Anda di halaman 1dari 19

Makalah

KOMUNIKASI KEFARMASIAN
”BENTUK KOMUNIKASI DI RUMAH SAKIT”

OLEH

KELOMPOK I ( SATU )
ANGGOTA :
NUR’AIN DJ. SILAKA (821420036)
ALYA SHAFIRA ARSYAD (821421063)
MUHAMMAD RIDHO JASIN (821421077)
RIVA TRIANA HALID (821421083)
ADINDA M. P. RUMIKI (821421108)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahu Wabarakatuh


Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Bentuk Komu-
nikasi di Rumah sakit”
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam hal menyelesaikan laporan ini. Kami sangat
menyadari bahwa Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, hal ini
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar laporan ini bisa dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.Semoga
penulisan laporan praktikum ini dapat bermanfaatterima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2022

Kelompok I

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................5
1.3 Tujuan ...................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................6
2.1 Pelayanan kefarmasian dirumah sakit...................................................6
2.2 Komunikasi...........................................................................................8
2.3 Komunikasi efektif..............................................................................10
2.4 Pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan..........................12
BAB 3 PEMBAHASAN................................................................................15
3.1 Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien...............15
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................17
4.1 Kesimpulan..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu factor kese-
lamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya
seperti komunikasi di bidang pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi
efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit memiliki tingkat kompleksitas yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan komunikasi yang terlibat sangat banyak, infor-
masi yang dibutuhkan sangat banyak, serta menyangkut dengan emosi pasien atau
keluarga pasien dan petugas kesehatan yang cukup tinggi.
Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu rangkaian proses
yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu
sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi efektif merupakan komu-
nikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang
yang terlibat dalam komunikasi. Proses komunikasi efektif artinya proses dimana
komunikator dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan
dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
Sederhananya, komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana komu-
nikan mengerti apa yang disampaikan dan melakukan apa yang komunikator in-
ginkan.
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non corcon-
dance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kega-
galan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pema-
haman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggu-
naan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penggunaan obat
yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan pema-
haan pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan pengo-
batan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat diperlukan
pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat.
Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menun-
jukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil

4
terapi akan meningkat pula. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien.
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap
muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian?
2. Apa saja tugas pokok dan fungsi dari pelayanan kefarmasian?
3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan komunikasi efektif?
4. Apa prinsip dalam komunikasi efektif?
5. Apa saja tujuan komunikasi efektif?
6. Apa saja aspek dalam membangun komunikasi yang efektif?
7. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayananke farmasian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian
2. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari pelayanan kefarmasian
3. Untuk mengetahui definisi komunikasi dan komunikasi efektif
4. Untuk mengetahui prinsip dan tujuan dalam komunikasi efektif
5. Untuk mengetahui aspek dalam membangun komunikasi yang efektif
6. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kefarmasian

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kefarmasian


2.1.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek
sampingkarena obat. Untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety), sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
2.I.2 Tujuan Pelayanan Kefarmasian
Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian untuk :
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memper-
oleh dan atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan ke-
farmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologis-
erta peraturan perundangan-undangan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kefar-
masian.
2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Kefarmasian
Tugas Pokok :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan-
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formu-
larium rumah sakit

6
Fungsi :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan per-
syaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasike unit-unit pelayanan di rumah-
sakit
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kese-
hatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan

7
2.1.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan se-
bagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan ke-
farmasian. Keputusan Menteri KesehatanNomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 ten-
tang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek telah mensyaratkan apotek harus-
memiliki: ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, tempat untuk mendisplai infor-
masi bagi pasien (termasuk penempatan brosur/materi informasi), ruangan ter-
tutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi sertale-
mari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, keranjang sampah yang tersedia
untuk staf maupun pasien, dan ruang racikan.
2.2 Komunikasi
2.2.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambing tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyam-
pai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwar Depari, AW Widjaja,2000).
2.2.2 Tujuan Komunikasi
1. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri-
dengan lingkungan
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermaksa dengan orang lain
4. Melalui komunikasi antar pribadi, individu dapat mengubah sikap dan per-
ilaku sendiri dan orang lain
5. Komunikasi antar pribadi merupakan proses belajar
6. Mempengaruhi orang lain
7. Mengubah pendapat orang lain
8. Membantu orang lain
2.2.3 Komponen-KomponenKomunikasi
a. Pemberi pesan (Sender atau Communicator) adalah individu yang bertugas
mengirimkan pesan.

