Anda di halaman 1dari 38

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR
Edisi Revisi

Disusun Oleh :
Erna Prihandiwati, S.F., Apt.
Dita Ayulia D.S. S.Farm., M.Sc., Apt.

LABORATORIUM ILMU RESEP


D-III FARMASI
AKADEMI FARMASI ISFI
BANJARMASIN
2013
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 1

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


KARTU KONTROL PRAKTIKUM
PROGRAM D-III FARMASI
AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN
Nama

:.

NIM

:.

Praktikum

:.

Pas
Foto
2x3

Paraf
Pembimbing

Nilai
No.

Tanggal

Nama Percobaan

Lap.
Sementar
a

Pretest

Kerja

Ket.

Lap.
Akhir

Ujian

Banjarmasin,.....................................2013
Dosen Pembimbing,

(.....................................................)

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 2

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang hanya karena rahmat dan
karunia-Nya, Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar ini dapat diselesaikan. Buku ini
disusun sebagai pedoman untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti praktikum
Farmasetika Dasar.
Buku petunjuk praktikum ini memberi panduan kepada mahasiswa secara singkat
tentang pembuatan berbagai sediaan obat. Kami berharap setelah melakukan praktikum,
mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan macam-macam sediaan obat (puveres, pulvis,
kapsul dan salep), perhitungan dosis maksimal dan penyelesaian permasalahan dalam
pembuatan sediaan obat.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian buku ini. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat memberikan
manfaat terutama bagi mahasiswa. Masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk menyempurnakan buku ini.

Banjarmasin, September 2013

Penyusun

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 3

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

TATA TERTIB, PERATURAN DAN PEDOMAN PENILAIAN


PRAKTIKUM FARMASETIKA II
A. TATA TERTIB
1. Sebelum memulai praktikum, praktikan harus mempersiapkan diri untuk memahami
tentang praktikum yang akan dikerjakan, dengan membuat Laporan Sementara dan
melakukan pretest materi percobaan yang dilakukan sebelum praktikum, di luar jadwal
praktikum sesuai dengan perjanjian dan sistem yang berlaku.
2. Praktikan harus sudah hadir paling lambat lima belas menit sebelum praktikum dimulai,
dengan mengenakan jas praktikum dan sendal yang bersih.
3. Praktikan menempati meja masing-masing yang sudah ditentukan.
4. Praktikan diwajibkan untuk mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk
praktikum.
5. Praktikan menandatangani daftar kehadiran (presensi) dan kehadiran praktikum harus
100%.
6. Praktikan melaksanakan cek alat sebelum praktikum sesuai dengan daftar alat pada
masing-masing meja.
7. Praktikan melaksanakan tara timbangan gram halus dan timbangan miligram.
8. Praktikan mengerjakan resep sesuai petunjuk kerja pada lembar jurnal resep (job sheet)
dimana telah mendapat persetujuan (paraf) dosen pengawas praktikum pada saat pretes.
9. Praktikan merapikan dan mengembalikan bahan obat yang digunakan sesuai daftar
susunannya.
10. Praktikan melaksanakan cek alat sesudah praktikum yang disertai persetujuan petugas
laboran tentang kebenaran alatnya.
11. Praktikan mengumpulkan hasil sediaan sesuai resep yang dibuat pada meja yang sudah
disediakan untuk diperiksa oleh dosen pengawas praktikum untuk kemudian dilakukan
diskusi (postest).
12. Sebelum meninggalkan laboratorium, meja, kursi, lantai dan semua peralatan yang
digunakan harus dalam keadaan bersih dan dikembalikan ke tempat semula.
13. Setelah selesai praktikum, praktikan wajib membuat laporan praktikum dan
dikumpulkan menjelang praktikum berikutnya.
14. Apabila praktikan tidak dapat mengikuti praktikum sesuai jadwal karena sakit atau izin
karena adanya keperluan yang mendesak, mahasiswa wajib menyerahkan surat izin
resmi kepada dosen koordinator praktikum.
15. Apabila praktikan merusakkan alat-alat laboratorium, harus segera lapor ke laboran dan
wajib mengganti segera dengan spesifikasi yang sama.
16. Hal-hal yang dinilai dalam praktikum ini adalah : disiplin, kebersihan, praktek (pretest,
kerja, postest), laporan, dan diskusi presentasi.
Hal-hal lain yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur kemudian. Demikian tata
tertib ini dibuat untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Koordinator Praktikum
B. PEDOMAN PENILAIAN
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 4

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Penilaian meliputi :
1. Pre test (lisan dan tertulis), Laporan tertulis dan presentasi praktikum
2. Cara kerja, hasil kerja, dan post test dengan dosen pembimbing

C. PERATURAN UJIAN PRAKTIKUM


Praktikan berhak mengikuti ujian praktikum apabila telah :
1. Minimal presensi kehadiran 100% dari total pertemuan praktikum
2. Mengganti alat praktikum yang hilang atau pecah

PEMBAGIAN KELOMPOK FARMASETIKA DASAR


Kelas IA
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 5

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Kelompok I
Abdurrahman Fikri
Herlina
Nur Azizah
Adela Melinda Ananda
Anissa Ristianti
Kelompok IV
Annisa Fikry
Meilisa Eka Pratiwi
Ahmad Arif Zacky R
Maria Alfonsa Agustina
Maya Rovina
Kelompok VII
Fajar Azhar
Lisnawaty Diana
Muhammad Muhajir
Putu Asti Widyanti
Reni Maylina Sari
Mantili

Kelompok II
Aditya Rahman
Jumiati
Muhammad Dadi Sudaya
Dessy Alfiana
Desy Amanda Sari
Kelompok V
Aulia Rahmi
Mutia Audina
Ahmad Syarpani
Nashriyah
Noor Hidayah
Kelompok VIII
Farras Adlina Hayati
Norlia Hidayati
Bayu Samudera
Rinidha Riana
Siti Lulu
Elisya Fatmawati

Kelompok III
Ana Ulfah
M.Nopriyan Rahman
Muhammad Husaini
Halimah Sari
Linda Fitria
Kelompok VI
Dina Aulia Sari
Nita Juraidah
Aris setiawan
Novie Widyastuti
Nurul Fitriana Yunus
Kelompok IX
Halimatus Sadiah
Novian Adianto Yuzma
Sidiq Arifatulah
Sovia Apriyanti
Ida Astuti
Dessy Harianti

Kelompok II
Akhmad Iqbal Permana
Nurul Latifah
Yani
Cici Paramitha
Eka Rasmita
Kelompok V
Helda Handayani
Rezkiana
Hatibul Umam
Lelyta Adhitya
Novalina
Kelompok VIII
Nur Istiqomah
Siti Munawaroh
Riki Nirwan Baharsyah
Siti Raudatul Jannah
Tansia Diyanti
Eka Wulandari

Kelompok III
Ali Maskur
Nurul Mardhatillah
Yoga Kusuma Wardhani
Gusti Noor Maya Heryuni
Hasanatul Amaliah
Kelompok VI
Indra Ariyani Rahman
Rona Amelya Prastyka
Yulianus Mario A.W.
Nurul Istiqomah
Radhina
Kelompok IX
Nur Tiara Oktavia
Yolanda Sylvie R
Sajali Rais
Tiara Damayanti
Tria Shinta
Aulia Azizah

Kelas IB
Kelompok I
Ahmad Rajidin
Nurul Banzaran Sari
Yunia Aulia
Analisa
Anita Noviana
Kelompok IV
Farial Agustina
Reza Rahendra Perdana
Yopi Yanur
Herlinda
Jamalianti
Kelompok VII
Nada Nedia
Rosalin Monica
Noveriza Rusadi
Rina
Rina Fauziah

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 6

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Dosen Pembimbing :
Kelompok 1

: Yugo Susanto, S.Pd.,M.Pd.,Apt.

Kelompok 6

: Ratih Pratiwi Sari, S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Kelompok 2

: Erna Prihandiwati, S.F., Apt.

Kelompok 7

: Aditya M.P.P. S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Kelompok 3

: Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt.

Kelompok 8

: Riza Alfian, S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Kelompok 4

: Noor Aisyah, S.Farm.,Apt.

Kelompok 9

: Dita Ayulia DS., S.Farm.,M.Sc.,Apt.

Kelompok 5

: Eka Kumalasari, S.Farm.,Apt.

MATERI PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR


P1

: Resep no. 1 & n0. 2

P6

: Resep no. 11 & n0. 12

P2

: Resep no. 3 & n0. 4

P7

: Resep no. 13 & n0. 14

P3

: Resep no. 5 & n0. 6

P8

: Resep no. 15 & n0. 16

P4

: Resep no. 7 & n0. 8

P9

: Resep no. 17 & n0. 18

P5

: Resep no. 9 & n0. 10

JADWAL PRAKTEK FARMASETIKA DASAR


9 Oktober 2013

: Asistensi
Pengenalan alat, menara, menimbang, membungkus puyer dan
memasukkan bahan ke dalam kapsul

23 Oktober 2013

: Presentasi P1, P2, P3

30 Oktober 2013

: Praktek P1

6 November 2013

: Praktek P2

20 November 2013

: Praktek P3

27 November 2013

: Presentasi P4, P5, P6

4 Desember 2013

: Praktek P4

11 Desember 2013

: Praktek P5

18 Desember 2013

: Praktek P6

8 Januari 2013

: Presentasi P7, P8, P9

15 Januari 2013

: Praktek P7

22 Januari 2013

: Praktek P8

29 Januari 2013

: Praktek P9

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 7

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


FORMAT LAPORAN TERTULIS
1.
2.
3.
4.
5.

Judul Praktikum (Percobaan ke....)


Tujuan Praktikum
Dasar Teori
Resep
Skrining resep, yang meliputi:
a. Kelengkapan resep
b. Penggolongan obat dan indikasi
c. Obat tak tercampurkan dan interaksi obat beserta penyelesaiannya
d. Perhitungan dosis
6. Penimbangan
No

Nama Obat

Jumlah yang
ditimbang
(mg/mL)

Keterangan

7. Cara kerja
8. Etiket dan copy resep
9. Pembahasan resep
10. Kesimpulan
11. Daftar Pustaka
Laporan mengacu pada contoh format laporan di atas. Dibuat pada kertas HVS ukuran A4
yang ditulis dengan tulisan yang rapi dan jelas. Dikumpulkan paling lambat 6 hari/sebelum
praktikum berikutnya.
Format laporan sementara sama dengan format laporan tertulis, tapi tanpa pembahasan dan
kesimpulan. Ditulis pada kertas HVS ukuran A4.
Pretest secara lisan kepada dosen pembimbing merupakan syarat untuk mengikuti praktikum,
jadi untuk semua praktikan wajib pretest secara lisan terlebih dahulu sebelum praktikum.
Pada saat pretest wajib menyerahkan laporan sementara kepada dosen pembimbing
praktikum untuk di acc. Sebelum praktikum akan diadakan pretest tertulis dilaboratorium.

FORMAT COVER LAPORAN


Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 8

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

Nama Bentuk Sediaan


Percobaan ke....

Disusun oleh :
Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Dosen Pembimbing

LABORATORIUM ILMU RESEP


D-III FARMASI
AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN
2013

Keterangan:
1 Batas Kertas : Kiri = 4 cm; Kanan, Atas, Bawah = 3 cm
Menggunakan jenis huruf Times New Roman Ukuran 12
2 Cover berupa kertas HVS berwarna hijau dengan plastik bening, dijilid lakban hitam.

BAB I

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 9

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


ALAT PERACIKAN

A. NERACA
Timbangan obat ada 3 jenis, yaitu :
1. Timbangan kasar : daya beban 250 gram hingga 1000 gram kepekaan 200 mg
2. Timbangan gram halus : daya beban 100 gram hingga 200 gram kepekaan 50 mg
3. Timbangan miligram : daya beban 10 gram hingga 50 gram kepekaan 5 mg.
Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan adalah
tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring timbangan, setelah
keduanya diisi muatan maksimum, menyebabkan ayunan jarum timbangan tidak kurang dari
2 mm tiap dm panjang jarum. Untuk menimbang bahan-bahan yang akan diracik digunakan
timbangan gram halus dan miligram.

Gambar 1. Timbangan gram halus


Keterangan :
1. Papan landasan timbangan
2. Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan
3. Anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpas)
4. Jarum timbangan
5. Skala
6. Tuas penyagga timbangan
7. Pisau tengah/pisau pusat
8. Pisau tangan
9. Tangan timbangan
10. Tombol/mur pengatur keseimbangan
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 10

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

11. Piring timbangan

B. CARA MENIMBANG
1. Diperiksa apakah semua

komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada tempatnya,

dengan mencocokkan nomor-nomor yang terdapat pada komponen-komponen tersebut

2.

(lihat gambar)
Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi anting (3.1)

3.

dengan alas anting (3.2) harus tepat. Bila belum tepat kita putar tombol (2)
Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada tempatnya. Bila
sudah maka tuas (6) kita angkat atau putar maka timmbangan akan terangkat dan
akankelihatan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Bila tidak seimbang kita
dapat memutar mur (10) kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga

4.

neraca seimbang
Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen diatas kedua piring timbangan, angkat
tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang. Bila sudah seimbang,

5.

maka penimbangan bahan-bahan bisa dimulai


Cara penimbangan bahan-bahan :

a.
b.

Bahan padat seperti serbuk, lilin, dll ditimbang diatas kertas perkamen
Bahan padat seperti vaselin, adeps, ditimbang diatas kertas perkamen atau diatas

c.

cawan penguap
Bahan cair dapat ditimbang diatas kaca arloji, cawan penguap atau langsung dalam

d.

botol atau wadah


Bahan cairan kental seperti ekstak belladon dan ekstrak hiosiami langsung
ditimbang, sedangkan untuk ichtiol ditimbang dikertas perkamen yang sebelumnya

e.

diolesi dengan parafin cair/vaselin


Bahan oksidator (kalii permanganas, iodium, argenti nitras) ditimbang pada gelas

timbang atau pada gelas arloji yang ditutup


f. Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg dilakukan pengenceran
6. Gunakan pinset untuk mengambil anak timbangan
7. Bahan yang akan ditimbang diletakkan pada piring sebelah kanan, sedangkan piring
yang kiri digunakan untuk anak timbangan (beban tetap), kecuali bagi yang kidal. Baik
bahan atau pun anak timbangan harus diletakkan pada pusat piring timbangan
8. Setelah selesai menimbang, Timbangan harus dalam keadaan off (tanpa beban), bersih
dan almari tertutup. Pastikan anak timbangan dan pinset lengkap dalam kotaknya
masing-masing
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 11

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

C. ALAT UKUR VOLUME


1. Gelas ukur dipergunakan untuk mengukur cairan yang akan dibuat atau cairan yang
akan diambil
2. Gelas piala/bekerglass untuk melarutkan bahan dengan diaduk pengaduk dari kaca
3. Erlenmeyer dipakai untuk melarutkan bahan dengan digoyang atau dikocok dan
digunakan untuk alat pengukur (tingkat ketelitian kurang)
4. Pipet :
a. Pipet Volume : pengambilan milimeter sebanyak volume tepat seperti tertera pada
bagian tengah. Digunakan untuk mengencerkan dari baku induk, karena lebih teliti
dari pipet ukur
b. Pipet ukur : pipet yang ada garis-garis skala yang menyatakan banyaknya volume
terukur, pengukuran volume dapat dari 1/10 mL sampai batas kapasitas volumenya

D. ALAT-ALAT PERACIKAN DAN ALAT GELAS LAINNYA


1. Mortir dan stamper dipakai untuk menghaluskan dan mencampur bahan-bahan
2. Sendok dapat dipakai untuk mengambil bahan padat dari botol, untuk bahan cair bisa
digunakan pipet tetes atau langsung dituang dengan hati-hati, sedangkan untuk bahan
semi padat (ekstrak kental dan lemak-lemak) dapat digunakan spatel/sudip
3. Sudip dari film/mika dipakai untuk menyatukan, membersihkan serbuk atau salep dan
memasukkan dalam wadah
4. Cawan penguap (dari porselin) digunakan untuk wadah menimbang, untuk
menguapkan atau mengeringkan cairan, melebur atau mencampur lebih dari satu
bahan
5. Gelas arloji dan botol timbang untuk menimbang bahan yang mudah menguap,
menyublim, dan cairan yang tidak boleh ditimbang dengan kertas perkamen.
6. Panci infus untuk membuat larutan infus
7. Papan pil dipakai untuk menggulung pil, memotong pil, kemudian dibulatkan dengan
pembulat pil
8. Pengayak alat yang dipakai untuk mengayak bahan sesuai dengan derajat halus serbuk
9. Corong dipakai untuk menyaring dengan meletakkan kertas saring diatas corong
kertas saring digunting bulat lebih kurang 1 cm dibawah permukaan corong
10. Batang pengaduk
11. Spatel, untuk mengambil vaselin, adeps lanae atau bahan-bahan setengah padat
12. Sendok obat sesuai dengan volumenya dibagi menjadi sendok kecil/sendok teh (5 cc),
sendok bubur (8 cc), sendok makan (15 cc)

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 12

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

BAB II
PENGENALAN RESEP

A. RESEP
Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang
diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep
dimulai dengan tanda R/ (recipe) artinya ambillah, dibelakang tanda ini selalu tertera nama
dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin dan harus memuat :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan (inscriptio)
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invecatio)
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 13

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


4. Nama setiap obat atau komposisi obat dan perintah pembuatan (praescriptio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku (subscriptio)
7. Nama pasien, umur pasien atau berat badan pasien apabila resep tersebut mengandung
bahan yang mempunyai takaran maksimum
8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
7. Alamat pasien apabila ada obat psikotropika dan narkotika
8. Tanda seru & paraf dokter utk resep yg mengandung obat yg jumlahnya melebihi dosis
maksimal
Apabila dalam resep tertulis obat narkotika, berilah garis merah di bawah nama obat
tersebut. Jika di dalam resep tertulis PIM, Cito, atau Urgent, maka apoteker harus
mendahulukan pelayanan untuk resep tersebut. Contoh format penulisan resep :
dr. Dahlia
UM/X/156/2001
Jl. Simp. Cemara, Kayutangi, Banjarmasin
Banjarmasin, 20 September 2013
R/ Kalii Bromid.
0,250
Ephedrini HCl
0,050
Luminal
0,030
m.f. pulv. Dtd. No. XXX
S.t.d.d Pulv I

B. ETIKET
1. Etiket untuk
Pro obat: Mutiara
dalam (10
: etiket
th) warna Paraf
putihDokter
Alamat
:
Jl.
Pulau
laut
15
Bjm
2. Etiket obat luar : etiket warna biru
3. Pada etiket tertulis :
a. Nama apotek dan SIA-nya
b. Nama apoteker beserta SIPA-nya
c. Nama pasien
d. No. resep
e. Tanggal pembuatan resep
f. Aturan pemakaian obat
g. Untuk obat luar, di bagian bawah etiket dituliskan Obat Luar
h. Untuk larutan, bila perlu diberi label Kocok Dahulu
i. Untuk resep obat keras dan narkotika diberi label Tidak Boleh Diulang Tanpa
Resep Dokter
j. Di pojok kiri bawah dituliskan paraf petugas yang mengerjakan resep

Apotek PRIMA
No. SIA : 1408/SIA/2006
Jalan Balitra No.68 Banjarbaru
Apoteker : Dahlia, S.Farm.,Apt.
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
No :
Tanggal :

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 14

Apotek PRIMA
No. SIA
: 1408/SIA/2006
Apotek
IRWAN
Jalan
Balitra No.68
Banjarbaru
No.
SIA
: 1408/SIA/2006
Apoteker
: Dahlia,
S.Farm.,Apt.
Jalan
Jakarta
No.68
Banjarbaru
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
Apoteker
Irwansyah, S.Farm,
AptTanggal :
No :
No. SIK
: 04/SIK/Dinkes/01
No :1
Tanggal
:
06/04/09
Untuk Pemakaian
Luar
Ny. Kristien
3 x sehari 1 sendok makan

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Apotek PRIMA
No. SIA : 1408/SIA/2006
Jalan Balitra No.68 Banjarbaru
Apoteker : Dahlia, S.Farm.,Apt.
No. SIK : 04/SIK/Dinkes/01
No :
Tanggal :
..........X sehari .............. sendok teh
Sebelum/sesudah makan
KOCOK DAHULU

C. DOSIS
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal. Selain dosis maksimum
juga dikenal dosis lazim. Dosis suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam
maupun obat luar.
1. Dosis Maksimum
Dosis maksimum berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Takaran/dosis
maksimum di dalam Farmakope berlaku untuk orang dewasa dan tidak boleh melampaui
DM. Penyerahan obat dengan dosis melebihi DM dapat dilakukan dengan memberi tanda
seru dan paraf dokter dibelakang jumlah obatnya. Daftar dosis maksimal menurut FI
digunakan untuk orang dewasa berumur 20-60 tahun dengan berat badan 58-60 kg. Untuk
orang yang sudah lanjut dan pertumbuhan fisiknya sudah mulai menurun, maka pemberian
dosis lebih kecil daripada DM.
Umur
60-70 tahun
70-80 tahun

Apotek IRWAN
No. SIA
: 1408/SIA/2006
Jalan Jakarta No.68 Banjarbaru
Apoteker : Irwansyah, S.Farm,
Dosis
Apt
No.
SIK
: 04/SIK/Dinkes/01
4/5 dosis
dewasa
No dewasa
:1
Tanggal
:
dosis
06/04/09

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 15

Ny. Kristien
3 x sehari 1 sendok makan

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


80-90 tahun
Lebih 90 tahun

2/3 dosis dewasa


dosis dewasa

Bagi wanita hamil yang peka terhadap obat-obatan sebaiknya diberi dalam jumlah
yang lebih kecil, bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dilarang,
juga untuk wanita hamil dan obat dapat diserap oleh bayi melalui ASI.
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus
diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis kelamin, sifat penyakit,
daya serap obat dan ekskresi obat. Faktor lain adalah kondisi pasien, kasus penyakit, jenis
obat dan faktor toleransi, habituasi, adiksi dan kepekaan.
Rumus Perhitungan dosis :
1. Berdasarkan umum
a. Rumus BASTEDOS
umur ( th ) +3
Dosis =
x dosis orang dewasa
30
b. Rumus FRIEDS (dibawah 1 tahun)

Dosis =

umur ( bln )
150

x dosis orang dewasa

c. Rumus YOUNGS (umur 1-8 tahun)

Dosis =

umur ( th )
umur +12

x dosis orang dewasa

d. Rumus DILLINGS (8-20 tahun)

Dosis =

umur ( th )
20

x dosis orang dewasa

2. Berdasarkan berat badan


Rumus CLARK
Dosis =

Berat badan(kg)
150

x dosis orang dewasa

3. Berdasarkan luas permukaan tubuh (Body Surface Area I = BSA)


Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 16

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Dosis =

Tinggi badan ( cm ) x berat badan( kg)


3600

BAB III
PULVIS DAN PULVERES
KOMPETENSI DASAR :
Praktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan pulvis dan pulveres
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membaca resep untuk sediaan pulvis dan pulveres
2. Mampu membuat bentuk sediaan pulvis dan pulveres
DEFINISI
Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk adalah campuran
homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan. Menurut FI IV, serbuk adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun
topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1 mikrometer.
Karakteristik serbuk yaitu homogen dan kering dan punya derajat kehalusan tertentu.
PEMBAGIAN SERBUK
1. Pulvis (serbuk terbagi)
Pulvis adalah serbuk yang dapat dibagi dalam bobot yang sama, dibungkus
menggunakan kemasan untuk sekali minum, serbuk terbagi boleh dibagi secara
visual/penglihatan, maksimal 10 serbuk secara bersamaan. Umumnya serbuk berbobot 0,5
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 17

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


gram, pengisinya laktosa. Penimbangan diperlukan apabila pasien memperoleh dosis 80%
dari dosis maksimum untuk sekali atau sehari pakai.
2. Pulveres (serbuk tak terbagi)
Pulveres adalah serbuk yang tidak dapat terbagi untuk pemakaiannya, contohnya
serbuk tabur, serbuk gigi dan serbuk effervecent.
CARA MENCAMPUR SERBUK
Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan
ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang berkhasiat
keras dan dalam jumlah kecil. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
1. Obat yang berbentuk kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah
(konstituen) dalam mortir.
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata.
4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.
Serbuk dengan bahan-bahan padat
Dengan memperhatikan hal-hal diatas masih ada beberapa pengecualian maupun yang
dikerjakan secara khusus. Seperti hal sebagai berikut :
Belerang
Belerang tidak dapat diayak dengan ayakan dari sutera maupun logam karena
menimbulkan butiran bermuatan listrik akibat gesekan, karena itu dalam pembuatan bedak
tabur tidak ikut diayak.
Iodoform
Karena baunya yang sukar dihilangkan maka dalam bedak tabur diayak terpisah
(gunakan ayakan khusus).
Serbuk sangat halus dan berwarna
Serbuk dapat masuk kedalam pori-pori mortir dan warnanya sulit hilang, maka pada
waktu menggerus mortir dilapisi zat tambahan (konstituen). Misalnya : rifampisin, Stibii
Penta Sulfidum.
Serbuk dalam jumlah sedikit
Serbuk dalam jumlah sedikit (10-50 mg) misalnya luminal, As2O3 dibuat pengenceran.
Sedangkan untuk serbuk dalam jumlah sangat sedikit (0,1-10 mg) misalnya Atropin SO 4
dibuat pengenceran bertingkat.
Serbuk dengan champora
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 18

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Champhora sangat mudah mengumpul lagi, untuk mencegahnya dikerjakan dengan
mencampur dulu dengan eter atau etanol 95 % (untuk obat dikeringkan dengan zat
tambahan).
Serbuk dengan asam salisilat.
Serbuk sangat ringan dan mudah terbang yang akan menyebabkan rangsangan
terhadap selaput lendir hidung dan mata hingga akan bersin. Dalam hal ini asam salisilat kita
basahi dengan eter atau etanol 95% dan segera dikeringkan dengan zat tambahan.
Serbuk dengan asam benzoat, naftol, mentol, thymol
Dikerjakan seperti diatas. Untuk obat dalam dipakai etanol 95 % sedangkan untuk
obat luar digunakan eter.
Serbuk dengan garam-garam yang mengandung kristal.
Dapat dikerjakan dalam lumpang panas, misalnya KI dan garam- garam bromida.
Garam-garam yang mempunyai garam eksikatus, lebih baik diganti dengan eksikatusnya.
Misalnya NaCO3 50%, FeSO4 60%, Al dan K sulfat 67%, MgSO4 67%, NaSO4 50% dari
jumlah yang tertulis dalam resep.
Serbuk dengan bahan setengah padat
Biasanya terdapat dalam bedak tabur. Yang termasuk bahan setengah padat adalah
adeps lanae, cera flava, cera alba, parafin padat, vaselin kuning dan vaselin putih. Dalam
jumlah besar sebaiknya dilebur dulu diatas tangas air, baru dicampur dengan zat tambahan.
Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aseton atau eter, baru ditambah zat
tambahan.
Serbuk dengan bahan cair
Serbuk dengan minyak atsiri
Minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat juga dibuat oleo sacchara, yakni
campuran 2 gram gula dengan 1 tetes minyak.
Serbuk dengan tinctura
Contohnya serbuk dengan Opii Tinctura,

Digitalis Tinctura, Aconiti Tinctura,

Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura, Ratanhiae Tinctura.


Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dengan lumpang panas kemudian dikeringkan
dengan zat tambahan. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan dengan menguapkan diatas
tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan (sampai dapat diserap oleh zat
tambahan ) aduk sampai kering kemudian diangkat. Tinctura yang diuapkan ini beratnya 0,
untuk serbuk terbagi kehilangan berat tidak perlu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi
harus diganti seberat tinctura itu dengan zat tambahan.
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 19

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Tinctur yang dapat diambil bagian-bagiannya misalnya Iodii tinc. Camphor Spiritus,
Tinc. Opii Benzoica. Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan. Sedangkan
untuk tinctur yang tidak dapat diambil bagian-bagiannya misalnya Valerianae Tinc.dan
Aromatic Tinc. kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah mungkin.
Serbuk dengan extractum
Extractum Siccum (ekstrak kering)
Pengerjaannya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contohnya Opii
extractum, Strychni extractum.

Extractum Spissum (ekstrak kental)


Dikerjakan dalam lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut (etanol 70 %)
untuk mengencerkan ekstrak, kemudian tambahkan zat tambahan sebagai pengering.
Contohnya

Belladonnae

extractum,

Hyoscyami

extractum.

Extrak Cannabis

Indicae dan Extrak Valerianae menggunakanetanol 90 %. Extrak Filicis dengan eter.


Extractum Liquidum (ekstrak cair)
Dikerjakan seperti mengerjakan serbuk dengan tinctur. Contohnya Rhamni Purshianae
ext, Ext. Hydrastis Liq.
Serbuk dengan tablet atau kapsul
Serbuk dengan tablet dan kapsul dalam pembuatannya diperlukan zat tambahan
sehingga perlu diperhitungkan beratnya. Dapat kita ambil bentuk tablet atau kapsul itu
langsung. Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya. Kapsul dikeluarkan isinya
kemudian ditimbang beratnya. Kalau tablet / kapsul terdiri dari satu macam zat berkhasiat
serta diketahui kadar zat berkhasiatnya dapat kita timbang dalam bentuk zat aslinya.
Contohnya Chlortrimeton tablet kadarnya 4 mg, dapat juga diambil Chlorpheniramin
Maleas dalam bentuk serbuk yang sudah di encerkan dalam lactosa.
CARA MEMBAGI SERBUK/PULVERES
1. Untuk serbuk/pulveres berjumlah maksimal sepuluh bungkus dapat dibagi sama rata
menurut pandangan mata langsung.
2. Lebih dari sepuluh bungkus dikerjakan sebagai berikut :
Dibagi dulu dengan jalan penimbangan dalam sekian bagian sehingga setiap bagian
maksimum dapat dibuat sepuluh bungkus serbuk.

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 20

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Untuk jumlah yang ganjil, tentukan berat rata-ratanya, timbanglah jumlah bungkus
secukunya, sisanya dibagi. Terhadap bahan-bahan obat yang pemakaiannya lebih dari 80
% terhadap takaran maksimum, harus ditimbang satu persatu, yang dikerjakan sebgai
berikut :
Timbanglah hasil akhir, tentukan berat rata-ratanya, lalu timbang satu persatu.
KERTAS PEMBUNGKUS/PERKAMEN :
1.
2.

Sediaan kertas perkamen yang bersih.


Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk yang akan dibuat/

3.
4.

dibungkus.
Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen 12 mm
Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian kertas perkamen tersebut tepat

5.
6.

berada dibagian dalam lipatan pertama.


Lipatlah secara legeartis
Buatlah bungkungan dengan cara melipat-lipat sehingga ujung kertas perkamen yang satu

7.
8.

dapat masuk pada bagian ujung kertas perkamen lainnya.


Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.
Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu kecil atau terlalu besar.
CARA MEMBAGI SERBUK DAN MEMBUNGKUSNYA
a. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkan serbuk tersebut dengan cara mengeruknya dari
dalam lumpang dengan menggunakan sudip, hingga seluruh serbuk keluar, dan lumpang
tampak bersih, tampunglah dengan kertas perkamen.
b. Bagilah serbuk tersebut keatas kertas perkamen yang sudah tersusun rapih.
c. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan atas dan paling kiri,
dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada barisan berikutnya juga dimulai dari bagian kiri.
d. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.
e. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan paling kanan.
f. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapih, sama tinggi dan
menghadap arah yang sama.
CARA MENGGERUS SERBUK
a. Stamper dipegang seperti memegang pulpen.
b. Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Gerakan tangan sebatas pergelangan, sambil setelah stamper dibersihkan dengan
menggunakan sudip.
d. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara sudip tetap berada
dikepala stamper.
e. Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 21

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

PERATURAN UMUM PERBUATAN PELVERES


1. Jika mungkin berat dibuat 500 mg tiap bungkus serbuk dengan pengisi Saccharum Lactis.
Tetapi ini hanya suatu kebniasaan belaka, jadi jangan ragu-ragu untuk membuat serbuk
yang atau dari 500 mg.
2. Jumlah terkecil yang masih dapat ditimbang 50 mg.
CONTOH
TABEL PENGAYAK/UKURAN PENGAYAK FARMAKOPE INDONESIA ED. III 1979
Nomor
Pengayak

Laebar
nominal
lubang

Garis tengah Perbandingan kira- Penyimpangan


nominal
kira jumlah luas rata-rata
kawat
lubang
terhadap maksimum
luas
pengayak
lubang
(mm)

(mm)

(%)

(%)

44

0,355

0,222

38

4,8

60

0,250

0,173

35

5,2

CATATAN :
Pengayak no.60 = B 40 pada Ph. Bel. V
Pengayak no.44 = B 30 pada Ph. Bel. V
Contoh resep pulveres :
Dr. Tommy P.
DUM 253/89
Jl. Mawar 23 Banjarmasin
Banjarmaisn, 16 Oktober 1992
R/

Parasetamol

m.f. pulv. No. X


S.t.d.d. pulv. I
Pro

: Dewi

Umur

: 6 th.

Alamat : Jl. Gading Raya No. 6


Keterangan : Dalam resep sering ditulis dokter singkatan-singkatan dalam bahsa latin
seperti :
R/

= Recipe

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 22

= ambilah

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Parasetamol

m.

= misce

= campurlah

f.

= fac. Fiat, fiant

= buatlah

pulv.

= pulvis

= serbuk tak dibagi-bagi

pulv.

= pulveres

= serbuk yang dibagi-bagi

No.

= numero

= banyaknya/jumlahnya

= Decem

= sepuluh

S.

= signa

= tandailah

t.

= ter

= tiga kali

d.d.

= de die

= sehari

p.

= pulperem

= serbuk yang telah dibagi/bungkus

= unum

= satu

: Nama latinnya
Nama lainnya

= Acetaminophenum
= Paracetamolum, Asetaminofen,
p-asetamidefenol.

Berupa hablur serbuk putih, tak berbau, rasa pahit.


Kelarutan dalam air 1:70 ; dalam rethanol 1:7 ; dalam Aceton 1:13 ;
dalam gliserin 1:40 dan dalam Propylenglycol 1:9
Kegunaan sebagai Analgeticum Antipyreticum
Penyimpanan dalam lemari bebas.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal resep diatas adalah :
I.

KR : Paraf Dokter

II.

PO : Paracetamol : DW

III.

OTT : -

IV.

DM : -

V.

Penimbangan :

1. Paracetamol : 5 g
VI. CK :
1. Timbanglah parasetamol sebanyak 5 gram.
2. Masukkan kedalam lumping yang bersih, geruslah sampai halus.
3. Siapkan kertas serbuk sebanyak yang diminta (10)

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 23

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


4. Bagilah hasilnya mjd 2 bagian pada kedua piring timbangan, kemudian
masing-masing bagi mjd 5 bagian sama banyak secara visual, bungkuslah,
masukkan dalam pot.
5. Berilah etiket.

BAB IV
KAPSUL
KOMPETENSI DASAR :
Prktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan kapsul
TUJUAN PRAKTIKUM :
1.
2.

Mampu membaca resep untuk sediaan kapsul


Mampu obat dalam bentuk sediaan kapsul
DEFINISI
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Bentuk kapsul
bermacam macam, misalnya bulat, oval, panjang, dan silinder. Ukuran kapsul menunjukkan
ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam. Ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode
000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil. Ukuran kapsul 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5.
PENGGUNAAN KAPSUL

1.

Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak

2.

Untuk bahan-bahan yang rusak kena cahaya/udara

3.

Untuk memudahkan si pasien


CARA PENGISIAN KAPSUL
Cara pengisian bahan-bahan serbuk kedalam cangkang capsul dapat dilakukan atas
bermacam-macam cara sebagai berikut :
1. Dengan tangan
2. Dengan alat bukan mesin
3. Dengan alat mesin
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 24

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Cara pertama banyak dipakai di Apotik dalam melyani resep dokter. Bahan-bahan
obat serbuk setelah dicampur ratakan, dibagi sesuai dengan jumlah capsul yang akan dibuat,
kemudian masing-masing bagian diisikan kedalam cangkang capsul wadah, lalu ditutup
dengan cangkang capsul tutup.Untuk memasukkan serbuk obat kedalam cangkang capsul,
pilihlah capsul ukuran berapa yang akan kita pakai (biasanya bergantung kepada
pengalaman). Kedalam capsul dapat dimasukkan bahan-bahan padat maupun cair, asalkan
tidak merusak capsul (gelatin). Bagi serbuk dapat dimasukkan langsung kedalam kapsul dan
bagi serbuk yang basah/lembab karena hygroskopis dapat dibuat massa pil dan baru
dimasukkan ke dalam capsulCairan kental (ichtamol; Bals. Peruv.); alkohol (merusak dinding
gelatin) dibuat massa pil terlebih dahulu.Minyak atsiri/lemak; benzol; eter; kreosot; senyawa
fenol dimasukkan setelah dicampur dengan minyak lemak terlebih dahulu dan sebaiknya
kadar tidak melampaui 40%.
Cara pengisian cairan ke dalam kapsul
Minyak lemak dapat langsung dimasukkan ke dalam kapsul kemudian ditutup. Akan
tetapi, minyak yang mudah menguap (minyak atsiri), air, kresot dan alkohol akan merusak
dinding kapsul. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan terlebih dulu dengan minyak
lemak sampai kadarnya dibawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam kapsul.
Cara pengisian campuran bahan yang mempunyai titik lebur lebih rendah dari titik lebur
masing-masing bahan obat (titik eutektikum)
Contohnya adalah campuran asetosal dengan antipirin/heksamin, campuran kamfer
dengan salol/mentol/timol sehingga kapsul akan menjadi lembek bahkan dapat lengket satu
sama lain. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan yang inert, atau masing-masing
bahan dimasukkan ke dalam kapsul yang lebih besar.
UKURAN KAPSUL
Ukuran capsul menunjukkan volume dari capsul dan kita mengenal 8 jenis ukuran
capsul yang dinyatakan dengan nomor 000 (ukuran terbesar) sampai no 5 (ukuran terkecil)
sebagai berikut :
Nomor
Capsul

Volume serbuk
dalam
satuan
millimeter.

Acetosal
dalam satuan
limiliter

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 25

Natrii
Subcarbonas
dalam gram

Bismuthi
Subnitras
dalam gram

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


000

1,7

1,0

1,4

1,7

00

1,2

0,6

0,9

1,2

0,85

0,5

0,7

0,9

0,62

0,3

0,5

0,6

0,52

0,25

0,4

0,5

0,36

0,2

0,3

0,4

0,27

0,15

0,25

0,25

0,19

0,1

0,12

0,12

Bahan-bahan obat yang berkonsistensi cair umumnya dapatn merusak cangkang capsul
(bocor, dsb), oleh sebab itu bahan-bahan obat ini harus dijadikan massa pil, beru dimasukkan
ke dalam cangkang capsul.
Bahan-bahan obat ini misalnya cairan-cairan obat yang mengandung air, atau tincturetinctura, kreosot, dan lain-lain.
Minyak-minyak lemak yang mengandung kreosotum dengan kadar maksimal 40% senyawa
phenol, masih dapat diisikan kedalam cangkang capsul tanpa merusaknya.

CARA MEMBERSIHKAN KAPSUL


Salah satu tujuan dari pemberian obat berbentuk kapsul adalah untuk menutup rasa
dan bau yang tidak enak dari bahan obatnya. Sesuai dengan tujuan tersebut maka bagian luar
dari kapsul harus bebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel pada dindinmg kapsul.
Untuk itu kapsul perlu dibersihkan dahulu. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum
diserahkan pada pasien, terutama untuk kapsul yang dibuat dengan tangan. Cara
membersihkan kapsul adalah dengan meletakkan kapsul diatas sepotong kain (linen, wol),
kemudian digosokkan sampai bersih atau dengan kapas yang dibasahi alkohol 96 %.

CONTOH RESEP
Dr. Benjamin AR
DUM 112A/89
Jl. Kota Baru 51 Banjarmasin
R/ Erythromycin
Tabl Refagan
Mf pulv dtd No XII
da in caps

Banjarmasin, 5 Nov. 2011


0,250
No

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 26

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


S. tdd cap I pc
Pro
: Ardita
Umur : 15 th
Alamat : Jl. Cilandak 8

BAB V
UNGUENTA
KOMPETENSI DASAR :
Prktikan dapat mengenal dan membuat bentuk sediaan salep
TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mampu membaca resep untuk sediaan salep
2. Mampu membuat macam-macam bentuk sediaan salep
DEFINISI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian
setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.
Menurut Farmakope. Indonesia Ed. III
Definisi

: Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.

Pemerian

: Tidak boleh berbau tengik.

Kadar

: Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotika, kadar obat adalah 10%.

Dasar Salep

: Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih.


Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah
satu bahan dasar berikut :

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 27

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


a. Dasar salep senyawa hidrokarbon, misalnya : vaselin putih, vaselin
kuning atau campuran dengan Malam putih, dengan malam kuning atau
dengan senyawa hidrokarbon lain yang cocok.
b. Dasar salep serap, misalnya lemak bulu domba, campuran 3 bagian
kolesterol, 3 bagian stearil alkohol 81 bagian malam putih dan 86
bagian vaselin putih.
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, misalnya : Emulsi minyak
dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air, misalnya: Polietilenglikola
atau campurannya.
Homogenitas : Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
Penandaan

: Pada etiket harus juga tertera : Obat Luar

Sesuai seperti apa yang dikatakan F.I.Ed.III diatas, bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok, berarti :
a. Bahan obat yang dapat larut dalam campuran dasar salep, tentu dilarutkan didalamnya,
bila perlu dengan pemanasan = Ph.B.V
b. Bahan obat yang tak larut dalam dasar salep dijadikan serbuk halus No. 60, digerus
dengan setengah sampai sama berat dengan dasar salepnya = PH.B.V.
Mengenai bahan-bahan obat yang sudah larut dalam air, sebaiknya dilarutkan dalam
air sesuai dengan apa yang diuraikan oleh Ph. Bel. Ed. V dan bobot air yang dipakai
dipotongkan dari bobot dasar salepnya, dan larutan tersebut harus dapat diserap oleh dasar
salepnya, larutan dimasukkan terakhir sedikit-sedikit.
Bahan-bahan dasar salep yang dibuat dengan pemanasan/pelelehan diatas tangas air,
tentulah seluruhnya harus dicairkan/dilelehkan kecuali kalau perlu sebagian dari bahan dasar
salep penyusunannya digunakan untuk menggerus mencampur bahan-bahan obat dapat tidak
turut dilelehkan.
Jika sebagai bahan dasar salep tersebut terdiri atas pencampuran senyawa-senyawa
hidrokarbon yang massanya lembek misalnya : Vaselinum, Adeps Lanae, dan lain-lain dengan
gemuk-gemuk padat atau jenis-jenis lilin atau dengan minyak-minyak nabati yang
berkonsistensi cair, maka campuran bahan-bahan dasar salep ini dicairkan bersama-sama
diatas tangas air sedemikian rupa hingga terakhir nantinya diperoleh massa salep yang baik.

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 28

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Campuran dasar salep yang dicairkan memakai pemanasan, setelah mencair selalu
diaduk sampai dingin = PHB V.
Umumnya bahan-bahan obat yang berkonsistensi cair didalam pembuatan salep selalu
ditambahkan terakhir ke dalam massa salepnya sampai dapat diserapolrh massa salep
tersebut.
Salep yang lebih banyak mengandung bahan obat padat dibandingkan dengan bahan
dasar salepnya sehingga konsistensinya agak lebih keras dibandingkan dengan salep, disebut
pasta. Cara pembuatan pasta ini hampir serupa dengan peraturan umum salep. Karena bahan
padatnya banyak atau lebih banyak dibandingkan dengan dasar salepnya sendiri, maka untuk
lebih

mudah

mengaduknya

hingga

homogen,

maka

dapat

dikerjakan

dengan

melelhkan/mencairkan lebih dahulu dasar salepnya misalnya vaselinum, dan selagi cair
diaduk dengan bahan-bahan obat padat yang telah dihaluskan, sisanya bila kita hendak
membuat Pasta Lassari, dan sebagainya.
PERATURAN PEMBUATAN SALEP MENURUT PH. BELANDA ED V
Urutan dirubah sesuai dengan tahapan keterampilan
1. Zat-zat yang sudah atau tak cukup melarut dalam bahan dasar dan air mula-mula
dijadikan serbuk dan diayak dengan ayakan B 40 (no. 60)
Pada pembuatan salep ini zat padat dicampur dengans etengah bobot atau sama bobot
bahan dasar yang jika perlu telah dicairkan lebih dahulu, kemudian sisi lemaknya
mencair atau tidak dicairkan ditambah sedikit demi sedikit.
Pada umumnya :
Klau tertulis bahan-bahan yang cair misalnya :
Minyak, glyserin dan lain-lain, maka zat-zat padat itu digerus dahulu dengan bahan cair
ini.
Kalu tidak ada cairan ini maka zat padat digerus dengan dasar salep yang telah dicairkan.
2. Zat-zat yang larut dalam campuran bahan dasar yang tersedia, dilarutkan didalamnya dan
jika perlu dilarutkan dengan pemansan:
Bila dasar salep minyak.
-

Dilarutkan dengan menggerusnya dalam lumping

Dilarutkan dengan pemanasan, jika zat mudah menguap dilarutkan dalam wadah
tertutup.

Bila dalam salep Vaselin (1/2 padat lainnya)


-

Digerus atau dihangatkan

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 29

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


-

Mula-mula dilarutkan dahulu dalam pelarut organic, lalu ditambahkan vaselin

3. Zat-zat yang mudah larut dalam air, jika tidak diberi petunjuk lebih dahulu dilarutkan
dalam air, asal air yang dilarutkan untuk melarutkannya dapat disera oleh jumlah
campuran bahan yang ditentukan.
Banyaknya air yang dipakai dikurangkan dari jumlah campuran bahan dasar. Yang
dimaksud dengan mudah larut dalam air, ialah larut dalam air yang lebih kecil dari berat
zatnya. (ingat kekecualian)
4. Jika salep dibuat dengan jalan melumerkan, maka campuran harus diaduk sampai dingin.

Contoh Resep Unguenta


Dr. L. Tobing
DUM 71 A/87
Jl. Bangka 87 Banjarmasin
Banjarmasin, 17-9-2010
R/Acid boric 3
Vasl Alb ad 30
Mf ungt
S.U.E
Pro
: Ifah
Umur : 10 th
Alamat: Jl. Lenteng Agung
Keterangan
M.f ungt : Misce fac unduentum : campur buatkah salep
S.U.E
: Signa usum externum : berilah tanda obat luar
Pembuatan
Timbang asam borat dan vaselin album, gerus asam borat lalu tambahkan vaselin sedikit
demi sedikit hingga merata. Setelah rata masukkan kedalam pot/wadah.
Nama sediaan ini unguentum Acidi Borici dengan kadar 10%.

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 30

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

BAB IV
RESEP

1. dr. Suparto
Jl.P.Antasari No. 26 Banjarmasin
SIP. No. 62/IPD/X/97
R/ Asetosal
Calcii lactas aa 2
Sacch. Lactis qs
m.f. pulv. No. X
S 3 dd P I pc
Pro : Dhani (12 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan (tanpa dtd)
c. Perhitungan DM (usia 12 tahun menggunakan rumus dilling)
2. Dr. Sutanto
Jl. P. Samudera No. 100 Banjarmasin
SIP. No. 250/IPD/XI/97
Banjarmasin, ..........................
R/ Stibii Pentasulfida
0,100
Phenacetin
0,200
SL
qs
m.f. pulv. dtd No. X
S tdd P I
Pro : Ita (11 tahun)
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 31

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Kelengkapan resep
b. Pengerjaan Stibii pentasulfida (digerus diantara 2 lapisan)
c. Perhitungan dosis maksimal (usia 11 tahun menggunakan rumus dilling)
d. Penimbangan (dengan dtd)

3. dr. Suparto
Jl.P. Antasari No. 26 Banjarmasin
SIP. No. 62/IPD/X/97
Banjarmasin,............................
R/ Phenobarbital
Kalium Bromida
Natrium Bromida
Sl
m.f. pulv. No. VI
S tdd P I

0,5
1,5
2
qs

Pro : Yanti (12 tahun)


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.
b.
c.
d.

