuk mahasiswa DIII Farmasi semester 1 ini dapat diterbitkan.
Buku Ajar Farmasetika Dasar ini disusun dengan tujuan untuk memfasilitasi dan
membantu mahasiswa DIII Farmasi semester 1 dalam mengikuti mata kuliah
farmasetika dasar. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui sejarah tentang farmasi,
ketentuan yang ada dalam Farmakope Indonesia, Pengenalan obat, Resep dan
kelengkapan resep, Nama latin dari reseptur, Pulvis/Pulveres, Perhitungan dosis,
Hitungan sediaan pulvis/pulveres, kapsul, salep, kri, pasta, gel, suppositoria, sirup,
suspensi, elixir, emulsi, dan saturasi.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku
petunjuk Farmasetika Dasar ini. Kami sangat mengharapkan masukan yang membangn
dari berbagai pihak untuk perbaikan yang akan datang.
Madiun
Penyusun
ii
VISI DAN MISI
VISI
Menjadi prodi DIII Farmasi yang berkualitas dengan menghasilkan lulusan Ahli Madya
Farmasi yang unggul dan berdaya saing dalam bidang farmasi komunitas yang beriman
dan bertaqwa pada tahun 2025
MISI
1. Menyelenggarakan pembelajaran akademik kefarmasian secara inovatif sesuai
standar profesi.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
dan tekhnologi kefarmasian.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat dibidang kefarmasian.
4. Menyelenggarakan tata kelola Prodi DIII Farmasi yang akuntabel.
5. Menumbuhkan jiwa enterpreneur yang berlandaskan iman dan taqwa.
6. Membangun kemitraan di bidang kesehatan baik nasional maupun internasional.
7. Mengembangkan farmasi komunitas pada pelayanan kesehatan.
iii
DAFTAR PUSTAKA
BAB I ............................................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................................... 9
BAB III........................................................................................................................................ 16
BAB IV ......................................................................................................................................... 20
BAB V......................................................................................................................................... 29
BAB VI ....................................................................................................................................... 32
B A B V I I .................................................................................................................................. 37
P E R H I T U N G A N D O S I S .................................................................................................. 37
BAB IX ....................................................................................................................................... 50
BAB X......................................................................................................................................... 53
iv
BAB XI ....................................................................................................................................... 55
BAB XV ...................................................................................................................................... 67
v
BAB I
SEJARAH KEFARMASIAN
Farmasi dapat dikatakan sebagai salah satu profesi kesehatan yang meliputi
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan,
informasi obat dan distribusi obat. Ilmu kefarmasian belum dikenal oleh dunia pada
zaman Hiprocrates atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Ilmu Kedokteran
yaitu pada tahun 460 SM samapai dengan 370 SM. Pada peradaban itu seorang Dokter
memiliki banyak tugas tidak hanya mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh sang
pasien, tetapi ia juga mempersiapkan ramuan atau racikan obat seperti halnya seorang
apoteker.
1. Zaman Permulaan
Suatu zaman yang sangat awal, belasan maupun puluhan abad sebelum masehi.
Alam lebih dahulu tercipta dari manusia, alam menyediakan berbagai sumber hayati,
hewani serta mineral mineral serta zat kimiawi lainnya yang pada akhirnya akan
dimanfaatkan oleh manusia. Pada masa zaman prasejarah (awal mula kehidupan)
manusia dan penyakit adalah 2 hal yg berkait, dulu untuk mengobati penyaki mereka
menggunakan insting dalam mengobati penyakit misal luka manusia membubuhkan
daun-daun segar diatas luka, atau menutupinya dengan lumpur, mereka melakukan
pencarian obat secara acak, dan ini merupakan awal mula pngetahuan dan ilmu farmasi.
Selanjutnya penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan mengenai farmasi
yang terkenal adalah penemuan catatan-catatan yang disebut 'Papyrus Ebers', papyrus
ebers ini merupakan suatu kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang
lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki (sekitar sepertiga meter) berisi lebih dari 800
formula atau resep, disamping itu disebutkan juga 700 obat-obatan yang berbeda antara
lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti akasis,biji jarak (castrol), anisi dll
serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat, natrium klorida dan sulfur.
Dokumen ini ditemukan george ebers, seorang ahli sejarah mesir berkebangsaan jerman.
sekarang dokumen ini disimpan di universitas of leipzig, Jerman.
2. Awal Masehi
1
Sejarah farmasi dan kedokteran juga dipengaruhi tokoh tokoh seperti hippocrates
(450-370 SM), Dioscorides (abad ke-1 M), dan Galen (120-130 M).
a. Hippocrates (450-370 SM) merupakan seorang dokter yunani yang dihargai
karna memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, ia membuat
sistematika dalam pengobatan, serta menyusun uraian tentang beratus-ratus jenis
obat-obatan, ia juga dinobatkan sebagai bapak dari ilmu kedokteran.
b. Dioscorides (abad ke-1 M), seorang dokter yunani yang merupakan seorang
ahli botani, yang merupakan orang pertama yang menggunakan ilmu-tumbuh
tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan, hasil karyanya berupa De Materia
Medika. selanjutnya mengembangkan ilmu farmakognosi. obat obatan yang
dibuat dioscoridaes antara lain napidium, opium, ergot, hyosciamus, dan
cinnamon.
c. Galen (120-130 M), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa yunani
berkewarganegaraan romawi, yang menciptakan suatu sistim pengobatan,
fisiologi, patologi yang merumuskan kaidah yang banyak diikuti selama 1500
tahun, dia merupakan pengarang buku terbanyak dizamannya, ia telah meraih
penghargaan untuk 500 bukunya tentang ilmu kedokteran-farmasi serta 250
buku lainnya tentang falsafal, hukum, maupun tata bahasa. hasil karyanya
dibidang farmasi uraian mengenai banyak obat, cara pencampuran dsb, sekarang
lazim disebut farmasi 'galenik'.
3. Abad kegemilangan Farmasi diperadaban Arab-Islam
Setelah abad pertama masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan
dibidang pengetahuan termasuk farmasi di barat mengalami kemunduran,
dikenal dengan abad kegelapan (Dark Age). Kebangkitan di dunia farmasi
selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur'an seiiring dengan kemajuan
bangsa arab yang merupakan pusat peradaban dunia termaju saat itu, dimana
ilmuan ilmuan islam berpatokan pada Al-Qur'an dan Metode pengobatan nabawi
(Nabi), disamping penelitian dan pengembangan lainnya.
Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui berbagai
karya asli dan terjemahan, dunia arab telah menjembatani ilmu yang
menghubungkan yunani dengan dunia farmasi modern saat sekarang ini. Puncak
sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat
2
dikatakan ketika adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260
yang disusun oleh seorang ahli kefarmasian berpengalaman dari mesir (Abu'l-
Muna Al-Kohen al-Attar), dalam panduan praktek kefarmasian tersebut attar
menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek atau seni dalam
meracik obat, yang sebagiab besar juga menguraikan etika farmasis sebagai
profesi kesehatan. Ilmuan Farmasi yang terkenal pada zaman ini antara
lain :Yuhanna bin Masawayah (777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl Rabban Al-
tabari (808), Sabur bin Sahl, Zayd Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-873), dan lain
lainnya.
