ILMU RESEP 1
TIM PENYUSUN :
BANJARBARU, 2018
TATA TERTIB
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
STIKES BORNEO LESTARI BANJARABARU
1. Setiap praktikan harus sudah hadir minimal 15 menit sebelum waktu praktikum
dimulai.
2. Praktikan yang terlambat hanya ditoleransi 10 menit dan akan diberikan sanksi tertentu,
serta tidak diperkenankan mengikuti pre-terst.
3. Praktikan harus sudah menyelesaikan praktikum termasuk membereskan alatalat
maksimal 15 menit sebelum waktu praktikum berakhir.
4. Praktikan wajib memeriksa dan menjaga kebersihan alat dan ruangan praktikum
sebelum, selama dan sesudah praktikum.
5. Jika terjadi kerusakan dan/atau kehilangan alat praktikum, maka praktikan bersama
kelompoknya diwajibkan mengganti alat dengan spesifikasi minimal sama sejumlah
dua kali alat yang hilang/rusak, dengan tenggang waktu penggantian maksimal sehari
sebelum praktikum selanjutnya.
6. Jurnal praktikum dikumpulkan di awal praktikum untuk diperiksa oleh dosen jaga.
Mahasiswa yang tidak membawa jurnal tidak diperkenan kan mengikuti praktikum.
7. Laporan praktikum dibuat perkelompok dan diserahkan koordinator praktikum dengan
ketentuan batas penyerahan sehari sebelum praktikum berikutnya. Keterlambatan
pangumpulan laporan dengan alasan apapun akan diberikan nilai 0.
8. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dengan alasan tertentu, harus
menyampaikan ijin secara tertulis maksimal sehari sebelum praktikum, dan wajib
bertukar posisi dengan praktikan pada praktikum berikutnya.
9. Jika ketidakhadiran praktikan karena sakit, maka surat ijin disampaikan secara tertulis
dengan melampirkan surat keterangan dokter paling lambat dua hari setelah hari
praktikum.
Koordinator Praktikum
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunianya maka petunjuk
praktikum Ilmu Resep 1 ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Petunjuk praktikum ini
menjelaskan secara singkat mengenai prinsip dasar resep dan bagian-bagian resep serta tugas
yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Penyusunan petunjuk ini bertujuan untuk membantu
mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum. Untuk lebih memahami mengenai praktikum ini,
diharapkan mahasiswa tetap mempelajari teori yang terdapat dalam buku-buku referensi. Besar
harapan kami agar petunjuk praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang
mengikuti praktikum Ilmu resep 1. Petunjuk praktikum ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, kami sangat mengharapan saran dan kritik demi perbaikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
TATA TERTIB
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM IV INKOMPATIBILITAS
PRAKTIKUM XI UNGUENTUM
PRAKTIKUM X SIRUP
PRAKTIKUM XI SOLUTIO
A. RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada
pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun
2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah medication error yang
disebabkan oleh kesalahan interpertasi seperti pada resep yang ditulis tangan. Resep
elektronik dapat memastikan bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang
tertulis adalah benar dan dapat juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi
terhadap obat tertentu dan kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal pada pasien
gangguan fungsi ginjal.
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. Inscripstio terdiri dari :
a. Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan tanggal
penulisan resep.
b. Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta untuk
menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam resep.
2. Praescriptio terdiri dari :
a. Nama obat pokok yang mutlak harus ada, dan jumlahnya (remidium cardinale )
b. Bahan yang membantu kerja obat pokok (remidium adjuvans) tidak mutlak
perlu ada dalam resep.
c. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna
(corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
d. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna
(corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
e. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan yang
bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok. Contoh lactosum dalam puyer, aqua destillata dalam
obat minum, sirup dalam elixir.
f. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki misalnya : Campur buatlah
yang ditulis dalam singkatan latin Mf pulv merupakan kepanjangan dari Misca fac
pulveres yang artinya campur buatlah puyer; Mf l a potio = Misca fac lege artis
potio = campur buatlah obat minum sesuai dengan keahliannya.
3. Signatura Signatura terdiri dari :
a. Aturan pakai (S = signa contoh S t dd p1 , tandai tiga kali sehari 1 bungkus)
b. Nama pasien dibelakang kata Pro : Marcela usia: 5 tahun, 20 kg
c. Alamat : Rawamangun Muka Barat no. 45 telp. 4258735. Penulisan alamat
pasien akan memudahkan pihak apotek dalam menelusuri tempat tinggal pasien
bila terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat.
Bila menuliskan untuk pasien dewasa idealnya dituliskan Nyonya/Tuan. Bila resep
untuk hewan setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama pemilik dan
alamat pemiliknya.
4. Subscriptio merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter tidak
cukup hanya dengan paraf dokter. Resep – resep yang diterima apotek harus disusun
berdasarkan nomor urut resep, tanggal penerimaan dan disimpan selama 5 (lima)
tahun. Bahan yang digunakan dalam melaksanakan praktikum farmasetika adalah
resep dokter yang berasal dari lapangan yang telah ditulis kembali dengan
pengetikan, sehingga mahasiswa dapat membaca :
a. nama- nama obat yang terdapat dalam resep,
b. jumlah/ berat/volume obat.
c. jumlah, aturan pemakaiannya.
d. nama pasien dan umurnya.
e. menghitung dosis obat.
f. mengambil dan menimbang bahan obat.
g. menyebut khasiat dan efek samping obat.
h. Menyebutkan golongan obat berdasarkan peraturan perundang-undangan. i.
menyelesaikan pembuatan obatnya.
i. menentukan warna etiket dan menuliskan aturan pemakaiannya.
j. menyerahkan obat kepada pasien dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh pasien.
