Anda di halaman 1dari 21

No Kode DAR2/Profesional/582/001/2018

PENDALAMAN MATERI FARMASI

MODUL 001: PELAYANAN RESEP

Dr. Wahyu Widyaningsih, M.Si., Apt.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
1 Modul 001 | Pelayanan Resep
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 1

I. PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3

II. KEGIATAN BELAJAR 1: PELAYANAN RESEP ....................................................................... 3

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ........................................................................................ 3

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................................................. 4

C. Pokok-Pokok Materi ................................................................................................................... 4

D. Rangkuman ............................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 21

2 Modul 001 | Pelayanan Resep


PELAYANAN RESEP

I. PENDAHULUAN
Modul ini berisi tentang konsep farmasetika, farmakologi obat
dan manajemen farmasi dalam pelayanan resep. Tujuan pembuatan
modul ini adalah membantu peserta untuk memahami konsep
farmasetika, farmakologi obat dan manajemen farmasi dalam pelayanan
resep sesuai dengan dengan etik dan aspek legal yang berlaku. Modul ini
merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya yang membahas tentang
pengelolaan sediaan farmasi dan alkes serta peraturan perundang-
undangan kefarmasian.

Modul ini bermanfaat bagi peserta agar:

1. Menguasai konsep farmakologi farmasetika, farmakologi obat dan


manajemen farmasi dalam pelayanan resep
2. Mampu melakukan pelayanan resep sesuai dengan dengan etik dan
aspek legal yang berlaku.

Agar tujuan modul ini dapat tercapai peserta didik diharapkan membaca,
memahami materi dan melakukan tugas sesuai petunjuk pada modul.

II. KEGIATAN BELAJAR 1: PELAYANAN RESEP

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Peserta mampu menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi,
farmakognosi, dan management farmasi serta etika, hukum dan standar
pelayanan farmasi sebagai landasan dalam pembuatan sediaan farmasi,
distribusi perbekalan farmasi dan memberikan pelayanan kefarmasian yang
berkonsep “Patient Safety”

3 Modul 001 | Pelayanan Resep


B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Peserta mampu mendefinisikan resep dan melakukan skrining resep
2. Peserta mampu menyebutkan komponen resep dan salinan resep,
melayani resep dan membuat salinan resep
3. Peserta mampu memahami arti bahasa latin dalam penulisan resep
4. Peserta mampu melakukan perhitungan dosis obat
5. Peserta mampu meracik resep obat dengan baik seperti pada pulvis dan
pulveres
6. Peserta menjelaskan permasalahan inkompatibilitas pada obat-obatan
7. Peserta mampu membuat etiket obat dengan baik dan benar
8. Peserta mampu menyerahkan obat dengan memberikan informasi yang
tepat terkait penggunaan obat kepada pasien
9. Peserta mampu melakukan prosedur penyimpanan resep dan salinan
resep
10. Peserta mampu menjelaskan prosedur pemusnahan resep
11. Peserta mampu menjelaskan prosedur pelayanan resep dan
mendokumentasikan resep narkotika dan psikotropika
12. Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan terkait pemalsuan resep
obat

C. Pokok-Pokok Materi
Pelayanan resep merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru di SMK farmasi. Untuk dapat melayani resep harus
mempunyai pemahaman konsep teoritis farmasetika, farmakologi,
farmakognosi, dan management farmasi serta etika, hukum dan standar
pelayanan farmasi sebagai landasan dalam pembuatan sediaan farmasi,
distribusi perbekalan farmasi dan memberikan pelayanan kefarmasian yang
berkonsep “Patient Safety”. Untuk mengetahui apa dan bagaimana
pelayanan resep, mari kita pelajari bersama materi berikut ini :

4 Modul 001 | Pelayanan Resep


1) Definisi Dan Skrining Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Skrining resep atau biasa dikenal dengan pengkajian resep merupakan


kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian
administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Tujuannya untuk
menjamin keamanan dan kemanjuran dari obat dalam resep ketika digunakan
pasien serta memaksimalkan tujuan terapi.

