Anda di halaman 1dari 3

A.

LASA
LASA atau merupakan kepanjangan dari Look Alike Sound Alike atau (Nama Obat Rupa
dan ucapan Mirip/NORUM) adalah obat yang memiliki kemasan yang terlihat mirip atau
obat yang memiliki nama yang terdengar mirip. Obat yang terindikasi
merupakan LASA harus menjadi perhatian khusus terutama pada saat dispensing obat
karena bisa saja terjadi kesalahan dalam pengambilan obat yang dapat berakibat fatal bagi
pasien. Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, peningkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu
aspek yang sangat penting. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.

Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien


Rumah Sakit, Look Alike Sound Alike masuk ke dalam obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Contoh Obat LASA :
1. AMLODIPINE 5 MG
2. AMLODIPINE 10 MG
3. CARDACE 5 MG
4. CARDACE 2,5 MG
5. DIVASK 10 MG
6. DIVASK 5 MG

B. HIGH ALERT
High Alert Medications atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obatan yang
memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi /
membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis,
interval, dan pemilihannya) dan pengelolaan yang kurang tepat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di RS, mengharuskan RS untuk mengembangkan kebijakan
pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan khususnya obat yang perlu diwaspadai
(high alert medications). Obat ini sering menyebabkan kesalahan serius dan dapat
menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan.
Contoh Obat High Alert :
1. CPG
2. ASPILETS
3. ASCARDIA 80 MG
4. CEDOCARD
5. SIMCLOVIX
6. THTOMBO ASPILET

C. PREKURSOR
Prekursor adalah zat atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan
narkotika dan psikotropika, prekursor tersebut berguna untuk Industri farmasi,
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Prekursor
Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,pseudoephedrine,
norephedrine/pheny lpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat
(permenkes No.3 tahun 2015).

Prekursor di Indonesia peredarannya diawasi oleh pemerintah untuk terjadinya


penyimpangan. prekursor tersebut hanya boleh di ekspor oleh ekportir tertentu dan
diimpor oleh importir tertentu setelah diberikan rekomendasi oleh POLRI dan BNN.
sedangkan untuk industri dapat dilakukan ekspor-impor setelah mendapatkan
rekomendasi dari Industri agro dan kimia (IAK). Peredaran prekursor tersebut kalau di
Indonesia di awasi oleh beberapa instansi antara lain: POLRI , BNN , Bea cukai, Badan
POM , Departemen perindustrian dan perdagangan dan Departemen kesehatan. prekursor
tersebut digunakan untuk keperluan proses produksi industri dan kalau dilakukan
penyimpangan maka dapat digunakan untuk membuat narkotika dan psikotropika. pada
saat sekarang ini telah terjadi penyalahgunaan prekursor tersebut yaitu untuk membuat
narkotika dan psikotropika. Pengawasan Prekursor di atur dalam: Undang-undang nomor
35 tahun 2009 tentang narkotika Peraturan menteri perdagangan nomor 647 tahun 2004
tentang import prekursor Peraturan menteri kesehatan nomor 168 tahun 2005 tentang
prekursor untuk industri farmasi.
Contoh prekusor yang diawasi oleh pemerintah antara lain:
1. Potassium permanganate
2. Acetate anhydride
3. Ephedrine
4. Pseudo ephedrine
5. Norephedine
6. Ergometrine

Anda mungkin juga menyukai