Dalam pengalaman sehari hari kita melihat resep dokter yang berupa lembaran resep,
berisi nama dokter, alamatnya, tanda R/ dengan nama obat dan jumlahnya, nama pasien
atauran pakai dan paraf dokter yang seringkali sangat sukar dibaca sehingga
membutuhkan pengalaman yang cukup lama dilapangan untuk membaca resep seperti
tersebut.
Semua penggantian dari obat paten ke obat generik harus seizin dokter penulis resep,
demikian pula sebaliknya, dalam hal ini harus diusulkan kepada pengawas
(pengawas/dosen pembimbing praktikum berperan sebagai dokter/apoteker/pasien).
Resep, baru dapat diracik setelah diperiksa kelengkapan resepnya dan dosis obatnya
dihitung terlebih dahulu, bila dosis obat terlalu sedikit (dosis kurang) maupun terlalu
banyak (dosis berlebih) harus dikonsultasikan kepada dokter. Dalam kegiatan
praktikum dosis obat kurang/lebih dilaporkan kepada pengawas, obat yang dosis
kurang akan ditingkatkan atau obat yang dosisnya tinggi akan diturunkan, tetapi bila
pengawas tidak melakukan perubahan praktikan harus meminta paraf pengawas,
sebagai bukti praktikan telah melaporkan adanya kekurangan atau kelebihan dosis.
Setelah praktikan baru diiznkan meracik obat.
5. Resep yang mengandung obat narkotika Untuk resep yang mengandung obat golongan
narkotika (Codein, Dionin, Doveri) sesuai dengan peraturan :
a. Tidak boleh diulang ( diberi tanda ne iter )
b. Bila ada obat golongan narkotika yang belum ditebus/diambil seluruhnya,maka sisa
obat dalam copy resepnya, hanya dapat ditebus pada apotek yang sama
c. resep yang diterima oleh apotek harus diperiksa dulu (diskrining/ditelaah) apakah
resep tersebut asli atau palsi, bila asli apakah telah lengkap bagian-bagiannya.
Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan jadinya, dicek kembali nama obat yang
diambil, apakah sudah benar. Biasanya ada tanda- tanda khusus yang ditulis dalam
resep misalnya bila obat harus diulang pengambilannya, atau bila obat dalam resep
harus segera disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat tersebut seperti:
antidotum, obat luka bakar dll. Bila obat dalam resep ingin diulang penggunaanya dua
kali lagi maka pada resep tertulis tanda Iter 2X, atau bila obatnya dinginkan segera
maka ditulis ” Cito”, ” Statim”. Karena banyak nama obat yang namanya hampir mirip
bila kita kurang hati- hati membacanya maka akan terjadi kesalahan dalam
pengambilan obat. Contoh obat yang namanya hampir mirip :
a. Resorcin dengan Resochin ( resorcin bersifat keratolitik/obat untuk obat luar dan
Resochin merupakan nama dagang dari Quinini fosfat yang berkhasiat sebagai obat
malaria).
b. Acidum Salicylicum dengan Acidum Acetylsalicylicum (Acidum Salicylicum obat
luar yang bersifat keratolitik sedangkan Acidum Acetysalicylicum obat dalam yang
mempunyai khasiat analgetika dan antipiretika).
c. Quinini dengan Quinidini (Quinini merupakan obat malaria dan Quinidini obat
antiaritmia/obat jantung )
d. Nipagin dengan Antalgin ( Nipagin nama lain dari Methylparabenum sebagai bahan
pengawet dan Antalgin nama dagang dari Methampyron yang berkhasiat sebagai
analgetika).
Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat mahasiswa harus hafal
nama generik/nama resmi obat sesuai Farmakope, sinonim dan nama dagang obat.
R/ Longsef 0,250
Phenobarbital 15 mg
CTM 2 mg
Bromhexin 1 tab
Equal qs
Mf pulv. Dtd no. XV
S t dd p1 pc
Pada resep tersebut di atas obat dalam resep ada yang ditulis dengan nama dagang
seperti Lonsef, CTM, Equal dan ada juga yang ditulis dengan nama generik seperti
Phenobarbital, Bromhexin. Resep asli tidak boleh dikembalikan kepasien setelah
obatnya diterima pasien. Resep asli tersebut harus disimpan di apotek dan tidak boleh
diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:
a. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
b. Pasien yang bersangkutan.
c. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa.
6. Salinan Resep (Copy resep) Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang
memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy
resep adalah apograph, exemplum, afschrtif. Menurut peraturan copy resep harus
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA), bila APA berhalangan
melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep
dapat dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan
mencantumkan nama lengap dan status Apoteker yang bersangkutan. Pada kegiatan
praktikum copy resep sudah tersedia dalam bentuk blangko copy resep. Copy
resep/salinan resep harus dibuat bila ada obat yang harus diulang penggunaannya
( ada kata Iter ), selain itu copy resep harus dibuat bila:
a. Atas permintaan pasien /untuk bukti kepada instansi yang menjamin biaya
kesehatan pasien.
b. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya.