Skrining administratif:

1. Informasi pasien berupa nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan,
alamat)
2. Informasi dokter penulis resep berupa nama dokter, nomor surat izin
praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf)
3. Tanggal penulisan resep

Skrining farmasetik :

1. Bentuk dan kekuatan sediaan


2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)

Skrining klinis :

1. Ketepatan indikasi dan dosis obat


2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. Duplikasi dan atau polifarmasi
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)

5 Modul 001 | Pelayanan Resep


5. Kontra indikasi
6. Interaksi

2) Komponen Resep Dan Salinan Resep

Materi 1, menjelaskan tentang definisi dan bagaimana skrining resep yang

baik. Sekarang peserta akan mempelajari komponen resep dan salinan resep

dalam pelayanan kefarmasian agar dapat melakukan skring administratif resep

dan salinan resep dengan benar.

Resep lengkap memuat hal hal :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter

2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)

4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordinatio)

5. Cara pembuatan untuk obat racikan

6. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

7. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio)

8. Nama pasien dan umur pasien, untuk pasien dewasa dapat menggunakan
singkatan Tn (tuan, untuk pasien pria) atau Ny (nyonya, untuk pasien
wanita)

9. Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
maksimum

6 Modul 001 | Pelayanan Resep


Contoh resep :

dr. Supriyadi
SIP. No. 228/K/84
Jl. Kapas
Yogyakarta
Telp. 123456789

Yogyakarta, 07-04-2018
R/ Sumagesic mg 150
m.f.pulv.dtd.No XV
s.4.dd.pulv I

R/ Acyclovir cr tube II
s.4.dd.ue

R/ Imunped Syr btl I


s.1.dd.cth 1/2
Paraf/ttd dokter
Pro : An. Syafa
Jl. Sisingamangaraja Yogyakarta

Salinan resep adalah semua keterangan yang termuat dalam resep asli
dituliskan dalam form salinan resep, yang juga harus memuat hal hal berikut :

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
3. Tandatangan atau paraf apoteker
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, dan atau tanda nedet
(ne detur) untuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan
Ketentuan lain salinan resep :

1. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dapat
dilakukan oleh apoteker pendamping, asisten apoteker kepala dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan)
2. Resep/salinan resep harus dirahasiakan
3. Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
7 Modul 001 | Pelayanan Resep
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Contoh salinan resep:
dr. Intan Shabrina, A., Sp.PD
SIP : 160408/DKS/2015
Alamat : Jl. Prof Soepomo Janturan
Telp : (0274) 563515

Yogyakarta, 07-04-2018
Iter 2x
R/ Aspilet 80 mg No. XXX
s 1 dd 1 tablet
------------------------------------------- det X
R/ Captopril 12,5 mg No. XXX
s 2 dd 1 tablet a.c
------------------------------------------- det orig R/
R/ Lasix 10 mg No. XX
s 1 dd 1 tablet o.m
------------------------------------------- nedet
R/ KSR 600 mg No. LX
s 3 dd 1 tablet
------------------------------------------- did
Pro : Tn. Ahmad
Umur : 55 tahun
Alamat : Kotagede Yk

3) Bahasa Latin Dalam Resep

Materi 1 dan 2 telah memberikan konsep umum dan contoh nyata terkait
resep dan salinan resep. Materi berikut, akan memberikan penjelasan secara
lebih mendalam tentang berbagai singkatan bahasa latin yang sering
digunakan dalam resep beserta artinya.

