Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI
APOTEK KIMIA FARMA URIP

OLEH:

NUR ANNISA AISYAH HAMZAH 19023027


SALSABILAH NUR QALBIAH 19023026
GRACE CRISTIN RANDEN 19023031

Dosen Pembimbing: apt., Saldi Hapiwaty, S.Farm., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN APOTEK

DISETUJUI OLEH:

Koordinator PKL Pembimbing PKL

Dr. Apt. Budiman Yasir, S.Si apt. Saldi Hapiwaty, S.Farm., M.Kes
NIDN 0927039403 NIDN 0904078802

Mengetahui:
Ketua Prodi Diploma III Farmasi

apt. Asril Burhan, S.Farm.,M.Si


NIDN 0931058802

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidaya
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja lapangan (PKL) di
apotek Kimia Farma Urip dengan baik dan lancar, dimana kami telah
melakukan praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kimia Farma Urip pada
tanggal 22 Maret – 16 April 2022 dan penyusunan laporan ini merupakan
salah satu bentuk pertanggung jawaban kami terhadap pelaksanaan PKL
yang telah disepakati oleh Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar sebagai
pertanggung jawaban kami berpraktik di apotek.
Praktek lapangan ini di selenggarakan dalam rangka memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, baik dalam aspek
administrasi, perundang-undangan, manajerial, dan kefarmasian dalam
pengolahan apotek kepada mahasiswa serta meningkatkan kemampuan
dalam mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
Kami selaku penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan. Karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
dan semua pihak yang membutuhkan dalam peningkatan wawasan
keterampilan dalam pengolahan apotek.

Makassar, 19 Mei 2022

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................iv

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

I.1 Latar Belakang.....................................................................................1

I.2 Tujuan..................................................................................................2

I.3 Manfaat................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3

II.1 Pengertian Apotek..............................................................................3

II.2 Tugas dan Fungsi...............................................................................3

II.3 Ketentuan Umum dan Perundang-undangan.....................................3

II.4 Tugas dan Tanggung Jawab TTK......................................................9

BAB III........................................................................................................10

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL..............................................................10

III.1 Sejarah.............................................................................................10

III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana........................................................11

III.3 Struktur Organisasi..........................................................................13

BAB IV........................................................................................................14

KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN......................................................14

IV.1 Kegiatan PKL...................................................................................14

IV.2 Pembahasan...................................................................................14

iv
BAB V.........................................................................................................17

PENUTUP..................................................................................................17

V.1 Kesimpulan.......................................................................................17

V.2 Saran................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18

v
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, dan yang
dimaksud dengan kesehatan itu sendiri adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009). Dimana kesehatan ini merupakan bagian penting
dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
menunjang pembangunan nasional.
Apotek merupakan salah satu lahan praktek yang berkaitan erat
dengan kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek masyarakat bisa
mendapatkan pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain
itu juga diharapkan dapat melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui
obat-obat bebas atau tanpa resep dokter. Keberadaannya sangat
menunjang bagi kelangsungan kesehatan pasien. Pelayanan yang
dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan obat yaitu
perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan
penyerahan obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi
Pelayanan kefarmasian semula berfokus pada pengelolaan obat
sebagai commodity menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun seiring berjalannya
waktu dan semakin mudahnya informasi tentang obat yang diperoleh oleh
masyarakat, maka saat ini terjadi perubahan paradigma pelayanan
kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented yang mengacu
pada pharmaceutical care yang mengharuskan pharmacist untuk
meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan pasien maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya. Selain itu seorang farmasi juga harus
mengetahui mengenai sistem manajemen di apotek (KEPMENKES,
2004).

1
Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama
mengenyam pendidikan di Akademi Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai
penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian
sehingga mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di
apotek sehingga setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan
tersebut berguna bagi mahasiswa Akademi Farmasi dan memberikan
pengalaman dalam mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli Madya
Farmasi di Apotek.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan PKL ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan sehingga mahasiswa
peserta PKL mempunyai bekal untuk memasuki lapangan kerja dan
mampu bersaing
2. Mahasiswa peserta PKL dapat melihat langsung tugas tenaga
teknis kefarmasian dilapangan
3. Melihat apakah teori sesuai apa yang diberikan di lapangan
4. Mahasiswa PKL dapat mengetahui implementasi penerapan
standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan di Apotek
I.3 Manfaat
Adapun manfaat PKL ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Apakah teori yang diberikan sesuai dengan apa
yang dikerjakan langsung di lapangan.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan Sehingga peserta PKL
mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker (Depkes, 2017).
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Yang di
maksud pekerjaan kefarmasian diantaranya pengadaan obat
penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai perbekalan kefarmasian yang terdiri dari obat,
bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik. Tidak hanya
menjalankan pekerjaan kefarmasian tetapi tugas pokok dan fungsi apotek
juga harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standard 
prosedur yang telah ditetapkan (Depkes, 2002).
II.2 Tugas dan Fungsi
Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah
sebagai berikut :
1. Tempat pengabdian seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan
bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana pemyaluran pembekalan farmasi dalam menyebarkan obat-
obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
II.3 Ketentuan Umum dan Perundang-undangan
Menteri Kesehatan Republik Inonesia, mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2017 terkait
Apotek pada 30 Januari 2017 dan mulai berlaku sejak 13 Februari 2017.
PMK ini dibuat untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

3
kualitas pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, perlu penataan
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek.
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek.
4. Peraturan Pemerintan Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889
Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Penggolongan Narkotika.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Penggolongan Psikotropika.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990
tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/1993 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 2
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999
tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010
Tentang Prekursor.
13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.

