Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MANAJEMEN KEFARMASIAN DAN DISTRIBUSI

KOMUNIKASI INTERPERSONAL TENAGA KEFARMASIAN DENGAN


PASIEN MELALUI SWAMEDIKASI DI APOTEK SEHATI

Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threats

Untuk memenuhi salah satu tugas makalah mata kuliah manajemen


kefarmasian dan distribusi

DOSEN : TITTA HARTYANAS, S.Si.,MSc.,Apt.

Oleh:

Fyna Nur Hasanah Koesniawati

NIM. 3351201568

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Strenght, Weaknesses,
Opportunities, Threats. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Manajemen kefarmasian pada prakteknya memang tidak akan bisa


dipisahkan dalam dunia kefarmasian karena didalam pelayanan kefamasian.,
tidak hanya diperlukan ilmu Kefarmasian tapi manajemennya yang pasti akan
ditemukan baik bekerja di IFRS, PBF, apotek, industrif armasi dimana dalam
menjalankan kegiatan ilmunya diperlukan adanya pengadaan obat termasuk
didalamnya cara distribusinya, begitupun penataan bangunan dan etalase.
Namun pada kesempatan makalah ini penulis hanya berfokus pada perjalanan
bisnis suatu apotek dalam pelayanan swamedikasi sebagai daya jual di era
pandemi covid-19.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami
sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Cimahi, 28 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Pengertian Apotek..............................................................................................3
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek...................................................................................4
2.3 Pengelolaan Apotek............................................................................................4
2.4 Pelayanan Apotek...............................................................................................5
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kefarmasian..............................................5
2.6 Persyaratan Apotek............................................................................................6
2.7 Manajemen Apotek............................................................................................7
2.8 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal.......................................................9
2.9 Analisis SWOT................................................................................................10
BAB III : PEMBAHASAN..............................................................................................11
3.1 Metode Penelitian.............................................................................................11
BAB IV : PENUTUP.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
LAMPIRAN.....................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Swamedikasi pada pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)


membuat tenaga kefarmasian sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang
kefarmasian, mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan,
nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan pengobatan secara
mandiri. Apotek sebagai alternatif fasilitas kesehatan ditengah pandemi ini
menjadi sering dikunjungi oleh masyarakat. Masyarakat menjadi takut untuk
berobat di Rumah Sakit, Klinik atau Puskesmas, karena selain jam pelayanan
dibatasi, fasilitas kesehatan tersebut juga ada yang menjadi rujukan pasien
COVID-19. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Oleh karena itu tenaga kefarmasian
dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat
sehingga masyarakat dapat terhindar dari penggunaan salah obat (drug misuse)
dan penyalahgunaan obat (drug abuse) melalui komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak
superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau menceritakan sakit atau
keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu
mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana
tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang
masalah. Penerapan komunikasi dalam swamedikasi secara jelas dapat ditemukan
di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti apotek dan toko obat. Tenaga
kefarmasian dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pasiennya
dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Selain itu juga diharuskan dapat
melakukannya secara bertanggung jawab.
Dalam sebuah manajemen apotek, diperlukan sebuah strategi yang baik
untuk digunakan sebagai strategi pemasaran salah satunya dengan strategi

1|Page
komunikasi dan informasi. Apotek Sehati merupakan salah satu apotek yang
sedang berkembang di wilayah Bandung Timur. Apotek yang memiliki letak
tempat yang cukup strategis, dekat dengan pemukiman dan komplek, dekat
dengan klinik dan praktik dokter mandiri, juga memiliki akses jalan yang baik.
Dengan lokasi yang strategis apotek ini sudah memiliki daya jual yang cukup
baik, ditambah memiliki lahan parkir luas, obat yang banyak, memiliki fasilitas
tempat duduk pasien yang nyaman. Namun di era pandemi ini untuk dapat
mempertahankan daya jual dari suatu Apotek, harus memiliki sesuatu yang lebih
unggul dari apotek lainnya. Selain dengan mengadakan konsultasi dan pelayanan
online, konsultasi dan pelayanan offline pun harus ditingkatkan dengan
meningkatkan komunikasi swamedikasi yang baik dengan pasien atau pengunjung
apotek. Maka dari itu penilaian dan Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa berengaruhkah komunikasi swamedikasi yang diberikan Tenaga
Kefarmasian di apotek terhadap daya jual.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang


akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses komunikasi yang diterapkan Tenaga Kefarmasian di
Apotek Sehati?
2. Bagaimana Sikap Komunikasi dan Pelayanan Komunikasi Tenaga
Kefarmasian di Apotek Sehati?
3. Bagaimana analisis SWOT dengan membandingkan antara faktor ekternal
dan internal dalam mendapatkan strategi komunikasi pemasaran di Apotek
Sehati?