Alasan penggunaan bahasa latin dalam resep :

1. Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam ilmu medis


(kedokteran dan farmasi)
2. Bahasa latin merupakan bahasa yang mati, artinya tidak digunakan dalam
percakapan sehari-hari sehingga tidak berkembang dengan pembentukan
kosa kata baru
3. Dengan menggunakan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme pengertian
bahan/zat yang dimaksud dalam resep

8 Modul 001 | Pelayanan Resep


4. Menjaga kerahasiaan dalam hal tertentu karena faktor psikologis pada
penderita yang sebaiknya tidak perlu mengetahui bahan obat apa yang
diberikan kepadanya
Penggunaan bahasa latin dalam resep berkaitan dengan :
1. Aturan pakai (diawali dengan signa/s)
a. s.d.d / 1.d.d = semel de die ( 1x sehari)
b. b.d.d / 2.d.d = bis de die (2x sehari)
c. t.d.d / 3.d.d = ter de die (3x sehari)
2. Takaran/jumlah/satuan
a. C = cochlear (sendok makan, 15 ml)
b. Cp = cochlear pultis (sendok bubur, 8 ml)
c. cth = cochlear theae (sendok teh, 5 ml)
d. gtt = guttae (tetes)
3. Perintah pembuatan
a. m.f = misce fac (campur, buatlah)
b. d.i.d = da in dimidio (berikan setengahnya)
c. dtd = da tales doses (berikan dengan takaran sebanyak itu)
d. s = signa (tandai)
e. q.s = quantum satis (secukupnya)
f. aa = anna (masing-masing)
g. add = adde (tambahkan)
h. iter = iteratio (pengulangan)
i. R/ = recipe (ambillah)
j. ad = ad (sampai)
k. pro = pronum (untuk)
l. pcc = pro copy conform (sesuai dengan aslinya)
m. det = detur (sudah diberikan)
n. nedet = ne detur (belum diberikan)
4. Keterangan waktu
a. a.c = ante coenam (sebelum makan)

9 Modul 001 | Pelayanan Resep


b. p.c = post coenam (setelah makan)
c. d.c = durante coena (sewaktu makan)
d. m.et.v = mane et vespere (pagi dan malam)
e. o.m = omni mane (tiap pagi)
f. o.n = omni nicte (tiap malam)
5. Keterangan tempat penggunaan
a. ad.aur = ad aurem (pada telinga)
b. Oc = oculus (mata)
c. o.d = oculus dexter (mata kanan)
d. o.s = oculus sinister (mata kiri)
e. u.e = usus externus
f. u.p = usus propius (dipakai sendiri)
g. u.v = usus veterinarius (pemakaian untuk hewan)
6. Istilah bahan obat atau bentuk sediaan
a. collut = colutio (obat cuci mulut)
b. collun = collunarium (obat semprot hidung)
c. cream = cremor (krim)
d. epith = epithema (obat kompres)
e. extr. = extractum (ekstrak)
f. garg = gargarisma (obat kumur)
g. gtt = guttae (obat tetes)
h. gtt aur = guttae aericulares (obat tetes telinga)
i. gtt ophth = guttae ophthalmicae (obat tetes mata)
j. supp = suppositorium (supositoria)
k. tint = tinctura
l. troch = trochiscus (tablet hisap)
m. ungt = unguentum (salep)
n. oculent = oculenta (salep mata)

4) Perhitungan Dosis Obat

10 Modul 001 | Pelayanan Resep


Bagaimana langkah-langkah dalam mengitung dosis obat? Pendalaman materi
tentang perhitungan dosis obat terdapat dalam pendalama Sumber Belajar e-
learning berikutnya yang ada dalam e-learning Modul ini.

1. Berdasarkan Umur

a. Rumus Young (untuk anak-anak <8 tahun)

n = umur dalam tahun

b. Rumus Dilling (untuk anak-anak ≥8 tahun)

n = umur dalam tahun

c. Rumus Fried (untuk bayi)

n = umur dalam tahun

2. Berdasarkan Berat Badan

Rumus Thermich

n = berat badan dalam kilogram

5) Pembuatan Resep (Pulvis/Pulveres)

11 Modul 001 | Pelayanan Resep


Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi
sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak,
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk
mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44. Jika jumlah obat
kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus dilakukan
pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.

Serbuk berdasarkan cara pemberiannya dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pulvis / serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dan bebas dari
butiran kasar serta biasanya dimaksudkan untuk obat luar.

