PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASETIKA DASAR
Edisi Revisi
Disusun Oleh :
Erna Prihandiwati, S.F., Apt.
Dita Ayulia D.S. S.Farm., M.Sc., Apt.
:.
NIM
:.
Praktikum
:.
Pas
Foto
2x3
Paraf
Pembimbing
Nilai
No.
Tanggal
Nama Percobaan
Lap.
Sementar
a
Pretest
Kerja
Ket.
Lap.
Akhir
Ujian
Banjarmasin,.....................................2013
Dosen Pembimbing,
(.....................................................)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang hanya karena rahmat dan
karunia-Nya, Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar ini dapat diselesaikan. Buku ini
disusun sebagai pedoman untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti praktikum
Farmasetika Dasar.
Buku petunjuk praktikum ini memberi panduan kepada mahasiswa secara singkat
tentang pembuatan berbagai sediaan obat. Kami berharap setelah melakukan praktikum,
mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan macam-macam sediaan obat (puveres, pulvis,
kapsul dan salep), perhitungan dosis maksimal dan penyelesaian permasalahan dalam
pembuatan sediaan obat.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian buku ini. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat memberikan
manfaat terutama bagi mahasiswa. Masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan buku ini.
Penyusun
Kelompok II
Aditya Rahman
Jumiati
Muhammad Dadi Sudaya
Dessy Alfiana
Desy Amanda Sari
Kelompok V
Aulia Rahmi
Mutia Audina
Ahmad Syarpani
Nashriyah
Noor Hidayah
Kelompok VIII
Farras Adlina Hayati
Norlia Hidayati
Bayu Samudera
Rinidha Riana
Siti Lulu
Elisya Fatmawati
Kelompok III
Ana Ulfah
M.Nopriyan Rahman
Muhammad Husaini
Halimah Sari
Linda Fitria
Kelompok VI
Dina Aulia Sari
Nita Juraidah
Aris setiawan
Novie Widyastuti
Nurul Fitriana Yunus
Kelompok IX
Halimatus Sadiah
Novian Adianto Yuzma
Sidiq Arifatulah
Sovia Apriyanti
Ida Astuti
Dessy Harianti
Kelompok II
Akhmad Iqbal Permana
Nurul Latifah
Yani
Cici Paramitha
Eka Rasmita
Kelompok V
Helda Handayani
Rezkiana
Hatibul Umam
Lelyta Adhitya
Novalina
Kelompok VIII
Nur Istiqomah
Siti Munawaroh
Riki Nirwan Baharsyah
Siti Raudatul Jannah
Tansia Diyanti
Eka Wulandari
Kelompok III
Ali Maskur
Nurul Mardhatillah
Yoga Kusuma Wardhani
Gusti Noor Maya Heryuni
Hasanatul Amaliah
Kelompok VI
Indra Ariyani Rahman
Rona Amelya Prastyka
Yulianus Mario A.W.
Nurul Istiqomah
Radhina
Kelompok IX
Nur Tiara Oktavia
Yolanda Sylvie R
Sajali Rais
Tiara Damayanti
Tria Shinta
Aulia Azizah
Kelas IB
Kelompok I
Ahmad Rajidin
Nurul Banzaran Sari
Yunia Aulia
Analisa
Anita Noviana
Kelompok IV
Farial Agustina
Reza Rahendra Perdana
Yopi Yanur
Herlinda
Jamalianti
Kelompok VII
Nada Nedia
Rosalin Monica
Noveriza Rusadi
Rina
Rina Fauziah
Kelompok 6
Kelompok 2
Kelompok 7
Kelompok 3
Kelompok 8
Kelompok 4
Kelompok 9
Kelompok 5
P6
P2
P7
P3
P8
P4
P9
P5
: Asistensi
Pengenalan alat, menara, menimbang, membungkus puyer dan
memasukkan bahan ke dalam kapsul
23 Oktober 2013
30 Oktober 2013
: Praktek P1
6 November 2013
: Praktek P2
20 November 2013
: Praktek P3
27 November 2013
4 Desember 2013
: Praktek P4
11 Desember 2013
: Praktek P5
18 Desember 2013
: Praktek P6
8 Januari 2013
15 Januari 2013
: Praktek P7
22 Januari 2013
: Praktek P8
29 Januari 2013
: Praktek P9
Nama Obat
Jumlah yang
ditimbang
(mg/mL)
Keterangan
7. Cara kerja
8. Etiket dan copy resep
9. Pembahasan resep
10. Kesimpulan
11. Daftar Pustaka
Laporan mengacu pada contoh format laporan di atas. Dibuat pada kertas HVS ukuran A4
yang ditulis dengan tulisan yang rapi dan jelas. Dikumpulkan paling lambat 6 hari/sebelum
praktikum berikutnya.
