Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI APOTEK GRIYA BAYU FARMA
4-7 NOVEMBER 2014

Disusun Oleh :
1. Ashabul Kahfi

312110008

2. Indra Prasetya

312110017

3. Nia Rizki R

312110033

4. Waode Insyirah

312110050

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas setelah melaksanakan praktik kerja
lapangan di apotik Bayu Griya Farma

Laporan Ini Disahkan Pada:


Hari :
Tanggal :

Kepala Program Studi Farmasi Fakultas

Koordinator

Kedokteran UNISSULA

Modul

Arifin Santoso, Msc., Apt

Nurita Pratama Sari, M.P.H.,

ii

MOTTO

Lebih baik perduli dan ramah lingkungan karena kesehatan adalah cermin
kesejahteraan.

Satu ons pencegahan sama harganya dengan dua pon penyembuhan.

Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa


penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama
dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunnya.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan.


Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang
terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan
dari pada kesenangan. (Khalil Gibran)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN
Bissmillahirrohmanirrohim

Penulis mempersembahkan Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ini kepada :


1. Bapak Arifin Santoso, Msc., Apt Selaku Kepala prodi Farmasi UNISSULA yang
telah memberikan ijin dan membina PKL ini dengan baik.

2. Seluruh staff Prodi Farmasi UNISSULA yang banyak memberi pengarahan serta
bimbingan dalam penyusunan laporan PKL ini.

3. Apoteker BAYU GRIYA FARMA dan asisten apoteker serta para staff yang telah
banyak membantu serta membimbing proses berjalannya kegiatan.

4. Teman-teman farmasi yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas


laporan ini.

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

MOTTO ..........................................................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB

I PENDAHULUAN .........................................................................
1.1

Latar Belakang ......................................................................

1.2

Dasar penulisan .....................................................................

1.3

Tujuan Praktek di apotek ......................................................

1.4

Manfaat Praktek di apotek .....................................................

BAB II GAMBARAN UMUM ..................................................................


2.1

Sejarah ....................................................................................

2.2

Visi/Misi/Motto Apotik..........................................................

2.3

Susunan Organisasi Apotik ....................................................

BAB III LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK DI APOTIK .......................


3.1

Pelaksanaan Kegiatan.............................................................

3.2

Hasil Kegiatan ........................................................................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................

4.1

Kesimpulan ............................................................................

4.2

Saran .......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan
kualitas sumber daya manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka
kualitas sumber daya manusianya perlu ditingkatkan secara terus menerus
termasuk derajat kesehatannya.
Untuk menigkatkan derajat kesehatan manusia dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukanupaya yaitu dengan
membangun saran-sarana kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
pemeritah dan masyarakat termasuk swasta secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan

sehingga

masyarakat

dapat

menikmati

pelayanan

kesehatan dengan baik dan optimal, dengan adanya pembangunan saranasarana kesehatan tersebut pemerintah dan masyarakat mampu meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat.
Apotek merupakan

salah satu sarana kesehatan yang dibutuhkan

dalam menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat


dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. ( Peraturan pemerintah
Nomor

25

tahun

1998

dan

Keputusan

Menkes

nomor

1332/MENKES/SK/X/2002).
Kegiatan magang ini merupakan kegiatan yang di programkan oleh
prodi Farmasi UNISSULA untuk memberikan kesempatan kepada para
mahasiswa untuk terjun langsung dalam mengaplikasikan teori maupun
praktek ilmu yang telah di dapatkan selama duduk di bangku perkuliahan.Juga
mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga dalam dunia kerja, sehingga
wawasan semakin bertambah dengan adanya kegiatan magang ini.

B. Dasar Penulisan
Dasar penulisan dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini
tidak terlepas

dari pihak-pihak

yang telah

ikut

membantu

dalam

menyelesaikan laporan.
Penulisan dalam makalah ini yaitu dengan cara meninjau langsung
kegiatan yang dilakukan di apotek tersebut serta dengan menganalisis terlebih
dahulu kebenaran dan keakuratan yang diperoleh, sehingga bisa disimpulkan
menjadi sebuah laporan.

C. Tujuan Praktek di Apotek


1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Apoteker di Apotek.
2. Membekali

mahasiswa

agar

memiliki

wawasan,

pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan


kefarmasian di Apotek
3. Mengetahui sistem pengelolaan obat yang meliputi pengadaan obat dan
administrasi di Apotek.
4. Mengetahui tahap-tahap pengadaan barang di Apotek, mulai dari
pemesanan, penerimaan dan penyimpanan barang di Apotek.
5. Mempelajari tata cara pelayanan obat dengan resep dokter maupun tanpa
resep dokter mulai dari penerimaan resep sampai penyerahan obat kepada
pasien.
6. Mengetahui dan mempelajari penyusunan laporan narkotika, laporan
psikotropika, laporan OGB, penyimpanan resep atau salinan resep dan
pembuatan resep.

D. Manfaat Kegiatan Praktek di Apotek


1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Apotek.

3. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi tenaga farmasis yang


profesional.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
5. Menambah wawasan mengenai dunia kefarmasian.

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Sejarah
Apotek Bayu Griya Farma resmi dibuka tanggal 19 Agustus 2010.
Awal mula tujuan dibukanya apotek ini dikarenakan banyak faktor yang
mempengaruhi. Semula, dokter yang sekarang apotek layani kebutuhan
obatnya, dr. Bambang Witjahjo, M.Kes. dalam praktek pribadi merupakan
dokter dispensing yaitu dokter memeriksa pasien sekaligus memberi obat
kepada pasien. Dengan pertimbangan inilah, muncul gagasan untuk mencoba
memperbaiki sistem pelayanan obat untuk pasien dengan membuka apotek.
Alasan lainnya adalah klinik membutuhkan instalasi farmasi untuk
memenuhi kebutuhan obatnya. Karena pada tahun 2008 dr. Bambang
Witjahjo, M.Kes. dan dr. Bayu Indah Yunita N. membuka praktek bersama
dalam Klinik Bayu Griya Medika.
Di klinik tersebut, persediaan obat injeksi, gas medis, dan obat untuk
pasien langsung dapat dilayani oleh apotek. Selain itu, dengan adanya apotek
diharapkan varian perbekalan farmasi juga semakin banyak, sehingga turut
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang komprehensif di Klinik
Bayu Griya Medika dan masyarakat sekitar kelurahan Gisikdrono.
Berawal dari ide tersebut, maka, Bayu Widya Yuni P., S.Farm., Apt.,
beserta dukungan semangat dan juga dana dari dr. Bambang Witjahjo, M.Kes,
dr. Bayu Indah Yunita N., dan dr. Dwi Nugroho Prastowo, membulatkan tekat
untuk mendirikan apotek. Usaha pendirian Apotek Bayu Griya Farma mulai
sejak bulan Mei 2010.
Tempat yang digunakan sebagai bangunan apotek dahulu adalah
garasi (carport) mobil yang tidak terpakai. Sebagai wujud dari one stop
medical serving maka lahan tersebut digunakan untuk membuka apotek agar
terintergrasi dengan klinik Bayu Griya Medika dan juga sebagai pemanfaatan
lahan yang tidak terpakai.

Kemudian dimulailah desain dan tata ruang untuk pendirian apotek


sesuai Kemenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, termasuk tersedianya ruang Konsultasi Apoteker.
Konsep yang diusung adalah, small but beautifull n effective.
Meskipun kecil, namun cantik, memenuhi aturan dan bermanfaat untuk
pelayanan kefarmasian yang komprehensif. Dan puji Tuhan, saat peninjauan
untuk memperoleh Surat Ijin Apotek (SIA) konsep tersebut dapat diterima
baik oleh IAI, Dinas Kesehatan Kota Semarang dan BPPT Kota Semarang.
Apotek Bayu Griya Farma telah beroperasional selama 4 (empat) tahun
sampai dengan tahun 2014 ini. Dan puji Tuhan, selalu dapat menjadi apotek
dengan Apoteker dan staf yang dapat diandalkan di masyarakat. Tidak hanya
produk, pelayanan yang diberikan Apotek Bayu Griya Farma lebih
menekankan patient oriented, dengan memberikan konsultasi dan edukasi
kepada pasien mengenai obat

F
A1
E
C

B1

D
B2

Keterangan :
A : Etalase OTC
A1 : Kasir dan etalase OTC
B1 : Tempat penyimpanan Obat keras sediaan Solid
B2 : Tempat peracikan dan penyimpanan obat keras sediaan semisolid dan
liquid
C : Tempat penyimpanan obat Narkotik
D : Tempat penyimpanan obat Psikotropik
E : Ruang konseling Apoteker
F : Ruang tunggu
G : Toilet
H : Tempat Parkir
B. Visi / Misi / Motto Apotik
Visi Apotek Bayu Griya Farma :
Menjadi apotek kepercayaan masyarakat Semarang Barat yang unggul
dan berkualitas dengan menjunjung tinggi kode etik kefarmasian
Misi Apotek Bayu Griya Farma :
1. Memberikan pelayanan yang berdasar pada praktek pengabdian profesi
Apoteker yang berkompeten kepada seluruh masyarakat
2. Meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat

melalui

pelayanan

kefarmasian secara cepat, tepat, teliti, dan terjangkau


3. Menjalin kemitraan dengan dokter dan profesi kesehatan lain secara
bermutu

C. Susunan Organisasi Apotek


PEMILIK SARANA APOTEK :
1. dr. R.B. Bambang Witjahjo, M.Kes.
2. dr. Bayu Indah Yunita Nindyasari
3. dr. Dwi Nugroho Prastowo
APOTEKER:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) :
Bayu Widya Yuni Pujiastuti, S.Farm., Apt.
2. Apoteker Pendamping (Aping) :
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

PENGADAAN
OBAT

PELAYANAN
OBAT

Bayu Widya
Y.P., S.Farm.,
Apt.

Apoteker dan
Asisten
Apoteker (AA)

TENAGA NON FARMASI

STOK OBAT

Apoteker dan
staf

ADMINISTRASI

KEUANGAN

PEMASARAN

Yohana
Anggraheni

Bayu Widya
Y.P., S.Farm.,
Apt.

Apoteker dan
staf

BAB III
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK DI APOTEK

A. Pelaksanaan Kegiatan
Hari / Tanggal
Selasa, 4
november 2014

Kegiatan
Mengamati Pelayanan yang dilakukan oleh staff
apotek Bayu Griya Farma
Mengamati swamedikasi
Melihat arsip resep yang ada di apotek dan belajar
membaca resep
Mengamati tempat penyimpanan obat di apotik
mulai dari obat-obat OTC, OWA, Obat
psikotropika maupun narkotika
Mengamati penerimaan dari faktur
Mengati pembukuan pendapatan apotek dalam
sehari
Melakukan pelayanan resep, pembuatan etiket dan
konseling tata cara pemakaian obat ke pasien

Rabu, 5

Mengamati pesanan dari faktur

November 2014

Melakukan pelatyananan swamedikasi


Mengamati Apoteker menulis rincian pesanan
barang di surat pesanan (SP)
Melakukan pelayanan resep, peracikan, pembuatan
etiket dan konseling ke pasien

Kamis, 6

Melayani pelayanan swamedikasi

November 2014

Menulis perincian penerimaan barang dari faktur


di buku pembukuan

Jumat, 7
November 2014

Menulis laporan data pasien yang menggunakan


obat narkotika dan psikotropika
Melakukan pelayanan kepada pasien

Penulisan kartu stok narkotika dan psikotropika


Mengamati cara penulisan laporan pelayanan dan
pengadaan OGB(obat generik berlogo) di apotek

B. Hasil Kegiatan
1. Peraturan dan Perundang-undangan kefarmasian
Permenkes 1027 tahun 2004
Permenkes No 889 th 2011
PP 51 tahun 2009
2. Pengelolaan dan Manajemen Apotek
A. Pengelolaan obat
Berdasarkan Kerja Lapangan
Pengelolaan obat di Apotek Bayu Griya Farma yaitu meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Setelah
Apoteker

memilih

PBF

yang

sesuai

yaitu

memberikan

keuntungan . Misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan


waktu pengiriman dan diskon yang diberikan sesuai, barulah
diadakan

pengadaan.

Pengadaan

dilakukan

berdasarkan

perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran


dana yang ada, setelah barang masuk dilakukan penyimpanan,
obat disimpan dalam wadah yang cocok dan memenuhi ketentuan
yang berlaku. Obat di Apotek Bayu Griya Farma disusun
berdasakan bentuk sediaan obat dan alfabetis, hal itu tentu saja
memudahkan Asisten Apoteker (AA) dalam melaksanakan tugas.
Menurut saya pengelolaan obat di Apotek Bayu Griya Farma
sudah sesuai dengan literatur yang telah ada.
Berdasarkan Teori
PENGELOLAAN OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Apoteker dapat menyerahkan Obat Keras tanpa resep
dokter kepada pasien. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No.347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib

Apotek. Adapun latar belakang dari keputusan Menteri Kesehatan


tersebut adalah :
a. Meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan
rasional.
b. Meningkatkan peran apoteker dalam KIE.
Oleh karena itu perlu ditetapkan keputusan menteri kesehatan
tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di
apotek.

Hal

ini

tercantum

919/Menkes/Per/1993

tentang

dalam
kriteria

Permenkes
obat

yang

No.
dapat

diserahkan tanpa resep, yaitu :


1. Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak dibawah
2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaan tidak memerlukan cara/alat khusus yang harus
dilakukan oleh/bantuan tenaga kesehatan.
4. Untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Memiliki

rasio

khasiat

keamanan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
Dalam keputusan ini, pelayanan OWA yang dilakukan oleh
apoteker harus memenuhi cara dan ketentuan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien
2. Membuat catatan pasien dan obat yang diberikan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakai,
kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu
diperhatikan pasien.
PENGELOLAAN NARKOTIKA dan PSIKOTROPIKA

10

Tujuan

diadakannya

pengelolaan

narkotika

dan

psikotropika adalah untuk mencegah penyalahgunaan obat


narkotika dan psikotropika. Sehingga obat-obat narkotika dan
psikotropika harus ditangani secara khusus.
1. Narkotika
Narkotika berdasarkan UU Kesehatan No. 2 tahun 1997 pasal
1, adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
a. Pengeluaran Narkotika
Narkotika hanya diberikan kepada pasien yang
membawa resep dokter. Resep yang terdapat narkotika
diberi tanda garis bawah berwarna merah kemudian
dipisahkan untuk dicatat dalam buku register narkotika.
Pencatatan meliputi tanggal, nomor resep, tanggal
pengeluaran, jumlah obat, nama pasien, alamat pasien,
dan nama dokter. Dilakukan pencatatan tersendiri untuk
masing-masing nama obat narkotika. Untuk setiap
pengeluaran narkotika dicatat dalam kartu stelling,
kemudian dicatat pada buku narkotika yang digunakan
sebagai pedoman dalam pembuatan laporan bulanan yang
dikirim ke Dinas Kesehatan Propinsi, Balai Besar POM
Propinsi, Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi dan sebagai
arsip yang dilaporkan setiap tanggal 10 tiap bulan. Untuk
setiap

penggunaan

obat

tersebut

dicatat

jumlah

pengeluaran dan sisa yang ada, jika ada perbedaan


dilakukan pengontrolan lebih lanjut. Hal ini untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan obat.

11

b. Pemusnahan Narkotika
Sesuai dengan pasal 60 dan 61 UU No. 22 tahun
1997 pemusnahan narkotika harus dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Dikarenakan obat kadaluwarsa
(2) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan untuk
pelayanan kesehatan.
Dilakukan dengan menggunakan berita acara yang
memuat:
1. Nama, jenis, sifat dan jumlah
2. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan
tahun.
3. Tanda tangan dan identitas pelaksana dan pejabat
yang menyaksikan
4. Ketentuan lebih lanjut syarat dan tata cara
pemusnahan

diatur

dengan

keputusan

mentri

kesehatan
c. Pelaporan
Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya
dikirim ke Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
kabupaten/kota dan dibuat tembusan ke Dinas Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial propinsi, Balai Besar POM dan
untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal
10 tiap bulannya. Laporan bulanan narkotika berisi nomor
urut, nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan,
pemasukan, pengeluaran, dan persediaan akhir bulan serta
keterangan. Khusus untuk penggunaan morphin, pethidin,
dan derivatnya dilaporkan dalam lembar tersendiri disertai
dengan nama dan alamat pasien serta nama dan alamat
dokter.

12

2. Psikotropika
UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika menyatakan
bahwa psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika,
baik alamiah maupun sintesa yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1997, pasal 3 tentang
Psikotropika, tujuan pengaturan di bidang psikotropika
adalah:
a) Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.
b) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropik.
c) Memberantas peredaran gelap psikotropik

1. Pengadaan
Menurut UU No.5 tahun 1997 pemesanan psikotropika
menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh
apoteker kepada PBF atau pabrik obat. Penyerahan
psikotropika oleh apoteker hanya dapat dilakukan untuk
apotek lain, Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan,
dokter dan pelayanan resep dokter.
2. Penyimpanan
Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh
peraturan

perundang-undangan.

Obat-obat

psikotropik

cenderung disalahgunakan, maka disarankan penyimpanan


obat-obat golongan psikotropika diletakan tersendiri dalam
rak atau lemari khusus.
3. Pengeluaran
Penggunan psikotropika perlu dilakukan monitoring dengan
mencatat resep-resep yang berisi psikotropika dalam buku

13

register psikotropika yang berisi nomor, nama sediaan,


satuan, persediaan awal, jumlah pemasukan, nama PBF,
nomor faktur PBF, jumlah pengeluaran, persediaan akhir,
nama pasien dan nama dokter.
4. Pemusnahan
Pemusnahan psikotropika dilakukan karena:
a. Kadaluarsa
b. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan.
c. Dilakukan dengan pembuatan berita acara yang memuat:
nama, jenis, sifat dan jumlah, keterangan tempat, jam,
hari, tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas
pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (ditunjuk
MenKes).
5. Laporan
Laporan penggunaan psikotropika dikirim kepada Dinas
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Balai Besar POM , dan
untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10
tiap bulannya. Laporan bulanan psikotropika berisi nomor
urut, nama sediaan jadi (paten), satuan, jumlah awal bulan,
pemasukan, pengeluaran, persediaan akhir bulan serta
keterangan.

PENGELOLAAN OBAT ED
Obat-obat yang rusak dan kadaluarsa merupakan kerugian bagi
apotek, oleh karenanya diperlukan pengelolaan agar jumlahnya tidak
terlalu besar. Obat-obat yang rusak akan dimusnahkan karena tidak
dapat digunakan dan tidak dapat dikembalikan lagi ke PBF.
Obat kadaluarsa yang dibeli oleh apotek dapat dikembalikan ke
PBF sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara kedua belah
pihak. Batas waktu pengembalian obat yang kadaluarsa yang

14

ditetapkan oleh PBF 3-4 bulan sebelum tanggal kadaluarsa, tetapi ada
pula yang bertepatan dengan waktu kadaluarsanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/MenKes/Per/X/1993 pasal 12 ayat (2), menyebutkan bahwa obat
dan perbekalan farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat
digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan
cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
Pada pasal 13 menyebutkan bahwa pemusnahan yang dimaksud
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti,
dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek yang
bersangkutan, disaksikan oleh petugas yang ditunjuk Kepala Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Pada pemusnahan dengan
bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap lima yang ditandatangani
oleh Apoteker Pengelola atau Apoteker Pengganti dan petugas Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Pemusnahan obat-obat
narkotika dan psikotropika yang sudah kadaluarsa dilaksanakan oleh
apoteker dengan disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan dan
sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek. Sedangkan untuk obat
non narkotika-psikotropika dilaksanakan oleh apoteker dibantu oleh
sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek.
Pekerjaan Kefarmasian Di Apotek
1. Pelayanan resep
2. Penghitungan dosis sediaan
3. Penulisan salinan resep
4. Pelayanan pembelian bebas
5. Pengecekan stok barang
6. Order barang defekta
7. Penerimaan barang datang
8. Penyimpanan barang datang

15

9. Pembayaran inkaso pembelian obat


10. Istilah-istilah dalam resep
B. Pengelolaan Resep
Berdasarkan Kerja Lapangan
Dalam pelayanan resep kepada pasien penerimaan resep
memilikin beberapa persyaratan yaitu persyaratan administratif
meliputi

skrining

resep,

kesesuaian

farmasetik

dan

pertimbangan klinis. Resep yang masuk dapat berupa racikan


dan bukan racikan, setelah Asisten Apoteker(AA) memeriksa
resep, menghargai resep barulah dilakukan pengambilan obat
dan peracikan, obat yang diracik harus sesuai dengan prosedur,
yaitu memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat setelah itu
baru dilakukan penulisan etiket yang benar. Kemasan obat juga
harus rapi dan dilakukan penyesuaian antara obat dan resep.
Tahapan terakhir Asisten Apoteker (AA) harus memberikan
informasi obat yang benar, jelas dan mudah dimengerti.
Kesimpulannya yaitu sistem pegelolaan resep di apotek Bayu
Griya Farma sudah cukup baik.
C. Administrasi
Administrasi di Apotek Bayu Griya Farma ditangani oleh
karyawan-karyawan

yang

bertanggung

jawab.

Dengan

menggunakan peralatan seadanya dan belum menggunakan


komputer. Tetapi hal itu tidak menjadi penghambat kegiatan
administrasi di apotek.
Buku-buku Administrasi yang ada di apotek Bayu griya farma
meliputi :
1. Buku pencatatan penjualan

Buku penjualan resep

Buku penjualan obat bebas/ bebas terbatas

Buku penjualan obat keras tanpa resep

Kartu stok narkotika

16

Kartu stok psikotropika

Buku pencatatan pasien narkotika

Buku pencatatan pasien psikotropika

2. Buku catatan pembelian

Buku pembelian dengan faktur

Buku pembelian dengan faktur


Untuk mencatat pembelian obat dari distributor (PBF)
dengan faktur pada buku hijau besar
Yang dicatat : no urut pencatatan, tanggal barang
datang, nama pbf, no faktur, nama sediaan, jumlah
besar sediaan, jumlah terkecil dijual sediaan, harga asal
(tanpa ppn), harga hna (dengan ppn 10%), kondisi
diskon, margin penjualan, harga jual apotek, total
nominal di faktur, no batch produksi, tanggal
kadaluwarsa
PBF : pedagang besar farmasi (istilah suplier atau
distributor di bidang farmasi)
HNA : harga netto apotek (harga dengan ppn 10%)
Pencatatan sesuai dengan faktur dan barang yang
diterima.

jika

ada

kesalahan

pengiriman,

maka

kesalahan tidak dicatat di buku ini


Setelah dicatat dan ditempel harga serta kode no urut
pembelian, barang langsung ditata di etalase maupun
gudang
3. Buku kas harian

Digunakan untuk mencatat jumlah modal dan pendapatan


harian di buku kecil merah

Ditulis pendapatan apotek setiap tutup pelayanan (p1, p2


dan s)

Rincian penulisan : pendapatan resep, otc, keras, total


pendapatan tiap pelayanan

17

Uang diambil sesuai total pendapatan tiap pelayanan dan


dimasukkan ke kantong yang tersedia

Lalu modal dihitung kembali harus sesuai dengan modal


awal

Jika ada lebih atau kurang modal harus dicatat dan


ditelusur penyebab lebih/ kurang tersebut

Kelebihan/ kekurangan modal menjadi tanggung jawab


staf yang bertugas saat pelayanan tersebut

4. Buku defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat sediaan yang


jumlahnya sudah pada limit minimal stok atau bahkan
habis dan harus di order kembali

Yang dicatat : nama obat lengkap dengan dosis dan bentuk


sediaan

Jika ada pasien pesan obat tertentu wajib ditulis juga


dibuku ini beserta jumlah obat yang dibutuhkan. lalu data
pasien dicatat di buku memo (buku biru kecil)

5. Buku memo apotek

Merupakan buku kecil biru yang digunakan untuk mencatat:


a. Nama dan no hp sales dari pbf (jika pergantian sales
baru)
b. Nama dan no hp/telp pasien jika ada yang pesan obat
tertentu
c. Info-info lain dari sales/ medrep terkait program apotek,
program diskon, ataupun info produk baru yang harus
diinfo ke apoteker/ dokter jika apoteker tidak ditempat
d. Info

mengenai

obat

yang

belum

diambil,

kekurangan obat untuk pasien.


-

Informasi apapun dicatat di buku ini, dan wajib


didelegasikan setiap oper shift ke rekan jaga selanjutnya

18

atau

6. Buku lain-lain

Buku untuk mencatat hasil pemeriksaan darah pasien (buku


ini wajib diisi jika ada pasien yang menghendaki cek darah
untuk mengetahui prognosis kondisi kesehatan pasien dari
waktu ke waktu)

Buku catatan kadaluwarsa (selanjutnya dibantu dengan


program billing)

Pengertian Dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Apotek
Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,
penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu
mengutamakan

kepentingan

masyarakat

dan

berkewajiban

menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang


bermutu baik dan keabsahannya terjamin.Apotek dapat diusahakan oleh
lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di
pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan
apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku
Dinas Kesehatan setempat.

19

Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Setiap profesi harus disertifikasi
secara resmi oleh lembaga keprofesian untuk tujuan diakuinya keahlian
pekerjaan keprofesiannya dan proses ini sering dikenal dengankompetensi
Apoteker. Kompetensi Apoteker menurut International Pharmaceutical
Federation (IPF) adalah kemauan individu farmasis untuk melakukan
praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta
mematuhi standar profesi dan etik kefarmasian.
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri


Kesehatan No. 992/Menkes/per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola
Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin
Kerja (SIK). Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi
Apoteker

Pengelola

Apotek

berdasarkan

Permenkes

RI

No.

922/Menkes/Per/X/1993 adalah:
a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) atau surat penugasan dari Menteri
Kesehatan.
d. Memenuhi

syarat-syarat

kesehatan

fisik

dan

mental

untuk

melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.


e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi
Apoteker Pengelola di apotek lain.
Selain APA dikenal pula Apoteker Pendamping dan Apoteker
Pengganti.Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di samping

20

APA dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek
sedangkan apabila APA karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan
tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti.
Peranan dan Fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Peranan dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di antaranya:
b. Membuat visi dan misi.
c. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
d. Membuat

dan

menetapkan

peraturan

atau

Standar

Prosedur

Operasional (SPO) pada setiap fungsi kegiatan di apotek.


e. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja
pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
f. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil
kinerja operasional dan kinerja keuangan apotek.
Wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya:
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
b. Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan
c. Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh.
Kompetensi Apoteker
Kompetensi adalah kemampuan manusia yang merupakan
sejumlah karakteristik, baik berupa bakat, motif, sikap, keterampilan,
pengetahuan, perilaku yang membuat seorang pegawai berhasil dalam
pekerjaannya. Dengan kata lain, yang dapat membedakan pegawai yang
memiliki kinerja rata-rata dengan pegawai yang memiliki kinerja unggul
(kinerja lebih baik) dengan secara efektif membantu dan membedakan
kinerja dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
Dari kompetensi serta peraturan perundang-undangan yang
telah disebutkan sebelumnya, Apoteker di apotek memiliki 3 (tiga)
peranan, terutama yang berkaitan langsung dengan pasien, yaitu sebagai
profesional, manager, dan retailer.

21

A. Peranan Apoteker Sebagai Profesional


Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan
pharmaceutical care di apotek.Adapun standar pelayanan kefarmasian di
apotek telah diatur melalui S urat K ep ut u sa n Me nt eri K es eh at a n
R ep ubl i k In do n esi a Nom or 1027/Menkes/SK/I X/2004.
Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:
1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker.
4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, terutama pada BAB III, bahwa
pelayanan kefarmasian meliputi:
1. Pelayanan Resep
a. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
1) Persyaratan Administratif :
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
- Nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang minta
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan

kepada dokter penulis resep dengan memberikan

22

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu


menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah.Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur
tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.
2) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan
yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep.Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas
dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya
meliputi: dosis, efek farmakologi, carapemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

23

penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan


lainnya.Untuk

penderita

penyakit

tertentu

seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis


lainnya

apoteker

harus

memberikan

konseling secara

berkelanjutan.
7) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk
pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma,
dan penyakit kronis lainnya.
2. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan
edukasi apabila

masyarakat

ingin

mengobati

diri

sendiri

(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat


yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam
promosi

dan

edukasi.

Apoteker

ikut

membantu

diseminasiinformasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur,


poster, penyuluhan, dan lain-lain.
3. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lanjut usiadan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
B. Peranan Apoteker Sebagai Manager
Manajemen

secara

formal

diartikan

sebagai

perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian, terhadap penggunaan


sumber daya untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen adalah untuk :
1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan.

24

3. Mencapai efisiensi dan efektivitas.


Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance)
manajemen adalah efisiensi dan efektivitas.Efisiensi adalah
kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar,
merupakan konsep matematika, atau merupakan perhitungan ratio
antara keluaran (output) dan masukan (input).Seorang manajer
dikatakan efisien adalah seseorang yang mencapai keluaran yang
lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding masukanmasukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu) yang digunakan.
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Manajer yang efektif adalah manajer yang dapat memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk
mencapai tujuan.
Berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, pada BAB II, bahwa


pengelolaan sumber daya di apotek meliputi:
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola
oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan
apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan:
a. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
b. Mengambil keputusan yang tepat.
c. Mampu berkomunikasi antar profesi.
d.

Menempatkan

diri

sebagai

pimpinan

dalam

multidisipliner.
e. Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
f. Selalu belajar sepanjang karier.
g. Membantu memberi pendidikan.
h. Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

25

situasi

2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Apoteker di apotek berperan dalam mengelola dan menjamin bahwa:
a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali
oleh masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota
masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal
ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk
serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan obat.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah
oleh Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus
bebas dari hewan pengerat dan serangga.Apotek memiliki suplai
listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
g. Apotek harus memiliki:
1) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2) Tempat untuk menyediakan informasi bagi pasien,
termasuk penempatan brosur/ materi informasi.
3) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang
dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk
menyimpan catatan medikasi pasien.
4) Ruang racikan.
5) Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia
untuk staf maupun pasien.
6) Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan
rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang
tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan

26

cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi


ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan
pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expire First Out).
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi
perlu diperhatikan:
1) Pola penyakit
2) Kemampuan masyarakat
3) Budaya masyarakat
b. Pengadaan
Untuk

menjamin

kualitas

pelayanan

kefarmasian

maka

pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi


sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Penyimpanan
1) Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah.
2) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
3) Wadah sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa.
4) Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai,
layak dan menjamin kestabilan bahan.