Pada copy resep nama obat disalin sesuai dengan resep aslinya, kecuali bila ada jenis
obat yang namanya/jumlahnya diganti sesuai dengan persetujuan dokter maka pada
copy resepnya ditulis nama dan jumlah obat yang sudah diganti.
R/ Nitrazepam 4 mg
Laroxyl 4 mg
Lexotan 2 mg
Mf cap dtd no. X
S1 dd cap1 vesp
detur orig + 1X atau detur 2X
Jakarta, 16 April 2016
R/Nitrazepam 4 mg
Laroxyl 4 mg
Lexotan 2 mg Mf cap
dtd no. X
S1 dd cap1 vesp
detur orig + 2X atau detur 3X
Jakarta, 26 April 2016
Pcc
Tanda tangan/paraf
Pembuat copy resep
Stempel apotek
Copy Resep
dr. Riana Katamsi.
Bila kemudian pasien menebus
Tanggal : 26 Maret 2016 kembali obatnya (copy resep
Untuk : Tn. Ang Yu Lie diulang 3 kali), maka pada copy
resep berikut ditulis detur orig +
Umur : dewasa 3X atau ditulis detur 4X
Iter 4X
R/ Nitrazepam 4 mg
Laroxyl 4 mg
Lexotan 2 mg
Mf cap dtd no. X
S1 dd cap1 vesp detur orig + 3X
atau detur 4X
Jakarta, 6 Mei 2016
Pcc
Tanda tangan/paraf
Pembuat copy resep
Stempel apotek
Copy Resep
Bila kemudian pasien menebus kembali
Resep dari :
obatnya (copy resep diulang 4 kali), maka
dr. Riana Katamsi. pada copy resep berikut ditulis detur orig +
Tanggal : 26 Maret 2016 4X atau ditulis detur 5X Resep obat tidak
Untuk : Tn. Ang Yu Lie boleh diulang lagi, atau tidak perlu dibuat
copy resepnya.
Umur : dewasa
Iter 4X
R/ Nitrazepam 4 mg
Laroxyl 4 mg
Lexotan 2 mg
Mf cap dtd no. X
S1 dd cap1 vesp
detur orig + 4X atau detur 5X
Jakarta, 16 Mei 2016
Pcc
Tanda tangan/paraf
Pembuat copy resep
Stempel apotek
Apotek Prapanca
Jl. Prapanca Raya No.17 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Apoteker: Sruni Sarasati, S.Si, Apt
SP: 2256/P/XI/2017
Copy resep
R/ Dilantin 100 mg
Carbamazepine 200 mg
Luminal 30 mg
Diazepam 2 mg
Mf pulv dtd no.XXX
S 3 dd pI
A. SINGKATAN LATIN
Sesuai dengan definisinya resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter
gigi, Dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien. Karena resep juga merupakan informasi yang
terkait dengan keadaan penyakit pasien dan agar lebih singkat dalam menuliskan
aturan penggunaan obat, biasanya dokter menuliskannya dengan menggunakan
singkatan latin. Berikut ini adalah contoh- contoh singkatan latin yang sering
dijumpai dalam resep.
ac = ante coenam sebelum makan.
adde = adde tambahkan.
pc = post coenam sesudah makan.
mf = misca fac campur buatlah.
m i = mihi ipsi pemakaian sendiri.
dtd = datales dosis Berikan dengan takaran sebanyak itu.
S = signa Tandailah.
prn = pro renata jika perlu.
sos = si opus sit jika perlu.
sns = si necesse sit jika perlu.
ad = ad sampai/hingga.
aa = ana sama banyak.
s t dd gtt II ads = signa ter de die guttae duo auric dextro et sinistro tandai tiga kali
sehari 2 tetes pada telinga kanan dan kiri.
s b dd gtt I od = signa bis de die guttae unum oculo dextro tandai dua kali sehari
satu tetes pada telinga kanan.
s qt dd gtt II o2 = signa quatuor de die guttae dua oculo duo tandai empat kali sehari
dua tetes pada kedua mata.
s applic loc dol = signa applicandum logo dolens Oleskan pada tempat yang sakit.
s o m et v cap 1 pc = signa mono mane et vespere capsulam unam post coenam
Tandai tiap pagi dan malam.
s t dd p1 ac = signa ter de die pulverem unum ante coenam satu capsul sesudah
makan.
u p = usus propium Tandai tiga kali sehari sebelum makan.
suc = signa usus cognitus pemakaian sendiri.
sun = signa usus cognitus Pemakaian telah diketahui.
s h s cap 1 pc = signa hora somni capsulam unam post coenam tandai Pemakaian
telah diketahui.
s o n cap1 = signa omni nocte capsulam unam Tandai sebelum tidur satu capsul
sesudah makan. aggr Febr = aggrediente febre Tiap tengah malam satu capsul.
pcc = pro copy conform Ketika sedang demam Disalin sesuai dengan aslinya. rp =
recente paratus segar (dibuat baru).