1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas maka tujuan ditulisnya makalah ini
selain untuk memenuhi tugas manajemen kefarmasian dan distribusi tetapi juga
untuk mengetahui peluang dan hambatan apa saja yang ada dalam mendapatkan

Page | 2
strategi komunikasi pemasaran di Apotek Sehati.

Page | 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Definisi apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51


Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dimaksud dengan apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker ( Menkes, 2009 ). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
yang terbaru Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek juga menyebutkan bahwa
apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya ( Menkes, 2017 ).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017
tentang tujuan didirikannya apotek adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek;
2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di apotek;
3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di apotek ( Menkes, 2017 ).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek untuk sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi :
1. Perencanaan;
2. Pengadaan;
3. Penerimaan;
4. Pemusnahan;
5. Pengendalian;
6. Pencatatan dan pelaporan ( Menkes, 2014 ).

Pekerjaan Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 51 tahun 2009 yaitu pembuatan, antara lain pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengadaan obat, pengamanan obat, penyimpanan obat, dan

Page | 4
pendistribusian obat atau pengelolaan obat, penyaluran obat, pelayanan obat atas
resep dari dokter, pengembangan obat serta pelayanan informasi obat, bahan obat
dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetika. Pada dasarnya apotek harus dikelola oleh Apoteker,
yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek
(SIA) dari Dinas Kesehatan setempat. (Presiden RI, 2009).

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
2. Apotek memiliki fungsi sebagai sarana pelayanan yang dapat dilakukan
pekerjaan kefarmasian berupa peracikan, pengubahan benuk, pencampuran
dan penyerahan obat.
3. Apotek berfungsi sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus
menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata
4. Apotek berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi meliputi:
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan
lainnya maupun kepada masyarakat
b. Pelayanan informasi mengenai khasiat obat, keamanan obat, bahaya
dan mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

2.3 Pengelolaan Apotek


Pengelolaan apotek menurut Peremenkes No 922/Menkes/Per/X/1993
meliputi :
1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

Page | 5
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi :
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan
kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan
bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan
informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan
masyarakat.

2.4 Pelayanan Apotek

Apotek wajib melayani resep Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter hewan.
Pelayanan resep adalah menjadi tanggung jawab Apoteker pengelola apotek.
Apoyeker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya dan dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker wajib memberi
informasi tentang penggunaan obat secara tepat, aman, rasional, kepada pasien
atas permintaan masyarakat. Apoteker pengelola apotek, Apoteker pendamping
atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan
sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) yang ditetapkan oleh Menkes.

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kefarmasian

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian yaitu tenaga yang terdiri dari Analis
Farmasi, dan Tenaga Teknis Kefarmasian/Asisten Apoteker, Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi yang akan membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian merupakan suatu bentuk pelayanan dan
bentuk tanggung jawab secara langsung oleh apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk menigkatkan kualitas hidup pasien (Menkes RI,2004) Menurut
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian yaitu merupakan
suatu pelayanan yang bertanggung jawab langsung kepada pasien berkaitan

Page | 6
dengan sediaan farmasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang pasti dan untuk
menigkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang harus
dilaksanakan oleh seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut:
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart profesi
masing-masing.
2. Memberi informasi kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan atau
pemakaian obat.
3. Menghormati hak setiap pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data
kesehatan pasien.
4. Melakukan pengelolaan pada apotek.
5. Pelayanan informasi obat mengenai sediaan farmasi

2.6 Persyaratan Apotek

Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan


kepentingan masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi
lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan
yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK Menkes RI No.
278/Menkes/SK/V/1981).
a. Pemilihan Lokasi
Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha,
sehingga lokasi apotek sebaiknya berada di daerah yang :
1. Ramai (di Pusat Kota)
2. Terjamin keamanannya
3. Dekat dengan rumah sakit / klinik
4. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek
5. Mudah dijangkau
6. Cukup padat penduduknya

