Anda di halaman 1dari 21

MODUL

PRAKTIKUM
FARMASETIKA
I 2021/2022
PRODI D3 FARMASI DOSEN PENGAMPU : Maida
POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT Safitri,M.Farm.,Apt Lis
Kamelia,S.Si.,Apt
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya buku
Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar ini.
Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar I ini merupakan buku penuntun bagi
mahasiswa tingkat I Prodi Farmasi Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung dalam melaksanakan
praktikum Farmasetika Dasar.
Maksud disusunnya buku petunjuk ini adalah agar mahasiswa dapat melaksanakan
praktikum dengan baik dan benar.
Harapan kami buku Petunjuk Praktikum Farmasetika Dasar I ini dapat digunakan sesuai
yang diinginkan. Kami mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan buku ini dimasa
mendatang.

Bandung, Oktober 2021

Penyusun
KETENTUAN PRAKTIKUM

1. Praktikum Farmasetika Dasar akan dilaksanakan dalam 7 kali pertemuan ( 7 minggu )


yang disusun berdasarkan jadwal sebagai berikut :
Pertemuan Materi
1 Asistensi- Penjelasan Materi Praktikum

2 Latihan membuat jurnal, menimbang, melipat


perkamen, mengisi kapsul

3 dan 4 Pulveres – pembuatan Jurnal – pembahasan


jurnal

5 dan 6 Kapsul – pembuatan Jurnal – pembahasan


jurnal

7 dan 8 Pulvis - solutio – pembuatan Jurnal –


pembahasan jurnal

9 dan 10 Praktikum Pulveres

11 dan 12 Praktikum Kapsul

13 dan 14 Praktikum Pulvis - Solutio

2. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar.


3. Sebelum praktikum, semua siswa diwajibkan membuat laporan sementara tentang resep
yang akan dikerjakan.
4. Setelah praktikum, siswa wajib menyerahkan laporan akhir praktikum.

PETUNJUK KERJA LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR I


1. Diperlukan kesungguhan dan keseriusan dalam melaksanakan praktikum Farmasetika
Dasar. Siswa diharapkan mempelajari serta memahami materi dan prosedur percobaan
yang akan dilaksanakan. Serta mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan dalam
praktikum.
2. Empat hal yang perlu diperhatikan selama bekerja di Laboratorium Farmasetika Dasar :
a. Kebersihan
Praktikan diwajibkan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan selama
berjalannya praktikum.
b. Ketepatan
Praktikan dituntut untuk memperhatikan ketepatan dalam menimbang maupun
mengukur volume zat yang digunakan.
c. Pengamatan
Hasil praktikum akan baik apabila dilakukan pengamatan yang
cermat/teliti. d. Keselamatan kerja selama di Laboratorium
3. Peserta praktikum harus datang paling lambat 10 menit sebelum praktikum di mulai. Bagi
yang berhalangan hadir, wajib memberikan keterangan yang jelas.
4. Akan diadakan tes setiap kali praktikum
5. Tidak diadakan praktikum ulang. Apabila tiga kali tidak mengikuti praktikum, maka siswa
ybs dinyatakan gugur dan dipersilahkan mengikuti praktikum tahun berikutnya. 6. Peserta
praktikum tidak boleh meninggalkan laboratorium selama praktikum berlangsung, kecuali
dengan ijin dari pembimbing.
7. Setiap praktikan harus bertanggung jawab atas peralatan yang digunakan selama
praktikum dan melaporkan setiap ada kerusakan atau gangguan kepada pembimbing,
serta bersedia mengganti peralatan yang rusak atau hilang.
FARMASETIKA I
MATERI PENDAHULUAN

Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien
sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun 2014, Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah medication error yang
disebabkan oleh kesalahan interpertasi seperti pada resep yang ditulis tangan. Resep elektronik
dapat memastikan bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang tertulis adalah benar
dan dapat juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi terhadap obat tertentu dan
kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal pada pasien gangguan fungsi ginjal.

Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. INSCRIPSTIO terdiri dari :
a. Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan tanggal
penulisan resep.
b. Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta untuk menyiapkan
obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam resep.

2. PRAESCRIPTIO terdiri dari :


a. Nama obat pokok yang mutlak harus ada, dan jumlahnya (remidium cardinale ) b. Bahan
yang membantu kerja obat pokok (remidium adjuvans) tidak mutlak perlu ada dalam resep.
c. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna
(corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
d. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis), warna
(corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
e. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan yang bersifat
netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat
yang cocok. Contoh lactosum dalam puyer, aqua destillata dalam obat minum, sirup
dalam elixir.
f. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki misalnya : Campur buatlah yang
ditulis dalam singkatan latin Mf pulv merupakan kepanjangan dari Misca fac pulveres
yang artinya campur buatlah puyer; Mf l a potio = Misca fac lege artis potio = campur
buatlah obat minum sesuai dengan keahliannya

3. SIGNATURA Signatura terdiri dari :


a. Aturan pakai (S = signa contoh S t dd p1 , tandai tiga kali sehari 1 bungkus)
b. Nama pasien dibelakang kata Pro : Marcela usia: 5 tahun, 20 kg
Alamat : Rawamangun Muka Barat no. 45 telp. 4258735.
Penulisan alamat pasien akan memudahkan pihak apotek dalam menelusuri tempat
tinggal pasien bila terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat. Bila
menuliskan untuk pasien dewasa idealnya dituliskan Nyonya/Tuan. Bila resep untuk
hewan setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama pemilik dan alamat
pemiliknya.

4. SUBSCRIPTIO merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang menuliskan
resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep yang mengandung
injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter tidak cukup hanya dengan paraf
dokter.

RESEP YANG MENGANDUNG OBAT NARKOTIKA


Untuk resep yang mengandung obat golongan narkotika (Codein, Doveri) sesuai dengan
peraturan :
a. Tidak boleh tercantum tulisan atau tanda iter (iterasi : dapat diulang); m.i ( mihi ipsi : untuk
dipakaisendiri) atau u.c ( usus cognitus : pemakaian diketahui)
b. Bila ada obat golongan narkotika yang belum ditebus/diambil seluruhnya,maka sisa obat
dalam copy resepnya, hanya dapat ditebus pada apotek yang sama.
c. Resep yang diterima oleh apotek harus diperiksa dulu (diskrining/ditelaah) apakah resep
tersebut asli atau palsu, bila asli apakah telah lengkap bagian – bagiannya.

Tanda- tanda khusus yang ditulis dalam resep misalnya bila obat harus diulang pengambilannya,
atau bila obat dalam resep harus segera disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat
tersebut seperti: antidotum, obat luka bakar dll.