Mf sol rp = misce fac solution recente paratus campur larutan dibuat baru/segar.
PRAKTIKUM III
DOSIS OBAT
A. DOSIS OBAT
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat dalam dosis yang tepat
sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit, tapi dalam dosis tidak tepat, dosis
kurang obat tidak efektif dan bila berlebih dapat merugikan kesehatan bahkan
membahayakan jiwa.
Beberapa istilah Dosis obat
a. Dosis obat adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada
penderita dewasa, yang disebut juga dosis lazim atau dosis medicinalis atau
dosis terapetik.
b. Dosis maksimum adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan (saat ini tidak
dipergunakan lagi). 3. Dosis toksis adalah takaran obat yang menyebabkan
keracunan.
c. Dosis lethalis adalah takaran obat yang menyebabkan kematian.
d. Loading dose/initial dose/dosis awal adalah takaran obat untuk memulai
terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi obat dalam darah dan mempunyai
efek terapi.
e. Dosis pemeliharaan : takaran obat yang diperlukan untuk mempertahankan
konsentrasi terapeutik (= konsentrasi obat dalam darah yang mempunyai efek
terapi).
f. Dosis regimen : pengaturan dosis serta jarak waktu antar dosis untuk
mempertahankan konsentrasi obat dalam darah sehingga memberikan efek
terapi.
Dosis obat yang akan diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diharapkan tergantung dari banyaknya faktor seperti : usia, berat badan, jenis
kelamin, luas permukaan badan, berat penyakit dan keadaan si sakit.
B. PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Dosis obat dapat dihitung berdasarkan :
1. Umur.
2. Berat badan
3. Luas permukaan tubuh.
Dosis obat dapat dilihat di buku- buku :
1. Dosis obat berdasarkan zat aktifnya dengan nama generik dilihat di Farmakope
Indonesia III, Alder Hey Book of Children’s Doses ( ABCD ) dan Extra
Pharmacopeae Martindale.
2. Dosis obat jadi dengan nama dagang , dosisnya dapat dilihat di ISO,
MIM’S/IMS dan DOI
Di dalam buku ISO (Indeks Spesialite Obat) terdapat tabel Perkiraan dosis bayi dan
anak terhadap dosis dewasa yang dihitung berdasarkan bobot badan. Sebagai
contoh dosis obat untuk bayi usia 2 bulan besarnya 15% terhadap dosis orang
dewasa.
Tabel 1. Perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa yang dihitung
berdasarkan bobot badan (ISO volume XXXI tahun1998)
Pada Tabel 1 belum terlalu lengkap misalnya untuk anak usia 4 dan 6 tahun tidak
tercantum perbandingannya terhadap dosis dewasa, untuk mengetahui
perbandingannya dapat dihitung dengan cara di bawah ini.
Cara menghitungnya :
Usia 3 tahun 33%
Dengan cara tersebut dapat diketahui persentase dosis pada setiap usia (dari usia bayi
prematur hingga usia 16 tahun) seperti yang tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2 Perkiraan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa yang dihitung berdasarkan
bobot badan yang lebih rinci.
Umur Bobot Badan (Kg) Dosis Bayi –Anak
Terhadap Dosis Dewasa
(%)
Bayi premature 1,13 2,5-5
1,81 4-8
2,27 5-10
Bayi baru lahir 3,18 12,5
2 bulan 4,54 15
4 bulan 6,35 20
12 bulan 9,98 25
2 tahun 29
3 tahun 14,97 33
4 tahun 37,25
5 tahun 41,5
6 tahun 45,75
7 tahun 22,68 50
8 tahun 53,3
9 tahun 56,6
10 tahun 29,94 60
11 tahun 67,5
12 tahun 35,52 75
13 tahun 77,5
14 tahun 45,36 80
16 tahun 54,43
C. CARA MENGHITUNG DOSIS OBAT
1. Berdasarkan umur pasien.
Perhitungan dosis dengan menggunakan umur pasien dapat menggunakan Rumus
Clark’s 1.untuk anak umur kurang atau = 8 tahun
n/ n 12 x dosis maksimum dewasa (1)
2. untuk anak umur > dari 8 tahun
n/20 x dosis dewasa (2)
Keterangan n = umur anak
Menghitung dosis obat dengan rumus Clark’s saat ini sudah jarang dipergunakan
lagi
3. Berdasarkan luas permukaan tubuh (Body surface area) Perhitungan dosis obat
berdasarkan luas permukaan tubuh, biasanya digunakan pada perhitungan dosis obat
kanker (antineoplastik). Contoh: Dosis Carboplatin 400 mg/m2 , chlorambusil 1-3
mg/m2 1. Cara menghitung luas permukaan tubuh Dengan menggunakan rumus.