Page | 7
b. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi
persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi
apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Luas
bangunan apotek sekurang-kurangnya 50 M2 terdiri dari ruang tunggu, ruang
peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat,
dan tempat pencucian alat.
Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut :
1. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak
mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
2. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak  mudah rusak dan
permukaan sebelah dalam berwarna terang.
3. Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang
memadai.
4. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang
memadai.
5. Setiap apotek harus memasang papan pada bagian muka apotek, yang
terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang memadai, sekurang-
kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi huruf 5 cm
dan tebal 5 mm. Papan nama harus memuat :
a)   Nama apotek
b)   Nama Apoteker Pengelola Apotek
c)   Surat Izin Apotek
d)  Alamat Apotek
e)   Nomor Telepon Apotek

2.7 Manajemen Apotek

Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.


Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya

Page | 8
beberapa tipe manajemen, yaitu :
1. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan,
keluar masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan
farmako ekonominya.

2. Manajemen pembelian
Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan
vendor, pemilihan item barang yang harus dibeli dengan memperhatikan
FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta pola epidemiologi
masyarakat sekitar apotek.

3. Manajemen penjualan
Manajemen penjualan meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit,
kontraktor.

4. Manajemen Persediaan barang


Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan gudang, persediaan
bahan racikan, kinetika aarus barang. Manajemen persediaan barang
berhubungan langsung dengan manajemen pembelian.

5. Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan teknik
pemasaran untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen
pemasaran ini tampak padaapotek modern, tetapi jarang diterapkan pada
apotek-apotek konvensional.

6. Manajemen khusus
Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek
sesuai dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang
dilengkapi dengan laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan

Page | 9
apotek yang bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
2.8 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemasaran edisi Millenium (2009), analisa kekuatan, kelemahan, serta
peluang dan ancaman dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Analisa Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Manajer perusahaan perlu menganalisa faktor-faktor internal
perusahaan yang menjadi kemampuan menemukan peluang yang
menarik dan memanfaatkan peluang tersebut. Suatu perusahaan pasti
tidak harus memperbaiki seluruh kelemahannya, atau sebaliknya
perusahaan malah menyombongkan seluruh kekuatan perusahaan yang
dimiliki. (Kotler 2009:55)
B. Analisa Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Manajer perusahaan perlu mengetahui dan menganalisa bagian-


bagian lingkungan yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari kekuatan
lingkungan makro dan pelaku lingkungan mikro, dimana seluruh
variabel tersebut dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
memperoleh euntugan atau laba. Kekuatan lingkungan makro
perusahaan meliputi demografi, ekonomi, teknologi, politik, hukum
dan sosial budaya.

Tujuan utama pengamatan lingkungan adalah untuk melihat peluang


baru. Peluang pemasaran adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana
perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Ancaman lingkungan
adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang
menguntungkan yang akan mengurangi penjualan dan laba. Dari analisa
peluang dan ancaman akan terdapat beberapa kemungkinan yaitu :
1. Usaha yang ideal, yaitu peluang yang lebih besar daripada ancaman.
2. Usaha yang spekulatif, yaitu peluang dan ancaman sama-sama besar.

Page | 10
3. Usaha yang matang, yaitu peluang dan ancaman sama-sama kecil.
4. Usaha yang bermasalah, yaitu peluang lebih kecildaripada ancaman.

2.9 Analisis SWOT


Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan
atau interaksi antara unsur-unsur internal, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu :
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah suatu keunggulan dalam sumber
daya, ketrampilan dan kemampuan lainnya yang relative terhadap pesaing
dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Misalnya dalam hal
teknologi yang dimiliki dan fasilitas yang dimiliki.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan yang dimaksud juga bisa berupa sumber
daya,ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja
efektifsuatu perusahaan. Contohnya, tingkat ketrampilan karyawan dan
kecilnya biaya promosi.
3. Peluang (opportunity)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan, misalnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
4. Ancaman (treats)
Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Sebagai contoh yaitu pesatnya persaingan
penyedia jasa layanan kesehatan.