Pembahasan mengenai abad kegemilangan farmasi didunia Arab akan dibahas
pada artikel selanjutnya.
3
d. Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841) berhasil
mengisolasi morpin dari opium, pada tahun 1805, seturner juga
menganjurkan suatu seri isolasi dari tumbuhan lainnya juga.
e. Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph pelletier (1788-
1842) menggabungkan keahlian mereka dalam mengisolasi kina dan
sinkonin dari sinkona.
f. Joseph pelletier (1788-1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi
kafein dan robiquet sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode
satu persatu zat kimia diisolasi dari tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat
yang bertanggung jawab terhadap aktifitas medis tanamannnya. dieropa abad
ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna kemampuannya.
mereka juga menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada pembuatan produk-
produk obat yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan khasiat
yang tinggi daripada yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini
merupakan keberhasilan yang sangat besar dibidang sediaan yang dipekatkan,
sehingga saat itu banyak ahli farmasi yang membuat sediaan obat dari
tanaman meski dalam skala yang kecil.
Pada awal abad ke-19 obat diamerika umumnya diimpor dari eropa,
walaupun banyak obat asli amerika yang berasal dari suku indian yang
diambil oleh pendatang.
Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul 3 perusahaan
farmasi pertama diketahui telah berdiri sebelum tahun 1826 dan 22
perusahaan muncul setengah abad kemudian. pada tahun 1821 sekolah
farmasi pertama didirikan di philadelphia.
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, karna pada saat itu belum dipisahkan dan belum dikenalkan profesi
Farmasi, jadi pada saat itu dokter/tabib menjadi dokter sekaligus apoteker
artinya seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang
“Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin
rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri.
4
Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara
resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”.
Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu farmasi dan
ilmu kedokteran adalah sama. Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi
dengan timbulnya industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di
bidang industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (apotek).Dalam hal ini
keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek.
Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi
agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan
kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi
pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan
tugas profesinya. Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi
belum merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA
(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni
(basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi melainkan
Sarjana Sains. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi
jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia
Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan
obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang
yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan,
pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan
bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan
resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam
jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa”
penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal
produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti
5
perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun
pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang
salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992)
menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada
hanya sebagai sumber informasi obat. Melihat hal-hal di atas, maka nampak adanya
suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di
jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kedokteran atau berdiri sendiri ? kebingungan
dalam hal posisi farmasi akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi,
kurikulum semacam apa yang harus disajikan ; para mahasiswa bingung menyerap
materi yang semakin hari semakin “segunung” ; dan yang terbingung adalah lulusannya
(yang masih “baru”), yang merasa tidak “menguasai “ apapun.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi,
karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi
suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah
“patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau
Clinical Pharmacy (Farmasi klinik). Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa
masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari
para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa
apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan
para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka,
bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari
industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang
membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien. Secara global
terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai
mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya
mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan
lain baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun apoteker berada.
6
Ilmu farmasi berasal dari ilmu dan farmasi, ilmu adalah serangkaian
pengetahuan berdasarkan teori yang diakui dalam kelompok ilmu tersebut dan
memenuhi persyaratan objektif, methodis, sistematis dan universal, sedangkan farmasi
berasal dari bahasa yunani 'pharmacon' yang arti katanya obat/guna-guna yang
ditujukan untuk hal yang baik atau buruk. secara defenisi ilmu farmasi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk obat dari berbagai aspek. Ilmu farmasi memiliki banyak
cabang ilmu antara lain farmasetika, teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinik,
farmakognosi, biofarmasi, farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, toksikologi,
farmakoekonomi, farmasi fisika, kimia farmasi, biologi farmasi. dan ditunjang ilmu-
ilmu lainnya.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional
yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia
lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun
dari keluarganya.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama
didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut
bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru
ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan
ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional
maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun
1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of Great Britain”.
Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan
nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya akhirnya
didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara
menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom
ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal
dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi
modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia
7
I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara
massal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus berkembang
dengan didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan
bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat
perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika Serikat dan Jerman
(karena di sanalah industri obat pertama berdiri).
8
BAB II
KETENTUAN UMUM FARMAKOPE INDONESIA
9
2. Bahan Tambahan
Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi tidak boleh mengandung bahan
yang ditambahkan kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi. Apabila
diperkenankan pada penandaan harus tertera nama dan jumlah bahan tam-bahan tersebut.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau dalam ketentuan umum, bahan-bahan
yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap
dan pembawa dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas,
manfaat atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan. Bahan tambahan
tersebut dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali :
Udara didalam wadah sediaan resmi dapat dikeluarkan atau diganti dengan
karbondioksida, helium, nitrogen atau gas lain yang sesuai. Gas tersebut harus
dinyatakan pada etiket kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
3. Tangas Uap.
Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap
panas mengalir. Dapat juga digunakan pamanas lain yang dapat diatur hingga suhunya
sama dengan uap panas mengalir.
4. Tangas Air
Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu, yang
dimaksud adalah tangas air yang mendidih kuat.
5. Larutan.
Kecuali dinyatakan lain, larutan untuk pengujian atau penetapan kadar dibuat
dengan air sebagai pelarut. Pernyataan 1 dalam 10 mempunyai arti 1 bagian volume
cairan atau 1 bagian bobot zat padat diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer
atau pelarut secukupnya hingga volume akhir 10 bagian volume. Pernyataan 20 : 5 : 2
10
mempunyai arti beberapa cairan dengan perbandingan volume seperti yang disebutkan,
dicampur.
6. Bobot Jenis
Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara pada
suhu 25 o terhadap bobot air dengan volume sama pada suhu 25 o
7. Suhu
Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam Farmakope dinyatakan dalam derajat
celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25 o. Jika dinyatakan suhu kamar
terkendali , yang dimaksud adalah suhu 15 o dan 30 o
8. Air
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan
kadar adalah air yang dimurnikan.
9. Pemerian
Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat secara umum terutama meliputi wujud,
rupa, warna, rasa, bau dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau sifat
fisika, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam pengelolaan, peracikan, dan
penggunaan.
Pernyataan dalam pemerian tidak cukup kuat dijadikan syarat baku, tetapi meskipun
demikian secara tidak langsung dapat membantu dalam penilaian pendahuluan terhadap
mutu zat yang bersangkutan.
10. Kelarutan
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai
berikut :
11
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut lebih dari 10.000
Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera di Farmakope juga berlaku
untuk wadah yang digunakan dalam penyerahan obat oleh apoteker.
