ISTILAH KELARUTAN
Sangat mudah larut < 1 bagian
Mudah larut 1 - 10 bagian
Larut 10 - 30 bagian
Agak sukar larut 30 -100 bagian
Sukar larut 100 -1.000 bagian
Sangat sukar larut 1.000 -bagian
Praktis tidak larut >10.000 bagian
Persen dinyatakan dengan 4
cara yaitu :
b/b % adalah persen bobot perbobot yaitu jumlah g
zat dalam 100 g bahan atau hasil akhir (larutan atau
campuran)
b/v % adalah persen bobot pervolume yaitu jumlah g
zat dalam 100 ml bahan atau hasil akhir (air atau
pelarut lain)
v/b % adalah persen volume perbobot, yaitu jumlah
ml zat dalam 100 g dengan bahan atau hasil akhir.
v/v % adalah persen volume pervolume, yaitu jumlah
ml zat dalam 100 ml dengan bahan atau air.
WADAH
Wadah berdasarkan kualitasnya yaitu :
wadah tertutup baik, harus dapat melindungi
isinya terhadap pemasukan bahan padat dari luar
& mencegah kehilangan isi waktu pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan dalam kondisi
normal.
Wadah tertutup kedap, harus mencegah
menembusnya udara atau gas pada waktu
pengurusan, pengangkutan, penyimpanan dan
penjualan dalam kondisi normal.
PENYIMPANAN OBAT
Obat yang mudah menguap
atau terurai harus disimpan
dalam wadah tertutup
rapat. Obat yang mudah
menyerap lembab atau CO2
harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan
berisi kapur klor atau zat
lain yang cocok.
SUHU PENYIMPANAN
Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 ˚C.
lemari pendingin suhunya antara 2˚C dan
8˚C. lemari pembeku suhunya antara -20˚C
dan -10 ˚C.
Sejuk adalah suhu antara 8˚C dan 15 ˚C bila
perlu disimpan dalam lemari pendingin.
Suhu kamar antara 15˚C dan 30˚C
Hangat adalah suhu antara 30˚C dan 40˚C
Panas berlebih adalah suhu diatas 40 ˚C
CARA PENIMBANGAN
Ketentuan dalam Farmakope mengenai
berat adalah gram sedangkan volume dalam
millimeter (ml). selain itu juga ukuran-ukuran
yang digunakan berdasarkan alat yang
digunakan dalam mengkonsumsi obat yaitu
dengan menggunakan ukuran yang biasa
digunakan dalam rumah tangga, misalnya :
Sendok teh 5 ml
Sendok makan 15 ml
Gelas anggur 60 ml
KOMBINASI OBAT
Kombinasi obat bukan hanya dilakukan oleh
Dokter, industri farmasi pun melakukan hal yang
sama, sehingga suatu obat dalam formula
kombinasi mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
Obat pokok (Remidia cardinale)
Obat yang membantu kerja obat pokok (Remidia
adjuvansia)
Obat yang memperbaiki penampilan/ kerja obat
pokok (Remidia corrogensia)
Bahan tambahan lain (Remidia constituent)
Langkah-langkah Pengobatan
langkah-langkah pengobatan haruslah
berpedoman pada peresepan yang rasional
yang dikenal dengan istilah 5T yakni :
Tepat indikasi
Tepat obat
Tepat dosis dan cara pemberian
Tepat bentuk sediaan yang dipilih
Tepat penderita
Interaksi Obat
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat adalah :
Faktor fisika kimia
Faktor fisika kimia yaitu adanya ketidak bercampuran
yang terjadi (Incompatibility) baik itu dari segi
Farmaseutika, kimia maupun biologi.
Faktor farmakodinamik
Faktor Farmakodinamika adalah mengenai aksi fisiologi
dan biokimia obat serta mekanisme kerja obat.
Mekanisme Farmakologi
Sedangkan berdasarkan mekanisme
farmakologi maka akan timbul beberapa
interaksi yaitu :
Interaksi obat dengan reseptor
Interaksi metabolit dan reseptor
RESEP
Resep adalah suatu permintaan
tertulis dari Dokter, Dokter gigi
dan Dokter hewan kepada
Apoteker untuk menyediakan
obat dan menyerahkan kepada
penderita.
Menurut undang-undang yang
dibolehkan menulis resep ialah
Dokter umum, Dokter
spesialis, Dokter gigi dan
Dokter hewan. Bagi Dokter
umum dan Dokter spesialis
tidak ada pembatasan mengenai
jenis obat yang boleh diberikan
kepada penderitanya.