Page | 11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis


penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan kueisoner
kepada dua (2) orang tenaga kefarmasian dan 10 (sepuluh) orang pasien masing-
masing tenaga kefarmasian untuk 5 (lima) orang pasien serta wawancara kepada
tenaga kefarmasian. Informan dipilih berdasarkan purposive sampling. Analisis
data yang diperoleh menggunakan tabulasi mengenai sikap komunikasi dan
pelayanan komunikasi.
3.2 Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Apotek Sehati
Apotek sehati didirikan pada tahun 2017, apotek ini
didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pasien
terbaik dengan fokus pelayanan pada pasien sesuai
pharmaceutical care yang dilakukan langsung oleh apoteker.
Apotek sehati ini bertempat di Jalan Cisaranten Kulon No. 113,
kelurahan Cisaranten Kulon, kecamatan Arcamanik, kota
Bandung. Alasan pemilik melakukan pemilihan lokasi apotek
karena di daerah tersebut belum banyak berdiri apotek,
sehingga persaingannya cukup sedikit. Selain itu, dapat
memberikan keuntungan yang baik di masa mendatang karena
banyaknya pembangunan perumahan, badan usaha, dan
bertambahnya jumlah penduduk di daerah tersebut serta lalu
lintas ramai dengan jalur angkutan yang lewat. Walaupun, pada
awal tujuan utama pembangunan dilakukan hanya berfokus
pada pendirian Klinik Utama Sehati, namun dengan melihat
adanya peluang pemilik akhirnya memutuskan untuk

Page | 12
mendirikan apotek tepat disebelah Klinik Utama Sehati. Pada
awal pendirian pemilik mempunyai harapan semoga dengan
adanya apotek sehati ini akan memberikan kontribusi yang
besar dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, memenuhi
kebutuhan masyarakat akan obat dan perbelakan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau.
Apotek ini memiliki Visi Menjadi pusat pelayanan
kefarmasian terpercaya dengan kualitas prima dan penggerak
usaha kesehatan menuju peningkatan kualitas hidup
masyarakat yang didukung dengan berbagai Misi, diantaranya:
a. Menerapkan praktek pelayanan kefarmasian yang
bertanggung jawab, terjangkau, dan bersahabat
b. Menjamin kualitas dan ketersediaan obat dan alat kesehatan
c. Menjadi pusat informasi obat dan swamedikasi masyarakat
d. Melakukan usaha-usaha promosi kesehatan masyarakat
sekitar dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
e. Mewujudkan generasi Indonesia sehat

Dengan Motto “Mitra anda menuju sehat”

Apotek Sehati buka dari hari Senin-Sabtu pukul


06.00-22.00 WIB, dengan pertimbangan jam praktek dokter
adalah jam 17.00-21.00 WIB. Pembagian shift kerja adalah:
a. Shift I (06.00-14.00) : Apoteker Penangung Jawab
(APA) dan satu Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
b. Shift II (14.00-22.00) : Apoteker Pendamping (Aping)
dan satu TTK.
APA dan Aping dapat bertukar shift jika diperlukan
(misalnya berhalangan hadir, perlu pergantian suasana
kerja, dll)

Page | 13
2. Analisa Lokasi Apotek
Apotek Sehati ini terletak di Jalan Cisaranten Kulon No.
113, kelurahan Cisaranten Kulon, kecamatan Arcamanik, kota
Bandung.
Data-data Pendukung :
a. Kepadatan penduduk : Apotek SEHATI terletak di daerah
pinggiran kota, dekat dengan pusat keramaian daerah
tersebut dengan kepadatan penduduk tidak terlalu padat.
b. Tingkat sosial dan ekonomi : Masyarakat yang tinggal di
lingkungan apotek mempunyai beragam kelas sosial dan
ekonomi dengan kategori Sejahtera (baik menengah keatas,
maupun menengah kebawah)
c. Terdapat beberapa klinik (termasuk Klinik Utama Sehati)
dan praktek dokter mandiri.
d. Dekat dengan pusat keramaian
e. Memiliki lingkungan yang cukup aman
f. Lokasi terletak ditepi jalan dan merupakan lalu lintas yang
sangat padat dan banyak daerah perumahan juga
lingkungan mahasiswa, lokasi ini terlihat memiliki prospek
yang bagus dimana banyak yang berbondong-bondong
mendirikan area perumahan dan pemukiman di daerah
sekitar lokasi ini, dan belum adanya usaha sejenis
disepanjang jalan ini. Lokasi apotek juga sangat mudah
dijangkau kerena terletak di pinggir jalan raya dan bisa
dijangkau dengan kendaraan umum.