Luas Permukaan Tubuh (m2) = √Tinggi x Berat badan (3)
Luas permukaan tubuh (body surface area = BSA adalah akar dari (hasil dari tinggi
badan dikali berat badan, dibagi dengan 3600). Sebagai contoh Tn A mempunyai
tinggi badan 160 cm dengan berat badan 70 kg, maka luas permukaan tubuh Tn A
adalah:
Bila Luas permukaan tubuh pasien tidak diketahui, tetapi tinggi badan dan berat
badannya diketahui selain menggunakan rumus di atas, luas permukaan tubuh pasien
dapat ditentukan dengan menggunakan bantuan nomogram
DOSIS MAKSIMUM
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk
menghasilkan efek yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur,
bobot badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit dan kondisi
daya-tangkis penderita. Dosis maksimum adalah takaran obat terbesar yang
diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan
pada penderita. Dosis maksimum berlaku untuk satu kali dan satu hari. Penyerahan
obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan
membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; member garis bawah
nama obat tersebut;dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap
(Syamsuni, 2005).
Perhitungan dosis maksimum untuk anak dapat didasarkan pada :
a). Rumus Young : n/n+12 x DM dewasa dimana n adalah umur anak 8 tahun
kebawah
b). Rumus Dilling : n/20 x DM dewasa dimana n adalah umur anak 8-20 tahun
c). Rumus Fried : n/150 x DM dewasa dimana n adalah umur bayi dalam bulan
Langkah-langkah menghitung DM dalam pulveres :
1). Tuliskan DM obat disamping kanan resep
2). Lihat umur pasien
a). Jika pasien dewasa maka langsung ke tahap nomor 3
b). Jika pasien anak maka hitung DM berdasarkan umur
3). Hitung jumlah obat ber-DM tiap bungkus
a). Jika resep memakai dtd
Jumlah obat ber-DM tiap bungkus seperti yang tertulis dalam resep
b). Jika resep tanpa dtd
Jumlah obat ber-DM tiap bungkus = Jumlah obat ber DM dalam
resep/jumlah bungkus
4). Hitung pemakaian menurut resep untuk 1 kali pakai dan 1 hari pakai,
b). Jika resep tidak boleh diserahkan maka laporkan, setalah ada
20 mg / 80
R / Extrax Belladone 0,12 mg
Antypirin 1,5
1g/4g
SL q.s
s.t.d.d.p I
DM untuk umur 15 th :
Extrak Belladona
Antypirin
1 kali pakai = 15/20 x 20 mg = 15 mg
1 hari = 15/20 x 80 mg = 60 mg
12 bungkus = 4800 mg
= 4800 mg – 1620 mg
= 3180 mg
Inkompatibiltas atau tak tercampurkan adalah apabila 2 obat atau lebih bila dicampurkan
menghasilkan campuran yang tidak diinginkan karena mempengaruhi sifat fisika maupun
kimia, sehingga hal ini harus dihindari. Ada 2 jenis inkompatibilitas, yaitu :
1. Inkompatibiltas fisik
Adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada waktu mencampur
bahan obat tanpa ada perubahan susunan kimianya.
Beberapa peristiwa yang termasuk inkompatibilitas fisik antara lain :
a. Meleleh dan menjadi lembabnya campuran serbuk, contoh :
1) Penurunan titik lebur
Hexamin dan asetosal
Menthol dan camphor
2) Penurunan tekanan uap relatif
KBr dan NaI
NaBr dan NH4Cl
3) Bebasnya air kristal
Magnesii sulfat dan Natrii Sulfat
b. Tidak dapat larut dan tidak dapat bercampur
Contoh : Sulfadiazin dalam sediaan larutan
c. Penggaraman
Contoh : Chinin HCl tidak larut dengan adanya Amonium chlorid
d. Adsorpsi
Contoh : Bolus Alba mengadsorpsi alkaloida
2. Inkompatibilitas kimia
Ini terjadi karena timbulnya reaksi kimia pada waktu mencampurkan obat. Contoh
inkompatibiltas kimia :
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengenal alat alat ilmu resep dan penimbangan dasar
2. Cawan porselin
5. Pipet
7. Kertas perkamen
8. Sudip
1
4
6
PENIMBANGAN DASAR
Keterangan :
4.Jarum timbangan
5.Skala
8.Pisau tangan
9.Tangan timbangan
11.Piring timbangan
PENIMBANGAN
2. Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi anting (3.1)
dengan alas anting (3.2) harus tepat. Bila belum tepat kita putar tombol (2).
3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada tempatnya. Bila sudah
maka tuas (6) kita angkat atau putar maka timmbangan akan terangkat dan akankelihatan
apakah piringnya seimbang atau berat sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar
mur (10) kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.
4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen diatas kedua piring timbangan, angkat tuas
(6) untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang.
5. Cara penimbangan bahan-bahan :
a. Bahan padat seperti serbuk, lilin, dll ditimbang diatas kertas perkamen.
b. Bahan ½ padat seperti vaselin, adeps, ditimbang diatas kertas perkamen atau diatas
cawan penguap.
c. Bahan cair dapat ditimbang diatas kaca arloji, cawan penguap atau langsung dalam
botol atau wadah.
d. Bahan cairan kental seperti ekstak belladon dan ekstrak hiosiami langsung ditimbang,
sedangkan untuk ichtiol ditimbang dikertas perkamen yang sebelumnya diolesi
dengan parafin cair/vaselin.
e. Bahan oksidator (kalii permanganas, iodium, argenti nitras) ditimbang pada gelas
timbang atau pada gelas arloji yang ditutup.
f. Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg dilakukan pengenceran
PRAKTIKUM VI
PULVERES DASAR , SERBUK TABUR
A. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan farmasetika dalam bentuk sediaan serbuk bagi
(pulveres) dan serbuk tidak terbagi/serbuk tabur (pulvis adspersorius).