Wadah suatu bahan steril yang dimaksudkan untuk pengobatan mata atau telinga,
kecuali yang disiapkan segera sebelum diserahkan atas resep dokter , harus disegel
sedemikian rupa hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segel.
Wadah tidak tembus cahaya harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat
dari bahan khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi wadah
tersebut . Wadah yang bening dan tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat
dibuat tidak tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang buram. Dalam hal
ini pada etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram diperlukan sampai isi dari
wadah habis karena diminum atau digunakan untuk keperluan lain. Jika dalam
monografi dinyatakan “Terlindung dari cahaya “ dimaksudkan agar penyimpanan
dilakukan dalam wadah tidak tembus cahaya.
Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan
mencegah kehilangan bahan selama penanganan , pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.
12
15. Wadah tertutup rapat
Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair , bahan padat atau uap dan
mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama pena-nganan ,
pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup
rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal.
Digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai dosis
tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Wadah atau pembung-kusnya
sebaiknya dirancang sedemikian rupa, hingga dapat diketahui apabila wadah tersebut
pernah dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menye-butkan
identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor batch dan tanggal ka-daluarsa.
Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan untuk bahan yang hanya digunakan
secara parenteral.
Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara parenteral
dalam doosis tunggal, langsung dari wadah.
13
Adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali tanpa
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian sisa zat dalam wadah
tersebut.
Adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara parenteral
23. Penandaan
Bahan dan sediaan yang disebutkan dalam farmakope harus diberi penandaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
24. Persen
Persen bobot per bobot ( b/b) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan
atau campuran,.
14
Persen bobot per volume ( b/v) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan,
sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan
Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah
padat, yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam
cairan yang dimaksud adalah b/v , untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimak-sud
adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.
25. Daluarsa
Adalah waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku.
Daluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus dicantumkan dalam etiket.
15
BAB III
PENGENALAN OBAT
Selain pengertian obat secara umum di atas, ada juga pengertian obat secara
khusus. Berikut ini beberapa pengertian obat secara khusus:
Obat baru: Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak berkhasiat),
seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen lain yang belum
dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
Obat esensial: Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk
layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
Obat generik: Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan
dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Obat jadi: Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam
bentuk salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet, serbuk atau bentuk lainnya
yang secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang ditetapkan
pemerintah.
Obat paten: Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar
atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu dijual dalam kemasan
asli dari perusahaan yang memproduksinya.
Obat asli: Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan
alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional.
16
Obat tradisional: Obat tradisional adalah obat yang didapat dari bahan alam,
diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional.
17
Mikroba dan jamur/fungi; misalnya, antibiotik penisilin.
Sintesis (tiruan); contohnya, vitamin C dan kamper sintesis.
Mineral (pertambangan); contohnya, sulfur, vaselin, parafin, garam dapur,
iodkali.
Hewan (fauna); contohnya, cera, adeps lanae, dan minyak ikan.
Tumbuhan (flora); contohnya, minyak jarak, kina, dan digitalis.
Obat bebas: Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan; diberi tanda
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan): Obat bebas
terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam
bungkus aslinya dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda
lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda
peringatan (P No.1 sampai P No.6).
Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya): Obat keras adalah semua obat
yang memiliki takaran dosis minimum (DM), diberi tanda khusus lingkaran
bulat merah garis tepi hitam dan huruf K menyentuh garis tepinya, semua obat
baru kecuali ada ketetapan pemerintah bahwa obat itu tidak membahayakan, dan
semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.
Psikotropika: Psikotropika adalah obat yang memengaruhi proses mental,
meransang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan seseorang;
contohnya golongan barbital/luminal, diazepam, dan ekstasi.
Narkotik: Narkotik adalah obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan
IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan/adiksi yang
sanga merugikan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan
dokter; contohnya kodein, metadon, petidin, morfin, dan opium.
18
Penggolongan obat menurut cara penggunaannya, obat digolongkan menjadi:
19
BAB IV
SINGKATAN LAIN DALAM RESPTUR
1. Aturan Penggunaan
Singkatan
Kepanjangan Arti Keterangan
Pada waktu
d.c. durante coenam makan
Sebelum
a.p. ante prandium sarapan pagi
Bila tidak
abs.febr absente febre demam
20
t.d.d. ter de dir Tiga kali sehari t.in.d (ter in die), namun
maksudnya masih sama.
Empat kali
q.d.d quarter de dir sehari
Cara pakai
u.c usus cognitus sudah diketahui
Sendok makan
(15ml) Karena ukuran sendok
Kadang tertulis yang ada di rumah pasien
C atau C.besar bervariasi (sendok makan
cochl. Cochlear 5-7 ml, sendok teh hanya
2-3 ml) maka untuk
Sendok bubur
meminimalisir kesalahan
C.p cochlear parvum (8ml)
akan lebih baik jika pada
Sendok teh etiket dituliskan langsung
C.th cochlear theae Ukuran 5 ml, berapa ml tiap kali
21
namun pemakaian.
Farmakope
Belanda
menulis 3 ml.
Sendok dari
C.orig Cochlear original pabrik
C.kecil Sendok 5 ml
2. Aturan Peracikan
22
Jadi angka yang tertulis
adalah jumlah bahan
yang ditambahkan.
Selisih bobot/volume
tersebut lalu dibagi
dengan bahan yang
terkena perintah ini,
sehingga hasil akhir
sediaan tetap sama
dengan yang tertulis
dalam resep
Contoh pada
pembuatan pulveres
ad.libit. ad libitum Sesukanya maka bahan pengisi
23
dapat diberi perintah ini
agar hasil akhir
pulveres dapat
didekatkan ke 250mg
atau 500mg.
24
setengahnya setengah adalah jumlah
sediaannya, bukan
dosisnya.
Contoh di resep tertulis
10 kapsul, maka dibuat
5 kapsul saja, bukan
dibuat 10 kapsul
dengan dosis
setengahnya.
Bagilah dalam
Divide in partes bagian-bagian
div.in.part.aeq. aequales yang sama
Berikan
dengan
d.c.f da cum formula resepnya
25
3. Lokasi penggunaan
Pada mata
Jika kedua mata maka
i.o.d in oculo dextro kanan
dapat ditulis dengan o.d.s
i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri (oculo dextro et sinistro)
us. ext.
u.e. Untuk
usus externum pemakaian luar
Pemakaian
externe sebagai obat Kadang tertulis ad.us.ext
ext.ut. untendum luar (ad usum externum)
Tempat yang
loc.dol locus dolens nyeri
Ke dalam
i.v intra vena pembuluh darah
Ke dalam
i.m Intra muscular jaringan otot
26
Oris oris Mulut
Fl flesh Botol
4. Bentuk sediaan
Obat tetes
aurist. auristillae telinga
Obat tetes
narist. naristillae hidung
27
pot. potio Obat minum
pulvis
pulv.adsp. adspersorius Serbuk tabur
28
BAB V
RESEP DAN KELENGKAPANNYA
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi dan dokter hewan
kepada Apoteker untuk melayani dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Blanko resep dengan ukuran ideal adalah lebar 10-12 cm dan panjang 15-18 cm.