3. Fasilitas Apotek Sehati


a. Jenis Pelayanan
a. Melayani pembelian obat-obat (OTC, OWA, dan obat
resep) bersamaan dengan konseling
b. Melayani cek tekanan darah, BB, asam urat, gula darah,

Page | 14
dan kolesterol
c. Hot line service dengan apoteker dan delivery service
d. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan pada
kegiatan PKK 2 bulan sekali
e. Kartu kunjungan pasien.
b. Produk yang Disediakan
a. Obat-obat OTC, OWA, dan obat resep
b. Alat kesehatan (masker, gloves, termometer, spuit)
c. Peralatan P3K
c. Tempat tunggu yang nyaman dan bersih (gabung dengan
klinik) sesuai dengan protokol kesehatan
d. Area parkir cukup luas
e. Area pemberian resep, pemesanan obat, pemberian obat
dan kasir yang ditutup sesuai dengan ketentuan protokol
kesehatan.

4. Analisa Kondisi Apoetek Saat Pandemi


Di era pandemik ini pelayanan di Apotek sangat ramai,
baik dari permintaan resep dokter, sampai pembelian OTC.
Banyak pengunjung yang datang untuk membeli dan
berkonsultasi langsung baik untuk mengatasi kondisi yang
sedang dialami hingga untuk persediaan p3k di rumah.
Tidak hanya vitamin, hand sanitaizer, desinfektan, alat
cuci hidung, thermometer, suplemen herbal, masker dan alat
kesehatan lainnya. Kepanikan dan kekhawatiran masyarakat
terhadap cepatnya kenaikan angka terpaparnya virus Covid 19
ini membuat masyarakat lebih memilih untuk berkonsultasi dan
membeli langsung ke Apotek dari pada harus berkonsultasi
dengan dokter di klinik maupun rumah sakit. Ditambah lagi
beberapa dokter praktek mandiri banyak yang menutup
sementara pelayanan praktek mandirinya.

Page | 15
Dengan kondisi seperti ini untuk tingkat penjualan obat
akan tinggi, namun informasi dan edukasi mengenai obat dan
keluhan pasien tetap harus diperhatikan. Dengan meningkatkan
konseling dan komunikasi Tenaga Kefarmasian yang baik, ini
akan menjadikan daya jual lebih kepada masyarakat. Karena di
era pandemi seperti ini pasien tidak hanya membutuhkan obat,
multivitamin atau alat pelindung diri seperti masker. Namun
masyarakat juga butuh pemahaman, pengetahuan dan informasi
yang benar mengenai kondisi yang dialami.

B. Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi
terapeutik telah diterapkan tenaga kefarmasian dalam
swamedikasi dengan pasien di Apotek Sehati. Sikap
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian
A terhadap 5 (lima) orang pasien dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sikap Komunikasi Terapeutik Tenaga Kefarmasian A Kepada


Pasien
Tenaga
Sikap Komunikasi Pasien
No. Kefarmasian
Terapeutik
A 1 2 3 4 5
1 Berhadapan + + + + + +
.
Mempertahankan
2 + + + + + +
kontak mata
.
Membungkuk ke
3 + + + + + +
arah klien
.
Mempertahankan
4 + + + + + +
sikap terbuka
.
5 Tetap rileks + + + + + +
.
Keterangan: simbol (+) menginformasikan, simbol (-) tidak menginformasikan

Page | 16
Berdasarkan hasil penelitian mengenai swamedikasi yang
dilakukan tenaga kefarmasian A terhadap 5 (lima) orang pasien
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Swamedikasi Tenaga Kefarmasian A Kepada Pasien


Tenaga
Pasien
No. Swamedikasi Kefarmasian
A1 A2 A3 A4 A5 1 2 3 4 5
1. Nama Obat + + + + + + + + + +
2. Khasiat Obat + + + + + + + + + +
3. Cara Pemakaian + + + + + + + + + +
4. Dosis Obat + + + + + + + + + +
5. Waktu Pemakaian + + + + + + + + + +
6. Lama Penggunaan + + + + + + + + + +
7. Efek Samping + - + + + + - + + +
8. Cara Penyimpanan + - + + + + - + + +
Keterangan: simbol (+) menginformasikan, simbol (-) tidak menginformasikan.

Selanjutnya sikap komunikasi terapeutik pada tenaga


kefarmasian B, hasil menunjukkan terhadap 5 (lima) orang pasien
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Swamedikasi Tenaga Kefarmasian B Kepada Pasien


Tenaga
Sikap Komunikasi Pasien
No. Kefarmasian
Terapeutik
B 6 7 8 9 10
1. Berhadapan + + + + + +
Mempertahankan
2. kontak mata + + + + + +
Membungkuk ke
3. arah klien + + + + + +
Mempertahankan
4. sikap terbuka + + + + + +
5. Tetap rileks + + + + + +
Keterangan: simbol (+) menginformasikan, simbol (-) tidak menginformasikan .