2. Pulveres / serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk
sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah
meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas
yang mengandung lilin, kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
Contoh resep pulvis :

Dr. Ida Ayu


SIP. 921/101/2010
Jalan Veteran 56 Yogyakarta

No. 001 tgl 09/04/2018

R/ Acid Salicylic 2
Talcum ad 20
\ Ol. Menthae pip 2 gtt
m.d.s.pulvs.adspers
S. u. e

pro : Tn. Bambang


umur : Dewasa
alamat : Jln Cendana 18
Perhitungan Bahan:
Acid Salicylic = 2 gram

12 Modul 001 | Pelayanan Resep


Talcum = 20 gram - 2 gram
= 18 gram
Ol. menth pip = 2 tetes

Cara membuat :

1. Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan.


2. Timbang bahan :
a. Acid Salicylic 2 gram
b. Talcum 18 gram
3. Masukkan asam salicylic kedalam lumpang, tetesi etanol sampai larut
keringkan dengan talk sedikit demi sedikit.
4. Tetesi dengan oleum menthae pip 2 tetes
5. Ayak dengan ayakan no.60
6. Simpan dalam wadah, beri etiket biru.
Contoh resep pulvis :

Dr. Havis Yudianto


SIP. 1516.10.025
Jl. Parakan Muncang km. 20,5 Sumedang

No. 08 Sumedang, 5 Okt 2017

R/
Diazepam 2 mg
\ Dexamethason 0,5 ¼ tab
Lactosa 100 mg

m f pulv dtd No. X


s. 1-0-1

Pro: Novi (9thn)


Alamat : Sumedang

13 Modul 001 | Pelayanan Resep


Penimbangan Bahan :
Diazepam = 2 mg × 10 = 20 mg
Dexamethason 0,5 mg = ¼ × 10 = 2.5 tablet
SL/Laktosum = 100 mg x 10 = 1000 mg = 1 g
Perhitungan DM untuk 9 tahun :
1. Diazepam (DM -/40 mg)
1 hari = 9/20 × 40 mg = 18 mg
% DM 1 hari = (2 mg x 2)/18 mg x 100% =
22.2%
Pengenceran Diazepam :
Ambil : Diazepam 50 mg
Lactosa 450 mg
500 mg
Ambil yang dibutuhkan : (20 mg/50 mg)x500 mg = 200 mg

Cara Kerja :
1. Setarakan timbangan dan timbang semua bahan
2. Lakukan pengenceran Diazepam dan ambil yang dibutuhkan (200 mg)
3. Lapisi mortir dengan laktosa
4. Gerus Diazepam dan Dexamethason sampai homogen
5. Timbang bagi 2 sama banyak, masing-masing dibagi menjadi 5 bagian
sama rata
6. Kemas dengan kertas perkamen, beri etiket dan label

6) Inkompatibilitas

Salah satu permasalahan dalam pembuatan pulvis dan pulveres adalah


kompatibiltas. Pemahaman inkompatibilitas merupakan dasar bagi skrining
farmasetis dalam resep.

14 Modul 001 | Pelayanan Resep


Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara
obat-obatan yang menimbulkan ketidakcocokan atau ketidak sesuaian.
Inkompatibilitas terbagi atas dua yaitu :

1. Inkompatibilitas fisika : adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak


diinginkan pada percampuran obat dua atau lebih tanpa ada perubahan
susunan partikelnya. Beberapa contoh inkompatibilitas fisika yaitu :

a. Tidak dapat larut (serbuk dalam cairan atau cairan dalam cairan) :
golongan sulfur sukar larut dalam air sehingga akan mengendap,
minyak ikan tidak dapat campur dengan air

b. Peristiwa adsorbsi : ekstrak belladon dengan bolus alba

c. Meleleh atau menjadi lembab (liquifaction) karena adanya


penurunan titik lebur, penurunan tekanan uap relatif atau bebasnya
air hablur : menthol dicampur camphor akan menyebabkan
penurunan titik lebur sehingga serbuk menjadi lembek. Kalii
bromida dan Natrii iodida akan menyebabkan penurunan tekanan
uap relatif sehingga campuran serbuk menjadi basah. Campuran
Magnesii sulfat dan Natrii sulfat akan membentuk garam rangkap
dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.

2. Inkompatibilitas kimia : adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena


timbulnya reaksi-reaksi kimia pada waktu mencampurkan bahan-bahan
obat.
a. Terbentuknya endapan yang tidak larut (senyawa baru) :
AgNO3+HCl  AgCl+HNO3 (perak klorida mengendap)
b. Kekeruhan
c. Terurainya obat
d. Reaksi asam basa

15 Modul 001 | Pelayanan Resep


e. Reaksi oksidasi-reduksi : adrenalin jika terkena cahaya menjadi
adrenokrom (berwarna merah) sehingga ampul adrenalin harus
kedap cahaya/dibungkus kertas karbon
f. Reaksi yang menghasilkan perubahan warna
g. Tidak tercampurnya dengan sediaan galenika
h. Perubahan stabilitas dalam larutan : rusaknya sistem emulsi pada
krim dengan penambahan asam salisilat  hidrolisis
i. Timbulnya gas

7) Etiket Dalam Resep

Setelah resep disiapkan maka langkah berikut yang harus dilakukan adalah
menyerahkan obat. Pada saat menyerahkan obat harus disertai etiket sebagai
penanda kepada siapa obat itu diberikan dan bagaimana aturan pakainya.

Etiket obat harus memuat informasi berikut :


1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK APA
3. Nama dan jumlah obat
4. Aturan pemakaian
5. Tanda lain yang diperlukan misalnya obat gosok, obat kumur, obat batuk
dan kocok dahulu
Informasi yang harus di berikan pada saat penyerahan obat meliputi :
1. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-
lain.
2. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya

16 Modul 001 | Pelayanan Resep


4. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan)
Contoh Etiket :

APOTEK CINTA SEHAT APOTEK CINTA SEHAT


Jl. Kaliurang km 5 Yogya, Telp: 333444 Jl. Kaliurang km 5 Yogya, Telp: 333444
Apoteker : Lia Naila, S.Farm., Apt Apoteker : Lia Naila, S.Farm., Apt
SIPA: 235231/2017 SIPA: 235231/2017

No.001 Nn. Mila Tgl : 4/4/18 No.002 Nn. Mila Tgl : 4/4/18

3x sehari 1 kapsul sesudah makan 3x sehari, oleskan pada bagian yang gatal
Jml Obat : 15 tablet Jml Obat : 1 tube
Obat Luar
SEMOGA LEKAS SEMBUH SEMOGA LEKAS SEMBUH

KOCOK DAHULU

8) Penyerahan Obat

Pada saat obat diserahkan harus diserta informasi.

Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi meliputi :


1. Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas yang dibuat oleh apotek itu
sendiri tanpa resep harus disertai nota penjualan yang dilengkapi dengan
etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar
2. Obat yang dibuat diserahkan berdasarkan resep juga harus dilengkapi
etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar
Obat dalam ialah obat yang digunakan melalui mulut (oral), masuk ke
kerongkongan, kemudian perut. Sedangkan obat luar adalah obat yang
digunakan dengan cara lain yaitu melalui mata, hidung, telinga, vagina,
rektum termasuk pula obat parenteral dan obat kumur.

17 Modul 001 | Pelayanan Resep


9) Penyimpanan Resep

Setelah obat diserahkan kepada pasien, resep harus segera disimpan dengan
baik.

1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan


sesuai nomor resep
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta
merah
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur
sehingga memudahkan untuk penelusuran
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan
pada bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan
sesuai tata cara pemusnahan

10) Pemusnahan Resep

Pada penyimpanannya dalam jangka waktu tertentu, resep harus segera

dimusnahkan. Berikut tata cara pemusnahan resep yang diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan :

1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih


2. Tata cara pemusnahan :
a. Resep narkotika dihitung lembarannya
b. Resep lain ditimbang
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format yang ditentukan

18 Modul 001 | Pelayanan Resep


11) Pelayanan Resep Narkotika Dan Psikotropika

Salah satu pelayanan resep yang membutuhkan perhatian khusus yaitu


resep narkotika dan psikotropika.