29
menggunakan nama generik, nama standar, atau nama paten. Penulisan jumlah
dan kekuatan obat dalam satuan obat atau volume dengan sistem metrik (mg, g,
ml, l). Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus,
supositoria, dll) dengan angka romawi (I,II,III, dst).
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep
yang digunakan. Jumlah obat ditulis dengan angka romawi (I,II,III, dst).
6. Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien,
yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan saat obat diminum, untuk setiap hari
serta informasi lain yang mungkin diberikan simbol yang diberikan adalah S
(signatura = tandailah). Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien sudah
ditulis dalam resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien
saat menyerahkan resep.
Macam – macam formula resep yang diberikan dokter, ada tiga. Yaitu:
1. Formula magistralis (resep racikan)
Untuk menyusun resep racikan, dokter perlu memahami sifat obat,
interaksi farmasetik, dan bahan tambahan yang diperlukan dalam menyusun
formula tersebut.
2. Formula officinalis
Obat yang ditulis merupakan obat baku / standar dalam buku/ formularium
resmi atau obat jadi generik berlogo.
3. Formula spesialistis
Obat yang dituliskan adalah obat dengan nama paten atau nama dagang.
30
2. Nama dan nomor S.I.K. Apoteker pengelola apotek
3. Tanda tangan atau paraf Apoteker pengelola apotek
4. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne det = ne
deturuntuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan
6. Tanda pro copie conform (p.c.c.) = sesuai dengan aslinya
Salinan resep tidak selalu diberikan kepada pasien
Salinan resep diberikan untuk memenuhi suatu keadaan tertentu
Jika pasien meminta untuk dibuatkan (namun ditulis det jika obat sudah
diberikan semua). Jika, obat belum diberikan semua (kehabisan stok di apotek) untuk
bisa membeli di apotek lain. Jika resep merupakan resep untuk pemakaian berulang (iter)
31
BAB VI
SEDIAAN PULVIS/PULVERES
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar.
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut
dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul,
tablet, pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus
lebih dulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih
dari 50⁰C.
32
Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/divided
powder/chartulae) atau tak terbagi (pulvis/bulk powder). Serbuk oral tak terbagi terbatas
pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa
jenis analgetik tertentu, dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau
penakar lainnya. Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang
keduannya digunakan untuk pemakaian luar. Umumnya serbuk terbagi dibungkus
dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh lingkungan, serbuk
ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena.
Syarat-syarat Serbuk
Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut.
33
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan
(seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi/pulveresyang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik.
Karakteristik serbuk :
- homogen dan kering, homogenisitasnya dipengaruhi ukuran partikel dan
densitasnya/berat jenis
- punya derajat kehalusan tertentu
Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, antara lain :
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan
dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang
dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutatorius(serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena
itu serbuk harus halus sekali.
4. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air
dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk
larutan yang jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam
sitrat, asam tartrat) dengan basa (Na-karbonat, Na-bikarbonat). Dalam pembuatannya,
bagian asam maupun basa harus dikeringkan secara terpisah. Gas CO2 (karbon
dioksida) digunakan untuk pengobatan, mempercepat absorpsi atau untuk
menyegarkan rasa larutannya.
34
Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
Untuk OTT yang tidak dapat diatasi, bisa diusulkan untuk mengeluarkan salah satu obat
jika :
I. Terjadi reaksi kimia
a. Campurannya menjadi racun
misalnya :
1. Kalomel + iodium -> sublimat
2. Asetosal + antipirin -> kinatoksin (tidak berefek antimalaria bahkan
beracun
b. Campurannya menimbulkan ledakan
misalnya :
bahan pengoksid dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K-lorat
+sulfur)
c. Terjadi perubahan warna
misalnya :
1. Antipirin + nitrit -> hijau
2. Amilum + iodin -> biru
35
misalnya :
a. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk pasien dengan
kerusakan ginjal.
b. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus.
c. Heksamin dengan gol. sulfa -> antagonis.
OTT yang dapat diatasi, masing-masing obat dilapisi zat tambahan jika:
I. Terjadi reaksi kimia
misalnya : Alkaloid dengan logam berat (Extr. Belladonae + AgNO3 teroksidasi)
II. Terjadi perubahan fisika
misalnya : Campuran mentol, timol dan salol -> titik didihnya akan turun, mudah
mencair.
III. Terjadi kerja farmakologis
misalnya : Campuran obat hipnotik + obat sedatif + kafein dalam perbandingan tertentu
masih dapat diberikan.
36
BAB VII
PERHITUNGAN DOSIS
37
Contoh perhitungan konversi dosis :
Penulisan resep tidak harus sama persis seperti yang diatas, bisa berbeda, asalkan tetap
memenuhi semua persyaratan resep yang berlaku.
Pertama, dianalisa terlebih dahulu informasi yang ada di dalam resep maupun
kesalahan dalam penulisan suatu resep.
Dari resep di atas, diketahui beberapa poin penting
Usia pasien : 2 tahun
Parasetamol 100 mg
Aturan pakai (s.p.r.n.t.d.d.pulv.I) = signa pro renata tres de die pulveres I =
aturan pakai, bila perlu 3 kali sehari 1 serbuk.
Terdapat tanda d.t.d. para resep, yang menunjukkan setiap satu sediaan
mengandung jumlah zat yang sama seperti yang tertulis di resep.
Usia Susi adalah 2 tahun, maka perlu dilakukan konversi dosis terlebih dahulu dari DM.
DM parasetamol : -/4.000 mg
Maka digunakan rumus Young, sebagai berikut :
2/2+12 x DM parasetamol
2/14 x -/4.000 mg
-/571,428 mg
Jadi, maksimum pemakaian parasetamol perhari untuk Susi adalah 571.428 mg.
38
Dihitung Jumlah Parasetamol Perhari Yang Diresepkan
Informasi yang dapat digunakan disini adalah 3 kali sehari 1 bungkus
Dalam 1 bungkus terdapat 100 mg parasetamol
Sekali pakai = 100 mg parasetamol
Sehari pakai = 100 mg parasetamol x 3 kali sehari = 300 mg perhari (tidak
overdosis)
39
Perhitungan dosis untuk resep sediaan cair
Cara menghitung dosis untuk sediaan cair berbeda lagi dari sediaan yang sudah dari
awal terbagi-bagi, seperti pulveres. Penggunaan sediaan cair, umumnya
menggunakan sendok takar walau ada pula yang langsung dihabiskan sekali minum,
seperti potio effervescent yang akan dijelaskan selanjutnya.
PERLU DIINGAT! Sendok yang dimaksudkan diatas bukan jenis sendok makan atau
sendok teh yang digunakan dirumah sehari-hari, namun sendok takar khusus yang
dosisnya sesuai.
40
Contoh 2 :
Dari resep diatas dapat digunakan informasi berikut:
Dalam resep tidak terdapat zat aktif, namun sebuah formula sediaan.
p.r.n. (pro renata) = bila perlu
4 dd. C. 1 (quadra de die Cochlear unum) = empat kali sehari, satu sendok
makan (15 ml)
Umur 20 tahun (dewasa) – tidak perlu dilakukan konversi dosis
Namun, agar kamu bisa mengerti konversi dosis untuk sediaan cair, anggap saja
umur Tono baru 15 tahun.
1. Hal pertama yang terlihat adalah tidak adanya zat aktif
Hal ini bisa terjadi, karena sebagai Apoteker Profesional, kamu dituntut untuk
mengetahui formula umum yang digunakan untuk peresepan di Indonesia.
Dapat dilihat dalam buku Formularium Nasional dan Formularium Indonesia.
Dalam resep, tertulis Potio Nigra Contra Tussim, terdengar sangat asing memang,
namun ini cuma obat yang sering ditemukan di kehidupan sehari-hari.
Potio artinya obat minum, Nigra artinya hitam, Contra artinya melawan atau
berlawanan, Tussim artinya batuk.
Jadi, Potio Nigra Contra Tussim berarti obat minum yang berwarna hitam untuk
melawan batuk atau Obat Batuk Hitam (OBH), sudah kenal?
Komposisi tiap 300 ml mengandung :
Glycirrhizae Succus 10 gr
Ammonii Chloridum 6 gr
Ammoniae Anisi Spritus 6 gr
Aqua Destilata ad 300 ml
Selanjutnya dihitung dosisnya untuk sekali pakai sesuai resep dan hanya 1 bahan yang
memiliki nilai Dosis Maksimum yaitu Amonium Klorida.
DL Amonium Klorida : 0,5-1/2-4 g. DM Amonium Klorida : -/8 g
Konversi dosis untuk 15 tahun:
Konversi DL = 15/20 tahun x 0,5-1/2-4 g
= 0,375-0,75/1,5 – 3 g.
Konversi DM = 15/20 tahun x -/8 g
= -/6 g
41
Dosis sekali pakai (1 sendok makan)
= 15/300 ml x 6 g
= 0,3 g (tidak berefek)
Dosis sehari pakai (4 kali sehari)
= 0,3 g x 4
= 1,3 g (tidak berefek)
Dari perhitungan dosis, didapatkan bahwa dosis sekali pakai dan sehari pakai tidak
dapat memberikan efek yang diinginkan, dilihat dari DL (Dosis Lazim) yang ada
untuk Amonium Klorida
Kalau hal ini terjadi, kamu sebagai Apoteker perlu menghubungi dokter mengenai hal
ini, untuk dapat menaikkan dosis sampai tercapai dosis lazim.
Untuk obat-obat wajib apotek (OWA), seorang apoteker dapat menentukan sendiri
tanpa perlu harus menanyakan kepada dokter
Untuk kasus ini, penulis akan menaikkan dosisnya di resep menjadi 8 g
Diulangi kembali perhitungan dosisnya,
Jadi, dapat disimpulkan bahwa nantinya sediaan OBH yang kamu buat dapat
memberikan efek dalam sekali pakai dan untuk pemakaian dalam sehari.
42
15/300 ml merupakan berapa besar volume cairan yang diambil dalam sekali sendok
(sendok makan) dibandingkan dengan volume sediaan seluruhnya (300 ml)
dan 8 g, merupakan dosis keseluruhan yang dilarutkan (tertera dalam resep)
% sehari pakai
= 1,6/6 g x 100%
=26,67% (tidak overdosis)
43
jika diambil usia pasien, hasil bisa berbeda antar pasien, karena bisa saja ada pasien
anak yang tubuhnya besar, begitupula sebaliknya untuk usia tua.
44
BAB VIII
HITUNGAN SEDIAAN PULVIS
A. Pengertian Pulvis
Serbuk tak terbagi Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi –bagi. Serbuk oral tak
terbagi (Pulvis) terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida,
makanan diet dan beberapa jenis analgetik tertentu dan pasien dapat menakar secara
aman dengan sendok teh atau penakar lainnya. Serbuk tak terbagi lainnya adalah
serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduanya digunakan untuk pemakaian luar.
Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain : Pulvis
Adspersorius (Serbuk Taburbedak), Pulvis dentrificus (Serbuk gigi), Pulvis
sternutatorius (Serbuk bersin), Pulvis efervesen
a. serbuk tabur (pulvis) adalah serbuk ringan yang digunakan untuk pemakain
topical dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang untuk memudahkan
penggunaan pada kulit, Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan
derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
b. Pulvis dentrificus (Serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna
yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%
c. Pulvis sternutatorius (Serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh
karena itu serbuk harus halus sekali
d. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam
air dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian
membentuk larutan yang jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa
asam (Asam sitrat, Asam Tartat) dengan basa (Na-Karbonat, Na-Bikarbonat). Dalam
pembuatannya, bagian asam maupun basa harus dikeringkan secara terpisah. Gas
CO2 (Karbon Dioksida) digunakan untuk pengobatan, mempercepat absorpsi atau
untuk meyegarkan rasa larutannya.
45
Syarat-syarat pulvis
1. Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar.
2. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani, C. welchii dan Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).
3. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
dr. Hadi S
SIP : 123/DU-01/VII/2005
Jl. Tekukur 41 Samarinda
Samarinda, Feb 2015
R/ Amoxycillin 200 mg
Luminal 10 mg
CTM 2 mg
m.f. Pulv. dtd.No X
S. tdd.pulv. ac
46
Terjemahan Latin :
R/ : recipe : ambillah
m.f.pulv.dtd.No.X : misce fac pulveres da tales doses nomero decim : campur
dan buat serbuk bagi berikan dalam dosis demikian sebanyak 10 bungkus
S.t.d.d.pulv.ac : signa ter de die pulverem... ante coenam : tandai 3 x sehari ...
bungkus sebelum makan
Pro : untuk
I. Kelengkapan Resep :
1. Nama, SIP, alamat dokter = ada
2. Nomor resep = tidak ada
3. Incriptio = tidak ada
4. Invecatio = ada
5. Praescriptio= ada
6. Signatura = tidak ada ( belum jelas berapa bungkus?)
7. Subcriptio = tidak ada
8. Nama, umur, alamat pasien= ada
II. Keterangan : ( Resep Standart, Buku referensi, Isi Zat Aktif, Keterangan Dosis,
OTT, Usul Perbaikan, dll ) : -
Buku referensi = FI edisi III
Isi zat aktif = 1. Amoxcyllin
2. Luminal
3. CTM
Keterangan dosis ( DM) = Luminal 1x =300mg , 1H =600 mg ( FI edisi III hal
CTM = 1 H = 40 mg ( FI edisi III hal
Usul Perbaikan = memperjelas signatura tentang berapa bungkus yang diminum
47
III. Monografi Kelarutan :
Penggolongan Obat :
Nama Bahan Golongan Obat
1. Amoxycillin Obat Keras
2. Luminal Obat Psikotropika
3. CTM Obat keras
Perhitungan Dosis :
Penimbangan Bahan :
No. Nama Bahan Perhitungan Jumlah E.D
Ditimbang Bahan
1. Amoksisilin 10 x 200 mg = 2000 mg/500 4 tab
mg/tab = 4 tab
2. Luminal 10 x 10 mg = 100 mg 100 mg
3. CTM 10 x 2 mg = 20 mg/4 mg/tab = 5 tab
5 tab
Cara Kerja :
1. Ditimbang Luminal 100 mg
2. Diambil CTM 5 tab, dimasukkan kedalam mortir.
3. Diambil amoksisili 4 tab, dimasukkan ke dalam mortir, digerus sampai homogen
48
4. Ditambahkan Luminal,digerus sampai homogen
5. Dikeluarkan dari dalam mortir, dibagi menjadi 10 bagian yang sama rata, dibungkus
yang rapi dimasukkan kedalam kemasan, diberi etiket putih, label NI dan diserahkan ke
pasien
49
BAB IX
HITUNGAN SEDIAAN PULVERES
Serbuk adalah campuran kering bahan obat/zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Serbuk bagi atau pulveres merupakan
serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas
perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok untuk sekali minum.
Pada umumnya penulisan resep untuk serbuk bagi yang ditulis oleh dokter terdiri
dalam dua bentuk :
1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 10
m.f pulv No XX
2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 0,5
m.f pulv dtd no XX
Pada cara kesatu dan resep I ditimbang 10 gram Asetosal kemudian digerus lalu
dibagi menjadi 20 bungkus. Sedangkan cara kedua ditimbang sebanyak 20 x 0,5 g
kemudian digerus lalu dibagi menjadi 20 bungkus.
Agar dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat tambahan
yang bersifat netral, seperti Saccharum Lactis, Saccharum album, sampai berat serbuk
tiap bungkusnya 500 mg. Saccharum album rasanya manis sehingga dapat berfungsi
sebagai pemberi rasa, tetapi serbuk mudah basah dan tidak cocok untuk penderita
Diabetes.
Serbuk dibagi tanpa penimbangan tetapi untuk menjamin pembagian yang sama,
maka pembagian dilakukan tidak lebih dari 20 bungkus. Apabila lebih maka serbuk
harus dibagi dua dengan cara ditimbang sama banyak, baru kemudian dibagi.
50
Penyimpangan berat masing-masing serbuk terhadap yang lain adalah paling
besar 10 %. Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen, yang mengandung zat
higroskopis dalam kertas berlilin.
Keseragaman bobot serbuk diuji dengan cara : Timbang isi dari 20 bungkus satu
persatu, campur isi ke-20 bungkus tadi timbang sekaligus dan hitung bobot rata-rata.
Penyimpangan antara penimbangan, satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih
dari 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18 bungkus yang lain.
RESEP
Dr. BAYU
R/ Acidi Acetylosalicil 10 g
Sacch. Lact q s
m.f. pulv div in p. seq No. xx
5. 3 dd 1
Pro : Dani
Acidy Acetylosalicyl 10 g
maka : 10/20 = 0,5 gram
51
untuk 1 hari pakai : 3 x 0,5 gram = 1,5 g < 8 (tidak over dosis)
presentase :
untuk 1x pakai : 0,5/1 x 100% = 50 % < 100% (TOD)
untuk 1 hari pakai : 1,5/8 x 100 % = 18,75 < 100 % (TOD)
52
BAB X
HITUNGAN SEDIAAN KAPSUL
A. PENGERTIAN KAPSUL
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau
pun lunak yang dapat larut (Syamsuni, 2012).
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lainnya.Cangkang
juga dapat dibuat dari Metilselulosa atau bahan lainnya yang cocok (Anief, 2012).
Gelatin bersifat stabil diudara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami
peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam larutan berair.
Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak uap air daripada
kapsul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin mengandung air
antara 9-12 %. Bilamana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi,
penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras akan rusak dari
bentuk kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian
uap air yang ada didalam kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul menjadi rapuh
bahkan akan remuk bila dipegang (Ansel, 1985).
Bentuk kapsul bermacam-macam misalnya bulat, oval, panjang dan silinder. Biasanya
kapsul dibuat dari gelatin USP yang dikeruhkan dengan TiO2 (putih) dan diberi warna
bervariasi sesuai yang diinginkan untuk membedakan isinya. Biasanya tutup wadahnya
diberi warna yang berbeda. Ukuran kapsul juga dibedakan oleh panjang dan diameter
dari kapsul yang dinyatakan dalam angka-angka. Kapasitasnya tergantung dari jenis zat
yang dimasukkan. Biasanya bisa voluminiud, kapasitasnya lebih kecil (Chaerunnisa,
2009).
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal ada 8 macam
ukuran, yaitu 000, 00, 0, 1, 2,3,4 dan 5. Ukuran 000 adalah ukuran kapsul untuk hewan,
sedangkan untuk pasien, ukuran terbesar adalah 00 (Anonim, 2007).
53
RESEP
R/ Aminophilin 100mg
Luminal 100mg
Vit B Komplek 1/3 tab
Prednison 0,5 mg
m.f caps dtd No XV
s.t.dd.caps. pc
PERHITUNGAN DOSIS
DM Aminophilin = 500mg/1500mg
DM Luminal = 300mg/600mg
#DM untuk anak umur 18th
1x pakai Aminophilin = 18/20 x 500 mg = 450 mg
sehari Aminophilin = 18/20 x 1500 mg = 1350 mg
1x pakai Luminal = 18/20 x 300 mg = 270 mg
sehari Luminal 18/20 x 600 mg = 540 mg
#Dalam satu bungkus dalam resep mengandung :
Aminophilin sebanyak 100 mg
Luminal 100 mg
#PMR
1x pakai Aminophilim = 100 mg < 450 mg (Tidak Over Dosis)
sehari pakai Aminophilin = 100 mg x 3 < 1350 mg (Tidak Over Dosis)
1x p Luminal = 100 mg < 270 mg (Tidak Over Dosis)
sehari pakai Luminal = 100 mg x 3 < 540 mg (Tidak Over Dosis)
Resep dapat dikerjakan
54
BAB XI
HITUNGAN SEDIAAN SALEP
A. PENGERTIAN SALEP
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat
berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat
dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep
terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak
melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada
area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian
berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau
tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam
salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
B. PENGHITUNGAN
dr. Hadi S
SIP : 123/DU-01/VII/2005
Jl. Tekukur 41 Samarinda
Samarinda, Feb 2015
R/ Salep 2-4 10
Adde
Camphora 0,5
m.f. ungt.