Berdasarkan hasil penelitian mengenai swamedikasi yang


dilakukan tenaga kefarmasian B terhadap 5 (lima) orang pasien
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Swamedikasi Tenaga Kefarmasian B Kepada Pasien

Page | 17
Tenaga
Pasien
No. Swamedikasi Kefarmasian
B6 B7 B8 B9 B10 6 7 8 9 10
1. Nama Obat + + + + + + + + + +
2. Khasiat Obat + + + + + + + + + +
3. Cara Pemakaian + + + + + + + + + +
4. Dosis Obat + + + + + + + + + +
5. Waktu Pemakaian + + + + + + + + + +
6. Lama Penggunaan + + + + + + + + + +
7. Efek Samping - + + + + - + + + +
8. Cara Penyimpanan + + + + + + + + + +
Keterangan: simbol (+) menginformasikan, simbol (-) tidak menginformasikan .

2. Analisa SWOT

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan


ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Analisis SWOT
yang diperoleh dalam penelitan ini dapat dijadikan sebagai alat kajian pimpinan
apotek untuk mendapatkan strategi komunikasi pemasaran di Apotek Sehati.
Data analisis SWOT Apotek Sehati dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis SWOT Apotek Sehati


Analisis SWOT
Strengths Weakness
 Mempunyai konsep pelayanan dengan  Merupakan apotek yang terbilang
berorientasi pasien. baru, belum dikenal masyarakat,
 Mempunyai jasa pengirimian untuk dan belum mempunyai pelanggan
melayani konsumen yang tidak ingin yang loyal
keluar rumah.  Dengan ramainya pengunjung
 Pelayanan kefarmasian yang Tenaga Kesehatan sering lupa akan
berkompeten, efektif dan efisien pelayanan yang ramah dan
dengan menerapkan Pharmaceutical komunikasi yang terburu-buru.
Care  Tingkat kebisingan jalanan cukup
 Menyediakan obat-obatan dengan mengganggu pemberian informasi
harga relatif lebih murah dibandingkan obat.
apotek sekitar, aman dan cukup  Tidak memiliki karyawan khusus
lengkap admin untuk promosi apotek.
 Ruang tunggu yang bersih dan nyaman
 Lokasi relatif aman
Opportunities Threats
 Lokasi strategis, di pusat pemukiman  Kemungkinan ada pembangunan

Page | 18
warga, dekat dengan keramaian, apotek yang letaknya berdekatan
mudah dijangkau dengan angkutan yang akan menyebabkan persaingan
umum yang ketat
 Tempat parkir yang nyaman dan luas  Stok obat yang dapat berubah
 Terdapat klinik dan praktek dokter dengan sangat cepat.
yang cukup dekat dengan apotek
 Penduduk terbanyak adalah lansia.
Lansia banyak mengalami masalah
kesehatan, terutama penyakit
degenerative sehingga berpotensi
menjadi pelanggan.
 Masih jarang apotek yang menerapkan
pharmaceutical care, bahkan banyak
dijumpai apteker yang jarang berada di
apotek.
 Banyak masyarakat yang berbondong
untuk membeli vitamin dan suplemen.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, beberapa faktor


yang mendukung keberhasilan komunikasi sudah dilakukan
dengan baik. Komunikator (tenaga kefarmasian) memiliki sikap
simpati, dan mampu menganalisis suatu kondisi pasien, data
diperoleh dari isian kueisoner tentang keluhan dan obat yang
sudah pernah diminum. Sehingga tenaga kefarmasian dapat
menentukan terapi yang sesuai untuk pasien.
Selanjutnya tenaga kefarmasian memiliki integritas/
keterpaduan antara ucapan dan tindakan. Dalam hal ini tenaga
kefarmasian memberikan obat dengan disertai penjelasan tentang
pemberian informasi obat. Karena mempunyai konsep pelayanan
dengan berorientasi kepada pasien. Selain itu tenaga kefarmasian
di Apotek Sehati mampu memahami situasi di lingkungan kerja,
dengan cara menunda penjelasan swamedikasi saat kebisingan
jalan terdengar keras.

Faktor pendukung swamedikasi lainnya, tenaga

Page | 19
kefarmasian Apotek Sehati terlihat mampu mengendalikan emosi,
memahami kondisi psikologis komunikan, bersikap supel, ramah
serta mampu menyesuaikan diri dengan pasien dimana ia
berbicara.
Sebaliknya pasien sebagai komunikan secara keseluruhan
memiliki pengetahuan yang luas, serta memiliki kecerdasan
menerima dan mencerna pesan yang disampaikan tenaga
kefarmasian. Hal tersebut terlihat saat umpan balik yang
disampaikan. Meskipun pasien datang memiliki keluhan atas
penyakitnya tetap bersikap ramah dan memahami dengan siapa ia
berbicara, selain itu bersikap bersahabat dengan komunikator
sehingga efek pesan dapat disampaikan dengan baik.
Pesan komunikasi dirancang dan disampaikan sedemikian
rupa oleh tenaga kefarmasian (komunikator), disampaikan secara
jelas sesuai kondisi dan situas pasien (komunikan), lambang-
lambang yang digunakan dapat dipahami oleh komunikator dan
komunikan, dan tidak menimbulkan multi interpretasi/ penafsiran
yang berlainan tentang swamedikasi. Karena hubungan
kompetensi tenaga kefarmasian yang kompeten dapat
menghasilkan kemampuan komunikasi yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian, pada 10 (sepuluh) orang
pasien setelah diklasifikasikan menurut kelas terapi dan indikasi
terdapat 7 (tujuh) orang pasien dengan gejala atau keluhan seperti
COVID-19, data dokumentasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Page | 20
Tabel 6. Data Dokumentasi Swamedikasi Berdasarkan Kelas Terapi
Kode Nama
Kelas Terapi Indikasi
Pasien Obat
1 Bodrex Analgetik, antipiretik Meringankan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam
2 Sanmol Analgetik, antipiretik Menurunkan demam, meredakan nyeri ringan
seperti sakit kepala dan sakit gigi
3 Dicom Obat untuk Saluran Napas Meringankan bersin-bersin dan hidung
tersumbat karena flu atau alergi
4 Mextril Obat untuk Saluran Napas Untuk mengatasi semua jenis batuk dan pilek
5 Proris Analgetik, antipiretik Membantu mengurangi nyeri, sakit gigi, nyeri
otot dan menurunkan demam
6 Cendo Obat untuk Mata Melumasi dan menyejukkan pada mata kering
Lyteers akibat kekurangan sekresi air mata atau
teriritasi kondisi lingkungan,
ketidaknyamanan karena penggunaan hard
contact lens, gangguan penglihatan karena
kelebihan lendir pada mata.
7 Tuzalos Obat untuk Saluran Napas Flu, demam, sakit kepala, dan batuk
8 Promag Obat untuk Saluran Cerna mengatasi gejala sakit maag
9 Antasida Obat untuk Saluran Cerna Mengatasi gejala maag
10 Parasetamol Analgetik, antipiretik Meredakan sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot,
menurunkan demam yang menyertai flu dan
paska vaksinasi

Tabel 6. menunjukkan bahwa data kelas terapi dan indikasi


obat swamedikasi yang dilakukan kebanyakan mengalami
keluhan demam dan flu. Adapun gejala atau tanda-tanda tersebut
mirip dengan gejala umum infeksi COVID-19 seperti demam,
batuk dan sesak napas. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala-
gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala apapun dan tetap merasa sehat. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri
kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman
dan pembauan atau ruam kulit.