4
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek
Berdasarkan pertimbangan kondisi kefarmasian dikeluarkan.
Permenkes RI No.922/Menkes/Per/X/1993 sebagai Pengganti Permenkes
RI No.244/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Kemudian, peraturan ini diperbaharui lagi menjadi
Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas
Permenkes RI No.922/Menkes/Per/X/1993, yang dikeluarkan dengan
pertimbangan bahwa kondisi kefarmasian yang salah satunya adalah
Apotek pada saat ini tidak sesuai lagi. Selanjutnya, Kepmenkes RI No.
1027/Menkes/SK/IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek dikeluarkan dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi
pelayanan kefarmasian yang berasaskan Pharmaceutical Care.
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Kepmenkes
No.1027/Menkes/SK/ IX/2004 antara lain sebagai berikut:
1. Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi
dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Alat kesehatan adalah bahan, instrumen aparatus, mesin, implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat

5
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau
untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
7. Perlengkapan Apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek.
8. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk
pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam
pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
9. Medicatio record adalah catatan pengobatan setiap pasien.
Medication error adalah kejad yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah.
10. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik
antara Apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan.
11. Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker
sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan
terapi kronis lainnya.
Peraturan terbaru yang mengatur tentang Pekerjaan Kefarmasian
adalah PP No. 51 Tahun 2009. Ketentuan yang berlaku sesuai dengan PP
No. 51 tahun 2009 pasal 1 adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.

6
3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis.
Kefarmasian.
4. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan.
5. Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
8. Fasilitas Kesehatan adalah sarana menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. yang digunakan untuk
9. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
10. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan
untuk memproduksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
11. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana
yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan
Farmasi.
12. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek
bersama.
13. Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

7
perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh Apoteker.
15. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat,
obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
16. Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi
kefarmasian secara baik.
17. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa
petunjuk operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian.
18. Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan
pelayanan kefarmasian.
19. Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada
di Indonesia.
20. Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker
di Indonesia.
21. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
22. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya
disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri
kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.
23. Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat
izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan
Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.
24. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi
dan fasilitas distribusi atau penyaluran.

8
25. Rahasia Kedokteran adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktek
kedokteran yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
26. Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang
menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 27.
Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kesehatan.
II.4 Tugas dan Tanggung Jawab TTK
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian. Dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek, apoteker dibantu atau melimpahkan
pekerjaan kefarmasian kepada Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang
terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi, ini
sesuai UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 65 ayat
(2)). TTK mempunyai wewenang untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
dibawah bimbingan dan pengawasan apoteker. Fungsi TTK sendiri
terbatas pada membantu pkerjaan kefarmasian yang menjadi tugas pokok
seorang apoteker (Wendi M. Fadhli,2022).

9
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
III.1 Sejarah
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817.
Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali
mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma
(Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan
dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger
dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama
puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan
pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan
bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-
0017895.AH.01.02 Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat
Nomor AHU-AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari serta tertuang dalam
Akta isalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18 September 2019, terjadi
perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk
menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28 Februari 2020

10
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana
Apotek Kimia Farma Urip terletak di JalanUrip Sumoharjo No.36,
Sinrijala, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia. Dimana Apotek Kimia Farma Urip memiliki tempat yang sangat
strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Apotek ini buka dari jam
08.00-23.00 WITA dan sangat mudah diakses oleh masyarakat. Sarana
dan prasarana Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik
Pelayanan Kefarmasian. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35
Tahun 2014, Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang
Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari
tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1
(satu) set komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien
2. Ruang Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan
peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara
yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air
conditioner).
3. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang
dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep

11
4. Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja
dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet,
poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir
catatan pengobatan pasien.
5. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin
mutu produk dan keamanan petugas Ruang penyimpanan harus
dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan
kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam
jangka waktu tertentu.