Bagi Dokter gigi ada pembatasan,
yaitu Dokter gigi hanya
menuliskan resep berupa jenis
obat yang berhubungan dengan
penyakit gigi. Juga bagi Dokter
hewan ada pembatasan, tetapi
bukan terletak pada jenis obatnya
melainkan pada penderitanya,
Dokter hewan hanya dapat
menuliskan resep untuk
keperluan hewan semata-mata.
Resep yang baik adalah resep yang jelas dapat dibaca, resep
harus memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh SK MENDIKES RI
No. 26 Menkes/Per/1981, bab III, pasal 10, yang memuat :
1. Nama, alamat, No surat ijin praktek Dokter.
2. Tempat dan tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
4. Nama setiap obat / komponen resep (dengan bentuk sediaan obat,
dosis, jumlah dan petunjuk pemakaian).
5. Tanda tangan / paraf Dokter, alamat rumah yang jelas untuk obat
narkotika.
6. Tanda seru / paraf Dokter, pada obat yang melebihi dosis
maksimum.
7. Nama penderita.
Bagian –bagian dari R/
a. Inscriptio (Identitas Dokter penulisan
resep, SIP, alamat kota, tanggal, tanda R/.
b. Praescriptio (Inti resep, terdiri dari nama
obat, BSO, dosis obat dan jumlah obat).
c. Signatura, tanda yang harus ditulis di etiket
obat (nama pasien dan petunjuk
pemakaian).
d. Subscription, tanda tangan/ paraf Dokter.
Untuk penderita yang segera memerlukan
obatnya, Dokter menulis dibagian kiri atas resep :
Cito, Urgent = segera, P.IM – periculum in mora =
berbahaya bila ditunda. Maka resep ini harus
dilayani lebih dahulu.
Bila Dokter menginginkan resepnya diulang
maka Dokter akan menulis tanda ” Iter” pada
resepnya, tetapi bila tidak ingin resepnya yang
mengandung obat keras tanpa sepengetahuannya
diulang, Dokter akan menulis tanda NI = Ne
iteretur = tidak boleh diulang.
RESEP NARKOTIKA
Resep Narkotika adalah resep yang
komposisinya mengandung obat yang
tergolong dalam narkotika menurut
peraturan perundang-undangan.
Contoh obat narkotika yang sering
ada di Apotek dan rumah sakit
adalah Codein, Doveri, injeksi
pethidin dsb.
Resep yang mengandung obat narkotika
maka resep tersebut selain harus memenuhi
aturan di atas juga harus memenuhi hal-hal di
bawah ini :
Tidak boleh ada iterasi (ulangan).
Nama pasien harus ditulis tidak boleh m.i =
mihi ipsi = untuk dipakai sendiri.
Alamat pasien harus ditulis lengkap.
Aturan pakai signa yang jelas, tidak boleh
ditulis sudah tahu pakai (usus cognitus)
Alamat tempat tinggal Dokter jelas yang
menulis resep.
PENYIMPANAN RESEP
Cara menangani resep yang telah dikerjakan adalah :
Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan
tanggal dan nomor penerimaan / pembuatan resep.
Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari
resep yang lainnya, tandai garis merah di bawah nama
obatnya.
Resep yang telah disimpan selama 3 tahun dapat
dimusnahkan dan cara pemusnahannya adalah dengan
cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.
Pemusnahannya dilakukan oleh Apoteker pengelola
bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas
Apotek (tenaga teknis kefarmasian).
Pada pemusnahan resep harus dibuatkan berita
acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang
telah ditentukan dalam rangkap empat dan
ditandatangani oleh Apoteker pengelolah Apotek
dan seorang petugas Apotek yang ikut
memusnahkan.
Berita acara pemusnahan ini harus disebutkan :
Hari dan tanggal pemusnahan
Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep
Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram
Etiket
Etiket dibagi dalam 2 macam
yaitu, berwarna putih untuk obat
dalam, yaitu obat yang digunakan
melalui mulut masuk ke
kerongkongan dan seterusnya ke
perut dan warna biru untuk obat
luar, yaitu obat yang digunakan
selain dari obat dalam.
Pada etiket harus dicantumkan :
1. Nama, alamat dalam nomor Telepon Apotek.
2. Nama dan No SIK Apoteker pengelolah Apotek.
3. Nomor dan Tanggal Pembuatan Resep.
4. Nama pasien.
5. Aturan pemakaian.
DM Atropin sulfas = 1 mg / 3 mg
DM Belladona extract = 20 mg / 80 mg
Perhitungan dosis maksimal atropine sulfas :
1xP : 1/10 x 2,5 mg = 0,25 mg < 1 mg
Sehari : 3 x 0,25 mg = 0,75 mg < 3 mg