Syarat dan penanganan resep narkotika yaitu :


1. Resep harus diskrining terlebih dahulu
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
c. Tidak boleh ada tulisan „iter‟ yang artinya dapat diulang
d. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus
cognitus) yang artinya cara pakai diketahui
2. Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat
resep baru
4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan, maka
diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi
copy resep tersebut hanya dapat ditebus kembali di apotek tersebut yang
menyimpan resep aslinya, tidak bisa di apotek lain.
6. Jika pasien sedang berada di luar kota, maka copy resep tetap tidak bisa
ditebus, melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di daerah/kota
tersebut dengan menunjukkan copy resep yang dibawa sehingga pasien
tetap bisa memperoleh obatnya.
Syarat dan penanganan resep psikotropika :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu
a. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
b. Tidak boleh ada tulisan „iter‟ yang artinya dapat diulang
c. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus
cognitus) yang artinya cara pakai diketahui
2. Obat psikotropika di dalam resep diberi garis bawah tinta biru
19 Modul 001 | Pelayanan Resep
3. Resep yang mengandung psikotropika tidak boleh diulang, tetapi harus
dibuat resep baru
4. Resep yang mengandung psikotropika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat psikotropika yang diresepkan, maka
diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut.

12) Permasalahan Terkait Resep Obat Palsu

Permasalahan yang mengerikan adalah beredarnya resep obat keras yang


ditulis oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu kita harus
teliti dan waspada terhadap resep obat palsu.

Pemalsuan resep obat sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak


bertanggungjawab, terutama para pengguna narkotika dan psikotropika.
Beberapa ciri resep berisi narkotika/psikotropika palsu :
1. Pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika
menyerahkan resep
2. Perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna
narkoba/psikotropika (contohnya : dari mulut pasien keluar aroma alkohol,
mata merah, dan pandangan tidak fokus)
3. Penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi obat
4. Dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani penyakit
yang disebutkan
5. Isi/obat dalam resep tidak rasional (contohnya : untuk psikotropika
tertentu ditulis dalam jumlah yang sangat banyak)
6. Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan apotek yang
bersangkutan tidak menyimpan resep aslinya

D. Rangkuman
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada
apoteker baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
20 Modul 001 | Pelayanan Resep
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Ada 3 skrining
yang dilakukan dalam analisis resep yaitu administratif, farmasetis dan klinis.
Resep ditulis dalam bahasa latin sehingga untuk bisa membaca resep harus
mempunyai kemampuan bahasa latin. Resep ada yang berisi obat jadi ada
yang perlu di racik . Agar dapat meracik obat harus mempunyai pengetahuan
terkait farmasetika antara lain adanya inkompatibilitas baik fisika maupun
kimia serta dosis maksimal (DM). Pada saat diserahkan obat harus diberi
etiket sesuai cara pemberiannya untuk memberikan informasi cara terkait
penggunaan obat. Penyerahan obat harus disertai dengan informasi. Informasi
minimal yang harus diberikan adalah indikasi, cara pemakaian, lama
pemakaian, efek samping yang mungkin muncul serta cara penyimpanan.
Apabila pasien menginginkan atau belum semua obat diberikan dapat dibuat
salinan resep atau kopi resep dengan memperhatikan aturan yang berlaku.
Resep yang telah dilayani harus disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
IAI, 2015. Informasi Spesialis Obat Indonesia volume 49. PT ISFI penerbit:
Jakarta
Syamsuni, 2007. Ilmu Resep EGC: Jakarta
Van Duin C.F., 1947. Diterjemahkan oleh Satiadarma K, Nainggolan S.P, dan
Wangsaputra E. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori.
Penerbit SOEROENGAN : Pecenongan 58 Jakarta.

21 Modul 001 | Pelayanan Resep

Anda mungkin juga menyukai