UNTUK RESEP YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA,


Dokter penulis resep dapat memberitanda dibagian atas resepnya dengan kata-kata : cito (
segera), statim (penting), urgent ( sangat penting) atau P.I.M (periculum in mora : berbahaya
jika ditunda)

SALINAN RESEP (COPY RESEP)


Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang memuat semua keterangan
obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum,
afschrtif. Menurut peraturan copy resep harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA), bila APA berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf
pada salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti
dengan mencantumkan nama lengap dan status Apoteker yang bersangkutan.
Copy resep/salinan resep harus dibuat bila ada obat yang harus diulang penggunaannya (
ada kata Iter ), selain itu copy resep harus dibuat bila:
a. Atas permintaan pasien /untuk bukti kepada instansi yang menjamin biaya kesehatan pasien.
b. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya. Pada copy resep nama obat disalin sesuai
dengan resep aslinya, kecuali bila ada jenis obat yang namanya/jumlahnya diganti sesuai
dengan persetujuan dokter maka pada copy resepnya ditulis nama dan jumlah obat yang
sudah diganti.

MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
penderita.
2. Dosis Lazim, dosis yang digunakan sebagai pedoman umum dalam pengobatan. 3. Dosis
minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan resistensi pada penderita.
4. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan
dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
5. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada
penderita.
6. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian pada
penderita. Dosis letalis terdiri atas :
(a) L.D 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
(b) L.D 100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.
PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis obat dapat dihitung berdasarkan :


1. Umur.
2. Berat badan
3. Luas permukaan tubuh.

I. Berdasarkan umur pasien.


Perhitungan dosis dengan menggunakan umur pasien dapat menggunakan beberapa rumus,
antara lain
1. Rumus Young, untuk anak umur kurang atau = 8 tahun

Dosis = n (tahun) x dosis dewasa


n (tahun) + 12

2. Rumus Dilling, untuk anak umur > dari 8 tahun

Dosis = n (tahun) x dosis dewasa


20

3. Rumus Fried, digunakan untuk bayi

Dosis = n ( bulan) x dosis dewasa

150

II. Berdasarkan luas permukaan tubuh (Body surface area)


Perhitungan dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh, biasanya digunakan pada
perhitungan dosis obat kanker (antineoplastik).
Contoh: Dosis Carboplatin 400 mg/m2 , chlorambusil 1-3 mg/m2
Jika perhitungan dosis menggunkan dosis dewasa maka dihitung dengan :

Rumus Catzel : Dosis = Luas permukaan badan anak x 100 x dosis dewasa Luas
permukaan tubuh dewasa

III. Berdasarkan berat badan pasien


Perhitungan dosis obat berdasarkan berat badan sebenarnya paling ideal karena sesuai
dengan kondisi pasien dibandingkan perhitungan berdasarkan umur yang tidak sesuai
dengan berat badan pasien.
Rumus Clark ( Amerika)
Dosis = bobot badan anak ( pon) x dosis dewasa
150

Jika sudah diketahui dosis untuk anak per kgBB maka dapat dihitung secara langsung

: Dosis obat = Berat badan pasien x dosis obat/kg berat badan pasien

Contoh soal:
Hitung berapa dosis 1 x pakai dan dosis sehari cefadroksil, untuk bayi yang berusia 10 bulan
dengan berat badan 8 kg, jika diketahui dosis cefadroksil dalam sehari = 25 mg/kg dalam
dosis terbagi. Berapa dosis cefadroksil untuk sekali pakai, bila jumlah pemakaian cefadroksil
dalam sehari 2 x pakai.
Jawab:
Dosis sehari Cefadroksil = 8 kg x 25 mg/ kg = 200 mg.
Dosis cefadroksil sekali pakai = 200 mg : 2 = 100 mg.
PENIMBANGAN

Penimbangan dalam mengerjakan resep digunakan alat timbang bertangan panjang dengan
beberapa macam daya timbang. Ada tiga jenis alat timbangan:
a. Timbangan gram kasar. Mempunyai daya beban antara 250 gram sampai 1.000 gram,
dengan kepekaan 200 mg.P[396E4;
b. Timbangan gram halus. Mempunyai daya beban 100 gram sampai 200 gram, dengan
kepekaan 50 mg.
c. Timbangan miligram. Mempunyai daya beban 10 sampai 50 gram, dengan kepekaan 5 mg.
Timbangan Miligram
Timbangan Gram
Daya beban timbangan adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang.

Kepekaan adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring
timbangan setelah keduanya siisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum timbangan
tidak kurang dari 2 mm dari tiap dm panjang jarum.
Bobot terkecil yang boleh ditimbang dengan timbangan gram adalah satu gram,
sedangkan bobot terkecil yang boleh ditimbang dengan timbangan miligram adalah 50 miligram.

TEHNIK MENIMBANG BAHAN BAKU


I. Zat Padat atau serbuk
a. Piring timbangan baik disebelah kiri maupun kanan diberi alas dengan kertas
timbangan(perkamen) yang sama ukurannya.
b. Anak timbangan disimpan di sebelah kiri piring timbangan dengan bantuan pinset kecil
dan bahan obat disimpan di sebelah kanan dengan bantuan spatel.
II. Ekstrak kental
Ditimbang menggunakan kertas parafin (perkamen yang telah diolesi dengan parafin cair),
dengan spatel dimasukkan ke dalam mortir.
III. Zat cair
a. Ditimbang dengan menggunakan cawan petri atau kaca arloji yang sudah ditara. b. Cara
menara cawan/wadah, dilakukan pada piring timbangan sebelah kiri atau sebelah kanan.
c. Setelah wadah disimpan pada piring timbangan, atur kesetimbangan dengan menaruh
penyetara seperti kelereng kecil atau potongan bekas pasta gigi.
d. Setelah setimbang baru dimasukkan bahan obat yang akan ditimbang.

TATA TERTIB MENIMBANG


a. Timbangan dibuka.
b. Setiap akan menimbang harus diperiksa terlebih dahulu apakah timbangan dalam keadaan
setimbang dan dalam posisi horizontal.
c. Setiap mengambil/memegang batu timbangan harus dengan pinset.
d. Untuk bahan-bahan yang beratnya di atas 50 mg dan di bawah 1,000 mg ditimbang pada
timbangan miigram. Untuk bahan/zat yang beratnya diatas 1 gram dan di bawah 1 kg pada
timbangan gram.
e. Sebelum menimbang di atas piring neraca dialasi dengan perkamen yang bersih. Anak
timbangan diletakkan piring timbangan sebelah kiri, sedangkan sebelah kanan untuk bahan
yang akan ditimbang.
f. Penimbangan bahan obat yang beratnya kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran
dengan zat tambahan/pembawa yang cocok ( laktosa/ SL, air dan lain-lain ). g. Janganlah
sekali-kali menggunakan anak timbangan sebagai penara, tapi pakai penara dari logam seperti
peluru senapan angin, kelereng kecil, lempengan lunak, alumunium (bekas odol/pasta gigi)
yang mudah digunting.
h. Untuk mencegah bahan-bahan obat dikotori oleh udara atau tertiup angin, maka timbang
bahan obat sebagian/jangan terlalu banyak dan langsung dicampur. Menimbang bahan obat
harus langsung dari botol persediaannya.
i. Bila bahan berupa gumpalan besar, sebaiknya dihaluskan dan dipotong terlebih dahulu.
Bahan higroskopis dan bereaksi dengan zat organik ditimbang di atas kaca arloji yang sudah
diberi alas kertas perkamen.

TEKNIK PENGENCERAN

Bila bahan obat yang harus ditimbang bobotnya kurang dari 50 mg, maka penimbangannya
dilakukan dengan pengenceran.
Sebagai pengencer biasanya digunakan bahan yang bersifat inert atau netral, seperti
saccharum laktis ( laktosa ) untuk bahan obat berupa serbuk, sedangkan air atau larutan untuk
bahan yang berupa cairan ( sediaan cair ). Sebagai bahan pengencer dapat digunakan bahan
lainnya tergantung dari basis atau pembawa sediaan yang akan dibuat.

Pengenceran obat untuk sediaan serbuk


Sebagai contoh kita akan menimbang suatu bahan obat sebesar 10 mg, tehnik pengencerannya
adalah sebagai berikut:
a. Timbang bahan obat/zat aktif sebesar 50 mg. ( batas terkecil yang boleh ditimbang)
b. Tambahkan zat warna sedikit ( untuk melihat homogenitas ) seperti carmin. c.
Timbang saccharum laktis 2.450 mg.
d. Di dalam mortir gerus saccharum laktis sebagian tambahkan bahan obat/zat aktif dan zat
warna.
e. Digerus hingga merata ( warna merah merata ).
f. Tambahkan sisa saccharum laktosa sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.
g. Dari campuran ini ditimbang 500 mg.
Untuk zat aktif 10 mg = 10/50 x 2.500 mg
= 500 mg
Dari campuran 500 mg ini mengandung zat aktif sebesar 10 mg.
h. Pengenceran dapat dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali. Dan hasil
pengenceran serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.

a. Pengenceran bahan obat padat dalam cairan.


Dalam pembuatan sediaan obat cair yang didalam komposisinya terdapat bahan obat padat
yang jumlahnya kecil (kurang dari 50 mg), maka obat ini harus diencerkan dengan
menggunakan pembawa/ pelarut yang terdapat dalam komposisi dalam resep tersebut.
Contoh

R/ Paraffin liq. 50 mL
Gummi Arabicum 12,5 mg
Sirup simplex 10 mL
Vanillinum 25 mg
Aethanolum 90% 6 mL
Aqua dest ad 100 mL

Dalam komposisi resep diatas terdapat Vanillin sebagai corringent odoris yang beratnya
kurang dari 50 mg, sehingga harus dibuat pengenceran dengan pelarutnya yang terdapat
dalam komposisi resep tersebut yaitu etanol 90%. Jumlah volume pengenceran harus
disesuaikan dengan jumlah pelarut yang tersedia.

Perhitungan pengenceran:
Vanillin ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam etanol 90% hingga volume 12 mL.
Hasil pengenceran diambil sebanyak = 25 mg x 12 mL = 6 mL 50 mg
Hasil pengenceran 6 mL sudah termasuk etanol 90% yang berasal dari resep standar.

b. Pengenceran bahan obat cair dalam sediaan cairan.


Larutan zat cair dalam cairan, sebagai contoh adalah etanol 70% yang merupakan larutan
alkohol 95% dalam air.
Contoh :
Akan dibuat etanol 70% sebanyak 600 ml, dalam laboratorium tersedia etanol 95% Berapa
banyak volume etanol 95% yang harus diambil dan berapa aqua destillata yang harus
ditambahkan untuk membuat etanol 70% tersebut?
Untuk menyelesaikan resep tersebut kita menggunakan rumus :
P1. V1 = P2. V2
P1 = % etanol 70%
P2 = % etanol 95%
V1 = volume etanol 70%
V2 = volume etanol 95%
Penyelesaian :
70% x 600 ml = 95% x V2
V2 = 442 ml ( volume etanol 95% yang harus diukur )

Volume air yang ditambahkan = 600 ml – 442 ml = 158 ml


Maka untuk membuat Etanol 70% sebanyak 600 ml, dibutuhkan Etanol 95% sebanyak 442
mL kemudian ditambahkan air sebanyak 158 mL.

c. Pengenceran bertingkat ( dalam puyer )


Pengenceran bertingkat dilakukan bila jumlah bahan obatnya sangat kecil, dan akan
dicampur dengan bahan obat lain dan bahan tambahan lainnya. Agar bahan obat tersebut
dapat terbagi rata dalam campurannya, maka perlu dilakukan pengenceran bertingkat. Saat
ini pengenceran bertingkat banyak dilakukan di industri farmasi yang memproduksi tablet
dengan kadar zat aktif yang sangat kecil. Contoh Digoxin tablet yang mengandung Digoxin
0,25 mg.
Pengenceran bertingkat harus dilakukan agar kadar zat aktif yang jumlahnya sangat
kecil dapat terbagi rata dalam masa tablet yang jumlahnya besar. Sehingga pasien yang
menggunakan obat tersebut dapat memperoleh dosis obat yang tepat.

Contoh perhitungan pengenceran bertingkat : misalnya dibutuhkan Atropin Sulfat 0,5 mg.
Pengenceran I :
timbang atropin sulfat 50 mg + pewarna qs + Lactosum ad 500 mg
Dari pengenceran I diambil 50 mg
(mengandung Atropin Sulfat = 50 mg/500mg x 50 mg = 5 mg)
dan dilanjutkan ke pengenceran II.
Pengenceran II :
50 mg dari pengenceran I (mengandung Atropin Sulfat 5 mg) dicampur dengan Lactosum
hingga diperoleh berat 1000 mg, dicampur dan diaduk hingga homogen
Hasil pengenceran II diambil sebanyak = 0,5 mg/5 mg x 500 mg = 50 mg

d. Pengenceran sediaan obat jadi


Dalam pembuatan puyer obat yang digunakan pada umumnya dalam bentuk obat jadi
seperti tablet, capsul. Bila jumlah tablet yang dibutuhkan tidak genap misal : 2,4
tablet/capsul, maka yang 0,4 tablet/capsul harus dibuat pengenceran, dan jika tabletnya
sudah berwarna tidak perlu lagi ditambah pewarna dalam membuat pengencerannya.
Ketentuan lainnya bila tablet yang akan diencerkan ukurannya kecil < 50 mg (valium, CTM
tablet), dibuat pengenceran dengan Saccharum lactis hingga berat 500 mg dan bila tablet
yang akan diencerkan beratnya > 500 mg (Paracetamol, Cotrimoxazol tablet) pengenceran
dibuat hingga berat 1000 mg.

Contoh:
Dibutuhkan Prednison 28 mg, didalam laboratorium tersedia tablet prednison 5 mg,
sehingga dibutuhkan tablet Prednison sebanyak =(28 mg/5mg ) x 1 tablet = 5,6 tablet
(diambil 5 tablet, yang 0,6 tablet dibuat pengenceran )

Berat puyer yang ideal Berat satu bungkus puyer yang ideal = 500 mg, bila berat puyer <
500 mg, dapat ditambahkan bahan pembawa seperti Lactosum (Sacchrum lactis/ gula
susu).

SERBUK

Menurut FI IV, pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, dan ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Sediaan serbuk dapat diserahkan dalam : bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi ( pulvis).

Keuntungan sediaan serbuk sebagai obat dalam:


1. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
mudah larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan.
2. Dapat diberikan pada anak anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet.
3. Untuk obat yang terlalu besar volumenya bila untuk dibuat tablet atau capsul. 4. Untuk
obat- obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam air
dapat dibuat serbuk atau granul.

A. PULVERES ( Serbuk bagi/ Puyer)


Pulveres ( serbuk bagi/puyer) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama dan
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok untuk sekali minum.
Serbuk terbagi biasanya dapat dibagi langsung tanpa penimbangan hanya dengan melihat
secara visual dan kemudian dibungkus dengan kertas perkamen. Hal tersebut dapat dilakukan
jika persentase perbandingan pemakaian terhadap dosis maksimum kurang dari 80%. Jika
persentase perbandingan dosis pemakaian terhadap dosis maksimum sama dengan atau lebih
besar 80% maka serbuk harus dibagi berdasarkan penimbangan satu per satu.

I. PERACIKAN PULVERES/PUYER
Pembuatan puyer menggunakan mortir dan stamfer yang bersih dan kering, yang harus dicuci
kembali setelah dipergunakan.
Cara peracikan puyer :
1. Bila bahan untuk puyer berupa bahan baku
a. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
b. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
c. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) kecil digerus terlebih dahulu, kemudian bahan obat
dengan BJ besar.
d. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
e. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran.

2. Bila bahan obat untuk puyer berupa tablet


a. Tablet yang ukurannya paling kecil di gerus terlebih dahulu;
b. Tablet yang ukurannya lebih besar di gerus kemudian
c. semua serbuk di gerus hingga halus dan homogen, homegenitas di lihat bila tabletnya
warna warni, hasil akhirnya berupa serbuk halus, tidak terdapat butiran-butiran kasar
dengan warna yang homogen.
d. Bila semua serbuk atau tablet berwarna putih, pada waktu penggerusan ditambahkan zat
pewarna khusus makanan agar dapat di lihat homogenitas dari pewarnaan yang merata. e.
Baru kemudian diasukkan bahan obat yang berupa serbuk, kemudian seluruhnya diaduk
hingga homogen.

Bila bobot puyer sangat kecil (kurang dari 500 mg per bungkus) harus ditambahkan zat
pengisi (laktosa) sampai bobotnya menjadi 500 (lima ratus) mg per bungkus.

II. CARA MEMBAGI PUYER


a. Bila serbuk yang diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi langsung sama banyak pada
setiap bungkusnya sesuai dengan pangan mata.
b. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah genap misalkan 12 bungkus,
serbuk dibagi dua bagian sama banyak dengan menggunakan timbangan. Kemudian
bagian dibagi 6 bungkus sama banyak.
c. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 (lima belas) bungkus, seluruh serbuk
ditimbang, dihitung berat satu bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk ditimbang sama
banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus.
d. Semua bungkusan dimasukkan ke dalam pot puyer dan diberi etiket putih.

B. PULVIS ( SERBUK TAK TERBAGI )


Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain :
1. Pulvis Adspersorius
Pulvis adspersorius ( serbuk tabur/ bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal.
Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada kulit yang peka.
Pulvis adspersorius harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
e. Harus halus, tidak boleh ada butiran kasar
f. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari Clostridium tetani, C. Welchii
dan Bacillus anthacis.
g. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

Contoh sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
Sediaan serbuk untuk obat luar biasanya mengandung zat aktif seperti:
a. Antihistamin: Diphenhydramini HCl,
b. Antiiritan : Menthol, kamfer
c. Antiseptik : Balsamum peruvianum, Calamine
d. Antifungi : Mikonazol nitrat.
e. Keratolitik : Asam salisilat. Bedak tabur yang saat ini beredar dipasaran contohnya adalah
Bedak Purol, Bedak Salicyl.

2. Pulvis dentrificius ( serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai pewarna yang
dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%
3. Pulvis sternutatorius ( serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui hidung. Oleh
sebab itu serbuknya harus halus sekali.
4. Pulvis efervesen adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dulu dalam air
dingin atau air hangat yang kemudian akan mengeluarkan gas CO2 yang kemudian
membentuk larutan jernih, serbuk ini merupakan camouran atara senyawa asam ( asam
sitrat, asam tartrat) dengan basa (Na-karbonat, Na-bicarbonat)

PEMBUATAN SERBUK DENGAN BAHAN-BAHAN


I. Bahan Padat
1. Halus sekali
(a) Tidak berkhasiat keras :
∙ Belerang: dalam bedak tabur belerang, tidak ikut diayak dan tidak boleh diayak dengan
bahan sutra atau logam.
∙ Iodoform: harus diayak dengan ayakan khusus/terpisah karena baunya lengket dan tidak
enak.
∙ Sb,S,: sangat halus sehingga dapat masuk ke dalam pori-pori lumpang/mortir. Oleh karena
itu, bahan inj harus digerus dalam lapisan zat tambahan.
(b) Berkhasiat keras
∙ Jika jumlahnya banyak, bahan tersebut digerus dalam lapisan zat tambahan. ∙ Jika
jumlahnya sedikit, dilakukan pengenceran; misalnya pada luminal, As,O, (dibuat
pengenceran), dan atropin sulfat (pengenceran bertingkat).
2. Hablur/kristal
b. Kamfor: mudah mengkristal kembali. Oleh karena itu, ditetesi terlebih dahulu dengan eter
atau etanol 95%. Selanjutnya, dikeringkan dengan penambahan zat tambahan yang cocok. c.
Asam Salisilat: sangat ringan, berbentuk kristal jarum yang halus, mudah beterbangan, dan
dapat merangsang hidung hingga bersin; tetesi dahulu dengan eter atau etanol 95% dan
tambahkan zat tambahan.
d. Asam benzoat, naftol, mentol, timol, salol: campurannya mudah mencair, dikerjakan seperti
pada kamfor atau asam salisilat. |
e. Garam-garam yang mengandung air kristal, misalnya Nakarbonat, Fe (II) sulfat, Al& K-sulfat,
Mg-sulfat, Na-sulfat: diambil bentuk yang exicatus atau bentuk keringnya, misalnya Na
karbonat 50%, Fe (II) sulfat 60%, Al& K-sulfat 67%, Mg-sulfat 67%, Na-sulfat 50% dari
jumlah yang tertulis di dalam resep.
f. Iodium: tetesi dengan eter atau etanol 95% dan keringkan dengan zat tambahan; jika
menggunakan amilum akan berubah warna dari putih menjadi biru.
g. Fel, , FeCL, FeCO,: gunakan resep standar untuk pillulae.

II. Bahan Setengah Padat


Bahan setengah padat biasanya digunakan dalam pembuatan bedak tabur.
Jika jumlahnya banyak, bahan tersebut dilebur dahulu.
Jika jumlahnya sedikit, tetesi dengan eter atau aseton lebih dahulu; misalnya adeps lanae, cera,
parafin padat, vaselin.

III. Bahan Cair


1. Minyak atsiri Tetesi terakhir atau dibuat oleum sacchara, yaitu campuran 2 g gula dengan
1 tetes minyak atsiri.
2. Kalii arsenitis solutio (fowleri liquidum)
Uapkan dahulu sampai hampir kering kemudian tambahkan zat tambahan.
3. Sol. formaldehida (formalin)
Bahan ini dapat diganti dengan bentuk padatnya, yaitu paraformaldehida sebanyak
kadar formalin persediaan. Misalnya kadar formalin persediaan menurut FI adalah 36%.
Jadi, Paraformaldehida yang ditimbang adalah 36% dari berat formalin yang diminta
dalam resep.
4. Tingtur .
(a) Tingtur yang tidak menguap (tingtur opium, tingtur digi. talis, tingtur aconiti, tingtur
beladona, tingtur ratanhiae)
∙ Jika jumlahnya sedikit, dikerjakan dalam lumpang panas. Selanjutnya, keringkan
dengan zat tambahan.
∙ Jika jumlahnya banyak, diuapkan sampai sekental sirop. Selanjutnya, keringkan
dengan zat tambahan.
∙ Berat yang hilang untuk serbuk tak terbagi harus diganti dengan zat tambahan,
tetapi tidak perlu untuk serbuk terbagt.
(b) Tingtur yang mudah menguap
Ambil zat berkhasiatnya saja jika diketahui bagian-bagiannya, seperti pada tingtur
iodium, tingtur opium benzoikum, kamfor spiritus; berat yang kurang diganti dengan
zat tambahannya.
Uapkan pada suhu serendah mungkin jika tidak diketahui bagian-bagiannya, seperti
pada tingtur valerian dan tingtur aromatika.
5. Ekstrak
(a) Ekstrak kerin: (siccum)— misalnya, ekstrak opium, ekg. trak striknin—dikerjakan
seperti mengerjakan bahan pa. dat lainnya
(b) Ekstrak kental (spissum)—misalnya, ekstrak beladona, eks. trak hyoscyami,
ekstrak calis. curniti—gunakan etanol 70% dalam lumpang panas; sedangkan
untuk ekstrak canabis indicae, gunakan etanol 90% dalam lumpang panas.
(c) Ekstrak cair (liquidum)—misalnya, ekstrak chinae liquidum, ekstrak hydrastis
liquidum, ekstrak rhamni purchinae—tr kerjakan seperti: mengerjakan tingtur
lainnya.

IV. Bahan dari Bentuk Tablet atau Kapsul


Bahan yang diambil dari bentuk tablet atau kapsul biasanya berupa zat berkhasiat
tunggal dan campuran.
1. Jika mengandung zat berkhasiat tunggal, dapat menggunakan bahan langsung
dalam bentuk tablet atau kapsul. Tablet digerus halus, kemudian bobotnya
ditimbang. Selanjutnya sis kapsul dikeluarkan dan bobotnya ditimbang.
2. Jika mengandung zat berkhasiat campuran, bahan digunakan dapat berupa
bentuk serbuknya saja.

BAHAN-BAHAN YANG SERING DIGUNAKAN DALAM BEDAK TABUR


1. Zinci Oxidum (seng oksida).
Zinci Oxidum berupa serbuk amorf, sangat halus, putih, atau putih kekuningan tidak berbau,
lambat laun dapat menyerap CO2 dan kelebaban dari udara membentuk ZnCO3, yang
mengumpal. Sehingga untuk memisahkannya ZnO dari ZnCO3 harus diayak dengan
pengayak nomor 60, bagian yang lolos dari ayakan yang ditimbang, bagian yang tidak lolos
ZnCO3, dibuang. Khasiat sebagai antiseptic ekstern dan menjaga kelembaban kulit.
2. Talcum (Talcum venetum, Talk)
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium
silikat. Pemberian serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Kegunaan sebagai pembawa dalam bedak tabur.
Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup besar.
3. Sulfur Praecipitatum (Sulfur, Sulfur pp, Belerang)
Pemerian berupa serbuk amorf atau serbuk hablur renik, sangat halus, warna kuning pucat,
tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam karbon disulfide, sukar larut dalam minyak zaitun, praktis tidak larut dalam methanol.
Khasiat sebagai antiseptic, antiscabies.
4. Magnesium Oxidum (Magnesium Oksida)
Pemerian serbuk putih ringan, sangat ruah atau sebagai Magnesium Oksida berat, serbuk
putih relative padat. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam encer tidak
larut dalam etanol. Kegunaan sebagai pembawa dalam bedak tabur.
5. Acidum Salicylicum (Asam Salisilat)
Kelarutan sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut dalam etanol dan dalam
eter, larut dalam air mendidih, agak sukar dalam chloroform. Khasiat sebagai keratolitik
(melepas lapisan tanduk pada kulit).
6. Camphora (kamfer)
Pemerian hablur, granul, atau masa hablur,; putih, atau tidak berwarna, jernih; bau khas
tajam; rasa pedas dan aromatic; menguap perlahan-lahan pada suhu kamar; bobot jenis
lebih kurang 0,99. Khasiat sebagai antiiritan.
7. Mentholum (Mentol)
Pemerian hablur heksagonal, atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk
jarum, atau massa yang melebur, bau enak seperti minyak permen. Kelarutan sukar larut
dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter dan dalam
heksana; mudah larut dalam asam asetat glasial, dalam minyak mineral, dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Khasiat sebagai antiiritan (antiiritasi).
8. Balsamum Peruvianum (Balsam Peru)
Pemerian cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua, dalam lapisan tipis berwarna
coklat, transparan kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanillin. Kelarutan: larut
dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p, dalam eter minyak tanah p, dan dalam asam
asetat glasial p. Khasiat sebagai antiseptikum ekstern.

CARA MERACIK BEBERAPA BAHAN OBAT DALAM SERBUK TABUR 1. Asam salisilat,
mentol, kamfer dan Balsam Peru dilarutkann terlebih dahulu dengan etanol 95% beberapa
tetes hingga larut, keringkan dengan pembawanya (talcum). Untuk massa kamfer dan
mentol tidak ikut diayak guna mencegah penguapan.
2. Adeps lanae dicairkan dimortir panas, setelah cair ditambah talcum aduk hingga merata.
3. Bila ada penambahan minyak menguap diteteskan dicampurkan dengan serbuk tabur
yang sudah diayak.
4. Zinc Oxyd diayak terlebih dahulu dengan pengayak nomor 60 baru kemudian ditimbang.

Syarat serbuk tabur: harus halus, kering dan homogen.


Wadah serbuk tabur: dus obat, etiket biru.

KAPSUL

Capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut.
1. Jenis- jenis Capsul
a. Capsul Keras (Hard capsule) Cangkang capsul keras umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran Capsul Ukuran cangkang
umumnya bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000).
Umumnya ukuran 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ukuran
capsul terbesar 000 biasanya digunakan untuk hewan.

Ukuran Kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5

Berat bahan obat (mg) Ukuran cangkang capsul


200 - 300 2
> 300 – 400 1
> 400 - 500 0
> 500 - 700 00

Bila berat obatnya kurang dapat ditambahkan bahan tambahan/pengisi seperti Lactosum
hingga volumenya sesuai dengan ukuran capsul

b. Capsul Lunak (Soft capsule)


Capsul lunak/ kenyal adalah capsul yang menggunakan capsul dasar yang dibuat dari
campuran terdiri dari gelatin, gliserol dan sorbitol atau metilselulosa dalam perbandingan
yang sesuai dengan kekerasan capsul yang dikehendaki. Obat berupa cairan atau setengah
padat dibungkus dengan capsul dasar dan dicetak menggunakan cetakan khusus dalam
bentuk bulat, lonjong atau tabung berujung bulat. Pengisian soft capsul hanya dapat
dilakukan di pabrik. Cangkang capsul lunak digunakan untuk bahan obat yang berupa
cairan seperti capsul minyak ikan, chloralhydras, capsul vitamin E, dan vitamin A.

Keuntungan Obat Dalam Bentuk Capsul


1. Mempunyai bentuk dan warna yang menarikserta praktis dalam penyimpanan dan distribusi
2. Dapat menutupi bahan obat yang mempunyai rasa sangat pahit seperti Kloramfenikol,
Erythromycin.
3. Dapat menutupi bau bahan obta yang tidak enak seperti minyak ikan, Chloralhidras. 4.
Mudah ditelan dan cepat hancur dalam lambung, sehingga obat cepat diserap oleh tubuh. 5.
Dapat digunakan untuk bahan obat yang bekerjanya pada usus halus serta lepas lambat
misalnya obat cacing

Kekurangan sediaan bentuk capsul :


1. tidak dapat diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan obat (capsul, tablet).
2. Tidak dapat dibagi sepertihalnya tablet

PEMBUATAN SEDIAAN KAPSUL

1. Cara Membagi Serbuk Dalam Capsul


a. Bila jumlah pulveres yang dibuat 10 bungkus maka seluruh serbuk yang sudah
homogen, dapat langung dibagi menjadi 10 sama rata berdasarkan pandangan mata. b.
Bila jumlah pulveres lebih dari 10 bungkus dan jumlahnya genap (misalnya 12 bungkus),
berat puyer seluruhnya dibagi dua bagian. Masing masing bagian dibagi sama banyak.
Misalnya bila diminta 12 bungkus, maka setiap bagiannya dibagi menjadi 6 bagian,
kemudian tiap bagian dimasukkan kedalam capsul.
c. Bila jumlah pulveres lebih dari 10 bungkus dan jumlahnya ganjil (misalnya 15 bungkus),
serbuk ditimbang seluruhnya kemudian dicari bobot rata-rata 1 bungkus. Kemudian
ditimbang untuk 1 (satu) bungkus, sisanya dibagi seperti cara b.
2. Pengisian Kapsul.
Pada prinsipnya cara pembuatan sediaan kapsul sama seperti pencampuran serbuk untuk
serbuk bagi/ Pulveres. Serbuk di racika dan kemudian dibagi sesuai dosisnya dengan tepat,
kemudian dimasukkan ke dalam kapsul.

a. Pengisisan kapsul dengan tangan


Cara pengisisan kapsulyang paling sederhana adalah menggunakan tangan, tanpa bantuan
alat lain. Peracik sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang
mungkin timbul dan mencegah kontaminasi produk.
Cara memasukan obat ke dalam kapsul:
1. Serbuk obat dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta
2. Tiap bagian serbuk dimasukkan ke dalam badan kapsul dan ditutup.
3. Tiap kapsul di bersihkan permukaannya dari serbukobat sebelum dimasukan ke dalam
wadah.

b. Pengisisan kapsul dengan alat bukan mesin


Pengisisan kapsul dengan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya lebih cepat untuk mengisi jumlah kapsul yang banyak. Alat ini terdiri dari dua
bagian yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

c. Pengisian kapsul dengan mesin


Pengisisan kapsuldengan mesin digunakan untuk produksi skala besar misalnya di pabrik
pembuatan obat. Dengan menggunakan mesin diharapkan keseragaman bobot kapsul dapat
terjaga, pengerjaan lebih cepat dan higienis karena mesin pengisi kapsul merupakan mesin
yang sudah bekerja otomatis.

ETIKET OBAT

Etiket berisi aturan pakai, cara pemakian dan waktu pemakaian. Pada etiket harus terdapat
tanggal pembuatan obat atau pemberian etiket pada kemasan obat, nama apotek, alamat,
SIA, Apoteker Pengelola Apotek (APA), tanda tangan pembuat etiket.
Terdapat 2 jenis etiket :
a. Etiket untuk pemakaian sistemik berwarna putih.
Contoh : obat-obat oral seperti puyer, capsul, potio (obat minum).
b. Etiket untuk pemakaian kegiatan praktikumal warna biru.
Contoh : injeksi, salep, cream, lotio, suppositoria , tetes telinga, tetes mata
COPY RESEP ATAU TURUNAN RESEP

adalah salinan resep yang memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli.
Copy resep/salinan resep harus dibuat bila:
a. ada obat yang harus diulang penggunaannya ( ada kata Iter).
b. atas permintaan pasien /untuk bukti kepada perusahaan/instansi yang menjamin biaya
kesehatan pasien.
c. masih ada obat yang belum ditebus seluruhnya, sebagai contoh pasien seharusnya
menerima 30 capsul racikan, namun yang baru diterimanya 15 capsul, maka sisa obatnya
harus dibuatkan copy resep, agar sisa obatnya dapat ditebus kembali.

WAKTU PENGGUNAAN OBAT

Obat harus dikonsumsi pada waktu yang tepat untuk mendapatkan obat efek yang optimal.
Waktu yang tepat untuk mengkonsumsi suatu obat didasarkan atas pertimbangan sifat obat
dan tujuan pengobatan. Waktu penggunaan obat harus dicantumkan pada resep, sehingga
nantinya juga tertulis pada etiket.

1. PENGGUNAAN OBAT SEBELUM MAKAN ( ante coenam / a.c)


Penggunaan obat sebelum makan dimaksudkan agar obat diminum dalam keadaan
perut kosong yaitu diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Contoh
obat diminum sebelum makan:
1. Obat yang akan dirusak oleh lambung, contoh : azitromisin, ampicillin, eritromisin, dan
isoniazid, Thiamphenicol, Chloramphenicol, dan Rifampicin merupakan contoh obat
yang sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong.
2. Obat yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makanan yang
mengandung calsium sehingga terbentuk senyawa yang ukuran molekulnya besar
yang tidak dapat diabsorpsi oleh dinding usus, contoh obatnya Tetracycline.
Sedangkan siprofloksasin, ofloksasin, dapat mengikat logam-logam bervalensi dua
atau tiga, seperti kalsium, magnesium, dan aluminium yang terdapat pada Antacid.
3. Obat yang bekerjanya di lambung/di saluran cerna
a. Sukralfat obat untuk melindungi mukosa lambung, karena bila ada makanan di
lambung mekanisme kerja obat akan terganggu.
b. Mebeverin (contoh Duspatalin)/Clidinium bromida (contoh Braxidin tablet) untuk
mengurangi kejang usus/ antispasmodik diminum 20 menit sebelum makan agar
obat bekerja sebelum makanan masuk kedalam saluran cerna.
c. Kapsul kromoglikat: untuk meminimalkan efek dari beberapa jenis makanan yang
dapat menimbulkan alergi.
d. Obat pencahar contoh Bisacodyl, harus diberikan pada saat perut kosong, karena
bekerjanya dengan cara merangsang gerakan peristaltis usus besar setelah
hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam
lumen usus besar.
1. Obat yang absorpsinya sangat kecil (bioavailabilitasnya kecil), adanya makanan dalam
lambung dapat menghambat absorpsinya. Contoh senyawa bisfosfonat zolendronat,
ibandronat, isedronat, palmidronat. Harus diberikan pagi hari 30 menit sebelum sarapan,
diminum dengan minimal 1 gelas air, setengah jam setelah itu pasien tidak boleh
berbaring, untuk mencegah refluks esofagitis.
2. Obat muntah/ mual (antiemetic, antinausea), diminum sebelum makan, contoh:
Domperidone, Metoclopramide, Cisapride.
3. Penekan produksi asam lambung
Senyawa Pompa proton inhibitor (PPI = omeprazole, pantoprazole, lansoprazol) tidak
stabil pada pH rendah (pH 1-3) dan akan terurai dalam suasana asam lambung.
Sehingga obat dibuat dalam bentuk granul salut enterik dalam cangkang gelatin
(omeprazol dan
lansoprazol) atau sebagai tablet salut enterik (pantoprazol dan rabeprazol).
Granul-granul ini hanya dapat melarut pada pH basa di usus. Sediaan obat-obat ini tidak
boleh digerus agar obatnya tidak terurai oleh asam lambung dan diminum sebelum
makan/dalam keadaan perut kosong agar granul cepat sampai diusus dalam keadaan
utuh dan melarut, sehingga efeknya lebih cepat.
4. Obat cacing, sebaiknya diminum sebelum makan agar cacing yang ada tidak terbungkus
di dalam makanan, sehingga terhindar dari obat, contoh Mebendazol.

II. OBAT YANG HARUS DIMINUM SESUDAH MAKAN ( post coenam / p.c ) Penggunaan
obat sesudah makan dimaksudkan agar obat diminum dalam keadaan perut berisi
makanan. Contoh obat diminum sebelum makan:
a. Obat-obat NSAIDS (Non steroidal anti-inflammatory drugs) seperti: Ibuprofen, Asam
asetilsalisilat (Aspirin), Ketoprofen, Metamizol (Methampyron, Antalgin), Piroxicam, Na/K
diklofenak, Asam mefenamat, Ketorolak, Phenylbutazon, Indometacin, Naproxen, harus
diminum sesudah makan agar tidak menimbulkan iritasi lambung.
b. Antiinflamasi steroid (Dexamethasone, Prednisone, Methylprednisolone, Triamcinolone)
harus diminum sesudah makan karena dapat menimbulkan iritasi lambung. c.
Pentoxyphylline dapat menimbukan iritasi lambung, harus diminum sesudah makan. Untuk
mencegah iritasi lambung obat disalut enteric diminum dalam keadaan utuh, dalam keadaan
perut kosong agar obat segera sampai diusus halus, dan tidak hancur di lambung.
d. Obat harus diminum sesudah makan, karena absorpsinya akan lebih baik bila ada
makanan contoh Phenytoinum dan Propanolol.
e. Obat yang dapat menimbulkan mual atau muntah sebaiknya digunakan setelah makan
untuk meredam efek samping tersebut sebagai contoh yaitu allopurinol (obat asam urat)
bromocriptine, co-beneldopa (Madopar®).
f. Obat-obatan untuk mengobati kondisi di mulut dan / atau tenggorokan contoh obat kumur,
(nistatin mis cair, miconazole gel) dan pengobatan sariawan di mulut harus digunakan
setelah makan. Jika diberikan sebelum makan proses makan mencuci makanan obat
pergi terlalu cepat dan obat mungkin tidak bekerja.
g. Obat salep untuk sariawan sebaiknya digunakan setelah makan agar obat tidak hilang
bersama dengan makanan dan dapat bertahan lebih lama.
h. Itrakonazol dan ketoconazol memerlukan suasana asam agar diserap oleh tubuh,
sehingga penggunaan obat tersebut bersama makan akan membuat obat terpapar oleh
asam lebih lama dan dapat diserap lebih banyak oleh tubuh.
i. Obat lainnya memerlukan makanan agar ia bisa diserap oleh tubuh secara lebih optimal,
sebagai contoh obat HIV ritonavir, saquinavir dan nelfinavir, diserap lebih baik bila
diminum setelah makan makanan dengan tingkat kalori, lemak dan protein yang tinggi.
j. Obat seperti Orlistat bekerja menghambat absorpsi lemak, sehingga harus dimakan saat
atau setelah makan.