Adapun sarana dan prasarana yang ada yang ada di Apotek Kimia
Farma Urip yaitu:
a. Telepon
b. Toilet
c. Komputer
d. Lemari Pendingin (Kulkas)
e. Meja Racik
f. Rak Obat
g. Poli gigi
h. AC
i. Air Bersih

12
j. Ruang Tunggu Pasien/Konsumen
k. CCTV
l. Printer Scan
m. Locker Penyimpanan Uang
n. Ruang istirahat karyawan
o. Tempat parkir
p. Musholah
III.3 Struktur Organisasi

Apoteker Pengelola
Apotek (APA)

Apoteker Pendamping
(APING)

Ass. Apoteker Ass. Apoteker Ass. Apoteker

13
BAB IV
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Kegiatan PKL
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada
saat praktek kerja lapangan, khususnya untuk seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian yang bertugas untuk membantu pekerjaan apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian seperti pelayanan resep yang
meliputi mengidentifikasi resep, menyiapkan obat, meracik obat seperti
puyer, menulis etiket, menyerahkan obat kepada pasien, dan menyusun
obat berdasarkan abjad dan bentuk sediaan
IV.2 Pembahasan
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Yang di
maksud pekerjaan kefarmasian diantaranya pengadaan obat
penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai perbekalan kefarmasian yang terdiri dari obat,
bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik.
Adapun Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
di Apotek Kimia Farma Urip, yaitu:
1. Perencanaan Sediaan Farmasi
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma
Urip dilakukan setiap periode. Proses perencanaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit dan pola konsumsi Sediaan
Farmasi periode sebelumnya. Apotek menggunakan atau
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LOLPO).
2. Permintaan Sediaan Farmasi
Permintaan Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma Urip
dilakukan setiap bulan. Sumber Sediaan Farmasi dan Bahan

14
Medis Habis Pakai di apotek ini yaitu dari Dinas Kesehatan
(Gudang Farmasi). Tujuan permintaan Sediaan Farmasi yaitu
untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai di apotek sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang
telah dibuat. Permintaan di ajukan kepada Dinas Kesehatan Kota
Makassar dengan menggunakan LPLPO.
3. Penerimaan Sediaan Farmasi Setelah LPLPO di terima dan di acc
oleh Dinas Kesehatan, Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai akan di kirim ke apotek yaitu ke gudang penyimpanan yang
ada di Apotek Kimia Farma Urip. Setelah sampai di gudang
penyimpanan apotek, tenaga kefarmasian melakukan pengecekan
terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu di cek adalah kemasan, jenis
dan jumlah barang, nomor batch dan tanggal kadaluarsa apakah
sudah sesuai denga nisi dokumen LPLPO. Jika sudah sesuai,
dokumen tersebut di tanda tangani oleh apoteker penanggung
jawab.
4. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma Urip
merupakan penyimpanan kombinasi, karena sediaan ada yang
disimpan atau di susun berdasarkan abjad, berdasarkan FIFO
FEFO, berdasarkan bentuk sediaan, dan ada yang berdasarkan
farmakologis serta obat yang akan dijual bebas pada etalase
depan.
5. Pendistribusian
Ada beberapa pendistribusian di Apotek Kimia Farma Urip
diantaranya pelayanan kesehatan yang ada di dalam lingkup
puskesmas seperti Poli Umum, Poli gigi, dan Laboratorium.
Pendistribusian ke sub unit seperti Poli Umum, Poli gigi dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang di terima (floor
stock).
6. Pengendalian

15
Pengendalian Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma Urip
menggunakan kartu stok.
7. Penanganan Obat Rusak dan Expire Date
Penanganan Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma Urip
dilakukan dengan mengidentifikasi obat yang mendekati tanggal
kadaluarsa dan di tulis di buku khusus atau buku expire date.
Untuk obat yang sudah kadaluarsa biasanya di musnahkan
dengan pemusnahan sendiri. Tetapi sebelum obat yang
kadaluarsa dimusnahkan, obat yang dalam bentuk tablet di
hancurkan terlebih dahulu dan untuk yang berbentuk sirup di
buang di pembuangan limbah dan untuk pemusnahan obat
tersebut dibuatkan berita acara pemusnahan obat kadaluarsa.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Untuk pencatatan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
biasanya menggunakan kartu stok, buku bantu (mutase obat
program), register harian penggunaan obat dan catatan obat rusak
atau expire date. Sedangkan untuk pelaporan, ada laporan harian
dan laporan bulanan.

16
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan setelah melaksanakan PKL di
Apotek Kimia Farma Urip selama 1 bulan yaitu kami melakukan banyak
kegiatan seperti mengidentifikasi resep, menyiapkan obat, meracik obat
seperti puyer, salep dan kapsul, serta menulis etiket, menyerahkan obat
kepada pasien, dan menyusun obat berdasarkan abjad dan bentuk
sediaan.
Selain dalam bentuk pelayanan kami juga mengetahui bagaimana
pengelolaan sediaan farmasi di apotek baik selama dilakukannya Praktek
Kerja Lapangan ini.
V.2 Saran
Adapun saran yaitu sebaiknya lebih memperhatikan kembali stok
obat yang ada, agar jika terjadi kekosongan obat dapat diefesiensikan
dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/
MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1027/Menkes/SK/ IX/2004 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2017. PMK No.9 tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta:
Depkes RI

Fadhli, Wendi M. 2022. zTanggung Jawab Hukum Dokter dan


Apoteker atas Permintaan Tertulis oleh Dokter (Resep) kepada
Apteker dalam Pelayanan Kefarmasian. Jawa Tengah: PT. Nasya
Expanding Management.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai