Anda di halaman 1dari 56

OLEH :

Muhammad Ecky Biondi, M.S.Farm., Apt


PENDAHULUAN
Sediaan adalah hasil pencampuran atau
formulasi bahan obat, dasar dan bahan
pembantu menjadi bentuk yang telah dirancang
sebelumnya sehingga dapat menghasilkan kerja
obat.
Farmasetika dasar adalah pengetahuan
dasar yang diperlukan dalam menyiapkan
sediaan-sediaan farmasi dan sekaligus
merupakan dasar dari teknologi farmasi.
BAHAN PENAMBAH
Pemilihan bahan penambah sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
 Bentuk sediaan yang diinginkan
 Tujuan pengobatan
 Jenis dan sifat bahan obat
 Penampilan yang diinginkan
 Harga
 stabilitas
DEFINISI DAN ISTILAH-ISTILAH
OBAT
 Obat adalah bahan atau paduan bahan yang berasal dari
alam, sintesis atau mineral yang digunakan untuk
diagnosis, memperbaiki, menyembuhkan penyakit atau
kelainan tubuh atau bagian tubuh manusia atau hewan,
termasuk promosi kesehatan.
 Obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan atau kontrasepsi.
 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral
sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
 Obat generik adalah obat yang penamaannya
sesuai dengan nama resmi yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia (FI) atau Internasional Non
Property Names ( INN).
 Obat paten adalah obat yang nama trades names
yang penamaannya sesuai dengan keinginan
pabrikan.
Obat Palsu
 Diproduksi oleh yang tidak
berhak berdasarkan
peraturan Perundangan-
undangan yang berlaku
 Obat yang tidak terdaftar
 Obat yang zat khasiatnya
menyimpang 20 % dari kadar
yang ditetapkan.
 Sediaan farmasi adalah obat, bahan
obat, obat tradisional dan kosmetika
 Perbekalan farmasi adalah obat, bahan
obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan
dan kosmetika
 Obat wajib apotik adalah obat keras
tertentu yang dapat diserahkan kepada
penderita tanpa resep dokter, pada
waktu penyerahan disertai dengan
informasi yang lengkap.
PENGGOLONGAN OBAT
Obat berdasarkan tujuan pemakaiannya dapat
digolongkan dalam tiga macam yaitu :
 Obat bersifat Profilaksis
 Obat yang bersifat Terapeutik (kuratif)
 Obat yang digunakan untuk Promotip
Sedangkan berdasarkan cara atau jenis
pemakaiannya digolongkan dalam dua jenis yaitu :
 Obat dalam
 Obat luar
Penggolongan obat yang lain dimaksudkan
untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
serta pengamanan distribusi terdiri dari:
 Obat bebas
 Obat bebas terbatas
 Obat wajib Apotik
 Obat keras
 Psikotropika
 Narkotika
KELARUTAN
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah
kelarutan pada suhu 20˚C (FI III) atau 25 ˚ (FI IV). Pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 ml
zat cair dalam sejumlah ml pelarut.

ISTILAH KELARUTAN
Sangat mudah larut < 1 bagian
Mudah larut 1 - 10 bagian
Larut 10 - 30 bagian
Agak sukar larut 30 -100 bagian
Sukar larut 100 -1.000 bagian
Sangat sukar larut 1.000 -bagian
Praktis tidak larut >10.000 bagian
Persen dinyatakan dengan 4
cara yaitu :
 b/b % adalah persen bobot perbobot yaitu jumlah g
zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir (larutan atau
campuran)
 b/v % adalah persen bobot pervolume yaitu jumlah g
zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir (air atau
pelarut lain)
 v/b % adalah persen volume perbobot, yaitu jumlah
ml zat dalam 100 g dengan bahan atau hasil akhir.
 v/v % adalah persen volume pervolume, yaitu jumlah
ml zat dalam 100 ml dengan bahan atau air.
WADAH
Wadah berdasarkan kualitasnya yaitu :
 wadah tertutup baik, harus dapat melindungi
isinya terhadap pemasukan bahan padat dari luar
& mencegah kehilangan isi waktu pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan dalam kondisi
normal.
 Wadah tertutup kedap, harus mencegah
menembusnya udara atau gas pada waktu
pengurusan, pengangkutan, penyimpanan dan
penjualan dalam kondisi normal.
PENYIMPANAN OBAT
Obat yang mudah menguap
atau terurai harus disimpan
dalam wadah tertutup
rapat. Obat yang mudah
menyerap lembab atau CO2
harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan
berisi kapur klor atau zat
lain yang cocok.
SUHU PENYIMPANAN
Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 ˚C.
lemari pendingin suhunya antara 2˚C dan
8˚C. lemari pembeku suhunya antara -20˚C
dan -10 ˚C.
Sejuk adalah suhu antara 8˚C dan 15 ˚C bila
perlu disimpan dalam lemari pendingin.
Suhu kamar antara 15˚C dan 30˚C
Hangat adalah suhu antara 30˚C dan 40˚C
Panas berlebih adalah suhu diatas 40 ˚C
CARA PENIMBANGAN
Ketentuan dalam Farmakope mengenai
berat adalah gram sedangkan volume dalam
millimeter (ml). selain itu juga ukuran-ukuran
yang digunakan berdasarkan alat yang
digunakan dalam mengkonsumsi obat yaitu
dengan menggunakan ukuran yang biasa
digunakan dalam rumah tangga, misalnya :
 Sendok teh 5 ml
 Sendok makan 15 ml
 Gelas anggur 60 ml
KOMBINASI OBAT
Kombinasi obat bukan hanya dilakukan oleh
Dokter, industri farmasi pun melakukan hal yang
sama, sehingga suatu obat dalam formula
kombinasi mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
 Obat pokok (Remidia cardinale)
 Obat yang membantu kerja obat pokok (Remidia
adjuvansia)
 Obat yang memperbaiki penampilan/ kerja obat
pokok (Remidia corrogensia)
 Bahan tambahan lain (Remidia constituent)
Langkah-langkah Pengobatan
langkah-langkah pengobatan haruslah
berpedoman pada peresepan yang rasional
yang dikenal dengan istilah 5T yakni :
 Tepat indikasi
 Tepat obat
 Tepat dosis dan cara pemberian
 Tepat bentuk sediaan yang dipilih
 Tepat penderita
Interaksi Obat
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat adalah :
 Faktor fisika kimia
Faktor fisika kimia yaitu adanya ketidak bercampuran
yang terjadi (Incompatibility) baik itu dari segi
Farmaseutika, kimia maupun biologi.
 Faktor farmakodinamik
Faktor Farmakodinamika adalah mengenai aksi fisiologi
dan biokimia obat serta mekanisme kerja obat.
 Mekanisme Farmakologi
Sedangkan berdasarkan mekanisme
farmakologi maka akan timbul beberapa
interaksi yaitu :
 Interaksi obat dengan reseptor
 Interaksi metabolit dan reseptor
RESEP
Resep adalah suatu permintaan
tertulis dari Dokter, Dokter gigi
dan Dokter hewan kepada
Apoteker untuk menyediakan
obat dan menyerahkan kepada
penderita.
Menurut undang-undang yang
dibolehkan menulis resep ialah
Dokter umum, Dokter
spesialis, Dokter gigi dan
Dokter hewan. Bagi Dokter
umum dan Dokter spesialis
tidak ada pembatasan mengenai
jenis obat yang boleh diberikan
kepada penderitanya.
Bagi Dokter gigi ada pembatasan,
yaitu Dokter gigi hanya
menuliskan resep berupa jenis
obat yang berhubungan dengan
penyakit gigi. Juga bagi Dokter
hewan ada pembatasan, tetapi
bukan terletak pada jenis obatnya
melainkan pada penderitanya,
Dokter hewan hanya dapat
menuliskan resep untuk
keperluan hewan semata-mata.
Resep yang baik adalah resep yang jelas dapat dibaca, resep
harus memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh SK MENDIKES RI
No. 26 Menkes/Per/1981, bab III, pasal 10, yang memuat :
1. Nama, alamat, No surat ijin praktek Dokter.
2. Tempat dan tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
4. Nama setiap obat / komponen resep (dengan bentuk sediaan obat,
dosis, jumlah dan petunjuk pemakaian).
5. Tanda tangan / paraf Dokter, alamat rumah yang jelas untuk obat
narkotika.
6. Tanda seru / paraf Dokter, pada obat yang melebihi dosis
maksimum.
7. Nama penderita.
Bagian –bagian dari R/
a. Inscriptio (Identitas Dokter penulisan
resep, SIP, alamat kota, tanggal, tanda R/.
b. Praescriptio (Inti resep, terdiri dari nama
obat, BSO, dosis obat dan jumlah obat).
c. Signatura, tanda yang harus ditulis di etiket
obat (nama pasien dan petunjuk
pemakaian).
d. Subscription, tanda tangan/ paraf Dokter.
Untuk penderita yang segera memerlukan
obatnya, Dokter menulis dibagian kiri atas resep :
Cito, Urgent = segera, P.IM – periculum in mora =
berbahaya bila ditunda. Maka resep ini harus
dilayani lebih dahulu.
Bila Dokter menginginkan resepnya diulang
maka Dokter akan menulis tanda ” Iter” pada
resepnya, tetapi bila tidak ingin resepnya yang
mengandung obat keras tanpa sepengetahuannya
diulang, Dokter akan menulis tanda NI = Ne
iteretur = tidak boleh diulang.
RESEP NARKOTIKA
Resep Narkotika adalah resep yang
komposisinya mengandung obat yang
tergolong dalam narkotika menurut
peraturan perundang-undangan.
Contoh obat narkotika yang sering
ada di Apotek dan rumah sakit
adalah Codein, Doveri, injeksi
pethidin dsb.
Resep yang mengandung obat narkotika
maka resep tersebut selain harus memenuhi
aturan di atas juga harus memenuhi hal-hal di
bawah ini :
 Tidak boleh ada iterasi (ulangan).
 Nama pasien harus ditulis tidak boleh m.i =
mihi ipsi = untuk dipakai sendiri.
 Alamat pasien harus ditulis lengkap.
 Aturan pakai signa yang jelas, tidak boleh
ditulis sudah tahu pakai (usus cognitus)
 Alamat tempat tinggal Dokter jelas yang
menulis resep.
PENYIMPANAN RESEP
Cara menangani resep yang telah dikerjakan adalah :
 Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan
tanggal dan nomor penerimaan / pembuatan resep.
 Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari
resep yang lainnya, tandai garis merah di bawah nama
obatnya.
 Resep yang telah disimpan selama 3 tahun dapat
dimusnahkan dan cara pemusnahannya adalah dengan
cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.
 Pemusnahannya dilakukan oleh Apoteker pengelola
bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas
Apotek (tenaga teknis kefarmasian).
Pada pemusnahan resep harus dibuatkan berita
acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang
telah ditentukan dalam rangkap empat dan
ditandatangani oleh Apoteker pengelolah Apotek
dan seorang petugas Apotek yang ikut
memusnahkan.
Berita acara pemusnahan ini harus disebutkan :
Hari dan tanggal pemusnahan
Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram
Etiket
Etiket dibagi dalam 2 macam
yaitu, berwarna putih untuk obat
dalam, yaitu obat yang digunakan
melalui mulut masuk ke
kerongkongan dan seterusnya ke
perut dan warna biru untuk obat
luar, yaitu obat yang digunakan
selain dari obat dalam.
Pada etiket harus dicantumkan :
1. Nama, alamat dalam nomor Telepon Apotek.
2. Nama dan No SIK Apoteker pengelolah Apotek.
3. Nomor dan Tanggal Pembuatan Resep.
4. Nama pasien.
5. Aturan pemakaian.

 Aturan lain : Bila dipakai untuk obat luar harus


diberi tanda obat luar.
 Tanda kocok dahulu untuk larutan atau suspensi
dan sebagainya.
SALINAN RESEP
Salinan resep atau copi resep adalah salinan tertulis
dari suatu resep. Istilah lainnya dari kopi resep adalah
apographum. Salinan resep harus ditandatangani oleh
Apotek. Salinan resep selain memuat semua keterangan
yang termuat dalam resep asli harus memuat pula :
Nama dan alamat Apotek
Nama dan No.SIK APA
Tanda tangan / paraf APA
Tanda nedet = obat yang belum diserahkan, Det = obat
yang sudah diserahkan
Nomor resep dan tanggal pembuatan resep
Pembuatan Resep
Yang berhak membuat resep adalah Apoteker dan
Asisten Apoteker dibawah pengawasan Apoteker.
Apoteker harus menyerahkan obat kepada
penderita sesuai yang diminta oleh Dokter yang
tertulis diresep. Apabila Apoteker menganggap
dalam resep tersebut terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus
memberitahukan kepada Dokter penulis resep. Bila
Dokter penulis resep menganggap bahwa apa yang
ditulisnya sudah tepat, maka tanggungjawab
sepenuhnya dilimpahkan kepada Dokter.
Continue…
Bila Dokter tidak dapat dihubungi dalam
resep yang dianggap dapat
membahayakan jiwa penderita, maka
penyerahan obat dapat ditunda. Resep
yang tidak dapat dibaca secara jelas
atau tidak lengkap, maka Apoteker
berkewajiban menanyakan kepada
Dokter penulis resep (permenkes No.
26/Menkes /per/11/1981).
Dokter tidak boleh memberikan
obat sendiri langsung kepada pasien
pada daerah yang telah ada Apotek.
Dokter hanya boleh memberikan obat
jika pertolongan segera diperlukan
(pada pertolongan pertama), sedang
obat yang diperlukan tidak segera
dapat diperoleh. Pengecualian ini
diperoleh hanya pada kunjungan
pertama dari Dokter.
Bagi dokter yang belum
mempunyai Apotek, Dokter
diberi ijin untuk mengadakan
persediaan obat-obat
secukupnya untuk memenuhi
prakteknya sendiri. (SK Menkes
33148/Kap/176/1962).
Singkatan latin
Ada beberapa singkatan latin yang sering digunakan dalam
resep diantaranya:
 Angka
1 = Unus,unum,uno
2 = Duo
3 = Tris/Tria
4 = Quattuor
5 = Qinque
6 = Sex
7 = Septem
8 = Octo
9 = Novem
10 = Desem
Waktu Makan Atau Minum Obat

a.c = Ante Coenam = Sebelum makan


p.c = Post Coenam = Sesudah makan
d.c = Durante Coenam = Sedang makan
m = Mane = Pagi hari
Vesp = Vespere = Malam hari
m et v = Mane et Vespere = Pagi dan malam hari
noct = Nocte = Pada tengah malam
Jumlah yang diberikan
 aa = ana = Dari masing-masing
 aa.p.aeq = Ana Partea Aeguales = Dari masing-masing
sama
 d.i.d = da in dimido = serahkan 12 jumlahnya
 d.i.2.pl = da in duplo = serahkan 2X jumlahnya
 d.i.3.pl = da in triplo = serahkan 3X jumlahnya
 d.i.4.pl = da in quadruplo = serahkan 4X jumlahnya
 d.i.5.pl = da in quintuplo = serahkan 5X
jumlahnya
 Iter = iteretur = Ulanglah
 Iter 2X = Iteretur bis = supaya diulang 2X
 Iter 3X = Iteretur tres = supaya diulang 3X
Lain-lain
 Ad. = adde = Sampai
 Ad 1 vic. = ad unam vices = Harus diminum sekali habis
 Ad 2 vic. = ad duas vices = Harus diminum dua kali habis
 a.u.prop. ( u.p ) = ad usum proprium = Untuk pemakaian sendiri
 a.u.v. = ad usum veterinarium =Untuk pengobatan hewan
 apograph = apographum = Salinan
 aq. Dest = aqua destillata = Air suling
 aq. Bidest = aqua bidestillata = Air yang disuling 2 X
 aq. Bull = aqua billiens = Air mendidih
 aq. Cal. = aqua callida = Air panas
 aq. Coct = aqua cocta = Air masak
 da = Serahkanlah
 d.t.d = da tales doses = Serahkan dengan dosis sebanyak
 m.f = misce fac = Campur dan buatlah
 haust. = haustus = Minum sekali habis
 i.m.m = in manus medici = Dalam tangan dokter
 q.s = quantum satis = Secukupnya
 R/ = recipe = Ambillah
 r.p = recentum paratus = Dibuat segar
 det = detur = Sudah diserahkan
 nedet = nedetur = Belum diserahkan
 Pcc = pro copie conform = Sesuai dengan aslinya
Tempat yang diobati

 a.u.e = ad usum externum = Untuk pemakaian luar


 a.u.i = ad unum internum = Untuk pemakaian dalam
 pon.Aur = pone aurem = dibelakang telinga
 Aur = auris = Telinga
 Aur dextr./ sin = auris dextra / sinistra = Telinga kanan / kiri
 Ocul. = Uculus = Mata
 Oc.d.et.S(ods) = Uculus dextra et sinistra = Mata kanan / kiri
 Ad. Nuch = ad nucham = Ditengkuk
 Subc = subtanea = di bawah kulit
 Abd = abdomen = perut
 Man = manus = Tangan
 Dors = dorsum = Punggung
Aturan Pakai
 S = Signa = Tandai
 o.h.c = Omni Hora Cochlear= Tiap jam……..sendok makan
 o.b.h.c = Omni bihorio cochlear = Tiap 2 jam …. Sendok makan
 o.h.caps.I = Omni hora capsul unum = Tiap jam 1 kapsul I
 o.m.et.pulv.I = Omni mane et vespere pulveres unum
 = Tiap pagi dan malam 1 bungkus
 s.dd.cth.I = Signa de die cochlear theae unum
 = Satu kali sehari 1 sendok teh
 p.defaec = Post defaeecationnem = Sesudah buang air
besar
 p.desurin = Post desurinationnem = Sesudah buang air
kecil
 s.a.s = si necesse sit = Jika perlu
 s.n.e = Si necesse est = Jika perlu
 s.o.s = si opussit = Jika perlu
 p.r.n = pro renata= jika perlu
 a.u.c = ad usum cognitum = Cara pakai diketahui
Peringatan
 n. i( ne iter) =ne iterur =jangan diulang
 agit =agita =kocoklah
 cit =cito =Segera
 citiss =citissime =Sangat segera
 stat =statin =Segera,saat ini juga
 rep. =reperur =Ulanglah
 iter. =iterur = Ulanglah

 Epith. = epithema =Obat kompres
 Garg. = gargarisma =Obat kumur
 Gutt. = guttae =Tetes
 Gutt. Aur = guttae auriculares=Tetes telinga
 Gutt. nas = guttae nasal =Tetes hidung
 Gutt. ophth = guttae opthalmicae =Tetes mata
 Linim = Linimentum = Obat gosok
 Lit.or = Litus oris =Cairan untuk ulas mulut
 Lot. = lotio = cairan gosok
 Liq. = liquor = Cairan
 Pulv = pulveres = serbuk bagi
 Pulv. Adsp. = pulvis adspersorius = serbuk tabor
 Pil = pilulae = pil
 Pot. = potio = Obat minum
 Pot.Eff. = potio effervesecens = Obat minum
 Pastill = pastillae = Pastilus
 Sir. = sirupus =Sirup
 Sol. = solution = Larutan
 Supp. = suppositorium = pil sisip
 Troch. = trochisci = Kue
 Tab = tabulae = Tablet
 Ung. = unguentum = Salep
 Lain-lain
 Ad. = adde = Sampai
 Ad 1 vic. = ad unam vices = harus diminum sekali habis
 Ad 2 vic. = ad duas vices = harus diminum dua kali habis
 a.u.prop. (up) = ad usum proprium = Untuk pemekaian sendiri
 a.u.v = ad usum veterinarium = Untuk pengobatan hewan
 apograph = apographum = Salinan
 aq. Dest = aqua destillata = Air suling
 aq. Bidest = aqua bidestillata = Air yang disuling 2X
 aq. Dest = aqua billiens = Air mendidih
 s
 aq. Cal. = aqua callida = Air panas
 aq. Coct = aqua cocta = Air masak
 da = serahkanlah
 d.t.d = da tales doces = serahkanlah dengan dosis sebanyak
 m.f = misce fac = Campur dan buatlah
 haust. =haustus = minum sekali habis
 i.m.m = in manus medici= Dalam tangan dokter
 q.s = quantum satis = secukupnya
 R/ = Rrecipe = Ambillah
 r.p = recentur paratus= dibuat segar
 det = detur = Sudah diserahkan
 nedet = nedetur = Belum diserahkan
 Pcc = pro copie conform = sesuai aslinya
DOSIS OBAT
 Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada pasien yang dapat menimbulkan
efek.
 Ada beberapa macam dosis yaitu :
 Dosis minimum adalah jumlah minimum obat yang masih dapat menimbulkan efek.
 Dosis lazim adalah jumlah obat yang sering digunakan dan merupakan dosis terapi.
 Dosis toksik adalah jumlah obat yang diberikan yang jika diberikan dapat menimbulkan
efek toksik
 Dosis letal adalah jumlah obat yang bila diberikan dapat menimbulkan kematian.
 Disis maksimum adalah jumlah obat yang dapat diberikan tanpa menimbulkan efek
toksik. Pada lampiran farmakope Indonesia terdapat daftar dosis maksimum. Dokter
yang menulis resep tidak terikat akan DM. obat yang tercantum, bilamana dianggapnya
perlu, dapat melebihi DM. untuk memberitahukan kepada apoteker bahwa dokter
dengan sengaja melebihi DM suatu obat, maka dibelakang angka atau jumlah obat yang
dituliskan diberi tanda seru(!) dengan disertai paraf. Obat keras yang mempunyai DM,
bila diberikan pada anak, harus diperhitubgkan sendiri, untuk itu dipergunakan berbagai
rumus yang ada.
Ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi dosis yaitu :
 USIA
Pada anak-anak yang baru lahir, kepekaannya
terhadap obat sangatlah besar hal ini disebabkan Karena
fungsi hati dan ginjalnya belum sempurna, begitu pula
system enzim belum berkembang dengan lengkap.
Parameter-parameter yang membedakan respon tubuh
terhadap obat pada anak-anak adalah :
Pola ADME ( absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi)
Perbedaan absorbsi oleh karena perbedaan relative dari
kepadatan sel
Perbedaan distribusi oleh karena persentase
cairan ekstraseluler dan cairan tubuh total
relative lebih tinggi.
Perbedaan ekskresi oleh karena glomerulus
atau tubuh belum berkembang sempurna.
Sensitifitas intrisik yang berlainnan
terhadap bahan obat
Redistribusi dari zat-zat endogen
USIA LANJUT
Sirkulasi darah yang kurang lancar
Fungsi hati dan ginjal mengalami penurunan,
sehingga eliminasi obat sangat lambat.
Kurangnya albumin darah sehingga pengikatan
obat berkurang yang menyebabkan banyaknya
obat bebas dan akibatnya dapat menimbulkan
keracunan akibat over dosis.
Bobot Badan
Bobot badan berpengaruh terhadap
dosis obat terutama untuk anak – anak yang
mempunyai masalah dengan berat badan.
 Bayi yang tidak sesuai umur dan berat badan
 Luas permukaan
 Jenis kelamin
 Beratnya penyakit
Perhitungan Dosis
Ada beberapa cara menghitung dosis yaitu :
1. Rumus Young : n/n+12 x DM
2. Rumus Dilling : n/20 x DM
3. Rumus Bastedo : n+3/30 x DM
4. Rumus Dilling : n+1/24 x DM
5. Rumus Young : m/150 x DM
Keterangan :
n = Umur dalam tahun
m = Umur dalam bulan
W = Bobot dalam kg
DM = Dosis maksimal dewasa
Contoh
R/ Atropin sulfas 2,5 mg
Belladonna extraktum 100 mg
Lactosum qs
m.f pulv NoX
s t d d pulv 1
pro : tn Amir

