Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS

KAJIAN ADMINISTRASI RESEP

Disusun Oleh :

Kelompok 2 Farmasi 6C 2015

Devi Ananda Putri (11151020000025)

Muhammad Rasyid W. (11151020000037)

Alifa Nuruhulsna (11151020000039)

Siti Maimunah (11151020000042)

Farah Fadhilah (11151020000045)

Aisyah Karimah (11151020000048)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Praktis.
Adapun laporan ini disusun untuk memenuhi tugas setiap pasca Praktikum Farmasi
Praktis

Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada para dosen
pembimbing praktikum Farmasi Praktis, rekan-rekan kelompok dan pihak lainnya
yang turut berpartisipasi dalam terselesaikannya laporan praktukum Farmasi
Praktis ini.

Kami sudah berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan laporan ini,


namun mustahil apabila laporan yang kami buat tidak ada kekurangan maupun
kesalahan, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pengoreksi juga
pembaca yang bersifat membangun, sehingga kedepannya kami dapat menjadi
lebih baik lagi dalam penyususan laporan praktikum..

Kami berharap dari penyusunan praktikum ini dapat memberikan manfaat


bagi kami serta para pembaca.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 2
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI KERJA .......................................................................... 8
A. Alat dan Bahan ............................................................................................. 8
B. Prosedur Kerja.............................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 9
A. Hasil Pengamatan ......................................................................................... 9
B. Pembahasan ................................................................................................ 13
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apoteker merupakan suatu profesi yang bertanggung-jawab dengan obat
baik sintetik ataupun herbal demi tujuan kesehatan manusia, yaitu mulai dari
Mendesain obat, mem-produksinya, men-distribusikannya, Mengawasi apakah
obat yang diresepkan dokter telah sesuai dan berkualitas serta aman untuk pasien,
Melakukan konsultasi dengan pasien, Menjelaskan efek samping obat, Menjelaskan
makanan/obat apa yang harus dihindari saat sakit atau hamil, Menghitung dosis
obat yang khusus per individual terutama bayi, anak-anak, geriarti, dan penyakit
tertentu.Kemudian salah satu peran yang paling penting adalah penelitian tentang
obat, sehingga obat selalu berkembang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui bukti-bukti yang ilmiah. Salah satu tugas apoteker adalah memberikan obat
kepada pasien.
Sebelum memberikan obat kepada pasien seorang farmasis harus dapat
melakukan kajian resep terlebih dahulu. Seorang apoteker ketika mendapatkan
resep, ia diwajibkan untuk melakukan skrining resep, baik berupa administratif,
kesesuaian farmasetis, maupun pertimbangan klinis. Tujuannya tentunya untuk
menjamin keamanan (safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat dalam resep
ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi. Selain mengkaji resep
sebelum memberikan obat. Seorang apoteker juga harus dapat membuat kopi resep.
Sesuai dengan tugas apoteker yang sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman cara membaca resep yang baik?
2. Apa saja dan bagaimana kajian administratif resep?
3. Bagaimana cara membuat kopi resep dan etiket yang baik?

1
C. Tujuan Praktikum

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa memahami tentang pelayanan


kefararmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian, yaitu :

1. Membaca resep
2. Mengkaji resep secara administrative
3. Membuat kopi resep dan etiket

2
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Resep

Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah


permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Resep merupakan aspek yang penting untuk menunjang
kualitas hidup pasien. Untuk meningkatkan kualitas peresepan di rumah sakit, resep
yang ditulis oleh dokter harus memenuhi syarat antara lain: kelengkapan resep,
penulisan obat dengan nama generik, obat termasuk dalam FRS, dan tidak ada efek
samping yang membahayakan.

Yang berhak menulis resep adalah :

1. Dokter
2. Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi & mulut.
3. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.

B. Kelengkapan Resep

Dalam resep harus memuat :

1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocatio)
4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg berlaku
(subscriptio)
6. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

3
7. Tanda seru & paraf dokter utk resep yg mengandung obat yg jumlahnya
melebihi dosis maksimal.
Ketentuan lain dalam resep, antara lain :

1. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pd hewan.


2. Resep yg mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi (ulangan) ; ditulis
nama pasien tdk boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri; alamat pasien
dan aturan pakai (signa) yg jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu aturan
pakainya (usus cognitus).
3. Untuk penderita yg segera memerlukan obatnya, dokter menulis bagian
kanan atas resep: Cito, Statim, urgent, P.I.M.= periculum in mora =
berbahaya bila ditunda, RESEP INI HARUS DILAYANI DAHULU.
4. Bila dokter tidak ingin resepnya yg mengandung obat keras tanpa
sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I. = Ne iteratur = tidak
boleh diulang.
5. Resep yg tidak boleh diulang adalah resep yg mengandung narkotika atau
obat lain yg ditentukan oleh Menkes melalui Kepala Badan POM.

C. Kajian Administratif Resep


Kajian administrative resep terdiri dari :
1. Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
2. Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf)
3. Tanggal penulisan resep

Apabila terdapat masalah pada resep ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
pertama jika terdapat permasalahan ketika apoteker melakukan skrining resep maka
apoteker harus melakukan konfirmasi kepasien atau kedokter. Apabila dapat
ditanyakan ke pasien maka tanyakan ke pasien. Oleh karena itu nama dokter dan
nomor telepon penting untuk ada dalam sebuah resep. Kedua, ketika anda
melakukan konfirmasi dengan menghubungi dokter penulis resep, sangat
diwajibkan untuk tidak hanya menyampaikan masalah, namun juga harus disertai

4
memberikan alternatif penyelesaian untuk masalah yang ada dalam resep. Ketiga,
ketika menghubungi dokter harus disertai evidence yang kuat.

Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima tepat,
ialah sebagai berikut:
1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, rasio
antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.
2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh factor obat (sifat kimia, fisika dan
toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor
penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas,
sensitivitas individu dan patofisiologi).
3. Tepat bentuk sediaan obat; menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek
terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis dan
harga murah.
4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja
obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola makan, tidur, defekasi
dan lain-lainnya).
5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-
anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.

D. Kopi Resep
Salinan resep dapat digunakan sebagai ganti resep misalnya bila sebagian
obat diambil atau untuk mengulang, maka resep asli diganti dengan copy resep
untuk mengambil yang sebagian tersebut. Yang berhak meminta salinan resep
adalah dokter penulis resep, penderita, petugas kesehatan atau petugas lain
berwenang menurut peraturan perundang-undangan.

Menurut Kepmenkes no. 280 th 1981:


Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula: nama dan alamat
apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang

5
sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep,
dan tanggal pembuatan.

Bagian-bagian salinan resep:

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan APA dan nomor SIA
3. Nama, umur, pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Tanggal penulisan resep
6. Tanggal dan nomor urut pembuatan
7. Tanda R/
8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det” atau “ne
deteur” untuk obat yang belum diserahkan
9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis
sesuai dengan aslinya.

Untuk Obat Narkotika Pemerintah membuat Peraturan, yaitu:


1. Apotek hanya boleh menyerahkan obat-obatan narkotika berdasarkan resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan.
2. Apotek tidak boleh menyerahkan obat-obat narkotika berdasarkan salinan resep
yang resep aslinya tidak ada di apotek tersebut,
3. Apotek harus melaporkan semua pemasukan, pengurangan, dan pemakaian obat-
obatan narkotika di apotek setiap bulan.
4. Obat-obat narkotika disimpan terpisah pada tempat terkunci.
5. Resep-resep yang mengandung narkotika pada resep harus ditanyakan dan
dituliskan alamat pasien.
6. Resep-resep narkotika harus dipisahkan dari resep lain dan nama obatnya harus
diberi garis merah.

6
E. Etiket
Etiket adalah kertas atau label yang berisi keterangan tentang
pengonsumsian obat dalam 1 hari. Ada dua jenis etiket yaitu etiket obat dalam
(warna putih) dan etiket obat luar (warna biru).

Pada etiket harus tercantum:


1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK Apotek Pengelola Apotek
3. Nomor dan tanggal pembuatan
4. Nama pasien
5. Aturan pemakaian
6. Tanda lain yang diperlukan misalnya: Kocok dahulu, Tidak boleh diulang
tanpa resep baru dari dokter.

7
BAB III
METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Resep
2. Alat tulis
3. Kertas Folio

B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa mendapatkan resep yang diberikan oleh dosen pembimbing
praktikum
2. Membaca resep yang diberikan
3. Melakukan kajian terhadap kelengkapan administrasi resep, dan
mencatatnya masalah yang terdapat pada resep jika ada
4. Membuat kopi resep tehadap resep asli yang di dapat
5. Membuat etiket obat
6. Membuat laporan

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

RESEP 1

RESEP II

9
TABEL KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP
No. Kelengkapan Resep I Resep II
1. Nama Pasien  
2. Umur Pasien  X
3. Jenis Kelamin  X
4. Berat Badan dan Tinggi Badan X X
5. Alamat Pasien  
6. Nama Dokter  
7. Surat Izin Praktek Dokter  
8. Paraf Dokter  
9. Alamat dan Telpon Praktik Dokter  
10. Tanggal Resep X 

COPY RESEP 1

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan no.21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp. 021-7412345
Apoteker: Alifa Nurulhusna, M.Farm., Apt. SIPA: 01.03.1.3.0250
SALINAN RESEP
No. Resep : 01 Tgl : 19-02-2018

10
Dari Dokter : dr. Budiman Tgl Resep : 19-02-2018
Untuk : Tn. Salim (50 thn)
Alamat : Kampung Utan

R/ Tensicap tab No. XV


Iter 1x S 3 dd tab 1
det orig
Dumin tab No. XV
R/ S 3 dd tab 1 prn sakit kepala
det X

PCC

Alifa Nurulhusna, M.Farm., Apt


COPY RESEP II

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan No. 21 Ciputat, Tangerang Seatan
Telp: 021- 7412345
Devi Ananda M.Farm.,Apt SIPA: 01-03-010523

SALINAN RESEP
No. Resep : 02 Tgl : 21-03-2017
Dari Dokter : dr. Santoso, SpA Tgl Resep : 21-03-2017
Untuk : Alifah
Alamat : Kampung Utan

R/ Tempra Sir 160 mg/5 ml No.1


S 3 dd cth 1 prn demam det

R/ Cefspan susp 100 mg/5 ml No. 1 det


S bdd cth ¼

Actifed plus expectorant sir 60ml No.1


R/ ne det
S tdd cth ¼

PCC

Devi Ananda, M.Farm., Apt

11
ETIKET RESEP 1

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan no.21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp. 021-7412345
Apoteker: Alifa Nurulhusna, M.Farm., Apt. SIPA: 01.03.1.3.0250
No : 01 Tgl : 19-02-2018
Tensicap Tab
Nama Pasien : Tn. Salim (50 thn)
3 X sehari 1 tablet
Sesudah / Sebelum Makan
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SEMOGA LEKAS SEMBUH

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan no.21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp. 021-7412345
Apoteker: Alifa Nurulhusna, M.Farm., Apt. SIPA: 01.03.1.3.0250
No : 02 Tgl : 19-02-2018
Dumin Tab
Nama Pasien : Tn. Salim (50 thn)
3 X sehari 1 tablet Jika Sakit Kepala
Sesudah / Sebelum Makan
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SEMOGA LEKAS SEMBUH

ETIKET RESEP II

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan No. 21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp: 021-7412345
Devi Ananda M.Farm.,Apt SIPA: 01-03-01-0523

No:02 Tgl : 21-03-17


Nama:Alifah
3 x sehari 1 sendok teh Jika Demam
Sesudah/ Sebelum makan

Harus Dengan Resep Dokter


Semoga Lekas Sembuh

12
APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan No. 21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp: 021-7412345
Devi Ananda M.Farm.,Apt SIPA: 01-03-01-0523

No:02 Tgl : 21-03-17


Nama:Alifah
2 x sehari ¼ sendok teh Kocok Dahulu
Sesudah/ Sebelum makan Habiskan

Harus Dengan Resep Dokter


Semoga Lekas Sembuh

APOTEK MEDFARM
Jl. Pisangan No. 21 Ciputat, Tangerang Selatan
Telp: 021-7412345
Devi Ananda M.Farm.,Apt SIPA: 01-03-01-0523

No:02 Tgl : 21-03-17


Nama:Alifah
3 x sehari 1/4 sendok teh Jika Demam
Sesudah/ Sebelum makan
Harus Dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh

B. Pembahasan

Resep menurut Permenkes RI no. 9 th 2017 adalah permintaan tertulis dari


dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker, baik dalam bentuk kertas
maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan atau
alat kesehatan bagi pasien. Resep merupakan aspek yang penting untuk menunjang
kualitas hidup pasien. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin dengan tujuan
untuk menyamakan persepsi (dokter dan apoteker), menjaga kerahasiaan. Selain itu
karena bahasa latin merupakan bahasa universal, bahasa mati dan bahasa medical
science. Untuk meningkatkan kualitas peresepan di rumah sakit, resep yang ditulis

13
oleh dokter harus memenuhi syarat antara lain: kelengkapan resep, penulisan obat
dengan nama generik, obat termasuk dalam Farmasi Rumah Sakit (FRS), dan tidak
ada efek samping yang membahayakan.

Menurut Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 persyaratan


administrasi peresepan meliputi nama, alamat,umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien; nama dokter, Surat Izin Praktek (SIPA), alamat, nomor telepon dan tanda
tangan atau paraf dokter penulis resep; dan tanggal penulisan resep; nama obat,
potensi, dosis, dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi
lainnya yang diperlukan.

Resep yang baik harus memenuhi informasi yang cukup agar apoteker atau
perawat yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien
(Katzung, 2009). Menurut aturan penulisan resep pada Ars Prescribendi, dalam
menuliskan suatu resep harus diperhatikan kejelasan tulisan dan kelengkapan resep
yang meliputi inscriptio, prescriptio, signatura, dan subscriptio. Kesalahan dalam
penulisan resep terjadi jika terdapat kesalahan penulisan dalam komponen tersebut.

Menurut Kepmenkes no. 280 th 1981 salinan resep adalah salinan yang
dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama apoteker dan SIA, tanda tangan
atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk
obat yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan. Bagian-bagian
salinan resep diantaranya yaitu: nama dan alamat apotek; nama dan APA dan nomor
SIA; nama, umur, dan alamat pasien; nama dokter penulis resep; tanggal penulisan
resep; tanggal dan nomor urut pembuatan; tanda R/; tanda “det” atau “ne det”;
tulisan p.c.c (pro copy conform) yang menandakan bahwa salinan resep telah ditulis
sesuai dengan aslinya. Resep asli tidak boleh diberikan setelah obat yang diminta
dalam resep tersebut telah diterima oleh pasien. Pasien hanya dapat diberikan copy
resep satau salinan resep.

Terdapat tulisan iter dalam resep menandakan bahwa resep tersebut boleh
diulang. Iter yang terdapat pada bagian kiri atas menandakan bahwa seluruh sediaan
dalam resep boleh diulang, namun jika penulisan iter hanya terletak disebelah kiri

14
salah satu sediaan obat maka yang diulang hanya sediaan yang ada disamping
tulisan iter tersebut. Tulisan iter ditandai dengan iter 1x, iter 2x, dan iter 3x.
Penandaan tersebut menandakan jumlah yang diperbolehkan dalam melakukan
pengulangan pengambilan obat. Iter yang tertulis 2x berarrti obat dalam resep boleh
diberikan sebanyak 3 kali, dimana pengambilan yang pertama menggunakan resep
asli, kemudian pengambilan yang kedua menggunakan copy resep pertama
(pengulangan yang ke 1 kali), dan pengambilan yang kedua dengan menggunakan
copy resep kedua (pengulangan yang kedua kali).

Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pengkajian administrasi resep.


Pengkajian administrasi resep tersebut meliputi nama, alamat,umur, jenis kelamin,
tinggi badan dan berat badan pasien; nama dokter, Surat Izin Praktek (SIPA),
alamat, nomor telepon dan tanda tangan atau paraf dokter penulis resep; dan tanggal
penulisan resep. Dalam praktikum kali ini diberikan dua lembar resep untuk
dilakukan pengkajian administrasi resep sehingga dapat melihat dan mengoreksi
apakah resep yang diberikan sudah memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan
dalam resep tersebut.

Pada resep 1 terdapat ketidaklengkapan informasi resep yaitu tidak terdapat


tanggal resep dibuat, berat badan dan tinggi badan pasien. Hal tersebut tentunya
berguna dalam kajian administrasi resep untuk mendapatkan informasi mengenai
kelengkapan resep sehingga nantinya resep dapat diberikan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan pasien. Pada resep 1 tersebut tertera tulisan “iter 1x” disamping kiri
sediaan obat tensicap (obat pertama dalam resep) dan obat kedua yang terdapat
dalam resep hanya tersisa 10 tablet di apotek tersebut. Dilihat dari informasi resep
tersebut maka dapat dibuatkan salinan resepnya. Dalam pembuatan salinan resep
harus mencantumkan informasi lengkap meliputi nama, alamat dan nomor telepon
apotek; nama dan APA dan nomor SIA apoteker; nama, umur, dan alamat pasien;
nama dokter penulis resep; tanggal penulisan resep; tanggal dan nomor urut
pembuatan; tanda R/; tanda “det” atau “ne det”; tulisan p.c.c (pro copy conform)
yang menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya.
Kemudian, karena terdapat tulisan iter 1x disebelah kiri sediaan obat tensicap maka
disebelah kanannya yang sejajar dengan garis bawah informasi obat tersebut diberi

15
tulisan “det orig” yang menandakan bahwa obat tersebut telah diberikan seperti
yang original. Sedangkan pada sediaan obat dumin (obat kedua) disebelah
kanannya yang sejajar dengan garis bawah informasi obat tersebut diberi tulisan
“det X” yang menandakan bahwa obat tersebut baru diberikan 10 tablet saja,
sehingga pasien masih dapat mengambil sisa obat yang kurang yaitu sebanyak 5
tablet.

Setelah melakukan pembuatan copy resep atau salinan resep kemudian kami
membuat etiket obat sesuai dengan informasi yang terdapat dalam resep tersebut.
Etiket obat merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kefarmasian dalam
menjamin mutu keamanan dan ketepatan obat yang diberikan kepada pasien
melalui pembuatan penanda aturan dan cara pemakaian obat yang dapat dibaca
dengan jelas dan dituliskan secara jelas. Tujuan dari etiket tersebut diantaranya
yaitu menjamin identitas obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan resep
dan menjamin kebenaran cara pemakaian dan penggunaan obat. Etiket untuk
sediaan farmasi terdiri dari 2 macam yaitu etiket putih dan etiket biru (berwarna).
Etiket putih menandakan bahwa obat tersebut merupakan obat yang digunakan
untuk bagian dalam tubuh, sedangkan etiket biru (berwarna) menandakan bahwa
obat tersebut merupakan obat untuk penggunaan diluar tubuh. Pada etiket
dicantumkan nomor resep, tanggal diberikannya obat, nama dan umur pasien,
kegunaan obat, penandaan aturan dan cara pakai, serta tulisan “harus dengan resep
dokter”.

Pada resep 1 dibuatkan dua etiket yaitu sediaan obat tensicap dan sediaan
obat dumin. Etiket tersebut nantinya akan ditempel pada plastik obat sebagai
informasi dari resep obat yang diberikan. Etiket yang diberikan yaitu etiket putih
yang menandakan bahwa obat yang diberikan tersebut digunakan untuk
penggunaan dalam tubuh (obat dalam).