Page | 21
Obat yang diberikan pada swamedikasi merupakan obat
golongan bebas dan bebas terbatas dengan pemberian maksimal
untuk pemakaian 1 (satu) minggu. Apabila obat tidak dirasakan
menimbulkan efek terapi maka atas anjuran tenaga kefarmasian
segera ke fasilitas kesehatan lain untuk konsultasi dengan dokter.
Swamedikasi dilakukan untuk membantu kesembuhan pasien
dengan penyakit atau gejala ringan. Hubungan swamedikasi
dengan pandemi COVID-19 saat ini terdapat peningkatan
penjualan obat di apotek, karena pasien berusaha meminimalkan
untuk pergi ke puskesmas atau rumah sakit sebagai tempat
penyembuhan pasien terinfeksi COVID-19.
Selanjutnya berdasarkan hasil kueisoner tertutup tentang
swamedikasi terdapat 1 (satu) orang pasien yang tidak diberikan
informasi mengenai Efek samping obat dan Cara penyimpanan
obat oleh tenaga kefarmasian A. Selain itu 1 (satu) orang pasien
yang tidak diberikan informasi mengenai Efek samping obat oleh
tenaga kefarmasian B. Setelah dilihat hasil kueisoner 1 (satu)
orang pasien yang tidak diberikan informasi mengenai Efek
samping obat dan Cara penyimpanan obat oleh tenaga
kefarmasian A adalah obat untuk demam yaitu Sanmol Drop yang
dibeli untuk anaknya.
Sanmol Drop merupakan golongan obat bebas dengan
indikasi untuk nyeri ringan sampai sedang (analgetik) dan untuk
demam (antipiretik). Adapun kontra indikasi dapat terjadi pada
gangguan fungsi hati berat, hipersensivitas. Sehingga efek
samping dapat terjadi hipersensivitas, ruam kulit, kelainan darah
(trombositopenia, leukopenia, neutropenia). Penggunaan jangka
panjang dan dosis berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati.
Kemudian Cara penyimpanan Sanmol Drop pada suhu dibawah
30’C yaitu pada suhu ruang terlindung dari cahaya matahari
bukan didalam kulkas. Akibat penyimpanan yang salah dapat

Page | 22
mengalami kerusakan pada obatnya untuk itu penting
diberitahukan. Hasil wawancara dengan A diperoleh penghambat
pemberian informasi efek samping dan cara penyimpanan obat
karena pasien terburu-buru sehingga tidak berkonsentrasi dengan
pembicaraan (hambatan psikologis).
Berdasarkan hasil kueisoner 1 (satu) orang pasien yang
tidak diberikan informasi mengenai Efek samping obat oleh
tenaga kefarmasian B yaitu pasien dengan keluhan pada mata
pengobatan Cendo Lyteers. Cendo Lyteers termasuk golongan
obat bebas. Indikasi obat tersebut untuk melumasi serta
menyejukkan pada mata kering akibat kekurangan sekresi air
mata atau teriritasi karena kondisi lingkungan, penggunaan lensa
kontak, terdapat lendir berlebihan pada mata. Efek samping
Cendo Lyterrs mata merah, mata buram sementara, gatal. Hasil
wawancara dengan tenaga kefarmasian B diperoleh penghambat
pemberian informasi Efek samping obat karena hanya
menginformasikan untuk membaca pada kolom brosur dan
konsultasi dengan dokter apabila tidak ada perubahan. Adapun
karakteristik pasien berusia lanjut sehingga penyampaian menjadi
tidak optimal (hambatan biologis). Akibatnya pasien tidak dapat
mengerti umpan balik penyampaian informasi mengenai Efek
samping obat tersebut.

Page | 23
BAB IV
PENUTUP

Hubungan antara tenaga kefarmasian dengan pasien merupakan hal yang


sangat penting. Karena keluhan yang diutarakan dari pasien sangat membantu
tenaga kefarmasian untuk mengambil tindakan selanjutnya seperti menentukan
terapi yang diperlukan. Bahkan hubungan tersebut ada yang terus berlanjut
sampai pasien itu sembuh dan datang ke apotek kembali. Artinya hubungan
interpersonal terjalin tidak hanya di dalam pelayanan kefarmasian, tetapi bisa
berlangsung di luar pelayanan kefarmasian.
Dalam bidang kefarmasian, seorang tenaga kefarmasian perlu menjalin
keakraban dengan pasien. Tidak sekedar hanya memberikan obat-obatan, tetapi
jika diperlukan dapat memberi masukan-masukan berkaitan dengan proses
kesembuhan si pasien. Oleh karena itu sangat perlu dikembangkan komunikasi
terapeutik untuk bekerjasama mencapai tujuan kesembuhan pasien. Selain itu
tidak ada tingkatan di atas atau di bawah, melainkan yang ada adalah
keseimbangan antara pemberi layanan (tenaga kefarmasian) dan penerima jasa
(pasien).

Page | 24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919


Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2002. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan


Perbekalan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas


Terbatas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009


Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang apotek. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Page | 25
LAMPIRAN

Foto Bagian Depan Klinik dan Apotek Sehati

Foto Bagian Depan Klinik dan Apotek Sehati

Page | 26
Foto Apotek dan Tata Penyimpanan Obat Apotek Sehati

Foto Kondisi Apotek Pada Saat Melakukan Wawancara dan Kunjungan

Page | 27

Anda mungkin juga menyukai