B. TEORI
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukan.
1. PULVERES/SERBUK BAGI
Serbuk bagi atau pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau pengemas lain yang cocok.
Cara pembuatan:
a. Secara umum
1) Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu
sampai halus, baru digerus dengan yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari
dua bahan yang paling sedikit.
2) Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu dengan
SL (Saccharum lactis) untuk obat dalam atau bahan lainnya dengan talk atau kaolin
untuk obat luar. Hal tersebut untuk mencegah obat yang berkhasiat masuk ke dalam
pori-pori lumpang.
3) Bila dalam pembuatan terdapat bj yang berlainan masukan dalam lumpang bj yang
lebih berat terlebih dahulu baru yang lebih ringan.
4) Jangan mengerus serbuk dalam jumlah banyak sekaligus untuk menghindari jangan
sampai ada bagian serbuk yang belum halus.
b. Secara khusus
1) Camphora, menthol, thymol, acid benzoic, acid salicylic : ditetesi etanol (spiritus
fortior) kemudian dikeringkan dengan SL.
Catatan: asetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran
4) Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutes (etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir
panas.
5) Sulfur, stibii pentasulfida atau rifampisin (warna merah kuning, susah hilang dari
mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert seperti SL.
6) Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus kemudian dicampurkan dengan
bahan lain.
7) Elaeosacchara : elaeosacchara lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1
tetes minyak atsiri.
8) Obat-obat paten yang di “loco” (diganti) : usulkan pergantiannya kecuali sudah
dianggap sinonim.
9) Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu persatu, jika
diberi tanda seru dan paraf, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada
resep.
10) Pengenceran : dengan SL dan carmin
11) Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus kemudian diayak yang
halusnya dicampur yang lainnya.
Catatan :
Bobot satu bungkus untuk pulveres : anak-anak 300 mg, dewasa 500 mg.
Bobot satu kapsul : tidak ada ketentuannya
Kapasitas cangkang kapsul :
Nomor 00 : maksimum 850 mg
Nomor 0 : maksimum 650 mg
Nomor 1 : maksimum 450 mg
Nomor 2 : maksimum 300 mg
a. Secara umum
1) Seperti pembuatan pulveres
2) Dilebihkan 10% penimbangannya
3) Bila tidak mengandung zat yang berlemak diayak dengan ayakan nomor 100.
4) Bila mengandung zat yang berlemak diayak dengan ayakan nomor 44
5) Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan
lagi sampai seluruhnya terayak.
b. Secara khusus
1) Camphor, menthol, acid salicylic, acid benzoic : ditetesi etanol, keringkan
dengan talk/bolus alba/amylum/magnesium oksida.
2) Acid boric : diambil pulv-nya
3) Cera : ditetesi eter atau spiritus fortiori, keringkan dengan talk atau bolus alba.
4) Balsam peru : ditetesi etanol atau spiritus fortiori, keringkan dengan talk.
5) Ichthyol : ditetesi dengan etanol, keringkan dengan talk.
6) Minyak atsiri : tidak diayak, tidak dilebihkan.
7) Paraformaldehida : tidak diayak, tidak dilebihkan
C. RESEP UNTUK SEDIAAN SERBUK
CTM 0,04
m.f. pulv dtd No. X
m.f. pulv dtd No. XX
S 3 dd pulv 1
S 3 dd pulv 1
3. R/ Rifampicin 1,2
4. R / Phenobarbitalum 0,100
INH 1,2
Paracetamol 0,120 m.f.
Vit B6 100 pulv dtd No. X
S 3 dd pulv 1
m.f. pulv da in caps. No. XX
S 1 dd 1caps a.c pagi hari
5. R/ Acidi salicylici 0,300 6. R/ Acid boric 1,25
Talc. Ad 15 S 3 dd caps 1
m.f. pulv
S bedak purol
Sue
PRAKTIKUM VII
PULVERES DENGAN PENGENCERAN & DOSIS MAKSIMUM
A. TUJUAN UMUM
B. TEORI
Istilah :
1. Dosis : Jumlah obat yang digunakan untuk mencapai efek terapeutik yang
diharapkan
Formula YOUNG : n
Formula DILLING : n
Luminal 0,10
mf.Pulv.dtd. No.XV
S. 3 dd. P.I
b. Luminal
2).
ℜ/ Atropin sulf. 2,5 mg
Belladonae extr. 100 mg
Sacch. Lact. qs.
mf. pulv, No. X
S. t. d.d pulv.I
Extr. Belladonae adalag sari kental yang mengandung atropin dan hiosin, maka untuk
perhitungan dosisnya berlaku dosis gabungan (Extr. Belladonae dan Atropin sulft.)
A. DEFINISI
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Bentuk kapsul
bermacam – macam, misalnya bulat, oval, panjang, dan silinder. Ukuran kapsul
menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam. Ukuran yang dinyatakan
dalam nomor kode 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil. Ukuran kapsul 000,
00, 0, 1, 2, 3, 4, 5.
Ukuran capsul menunjukkan volume dari capsul dan kita mengenal 8 jenis ukuran capsul
yang dinyatakan dengan nomor 000 (ukuran terbesar) sampai no 5 (ukuran terkecil) sebagai
berikut :
CONTOH RESEP
Dr. Benjamin AR
DUM 112A/89
Jl. Kota Baru 51 Banjarmasin
A. Tujuan
Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan salep yang baik dan tepat.
B. Teori
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan
dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak
mengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan
dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep digolongkan dalam 4 tipe yaitu
basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis larut
air.
Basis hidrokarbon merupakan basis salep yang benar-benar bebas dari air.
Formulasi basis hidrokarbon dibuat dengan mencampur hidrokarbon cair (minyak
mineral dan paraffin cair) dengan hidrokarbon yang mempunyai rantai alkyl lebih
panjang dan titik leleh lebih tinggi misalnya paraffin putih ataupin paraffin kuning.
Penggunaan basis salep hidrokarbon sebagai system penghantaran obat topical
sangat terbatas, karena sebagaian obat relatif tidak larut dalam minyak hidrokarbon.
Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan kelarutan obat dalam basis
hidrokarbon, yaitu dengan mencampurkan pelarut-pelarut yang dapat campur
dengan basis hidrokarbon, misalnya isopropyl miristat atau propilen glikol. Salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mongering,
dan tidak tampak berubah pada waktu lama.
Basis salep yang dapat dicuci dengan air merupakan basis yang bersifat dapat
dicuci dari kulit dan pakaian dengan menggunakan air. Dalam penggunaannya,
salep dengan basis jenis ini mampu untuk mengabsorpsi cairan serosal yang keluar
dalam kondisi dermatologi. Obat jenis tertentu dapat diabsorpsi lebih baik oleh kulit
jika menggunakan dasar salep ini. Contoh basis salep yang dapat tercuci dengan air
adalah basis yang terdiri dari alkohol stearat dan petrolatum putih (fase minyak),
propilen glikol dan air (fase air), serta Na lauril sulfat sebagai surfaktan.
Basis salep yang larut air merupakan basis yang hanya mengandung
komponen larut air, sehingga dapat tercuci air dengan mudah. Dalam formulasi,
basis jenis ini digunakan untuk mencampur bahan obat yang tidak berair atau bahan
padat. Contoh basis salep yang larut air adalah salep PEG yang merupakan
kombinasi antara PEG 3350 dengan PEG 400 dengan perbandingan 4:6.
Dalam pemilihan basis salep untuk memformulasi suatu bahan aktif menjadi
sediaan semisolida, harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut (DepKes
RI, 1995)
c. Ketersediaan hayati
Pembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan dua metode umum yaitu metode
pencampuran dan metode peleburan. Dalam metode pencampuran, komponen salep dicampur
bersama-sama sampai diperoleh massa sediaan yang homogen. Penghalusan komponen
sebelum proses pencampuran kadang diperlukan sehingga dapat dihasilkan salep yang tidak
kasar saat digunakan. Pada metode peleburan semua bahan dicampur dan dilebur pada
temperatur yang lebih tinggi daripada titik leleh semua bahan, kemudian dilakukan
pendinginan dengan pengadukan konstan. Pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
sediaan menjadi keras karena terbentuk banyak kristal yang berukuran kecil, sedangkan
pendinginan yang terlalu lambat akan menghasilkan sedikit kristal sehingga produk menjadi
lembek
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu
dengan pemanasan.
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain
dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya
oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus
diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.
(4) Peraturan Salep Keempat
2. R/ Unguentum Leniens 30
S. salep sejuk
Pro : Rusdi
3. R/ Cera Flava 30
Ol. Sesami 70
S. unguentum simplex
Pro: Ridwan
4. R/ Alcoholcetylici 4
Adeps Lanae 10
Vaselini Albi 86
S. unguentum cetilicum
Pro : Andri
5. R/ Vaselinum Hidrophylum 30
S.u.e
Pro : Mika
PRAKTIKUM X
SIRUP
Jakarta, 9/3/2015
Adde
m.f potio
stdd 1 cth
Dosis
Nama
N Zat Golongan Pemerian Khasiat
O maximum
lazim
Acetamino
1 phen Bebas Serbuk hablur Analgetik,
putih,tidak - - antipiretika
berbau,rasa
pahit
Rasa pahit
3 Acetosal Keras Serbuk hablur Analgetika,
putih, tidak antipiretika
- 1 gr/ 8 gr
berbau, rasa
asam
I Komposisi :
Acetosal 80 mg
II . Resep Standar :
Acetaminophen 120 mg
Isothipendyl 2 mg
Fenileprin HCL 5 mg
1. Cafenol
2. Aspilets
3. Aspirin
4. Analgan
5. Farmasan
7 Pasien Ada
VI . Usul :
- Penambahan PGS 2 % dan air untuk PGS 7Xnya
Bodrexin tidak ditambahkan didalam pembuatan obat karena bodrexin
mengandung acetosal yang tidak seimbang dicampurkan dengan air dan lama-
lama acetosal bisa menjadi acid salycyl.