DM Atropin sulfas = 1 mg / 3 mg
DM Belladona extract = 20 mg / 80 mg
Perhitungan dosis maksimal atropine sulfas :
1xP : 1/10 x 2,5 mg = 0,25 mg < 1 mg
Sehari : 3 x 0,25 mg = 0,75 mg < 3 mg

Perhitungan dosis maksimal Extrak Belladona :


1xP : 1/10 x 100 mg = 10 mg < 20 mg
Sehari : 3 x 10 mg = 30 mg < 80 mg
Karena Atropin sulfas dan Extrak Belladona
mempunyai khasiat yang sama, sehingga DMnya
merupakan kombinasi yang searah, maka DMnya juga
harus dihitung dosis rangkapnya sehari, dengan rumus
sebagai berikut :
Rumus Young : Dosis A/DM A +Dosis B/DM B ≤ 1
jadi:
1xP : 1x0,25/1 + 1x10/20 = 0,75 < 1
3x1 : 3x0,25/3 + 3x10/80 = 0,625 < 1
Beberapa catatan dalam perhitungan
dosis anak :
1. Berdasarkan perbandingan umur anak dengan umur
orang dewasa sering kali tidak tepat, karena anak
dengan umur yang sama dapat memberikan variasi
berat badan atau luas permukaan tubuh yang berarti.
2. Berdasarkan perbandingan berat badan anak dengan
orang dewasa, tidak dapat diperlakukan untuk semua
jenis obat, terutama obat-obat yang bagi anak sensitiv
(narkotika), berarti dosisnya lebih rendah dan
sebaiknya untuk obat-obat yang lebih tahan (Atropin,
Belladona, Phenobarbital).
3. Berdasarkan perbandingan LPT anak dengan LPT
orang dewasa kecuali untuk neonatus dan bayi dapat
dipakai untuk kebanyakan obat, karena sebagian obat
didistribusikan sekurang-kurangnya dalam cairan
ekstraseluler. Problem yang sering kali terjadi adalah
bagaimana menghitung LPT anak secara akurat
Serbuk
Serbuk adalah campuran obat atau bahan kimia
yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering (FI III).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat
yang diserbukkan (FN). Serbuk diracik dengan cara
mencampur bahan obat satu-persatu, sedikit demi
sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya
sedikit kemudian diayak, biasanya menggunakan
pengayak 60 dan dicampur lagi, jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak
no.44. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah
tersebut tidak dapat dihitung harus dilakukan
pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.

Anda mungkin juga menyukai