4. Administrasi

27

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu


dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:
a.

Administrasi

Umum:

pencatatan,

pengarsipan,

pelaporan

narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan


yang berlaku.
b. Administrasi Pelayanan: pengarsipan resep, pengarsipan
catatan

pengobatan

pasien,

pengarsipan

hasil

monitoring

penggunaan obat.
C. Peranan Apoteker Sebagai Retailer
Apotek merupakan tempat pengabdian profesi kefarmasian.
Namun tidak dapat dipungkiri di sisi lain bahwa apotek adalah salah
satu model badan usaha retail, yang tidak jauh berbeda dengan badan
usaha retail lainnya. Apotek sebagai badan usaha retail, bertujuan
untuk menjual komoditinya, dalam hal ini obat dan alat kesehatan,
sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan profit. Profit memang
bukanlah tujuan utama dan satu-satunya dari tugas keprofesian
apoteker, tetapi tanpa profit apotek sebagai badan usaha retail tidak
dapat bertahan.
Oleh karena itu, segala usaha untuk meningkatkan profit perlu
dilaksanakan, di antaranya mencapai kepuasan pelanggan.Pelanggan
merupakan sumber profit.Oleh karena itu, sebagai seorang retailer
berkewajiban mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan pelanggan,
menstimulasi kebutuhan pelanggan agar menjadi permintaan, dan
memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi harapan
pelanggan.
Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri


Kesehatan No. 992/Menkes/Per/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek Menteri Kesehatan, pasal 6, dinyatakan
bahwa :

28

1. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang


bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama
dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi.
Berdasarkan peraturan tersebut, terutama ayat 2 dan 3, membuka
peluang bagi apotek untuk melakukan kegiatan usaha di luar sediaan
farmasi.Oleh karena begitu besarnya peluang, dan kelonggaran regulasi
yang ada, apotek memiliki keleluasan dalam menjalankan perannya
sebagai salah satu badan usaha retail.
Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek seyogyanya menjalan
peran memainkan peranannya sebagai retailer, terutama bagi Apoteker
Pengelola Apotek yang full management.Kompetensi minimal mengenai
marketing dan strateginya, akan menjadi nilai tambah bagi Apoteker
Pengelola Apotek, dalam memimpin suatu apotek. Pengaturan sarana
dan prasarana yang menunjang juga sangat menentukan keputusan
pelanggan untuk membeli, seperti pajangan yang menarik, layout apotek,
merchandising, pelayanan yang hangat dan ramah, dan lain
sebagainya.
Fungsi dan Tugas Apoteker Sesuai dengan Kompetensi Apoteker
diApotek menurut WHO (World Health Organization)
Kompetensi Apoteker menurut WHO dikenal dengan Eight Stars
Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien,
memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan
lainnya.

29

2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya


mampu mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu
mengambil keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai
contoh ketika pasien tidak mampu membeli obat yang ada dalam resep
maka Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter atau pasien untuk
pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau..
3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik
dengan pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga
profesional kesehatan lainnya).
4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di
apotek. Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang
terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai
dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen
SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup
apotek.
5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam
hal pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga
kerja dan administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus
mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam
menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali
ilmu pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan
keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.
7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing
bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau
menekuni profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu
saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.
8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian
guna mengembangkan ilmu kefarmasiannya.

30

Fungsi

dan

Tugas

Apoteker

Sesuai

Dengan

Kompetensi

Apoteker Indonesia di Apotek menurut APTFI (Asosiasi


Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia)
Kompetensi Apoteker menurut APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi
Farmasi Indonesia) adalah:
A. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
Kompetensi

yang

diharapkan

adalah

Apoteker

mampu

melaksanakan pengelolaan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


B. Pelayanan Obat dan Perbekalan kesehatan Lainnya
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu memberikan
pelayanan obat/untuk penderita secara profesional dengan jaminan
bahwa obat yang diberikan kepada penderita akan tepat, aman, dan
efektif. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan obat bebas dan
pelayanan obat dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung oleh
apotek.
C. Pelayanan Konsultasi, Informasi, dan Edukasi
Kompetensi yang diharapkan adalah apoteker mampu melaksanakan
fungsi pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi yang berkaitan dengan
obat dan perbekalan kesehatan lainnya kepada penderita, tenaga
kesehatan lain atau pihak lain yang membutuhkan.
Tujuan konsultasi obat terhadap pasien adalah (Siregar, 2004) :
a. Menciptakan

hubungan

yang

baik

dengan

penderita

sehingga mempermudah proses pengobatan.


b. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai sejarah
pengobatan penderita.
c. Memberikan pendidikan pada penderita mengenai cara penggunaan
obat yang benar.
d. Memberi dukungan dan keyakinan pada penderita mengenai
proses pengobatan yang dijalankan.
Edukasi dan konseling yang dilakukan Apoteker merupakan
bagian dari pharmaceutical care dengan tujuan untuk meningkatkan