Kelengkapan resep
Pengerjaan KBr dan NaBr (Mortir dihangatkan)
Perhitungan DM tiap obat dan DM gabungan (KBr dan NaBr)
Penimbangan (tanpa dtd)

4. dr. Shahabuddin
Jl.P.Samudera
SIP.No.273/IPD/IX/96
Banjarmasin,........................
R/ Ekstrak belladone
Papaverin
Sl

0,010
0,040

ad

0,5

m.f. pulv. dtd No. X


S 3dd P I
Pro : Siti Aisyah (25 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 32

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


b. Pengerjaan ekstrak (mortir dihangatkan, ekstrak ditetesi spiritus fortior)
c. Perhitungan DM (usia dewasa)
5. dr. Abu Hanifah
Banjarmasin, 30 Agustus 2013
R/ Opii Tinctura
2
Papaverin HCl
0,3
Calc. Carbonas
2
m.f. pulv. da in caps. No. X
S tdd caps I
Pro : Ny. Juwita
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Pengerjaan tinctur (Mortir dihangatkan, tinctur diuapkan hingga 1/3nya, dikeringkan
dengan Sl)
c. Penggolongan obat (golongan narkotik diberi garis bawah berwarna merah)
d. Menentukan ukuran kapsul
6. dr. Ilham Saputra
Jl. Pekauman No. 59
SIP. No. 102/IPD/IX/98
R/ Atropin SO4
Sacch lactis
m.f. pulv. dtd No. X
S 3dd PI

Banjarmasin, 2 September 2013


0,005
qs

Pro : Surya (7 tahun)


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan dan pengenceran Atropin SO4
c. Perhitungan dosis maksimal (usia 7 tahun menggunakan rumus young)

7. dr. Suharto
Jl. AES Nasution No. 76 Banjarmasin
SIP. No. 64/IPD/97
Banjarmasin,..............................
R/ Phenobarbital
0,050
Oleo Sacchara Anisi
0,400
m.f. pulv. dtd. No. X
S 1 dd pulv I noct.
Pro : Mony (6 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 33

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan dan pengerjaan oleo sacchara anisi
c. Perhitungan DM (usia 6 tahun menggunakan rumus young)
8. dr Santosa
Banjarmasin,....................
R/ Acid. Salicylic

2%

Zinc. Oxydum
Talc. Venet.

10%
ad

15

m.d.s.pulv.adsper.
Pro : ratna (14 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Penimbangan dilebihkan 10%
c. Pengerjaan asam salisilat (ditetesi sp. Fortior) dan ZnO (diayak dengan pengayak B40)

9. dr. Budiman
Jl. Sulawesi No. 40 Banjarmasin
SIP. No. 512/IPD/XI/98
Banjarmasin, 4 September 2013
R/ Acetaminophen
0,100
Cofein
0,050
CTM
tab

m.f. pulv. da in cap dtd No. X


S 3 dd I pc
Pro : Ainawati (15 tahun)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Menentukan ukuran kapsul yang digunakan
c. Penimbangan CTM dalam bentuk tablet, untuk menentukan jumlah Sl yang diperlukan
10. dr. Antoni
Jl. Blimbing Segar No. 40 Martapura
SIP. 1236/IPD/X/01
Banjarmasin, 5 September 2013
R/ Tinc. Hyoscyami
10
NBB
1,5
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 34

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Salisilat Nitric
Elaeosacch ment pip
m.f. pulv
S bdd cth I
Pro : Koni (10 tahun)

3
4

Hal-hal yang harus diperhatikan :


a. Kelengkapan resep
b. Pengerjaan tinctur dan elaeosacch
c. Perhitungan DM salisilat Nitric

11. dr. Irwan


Jl. Sutoyo S. No. 67 Banjarmasin
SIP. No 98/IPD/97
Banjarmasin,...................
R/ Ampicillin
250 mg
Luminal
30 mg
Vit. B Kompleks
50 mg
Codein
50 mg
m.f.pulv. la dtd No. XII
da in caps
S tdd caps I
Pro : Tati
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Menentukan ukuran kapsul
c. Penggolongan obat narkotik diberi garis bawah berwarna merah
d. Perhitungan DM tanya umur pasien
12. dr. Siswintari
Jl. Bandung No 62 Banjarbaru
SIP. 334/IPD/98
R/ Oleum Iecoris
0,2
Oleum Sesami
0,3
m.f. da in caps dtd No. V
S 3 dd caps I
Pro : Luis
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Menentukan ukuran kapsul
c. Memasukkan cairan ke dalam kapsul
13. dr. Santosa
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 35

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Jl.A.Yani Km. 35 No. 187
SIP. 275/IPD/VI/87
R/ Unguentum 2-4
s.u.e
Pro : Ny. Hartini
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Resep standar (tulis sumbernya)
c. Pengerjaan asam salisilat (ditetesi sp. Fortior) dan sulfur praesipitatum (diayak
dengan pengayak No. B40)
14. dr. Marsella
Jl. Komplek DPR No. 32 Banjarmasin
SIP No. 298/IPD/IV/2000
Banjarmasin, 12 September 2013
R/ Pasta Lassari
10
S.u.e
Pro : Wanti
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Resep standar (tulis sumbernya)
c. Obat tak tercampurkan (ZnO dan asam salisilat)
d. Pengerjaan asam salisilat (ditetesi dengan sp. Fortior) dan ZnO (diayak dengan
pengayak No. B40)

15. dr. Santosa


Jl.A.Yani Km. 35 No. 187
SIP. 275/IPD/VI/87
Banjarmasin,............................
R/ Ungt. Iodoform see Ph. V
5
Da in duplo
S.u.c
Pro : Badu
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Resep standar (Tulis sumbernya)
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 36

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


c. Penimbangan
d. Pengerjaan iodoform
16. dr. Lita DNT
Jl. Simpang RS Ulin Banjarmasin
SIP. No. 003/IPD/VI/03
Banjarmasin, 3 september 2013
R/ Sulfacetamid Na
0,6
Adeps lanae
1
Paraffin Liq.
1
Vas. Flavum
8
m.f. ungt. Ophtalmic
S.Oculenta
Pro : Inulin
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Minta dispensasi pengerjaan dianggap steril

17. dr. Saiful Anwar


Jl.A.Yani No. 45 Banjarmasin
SIP. No. 120/IPD/II/98
Banjarmasin,..............................
R/ Unguentum Iecoris aselli Comp. 10
S. Obat luka bakar
Pro : Yuliawari
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Resep standar (Tulis sumbernya)
c. Pengerjaan ZnO
18. dr. Santoso
Jl. A. Yani Km 3,5 No 187
SIP. 275/IPD/VI/87
Banjarmasin,.
R/ Metampiron
Barbitalum
Lactosa

0,200
0,100
qs

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 37

D-III Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


M.f pulv da in cap dtd No. IV
S. bdd cap I
Pro : Akhmad ( 17 th )
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Kelengkapan resep
b. Menentukan ukuran kapsul yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Ansel, H.C. & Prince, S.J. 2006. Kalkulasi Farmasetik Panduan untuk Apoteker. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar | 38

Anda mungkin juga menyukai