8
b. Penerima pesan (Receiver) adalah seseorang yang menerima pesan. Bis-
aberbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah di interpre-
tasikan.
c. Pesan yang dikirim (Message) adalah informasi yang diterima, bisa berupa
kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang
diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (Channel atau Media) adalah
metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata,bau
badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik (Feedback) adalah penerima pesan memberikan informasi
atau pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang
efektif. Umpan balik merupakan proses yang continue karena memberikan
respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru
kepadapengirim pesan.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
a. Suasana
Suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik
atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komu-
nikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komu-
nikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin di-
terima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penje-
lasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tu-
asedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang
tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan per-
awat, melainkan pada perasaan sedihnya.
b. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan
yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara ko-

9
munikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disam-
paikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang di-
jalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyam-
paikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan ar-
tikulasi dan kalimat yang jelas.
2.3 Komunikasi Efektif
2.3.1 Definisi Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan pe-
rubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Ko-
munikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan
sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan.
2.3.2 Tujuan Komunikasi Efektif
Tujuan komunikasi efektif adalah member kemudahan dalam memahami
pesan yang diberikan.
Bentuk komunikasi efektif :
a. Komunikasi verbal efektif :
b. Berlangsung secara timbale balik
c. Makna pesan ringkas dan jelas
d. Bahasa mudah dipahami
e. Cara penyampaian mudah diterima
f. Disampaikan secara tulus 
g. Mempunyai tujuan yang jelas
h. Memperlihatkan norma yang berlaku
i. Disertai dengan humor
Komunikasi non verbal :
Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal adalah :
a. Penampilan fisik
b. Sikap tubuh dan cara berjalan
c. Ekspresi wajah
d. Sentuhan

10
Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila:
a. Pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan olehko-
munikan
b. Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang
ditindaklanjuti oleh komunikan
c. Tidak adanya hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.
2.3.3 Prinsip Komunikasi Efektif
1. Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pe-
san yang akan kita sampaikan.
2. Empathy
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunika-
tormemiliki sikap empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komu-
nikatordalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kon-
disi yang dihadapi orang lain.
3. Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh pener-
imapesan melalui media atau delivery channel.
4. Care
Care berarti komunikato rmemberikan perhatian kepada lawan komu-
nikasinya. Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan ko-
munikasi personal merasa diperhatikan.
5. Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghar-
gai.
2.3.4 Aspek Dalam Membangun Komunikasi yang Efektif
a) Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah
diterima dan dipahami oleh komunikan.

11
b) Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.
c) Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuaiden-
gan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d) Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau-
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e) Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tata karma dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan-
dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
2.4 Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk social tentunya selalu memerlukan orang lain
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang
lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya.
Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh orang lain meru-
pakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsurter-
penting dalam mewujudkan integritas dirisetiap manusia sebagai bagian dari sys-
tem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak
yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yang terputusakan memberikan dampak pada buruknya hubungan an-
tar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan
sebagai salah satu system dari kelompok social mempunyai kepentingan yang
tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan

12
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar indi-
vidu yang bekerja komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada kon-
sumennya.Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen in-
ternal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan
antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara horizontal
ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin
termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai
provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen
eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik se-
cara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sak-
it.Sering kali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi
penyebabnya adalah burukny asistem komunikasi antar individu yang terlibat
dalam sistemtersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres,
pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang bu-
ruk.Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan-
dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian terhadapbu-
ruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan. Hal ini terjadi karena be-
berapa sebab diantaranya adalah:
(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat-
melakukan intraksi dengan klien.
(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua
arah secara terapeutik.
(3) Lemahnya penerapan system evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan in-
terpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal
ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada ko-
munikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang
perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan

13
berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan Tin-
dakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi denganmeng-
gunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang dikembangkan
oleh Hildegard E.Peplau.