31

hasil terapi.Edukasi terhadap pasien berhubungan dengan suatu tingkat


dari

perubahan

perilaku

pasien.Kegagalan

pengobatan

dapat

disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah kurangnya edukasi


yang berkaitan dengan terapi sampai pada hambatan financial
yang menghalangi pengadaan obat. Tujuan edukasi obat adalah agar
pasien akan mengetahui betul tentang obatnya, meningkatkan
kepatuhan pasien, pasien lebih teliti dalam menggunakan dan
menyimpan obat, pasien mengerti akan obat yang diresepkan dan
akhirnya menghasilkan respon pengobatan yang lebih baik.
D. Pencatatan dan Pelaporan
Kompetensi yang diharapkan adalah Apoteker mampu
melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Apoteker bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan di apotek
termasuk pencatatan, administrasi pembelian, penjualan, pelaporan
keuangan dan laporan penggunaan narkotika/psikotropika
(Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta, 2001).
E. Partisipasi Monitoring Obat
Kompetensi

yang

diharapkan

adalah

Apoteker

mampu

berpartisipasi aktif dalam program monitoring keamanan


penggunaan

obat.Apoteker

berpartisipasi

dalam

program

monitoring obat terutama monitoring reaksi obat merugikan (ROM).


F. Partisipasi Promosi Kesehatan
Kompetensi

yang

diharapkan

adalah

Apoteker

mampu

berpartisipasi secara aktif dalam program kesehatan di masyarakat


lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan obat.
G. Fungsi/Tugas Lain (terkait dengan pengelolaan keuangan, Sumber
Daya Manusia)
Kompetensi

yang

diharapkan

adalah

Apoteker

mampu

melaksanakan tugas dan fungsi lain sebagai pimpinan di apotek,

32

seperti pengelolaan keuangan yang salah satunya terkait dengan target


yang ingin dicapai apotek, dan sumber daya manusia yang bertujuan
untuk mendukung program yang dilaksanakan di apotek serta
terlaksananya

pelayanan

yang

berkualitas

terhadap

pasien.

Pengembangan apotek dapat dilakukan dengan tujuan memperluas


dunia usaha serta pelayanan kepada masyarakat.
3. Perpajakan
Pada suatu badan usaha apotek, perpajakan merupakan suatu
masalah yang penting dalam menjalankan suatu usaha.Hal ini di karenakan
adanya sanksi apabila tidak memenuhi kewajiban untuk membayar
pajak.Nomor pokok wajib pajak (NPWP) mutlak diperlukan dalam
pendirian apotek. Ketika seorang APA akan mencari NPWP, ia
sebelumnya harus memperoleh izin tempat usaha, aru bisa memperoleh
surat izin Usaha perdagangan (SIUP) dan NPWP. Setelah mendapatkannya
maka perusahaan wajib membayar pajak dan melapor tiap bulannya ke
kantor pajak. Di apotek Bayu Griya menghitung Pph 46 dari pendapatan
kotor selama sebulan.

33

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Seorang Apoteker memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berasaskan
pharmaceutical care di apotek.
2.

Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL), dapat membina


mahasiswa untuk lebih siap menjadi tenaga kerja kesehatan yang
memiliki wawasan, pengetahuan,keterampilan dan pengalaman praktis
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Dengan adanya program Praktek Kerja Lapangan dapat menambah


pengetahuan mahasiswa tentang pengelolaan perbekalan farmasi seperti :
pengadaan barang, pemesanan, penerimaaan dan penyimpanan obat di
apotek.
4. Dengan adanya Praktek kerja lapangan ini, mahasiswa akhirnya mampu
melakukan pelayanan obat dari resep dokter maupun non resep mulai dari
penerimaan sampai penyerahan obat ke pasien.
5. Dengan adanya Praktek kerja Lapangan ini mahasiswa akhirnya megetahui
tentang penyusunan laporan psikotropika, laporan OGB,penyimpanan
resep,salinan resep dan pembuatan resep.
B. Saran
1. Hendaklah pihak prodi farmasi memberikan arahan/gambaran yang lebih
khusus tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai sewaktu ingin
dilaksanakannya PKL agar sewaktu PKL dapat menjadi lebih efektif dan
efisien.
2. Hendaklah

lebih

diperhatikannya

kegiatan

yang

dilakukan

oleh

mahasiswa didalam melaksanakan PKL dan mengevaluasi sesering


mungkin.
3. Sebagai tenaga kesehatan yang baik hendaknya dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan.

34

4. Hendaklah untuk generasi yang akan datang, pihak prodi farmasi


memberikan estimasi waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaan PKL,
agar mahasiswa dapat lebih memahami ilmu yang di dapat dari praktek
kerja lapangan.
5. Hendaklah generasi yang akan datang lebih memahami isi dari laporan,
sehingga dapat terus meningkatkan mutu dari setiap generasi ke ganerasi.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan, Dalam


laporan kerja lapangan ini, penulis berharap ini semua dapat bermanfaat.

35

LAMPIRAN
I.

PENEMPATAN OBAT DI GRIYA BAYU FARMA


Golongan obat keras, Generik-Non Generik

Golongan obat Narkotik dan Psikotropik

36

Golongan obat OTC

37

II.

CONTOH SURAT PESANAN(SP) OBAT


SP obat Prekursor

SP obat Narkotik

38

III.

Contoh KARTU STOK


Obat Narkotik

39

Anda mungkin juga menyukai