S.u.e
Pro. Hana
Terjemahan Latin :
E R/ : Recipe = ambilah
E Adde : Tambahkan
E m.f.ungt : misce fac Unguentum : Campur dan buatlah salep
E s.u.e : Signa usus externus = tandailah untuk pemakaian luar
E pro : untuk.
55
I. Kelengkapan Resep :
1. Nama, SIP, alamat dokter = ada
2. Nomor resep = tidak ada
3. Incriptio = tidak ada
4. Invecatio = ada
5. Praescriptio= ada
6. Signatura = ada
7. Subcriptio = tidak ada
8. Nama,, alamat pasien= ada
II. Keterangan : ( Resep Standart, Buku referensi, Isi Zat Aktif, Keterangan Dosis,
OTT, Usul Perbaikan, dll )
Ø FMS Unguentum 2- 4 hal 48
R/ Acid Salicyl 2
Sulf praceipitat 4
Vaselin Flavum ad 100
Ø Buku referensi : FI edisi III, IMO, FMS, IRES KLS X
Ø Isi zat aktif : asam salisilat, sulfur praecipitatum, champora.
Ø Permasalahan :
1. Kamfer diberi etanol 95%, kemudian digerus dengan dasar salep. ( ires hal 42)
V. Perhitungan Dosis : -
56
VII. Cara Kerja :
1. Ditimbang asam salisilat 0,2 g dan champora 0,5 g kemudian dimasukkan kedalam
lumpang ditetesi dengan etanol digerus ad larut
2. Ditimbang sulf praecip. 0,4 g, dimasukkan kedalam lumpang digerus ad homogen
3. Ditambahkan Vaselin Flavum sedikit demi sedikit kedalam mortir
gerus sampai homogen.
4. Dikeluarkan dari mortir dan dimasukkan kedalam pot salep , Diberi etiket
biru dan dikemas dengan rapi.
5. serahkan ke pasien.
57
BAB XII
HITUNGAN SEDIAAN KRIM
A. PENGERTIAN KRIM
· Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI III)
· Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (FI IV hal. 6)
· Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional)
· Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%). (Ilmu Resep hal. 74)
B. PENGHITUNGAN
R/ Hidrocortison asetat 1%
Chloramfenicol 2%
Propylenglikol 1%
Emulgid cream 20
Mf. cream
S. ue
Pro : Qodir
Resep Standar
Basis Van Duin 119
R/ emulgid 15
ol. sesami 15
aqua ad 100
Teori/Usul/Keistimewaan
usul emulgid krim van duin
chloramfenicol dilarutkan dengan propylenglicol
58
Perhitungan Bahan
Emulgid : 20/100 x 15 = 3
ol. sesami : 20/100 x 15 = 3
aquadest : 20 - ( 3 + 3)
: 20 - 6
: 14 g
Hidrokortison asetat : 1/96 x 20 = 0,208
Chloramfenicol : 2/96 x 20 = 0,416
Propylenglikol : 1/96 x 20 = 0,208
Penimbangan Bahan
emulgid =3g
ol. sesami =3g
aquadest = 14 g
Hidrokortison asetat = 0,208 g
chloramfenicol = 0,416 g
Propylenglikol = 0,208 g
Teknik Pembuatan
59
BAB XIII
HITUNGAN SEDIAAN PASTA
A. PENGERTIAN
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan
sebagai salep penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat
yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely powdered solids
such as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are used for circumscribe
lesions such as those with occur in lichen simplex, chronic eczema, or psoriasis. they
are less occlusive than ointments and can be used to protect inflamed, lichenified, or
excoriated skin. (British National Formulary Bag-2)
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan
untuk mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya
disiapkan dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan
(biasanya 20% atau lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran
plastis dari salep menjadi aliran dilatan.
60
Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan
menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk
penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak
mengandung gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya
sangat kental atau kaku dan kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-
bahan serbuk seperti pati, ZnO dan kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian
yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai
50% hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep.
Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah
dimana pasta digunakan
Pada umumnya sekitar 50% dari pasta adalah zat padat (serbuk) sehingga lebih
kental dari salep. Formula, komponen , dan komposisi yang terkandung dalam pasta
berbeda bergantung pada jenis pasta tersebut.
Pasta berlemak
Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin dan paraffin cair. Bahan tidak
berlemak seperti Glycerinum, Mucylago atau sabun biasa digunakan untuk antiseptik
atau pelindung kulit. Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan dan pelepasan
cairan berair yang tidak normal di kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding
jumlah serbuk padatnya, maka untuk menghomogenkan lemak-lemak tersebut harus
dilelehkan terlebih dahulu.Contoh resep sediaan pasta berlemak :
Acidi salicylici Zinc Oxydy Pas (F.N 1978)
61
R/ Acidi Salicylici 2
Zinci Oxydi 25
Amyli Tritici 25
Pasta Zinci Oxydi
R/ Zyncy Oxydi 25
Amily Tratici 25
Vaselin Flavi 50
Pada Zinc Oxyda dibuat dengan cara menggerus kemudian mencampurkan 25% dari
masing-masing Zinc Oxyda dan Amylum dengan Vaselin putih. Hasil produksi ini
berupa salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh serta mampu
mengabsorbsi upa air jenuh lebih besar dan biasa digunakan sebagai astringen dan
pelindung. Pasta juga sering digunakan menjadi pembawa untuk bahan obat lainnya.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan ternyata lebih menyerap dibandingkan
dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta
ini cenderung menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi yang lebih rendah dari salep. Oleh karena itu, pasta digunakan untuk lesi akut
yang cenderung membentuk karat, mengelembung dan mengeluarkan cairan.
62
Pasta kering
Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).Contoh resep pasta kering :
R/ Bentonit 1
Sulf Praecip 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Icthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
s.ad.us.ext
Pasta pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan salep 3
dara.
Contoh resep :
R/ Zinci Oxyde
Olei Olivie
Calcii Hydroxidi Solutio aa 10
63
BAB XIV
HITUNGAN SEDIAAN GEL
A. PENGERTIAN
· Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
· Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan (FormulariumNasional, hal 315)
FORMULASI
R/ Piroxicam gel 20 g
SUE
Teori Pendukung :
Tragakan 2%
Gliserol 25%
Aqua Dest ad 100 g
Nipagin q.s
Mf gellones
Dosis :
Catatan :
64
PELAKSANAAN
R/ Piroxicam gel 20 g
SUE
KR : Pro :
OTT :
Usul :
Perhitungan
1. Piroxicam:
Tiap gram mengandung 5 mg piroxicam.