1 h = 10/ 20 X 8 g = 4 g
1 X = 0,096 X 1 / 12,192 = 0,078 g
% 1 X = 0,078 g/ 0,5 g X 100 % = 15,6 %
1 h = 0,078 g X 2 = 0,156 g
% 1 h = 0,156 g/ 4 g X 100 % = 3,9 %
VIII . Perencanaan :
1 . Nipe Sirup = 60 ml
Pegenceran :
- Isothipendyl HCL 50 mg
- Aqua dest 10 g
X . Cara kerja :
1. Setarakan timbangan, timbang seluruh bahan obat, Kalibrasi botol.
2. Buat pengenceran Isothpendyl HCl, Hasil Pengenceran masuk ke botol, sisa
pengenceran masukkan pot plastik.
3. Masukkan Acetaminophen + Phenyleprin HCl + PGS ke dalam lumpang, gerus.
4. Tambahkan air untuk PGS sedikit demi sedikit gersu ad homogen, masukkan ke dalam
botol.
5. Tambahkan aquadest dalam botol ad 60 ml atau ad garis tanda, kocok.
6. Beri etiket putih, Label Kocok dahulu + NI
XII. Etiket
Dr yuditya
Jl. Kuninngan Timur A Jakarta Selatan 20513
SIK : 002132015
Jakarta , 9 – 3 – 2015
Luminal 0,025
Benadrly 0,025
M,f Potio
s.t dd cth 1
Pro : Amira
Umur : 10 thun
Dr yunita
SIK : 002901251
Jakarta , 15 – 3 – 2015
Pro : Wira
Umur : 20 thun
Dr Aditya
Jl.Sunter Agung, 29/B, Jakarta Utara,21590
SIK : 002901215
Jakarta,14-03-2015
R/
OBH 70 ml
Luminal 150 mg
Syrup thimi 60
M.F Potio
S.O.4.h.c.c p.c
Pro : Yumi
Umur : 25 tahun
Dosis
Khasiat
No. Nama Zat Golongan Pemerian
Lazim Maksimum
Obat
1x 1h 1x 1h
I. Komposisi
isi
OBH (Obat Batuk Hitam)
Tiap 300 ml mengandung
:
1 Glycirrhizae
. Succus 10 gr
2 Amonii
. Chloridum 10 gr
3 Amoniae Anisi
. Spirtus 6 gr
4
. Aqua Destilata ad 300 ml
1. OBH 70 ml
Glycirrhizae
Succus 10 gr x 10 / 300 = 2,3
10 gr x
Amonii 10/
Chloridum 300 = 2,3
Amoniae Anisi Spirtus 6 gr x 10/
300 = 1,4
Aqua Destilata ad 300 ml x 10/300 = 20 ml
Luminal 150
2. mg
3. Syrup Thymi 60 : Bj 60/130,15 x 100% = 46,1% > 16,67%. Bj = 1,3
PGS : 2 / 100 x
4. 130,15 = 2,6 gr
5. Air untuk PGS 7 x 2,6 gr = 18,2 = 18 ml + 0,2 / 1 x 20 tetes = 4 tetes
= 18 ml + 4 tetes
6. PGS 2,6 gr
2. Kalibrasi Botol
5. Masukkan PGS + Air PGS gerus ad corpus + Luminal gerus ad homogen , Botol
No. Tgl.
Yumi
KOCOK DAHULU
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara
merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan meiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur
Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya menjadi larutan oral dan
larutan topikal. Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut terbagi menjadi
Spiritus, tingtur dan larutan air. Larutan yang diberikan secara injeksi disebut larutan
injeksi (DepKes RI, 1995).
Eliksir merupakan sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, selain
obat juga mengandung zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, dan zat
pewarna digunakan sebagai obat dalam. Sedangkan mixtura dengan solutio tidak ada
perbedaan prinsip dalam pengertian, hanya dikatakan solutio apabila zat terlarut hanya
satu, dan disebut mixtura apabila zat terlarut adalah banyak (Anief, 1988). Infusa
merupakan solution, yaitu sediaan cair yang dibuat dengan mencari simplisia nabati dengan
air pada suhu 90º selama 15 menit. Simplisia nabati adalah suatu tumbuhan yang berkhasiat
obat dari tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman (isi sel yang di keluarkan
dari selnya dengan cara tertentu).
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu
20o dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian
volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Jika kelarutan suatu zat tidak
diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan sitilah berikut :
Jumlah bagian pelarut diperlukan
Istilah kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tampa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang di tetapkan. Komposisi suspensi
adalah sebagai berikut :
1. Bahan aktif.
2. Bahan tambahan
3. Suspending Agent
a. Akasia (PGA). Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam
air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya
adalah PH 5-9.Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus
ditambahkan pengawet.
b. Tragakhan. Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
serbuk tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen.
Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehingga
untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih
kental dari pada mucilago dari Gom arab.
c. Mucilago amily, dibuat dengan amilum tritici 2%.
d. Solution gummosa. Mengandung pulvis gummosus (PGS) 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu
masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit.
Anief, M., 1987, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Rowe, C. R., Sheskey, J. P., and Weller, J. P., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th Edition, 18-19, 89- 91, 462-469, 629-631, American
Pharmaceutical Association, London, Chicago.
Shargel, L., Pong, S. W., and Yu, A. B. C., 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, McGraw-Hill Book Company, New York.