BAB III

14
PEMBAHASAN
3.1 Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan salah satu isu penting dalam penyeleng-
garaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit merupakan institusi yang
penuh dengan aktivitas dan manusia. Pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat
perlu mendapat perlindungan dari kecelakaan dan penyakit. Komunikasi mempen-
garuhi keselamatan pasien sebesar 19%. Oleh karena itu, komunikasi efektif di-
lakukan dalam upaya mengurangi kesalahan tenaga Kesehatan dalammelakukan
pekerjaannya dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipa-
hami oleh resipien atau penerima akan mengurangi kesalahan danmenghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, anatauter-
tulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan Kembali hasil pemeriksaan, sepertilab-
oratorium klinis di unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemerik-
saansegera.
Komunikasi dalam kolaborasi interprofesi merupakan unsur penting dalam
meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan dan keselamatan pasien. Kolaborasi-
interprofesional merupakan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan
secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi dapat ber-
jalanefektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pe-
sandan tidak ada hambatan. Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila pen-
dengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikan,
pesan disetujui oleh penerima dan ditindak lanjuti dengan perbuatan yang ditindak
lanjuti oleh komunikan dan tidak adanya hambatan untuk melakukan apa yang se-
harusnya dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang dikirim.
Salah satu kompetensi inti dalam melakukan kolaborasi interprofesional
adalah dengan melakukan komunikasi interprofessional dan melakukan komu-
nikasi yang efektif dengan tim Kesehatan lainnya sehingga dapat menginte-

15
grasikanper awatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga kesehatan yang
lainnya. Contoh komunikasi interprofesional yang digunakan adalah SBAR (Situ-
ation-Background-Assassment-Recommendation). SBAR merupakan teknikdalam
mengkomunikasikan informasi yang penting yang membutuhkan perhatian
dantindakan dengan segera sehingga keselamatan pasien dapat terjamin dan terlin-
dungi. Sehingga komunikasi yang efektif dan kolaborasi perlu diberikan-
penekanan yang kuat disemua program perawatan kesehatan professional untuk-
menjamin kepuasan, keamanan dan kualitas Kesehatan pasien.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat

Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah menyatakan bahwa

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah instalasi rumah sakit yang mempunyai

Tugas menyediakan, mendistribusikan informasi dan evaluasi tentang obat

(Anonimb

, 2010).

Menurut Siregar dan Amelia (2003), Instalasi adalah fasilitas

Penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan

Penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan pemeliharaan sarana

Rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang

16
Dilakukan di suatu rumah sakit. Jadi instalasi farmasi rumah sakit (IFES) dapat

Didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah

Sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker

Yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

Kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang

Terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup pekerjaan serta pelayanan

Kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan,

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif dalam praktek interprofesi digunkan sebagai upaya un-
tuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan terhadap pasien. Oleh karena itu,
komunikasi yang efektif dan kolaborasi perlu diberikan penekanan yang kuat dise-
mua program perawatan kesehatan professional untuk menjamin kepuasan, kea-
manan dan kualitas Kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat tercapai
apabila pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh ko-
munikan, pesan disetujui oleh penerima dan ditindak lanjuti denganperbuatan
yang ditindak lanjuti oleh komunikan dan tidak adanya hambatan untuk
melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindak lanjuti pesan yang
dikirim.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani Rokhmah, Noor., Anggorowati. Komunikasi Efektif Dalam PraktekKo-
laborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan.
Journal of Health Studies, Vol. 1, No. 1, Maret 2017 : 65-71.

Ulva, Fadillah. Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan


Pasien (Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang). Jurnal Pembangu-
nan Nagari, Volume 2, Nomor 1, EdisiJuni 2017 : 95-102.

Endang Fourian alisty awati,Komunikasi yang relevan dan efektif antara dokter
dan pasien. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas YARSI.

19

Anda mungkin juga menyukai