Format laporan sementara sama dengan format laporan tertulis, tapi tanpa pembahasan dan
kesimpulan. Ditulis pada kertas HVS ukuran A4.
Pretest secara lisan kepada dosen pembimbing merupakan syarat untuk mengikuti praktikum,
jadi untuk semua praktikan wajib pretest secara lisan terlebih dahulu sebelum praktikum.
Pada saat pretest wajib menyerahkan laporan sementara kepada dosen pembimbing
praktikum untuk di acc. Sebelum praktikum akan diadakan pretest tertulis dilaboratorium.
Disusun oleh :
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Dosen Pembimbing
Keterangan:
1 Batas Kertas : Kiri = 4 cm; Kanan, Atas, Bawah = 3 cm
Menggunakan jenis huruf Times New Roman Ukuran 12
2 Cover berupa kertas HVS berwarna hijau dengan plastik bening, dijilid lakban hitam.
BAB I
A. NERACA
Timbangan obat ada 3 jenis, yaitu :
1. Timbangan kasar : daya beban 250 gram hingga 1000 gram kepekaan 200 mg
2. Timbangan gram halus : daya beban 100 gram hingga 200 gram kepekaan 50 mg
3. Timbangan miligram : daya beban 10 gram hingga 50 gram kepekaan 5 mg.
Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan adalah
tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring timbangan, setelah
keduanya diisi muatan maksimum, menyebabkan ayunan jarum timbangan tidak kurang dari
2 mm tiap dm panjang jarum. Untuk menimbang bahan-bahan yang akan diracik digunakan
timbangan gram halus dan miligram.
B. CARA MENIMBANG
1. Diperiksa apakah semua
2.
(lihat gambar)
Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi anting (3.1)
3.
dengan alas anting (3.2) harus tepat. Bila belum tepat kita putar tombol (2)
Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada tempatnya. Bila
sudah maka tuas (6) kita angkat atau putar maka timmbangan akan terangkat dan
akankelihatan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Bila tidak seimbang kita
dapat memutar mur (10) kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga
4.
neraca seimbang
Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen diatas kedua piring timbangan, angkat
tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang. Bila sudah seimbang,
5.
a.
b.
Bahan padat seperti serbuk, lilin, dll ditimbang diatas kertas perkamen
Bahan padat seperti vaselin, adeps, ditimbang diatas kertas perkamen atau diatas
c.
cawan penguap
Bahan cair dapat ditimbang diatas kaca arloji, cawan penguap atau langsung dalam
d.
e.
BAB II
PENGENALAN RESEP
A. RESEP
Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang
diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep
dimulai dengan tanda R/ (recipe) artinya ambillah, dibelakang tanda ini selalu tertera nama
dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin dan harus memuat :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan (inscriptio)
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invecatio)
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 13
B. ETIKET
1. Etiket untuk
Pro obat: Mutiara
dalam (10
: etiket
th) warna Paraf
putihDokter
Alamat
:
Jl.
Pulau
laut
15
Bjm
2. Etiket obat luar : etiket warna biru
3. Pada etiket tertulis :
a. Nama apotek dan SIA-nya
b. Nama apoteker beserta SIPA-nya
c. Nama pasien
d. No. resep
e. Tanggal pembuatan resep
f. Aturan pemakaian obat
g. Untuk obat luar, di bagian bawah etiket dituliskan Obat Luar
h. Untuk larutan, bila perlu diberi label Kocok Dahulu
i. Untuk resep obat keras dan narkotika diberi label Tidak Boleh Diulang Tanpa
Resep Dokter
j. Di pojok kiri bawah dituliskan paraf petugas yang mengerjakan resep
Apotek PRIMA
No. SIA : 1408/SIA/2006
Jalan Balitra No.68 Banjarbaru
Apoteker : Dahlia, S.Farm.,Apt.
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
No :
Tanggal :
Apotek PRIMA
No. SIA
: 1408/SIA/2006
Apotek
IRWAN
Jalan
Balitra No.68
Banjarbaru
No.