Sementara itu, pada resep 2 juga terdapat ketidak lengkapan informasi resep
yaitu tidak terdapat umur pasien, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan
pasien. Hal tersebut tentunya berguna dalam kajian administrasi resep untuk
mastikan bahwa resep yang diberikan kepada pasien adalah benar miliknya
sehingga kesalahan dalam memberikan obat kepada pasien dapat dihindari. Pada

16
resep 2 tertulis obat ketiga stocknya kosong. Dilihat dari informasi ini maka dapat
dibuat salinan resepnya. Dalam pembuatan salinan resep harus mencantumkan
informasi lengkap meliputi nama, alamat dan nomor telepon apotek; nama dan APA
dan nomor SIA apoteker; nama, umur, dan alamat pasien; nama dokter penulis
resep; tanggal penulisan resep; tanggal dan nomor urut pembuatan; tanda R/; tanda
“det” atau “ne det”; tulisan p.c.c (pro copy conform) yang menandakan bahwa
salinan resep telah ditulis sesuai denganaslinya; tanda tangan dan nama apoteker;
cap apotek di samping tanda tangan. Kemudian, karena stok ketiga (Actived plus
expectorant) obatnya habis, maka ditulis “ne det” di samping kanan obat ketiga
yang menandakan bahwa obat tersebut belum diberikan. Sedangkan pada sediaan
obat pertama (Tempra) dan kedua (Cefspan) di sebelahkanannya yang sejajar
dengan garis bawah informasi obat tersebut diberitulisan “det” yang menandakan
bahwa obat tersebut sudah diberikan.

Pada resep 2, dibuatkan dua etiket berwarna putih yaitu sediaan obat
Tempra sirup dan Cefspan suspensi. Etiket berwarna putih menunjukkan obat
tersebut digunakan untuk bagian dalam tubuh. Pada etiket dicantumkan nomor
resep, tanggal diberikannya obat, nama dan umurpasien, kegunaan obat, penandaan
aturan dan cara pakai, serta tulisan “harusdenganresepdokter”. Untuk sediaan obat
Cefspan suspensi harus diberikan keterangan “kocok dahulu sebelum dimininum”.

17
BAB V
KESIMPULAN

Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah


permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengkajian administrasi resep meliputi nama, alamat,umur,
jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan pasien; nama dokter, Surat Izin Praktek
(SIPA), alamat, nomor telepon dan tanda tangan atau paraf dokter penulis resep;
dan tanggal penulisan resep. Lalu salinan resep atau kopi resep dapat digunakan
sebagai ganti resep misalnya bila sebagian obat diambil atau untuk mengulang,
maka resep asli diganti dengan copy resep untuk mengambil yang sebagian
tersebut. Yang berhak meminta salinan resep adalah dokter penulis resep, pasien,
petugas kesehatan atau petugas lain berwenang menurut peraturan perundang-
undangan.

Pada resep 1, terdapat kesalahan dimana resep tidak memiliki tanggal resep
ditulis dan Berat Badan dan tinggi badan pasien, sementara pada resep 2 terdapat
kesalahan pada data pasien yang tidak mencakup umur, jenis kelamin, dan berat
badan tinggi badan pasien. Apabila ada hal yang tidak tertulis pada resep,
ditakutkan akan memberikan dampak yang bahaya untuk kesehatan pasien lebih
lanjut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Joenoes, N. Z., 2001, ARS Prescribendi Resep yang Rasional, edisi 2, Airlangga
University Press, Surabaya.

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2009. Basic & Clinical Pharmacology,
11th Ed. New York:McGraw-Hill.

M. Rifqi Rokhman, 2014, Etiket Obat, Diakses dari http://m-rifqi-


rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/etiket-obat/ pada Sabtu, 24 Februari,
pukul 01.35

M. Rifqi Rokhman, 2014, Salinan Resep Lengkap, Diakses dari http://m-rifqi-


rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/salinan-resep-lengkap/ pada Sabtu, 24
Februari 01.58

Menkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 tentang Apotek

Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

19

Anda mungkin juga menyukai