20 gram = 100 mg x 10 sediaan = 1000 mg
2. Basis gel
Tragakan : x 200 = 4 gram
Gliserol : x 200 = 50 gram
Nipagin : x 20 = 0,02 gram x 10 = 0,2 gram
Aqua dest ad 200 – ( 4 + 50 0,2 ) = 145,8 gram
1. PENIMBANGAN
2. Piroxicam : 1000 mg
3. Tragakan : 4 gr
4. Gliserol : 50 gr
5. Air untuk Tragakan : 20 x 4 gr = 80 gr
6. Aqua dest : 200
7. Nipagin : 200 mg
Alat dan bahan
1. Kertas perkamen
2. Gelas ukur
3. Gelas beaker
4. Timbangan
5. Anak timbangan
6. Mortir dan Alu
7. Wadah gel
65
8. Penangas air
9. Cawan petri
10. Batang pengaduk
11. Sudip
12. Aqua dest
13. Piroxicam
14. Tragakan
15. Glycerol
16. Nipagin
CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang Tragakan tambahkan dengan air diamkan beberapa menit lalu gerus ad
terbentuk jelling agent
3. Timbang Piroxicam masukan ke dalam mortir sambil digerus ad homogen,
encerkan dengan sedikit air
4. Timbang glicerol tambahkan pada mortir sambil di gerus ad homogen
5. Masukkan dalam wadah yang sesuai dan beri etiket
66
BAB XV
HITUNGAN SEDIAAN SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau
celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat
2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat
saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm
dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang
lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ±
4. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga “kerucut telinga”,
lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis
gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan
67
B. PERHITUNGAN FORMULASI
R/ Bisacodyl 10 mg
cera flava 35 %
oleum cacao 65 %
Perhitungan
Ø nilai tukar 1g bisacodyl ~ 0,7 gol cacao
120 mg bisacodyl ~ 0,12 x 0,7 g =0,084 g
1g
Jadi olem cacao yg ditimbang = 36-0,084 g =35,916 g
Jadi kekurangannya oleum cacao=35,916 g – 23,4 g
=12,516 g
Ø Suppositoria yang dibuat 10 diberi kelebihan 20 %
20/100 x 10=2g
Jadi supposutoria yang dibuat =10x 2 g = 12 g
68
CARA KERJA
1. Timbang semua bahan
2. lakukan pengenceran bisacdil (1:50)
3. timbang bisacodil 50 mg + ol.cacao 200 mg → 250 mg
4. siapkan alu dan cawan panas ,masukan bisacodil dalam cawan panas ,aduk
5. sampai homogen ,diambil 120 mg untuk 2 kemasan sisanya dibungkus
6. Lelehkan cera flava diatas penangas air
7. Tambahkan 1/3 bagian oleum cacao,dijaga jangan sampai lelehan jernih,diangkat
8. Tambahkan sisa oleum cacao,yang sudah disisir halus,aduk sampai jadi basis supositoria
9. Tambahkan bisacodyl dalam basis aduk ad homogen
10. Tuang dalam pencetak supositoria yang sudah diolesi parafin liquid
11. Biarkan dan dinginkan sampai beku , masukan ke kertas alumunium foil.
69
BAB XVI
HITUNGAN SEDIAAN SIRUP
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih
dari 66,0% (FI III).
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal
mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).
Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan
Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk
meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar
sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer,
merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994).
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi 0,2
Efedrin HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
Jawab:
Ingat Rumus menggunakan berat badan
70
Rumus Thermich
n ; dalam kilogram
a. Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = gram untuk sekali pakai
b. Perhitungan DM sehari
71
BAB XVII
HITUNGAN SEDIAAN ELIXIR
72
B. HITUNGAN FORMULASI SEDIAAN ELIXIR
Resep Standar
Menurut Formularium Nasional hal. 3
Gliserol 2,5 ml
Propilenglikol 500 µL
Sorbitol Solution1 25 mL
Etanol 500 µL
Zat Tambahan q.s
Aquadest ad 5 ml
Aquadest Ad to 5 ml Pelarut
73
2.5 PERHITUNGAN BAHAN
Paracetamol
= 1440 mg
Gliserol
= 30 mL
Propilen Glikol
= 6 mL
Sorbitol 70 %
= 15 mL
Etanhol
= 6 mL
Aquadest ad to 100 ml
Esence Strawberry q.s
Pewarna Strawberry q.s
2.6 PENIMBANGAN BAHAN
Paracetamol 1440 mg
Propilenglikol 6 ml
Sorbitol 70 % 15ml
Gliserol 30 ml
Ethanol 6 ml
Esence Strawberry q.s
Pewarna Strawberry q.s
Aquadest Ad to 60 ml
2.7 CARA KERJA
74
4. Tandai botol sediaan 60 mL.
5. Larutkan Parasetamol dengan Sorbitol Solution 70 %, di dalam beaker glass sampai
larut.
6. Tambahkan Gliserol, aduk sampai larut.
7. Tambahkan Propilenglikol, aduk sampai larut.
8. Tambahkan Etanol, aduk sampai larut.
9. Tambahkan sedikit perasa dan pewarna secukupnya.
10. Masukan kedalam botol, Kocok homogen.
11. Beri etiket dan label.
75
BAB XVIII
HITUNGAN SEDIAAN EMULSI
A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat
dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator
(emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi
adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung
lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi
alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang terbentuk
karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.
76
3. Nama dan jumlah bahan : Ada (01. Cocos, Phenobarbital, Ext. Hyociami, Syr
Simplex)
77
4. Sirplus Simplex
a. Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
b. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
IV. Masalah dan Pemecahan
Tidak ada paraf dokter
Dihitung BJ surplus simplek 15/50 x 100% = 30% > 126,67%, maka BJ 1,3
V. Perhitungan Dosis
VI. Formula
R/ 01. Cocos
Phenobatbital
Ext. Hyociami
Syr Simplex
VII. Penimbangan Bahan
1. 01. Cocos = 5 g
2. Phenobarbital = 0,25 g
4. Syr SImplex = 15 g
8. Aquadest = ad 50 g
1. Disiapkan alat dan baha, dialasi montir dengan serbet, dikalibrasi botol 50 ml
78
3. Ditambahkan air corpus, digerus ad homogen, ad terbentuk mucilago
6. Ditambahkan 01. cocos sedikit demo sedikit, digerus adterbentuk kopus emulsi
8. Dikemas, diberi etiket putih, label kocokk dahulu dan label N1.
79
BAB XIX
HITUNGAN SEDIAAN SATURASI
Cara Pembuatan :
1. Asam sitrat + air 30%, gerus sampai larut
2. Garam karbonat + 70%, gerus sampai larut
3. Masukkan no.2, lalu 2/3 dari no.1, setelah itu 1/3 dari 1
4. Tutup botol dan ikat dengan tali
80
Penambahan Bahan ke Saturasi
-Sirup
Bila sirup mengandung lendir, penambahan bahan harus hati-hati mencegah
terbentuknya lendir, umumnya sirup yang terbuat dari tanaman.
-Garam yang sukar larut atau yang larut dalam basa seperti
asam benzoat dimasukkan dalam basa. Asam benzoat dapat berfungsi sebagai
pengawet minuman.
81
DAFTAR PUSTAKA
82