SIA
: 1408/SIA/2006
Apoteker
: Dahlia,
S.Farm.,Apt.
Jalan
Jakarta
No.68
Banjarbaru
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
Apoteker
Irwansyah, S.Farm,
AptTanggal :
No :
No. SIK
: 04/SIK/Dinkes/01
No :1
Tanggal
:
06/04/09
Untuk Pemakaian
Luar
Ny. Kristien
3 x sehari 1 sendok makan
Apotek PRIMA
No. SIA : 1408/SIA/2006
Jalan Balitra No.68 Banjarbaru
Apoteker : Dahlia, S.Farm.,Apt.
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
No :
Tanggal :
..........X sehari .............. sendok teh
Sebelum/sesudah makan
KOCOK DAHULU
C. DOSIS
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal. Selain dosis maksimum
juga dikenal dosis lazim. Dosis suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam
maupun obat luar.
1. Dosis Maksimum
Dosis maksimum berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Takaran/dosis
maksimum di dalam Farmakope berlaku untuk orang dewasa dan tidak boleh melampaui
DM. Penyerahan obat dengan dosis melebihi DM dapat dilakukan dengan memberi tanda
seru dan paraf dokter dibelakang jumlah obatnya. Daftar dosis maksimal menurut FI
digunakan untuk orang dewasa berumur 20-60 tahun dengan berat badan 58-60 kg. Untuk
orang yang sudah lanjut dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian
dosis lebih kecil daripada DM.
Umur
60-70 tahun
70-80 tahun
Apotek IRWAN
No. SIA
: 1408/SIA/2006
Jalan Jakarta No.68 Banjarbaru
Apoteker : Irwansyah, S.Farm,
Dosis
Apt
No.
SIK
: 04/SIK/Dinkes/01
4/5 dosis
dewasa
No dewasa
:1
Tanggal
:
dosis
06/04/09
Ny. Kristien
3 x sehari 1 sendok makan
Bagi wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya diberi dalam jumlah
yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang,
juga untuk wanita hamil dan obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI.
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus
diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis kelamin, sifat penyakit,
daya serap obat dan ekskresi obat. Faktor lain adalah kondisi pasien, kasus penyakit, jenis
obat dan faktor toleransi, habituasi, adiksi dan kepekaan.
Rumus Perhitungan dosis :
1. Berdasarkan umum
a. Rumus BASTEDOS
umur ( th ) +3
Dosis =
x dosis orang dewasa
30
b. Rumus FRIEDS (dibawah 1 tahun)
Dosis =
umur ( bln )
150
Dosis =
umur ( th )
umur +12
Dosis =
umur ( th )
20
Berat badan(kg)
150
Dosis =
BAB III
PULVIS DAN PULVERES
KOMPETENSI DASAR :
Praktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan pulvis dan pulveres
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulvis dan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulvis dan pulveres
DEFINISI
Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk adalah campuran
homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan. Menurut FI IV, serbuk adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun
topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1 mikrometer.
Karakteristik serbuk yaitu homogen dan kering dan punya derajat kehalusan tertentu.
PEMBAGIAN SERBUK
1. Pulvis (serbuk terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus
menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara
visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 17
Belladonnae
extractum,
Hyoscyami
extractum.
Extrak Cannabis
3.
4.
dibungkus.
Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen 12 mm
Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian kertas perkamen tersebut tepat
5.
6.
7.
8.
Laebar
nominal
lubang
(mm)
(%)
(%)
44
0,355
0,222
38
4,8
60
0,250
0,173
35
5,2
CATATAN :
Pengayak no.60 = B 40 pada Ph. Bel. V
Pengayak no.44 = B 30 pada Ph. Bel. V
Contoh resep pulveres :
Dr. Tommy P.
DUM 253/89
Jl. Mawar 23 Banjarmasin
Banjarmaisn, 16 Oktober 1992
R/
Parasetamol
: Dewi
Umur
: 6 th.
= Recipe
= ambilah
Parasetamol
m.
= misce
= campurlah
f.
= buatlah
pulv.
= pulvis
pulv.
= pulveres
No.
= numero
= banyaknya/jumlahnya
= Decem
= sepuluh
S.
= signa
= tandailah
t.
= ter
= tiga kali
d.d.
= de die
= sehari
p.
= pulperem
= unum
= satu
: Nama latinnya
Nama lainnya
= Acetaminophenum
= Paracetamolum, Asetaminofen,
p-asetamidefenol.
KR : Paraf Dokter
II.
PO : Paracetamol : DW
III.
OTT : -
IV.
DM : -
V.
Penimbangan :
1. Paracetamol : 5 g
VI. CK :
1. Timbanglah parasetamol sebanyak 5 gram.
2. Masukkan kedalam lumping yang bersih, geruslah sampai halus.
3. Siapkan kertas serbuk sebanyak yang diminta (10)
BAB IV
KAPSUL
KOMPETENSI DASAR :
Prktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan kapsul
TUJUAN PRAKTIKUM :
1.
2.
1.
2.
3.
Volume serbuk
dalam
satuan
millimeter.
Acetosal
dalam satuan
limiliter
Natrii
Subcarbonas
dalam gram
Bismuthi
Subnitras
dalam gram
1,7
1,0
1,4
1,7
00
1,2
0,6
0,9
1,2
0,85
0,5
0,7
0,9
0,62
0,3
0,5
0,6
0,52
0,25
0,4
0,5
0,36
0,2
0,3
0,4
0,27
0,15
0,25
0,25
0,19
0,1
0,12
0,12
Bahan-bahan obat yang berkonsistensi cair umumnya dapatn merusak cangkang capsul
(bocor, dsb), oleh sebab itu bahan-bahan obat ini harus dijadikan massa pil, beru dimasukkan
ke dalam cangkang capsul.
Bahan-bahan obat ini misalnya cairan-cairan obat yang mengandung air, atau tincturetinctura, kreosot, dan lain-lain.
Minyak-minyak lemak yang mengandung kreosotum dengan kadar maksimal 40% senyawa
phenol, masih dapat diisikan kedalam cangkang capsul tanpa merusaknya.
CONTOH RESEP
Dr. Benjamin AR
DUM 112A/89
Jl. Kota Baru 51 Banjarmasin
R/ Erythromycin
Tabl Refagan
Mf pulv dtd No XII
da in caps
BAB V
UNGUENTA
KOMPETENSI DASAR :
Prktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan salep
TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mampu membaca resep untuk sediaan salep
2. Mampu membuat macam-macam bentuk sediaan salep
DEFINISI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian
setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.
Menurut Farmakope. Indonesia Ed. III
Definisi
: Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
Pemerian
Kadar
: Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotika, kadar obat adalah 10%.
Dasar Salep
Sesuai seperti apa yang dikatakan F.I.Ed.III diatas, bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok, berarti :
a. Bahan obat yang dapat larut dalam campuran dasar salep, tentu dilarutkan didalamnya,
bila perlu dengan pemanasan = Ph.B.V
b. Bahan obat yang tak larut dalam dasar salep dijadikan serbuk halus No. 60, digerus
dengan setengah sampai sama berat dengan dasar salepnya = PH.B.V.
Mengenai bahan-bahan obat yang sudah larut dalam air, sebaiknya dilarutkan dalam
air sesuai dengan apa yang diuraikan oleh Ph. Bel. Ed. V dan bobot air yang dipakai
dipotongkan dari bobot dasar salepnya, dan larutan tersebut harus dapat diserap oleh dasar
salepnya, larutan dimasukkan terakhir sedikit-sedikit.
Bahan-bahan dasar salep yang dibuat dengan pemanasan/pelelehan diatas tangas air,
tentulah seluruhnya harus dicairkan/dilelehkan kecuali kalau perlu sebagian dari bahan dasar
salep penyusunannya digunakan untuk menggerus mencampur bahan-bahan obat dapat tidak
turut dilelehkan.
Jika sebagai bahan dasar salep tersebut terdiri atas pencampuran senyawa-senyawa
hidrokarbon yang massanya lembek misalnya : Vaselinum, Adeps Lanae, dan lain-lain dengan
gemuk-gemuk padat atau jenis-jenis lilin atau dengan minyak-minyak nabati yang
berkonsistensi cair, maka campuran bahan-bahan dasar salep ini dicairkan bersama-sama
diatas tangas air sedemikian rupa hingga terakhir nantinya diperoleh massa salep yang baik.
mudah
mengaduknya
hingga
homogen,
maka
dapat
dikerjakan
dengan
melelhkan/mencairkan lebih dahulu dasar salepnya misalnya vaselinum, dan selagi cair
diaduk dengan bahan-bahan obat padat yang telah dihaluskan, sisanya bila kita hendak
membuat Pasta Lassari, dan sebagainya.
PERATURAN PEMBUATAN SALEP MENURUT PH. BELANDA ED V
Urutan dirubah sesuai dengan tahapan keterampilan
1. Zat-zat yang sudah atau tak cukup melarut dalam bahan dasar dan air mula-mula
dijadikan serbuk dan diayak dengan ayakan B 40 (no. 60)
Pada pembuatan salep ini zat padat dicampur dengans etengah bobot atau sama bobot
bahan dasar yang jika perlu telah dicairkan lebih dahulu, kemudian sisi lemaknya
mencair atau tidak dicairkan ditambah sedikit demi sedikit.
Pada umumnya :
Klau tertulis bahan-bahan yang cair misalnya :
Minyak, glyserin dan lain-lain, maka zat-zat padat itu digerus dahulu dengan bahan cair
ini.
Kalu tidak ada cairan ini maka zat padat digerus dengan dasar salep yang telah dicairkan.
2. Zat-zat yang larut dalam campuran bahan dasar yang tersedia, dilarutkan didalamnya dan
jika perlu dilarutkan dengan pemansan:
Bila dasar salep minyak.
-
Dilarutkan dengan pemanasan, jika zat mudah menguap dilarutkan dalam wadah
tertutup.
3. Zat-zat yang mudah larut dalam air, jika tidak diberi petunjuk lebih dahulu dilarutkan
dalam air, asal air yang dilarutkan untuk melarutkannya dapat disera oleh jumlah
campuran bahan yang ditentukan.
Banyaknya air yang dipakai dikurangkan dari jumlah campuran bahan dasar. Yang
dimaksud dengan mudah larut dalam air, ialah larut dalam air yang lebih kecil dari berat
zatnya. (ingat kekecualian)
4. Jika salep dibuat dengan jalan melumerkan, maka campuran harus diaduk sampai dingin.
BAB IV
RESEP
1. dr. Suparto
Jl.P.Antasari No. 26 Banjarmasin
SIP. No. 62/IPD/X/97
R/ Asetosal
Calcii lactas aa 2
Sacch. Lactis qs
m.f. pulv. No. X
S 3 dd P I pc
Pro : Dhani (12 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan (tanpa dtd)
c. Perhitungan DM (usia 12 tahun menggunakan rumus dilling)
2. Dr. Sutanto
Jl. P. Samudera No. 100 Banjarmasin
SIP. No. 250/IPD/XI/97
Banjarmasin, ..........................
R/ Stibii Pentasulfida
0,100
Phenacetin
0,200
SL
qs
m.f. pulv. dtd No. X
S tdd P I
Pro : Ita (11 tahun)
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 31
3. dr. Suparto
Jl.P. Antasari No. 26 Banjarmasin
SIP. No. 62/IPD/X/97
Banjarmasin,............................
R/ Phenobarbital
Kalium Bromida
Natrium Bromida
Sl
m.f. pulv. No. VI
S tdd P I
0,5
1,5
2
qs
Kelengkapan resep
Pengerjaan KBr dan NaBr (Mortir dihangatkan)
Perhitungan DM tiap obat dan DM gabungan (KBr dan NaBr)
Penimbangan (tanpa dtd)
4. dr. Shahabuddin
Jl.P.Samudera
SIP.No.273/IPD/IX/96
Banjarmasin,........................
R/ Ekstrak belladone
Papaverin
Sl
0,010
0,040
ad
0,5
7. dr. Suharto
Jl. AES Nasution No. 76 Banjarmasin
SIP. No. 64/IPD/97
Banjarmasin,..............................
R/ Phenobarbital
0,050
Oleo Sacchara Anisi
0,400
m.f. pulv. dtd. No. X
S 1 dd pulv I noct.
Pro : Mony (6 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 33
2%
Zinc. Oxydum
Talc. Venet.
10%
ad
15
m.d.s.pulv.adsper.
Pro : ratna (14 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan dilebihkan 10%
c. Pengerjaan asam salisilat (ditetesi sp. Fortior) dan ZnO (diayak dengan pengayak B40)
9. dr. Budiman
Jl. Sulawesi No. 40 Banjarmasin
SIP. No. 512/IPD/XI/98
Banjarmasin, 4 September 2013
R/ Acetaminophen
0,100
Cofein
0,050
CTM
tab
3
4
0,200
0,100
qs
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Ansel, H.C. & Prince, S.J. 2006. Kalkulasi Farmasetik Panduan untuk Apoteker. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.