III. OBAT YANG DIMINUM SEWAKTU MAKAN (durante coenam / d.c) Obat yang diminum
sewaktu makan bertujuan untuk membantu proses pencernaan makanan dan penyerapan
nutrisi makanan. Selain itu beberapa obat juga memiliki proses absorbsi yang lebih baik dengan
adanya makanan. Obat-obatan untuk diabetes biasanya diminum sekitar waktu makan selain itu
juga obat yang berupa enzim-enzim yang memebantu pencernaan. Penggunaan obat sewaktu
makan artinya obat digunakan 10-15 menit sebelum makan atau 10-15 menit setelah makan.
Misalnya: obat antidiabetes (metformin). Contoh obat yang harus diminum saat makan
a. Obat dapat menimbulkan rasa tidak nyaman diperut, harus diminum bersamaan dengan
makanan, agar absorpsinya lebih baik dan tidak menimbulkan muntah. Contoh garam
Garam besi (Ferrosi sulfas, Ferrosi fumaras, ferrosi lactas), Theophylline.
b. Antibiotik (Griseovulfin) sebaiknya diminum pada saat makan (terutama makanan berlemak)
agar penyerapannya lebih optimal.
IV. PENGGUNAAN OBAT PADA WAKTU MALAM/ SEBELUM TIDUR (ante noctem / a.n) a.
Obat yang menyebabkan efek samping mengantuk seperti obat anticemas (diazepam) dan
antialergi (cetirizin, CTM) sebaiknya digunakan malam hari sehingga akan membantu istirahat
dan tidak mengganggu aktivitas siang hari serta dilarang digunakan sebelum mengemudi
karena dapat memicu kecelakaan
b. Obat Antiasma Sebaiknya diminum pada sore hari karena pada jam-jam tersebut produksi
steroid tubuh berkurang dan mungkin akan menyebabkan serangan asma pada malam
hari. Sehingga jika steroid dihirup pada sore hari maka akan mencegah terjadinya asma
pada malam hari.
c. Obat penurun kolesterol Sebaiknya digunakan pada malam hari pada saat hendak tidur
karena obat ini bekerja dengan menghambat pembentukan kolesterol yang banyak terjadi
pada malam hari.

V. OBAT YANG DIMINUM WAKTU PAGI ( mane)


a. Diuretik (contoh Furosemide, Hydrochlorothiazide) obat ini menyebabkan sering buang air
kecil sehingga jika digunakan malam hari akan mengganggu istirahat.
b. Obat pencahar( Laxan) sebaiknya diminum pagi hari sewaktu perut kosong, karena bila
digunakan malam hari, dapat menggangu tidur.
c. Obat Antihipertensi ( Penurun Tekanan Darah) Sebaiknya diminum pada pagi hari karena
pada jam-jam tersebut tekanan darah mencapai angka tertinggi sedangkan pada saat tidur
malam hari tekanan darah mencapai angka terendah sehingga perlu kewaspadaan saat
obat dikonsumsi pada malam hari.

VI. OBAT YANG DIMUNIM SETELAH BUANG AIR BESAR ( post defaecatio/ post defaect)
Obat yang diberikan pada waktu ini antara lain suppositoria analia.

INTERVAL PENGGUNAAN OBAT

Selain waktu penggunaan/minum obat, interval penggunaan obat juga penting untuk
diperhatikan. Interval (jarak waktu minum obat) berkaitan dengan ketersediaan obat di dalam
tubuh. Obat dapat memberikan efek terapi jika kadar obat didalam tubuh memenuhi kisaran
terapi yang diperlukan. Hal ini tergantung dari sifat dan jenis setiap obat, obat yang cepat
tereliminasi dari tubuh karena memiliki waktu paruh yang pendek sehingga interval yang
diperlukan untuk minum obat menjadi lebih pendek dan obat menjadi harus lebih sering
diminum misalnya 3 kali sehari dan ada pula obat yang lama tereliminasi karena memiliki waktu
paruh yang panjang sehingga interval yang diperlukan untuk minum obat menjadi lebih panjang
dan obat menjadi tidak sering untuk diminum misalnya 1 kali sehari.
Waktu paruh obat adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah dari jumlah awal obat
yang dieliminasi oleh tubuh. Bila kadar obat telah mencapai separuhnya, pasien harus segera
meminum obatnya agar kadar obat meningkat mencapai kadar terapetik. Sebagai contoh
Loratadin mempunyai waktu paruh metabolite aktifnya descarboethoxy-loratadin 18-24 jam.
sehingga obat cukup diminum satu kali dalam sehari. Jika waktu paruh obat 12 jam maka obat
harus diminum 2 x sehari, dan jika waktu paruhnya 8 jam, obat harus diminum 3 x sehari. Jika
obat yang seharusnya diminum 2 kali sehari, kemudian diminum pada pagi dan siang dengan
interval waktu pendek yaitu 6 jam maka dapat menyebabkan kadar obat di dalam tubuh menjadi
lebih besar dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Jika pada waktu selanjutnya
obat diminum dengan interval waktu yang lebih panjang maka kadar obat di dalam tubuh telah
mencapai kadar minimal dan dapat meniadakan efek obat. Bila obatnya antibiotik dapat
menyebabkan resistensi
PELAYANAN RESEP
1. Periksa kelengkapan resep
2. Ketahui nama obat/formula, efek farmakologi, perhatikan adanya inkompatibilitas & interaksi
obat
3. Lakukan pengecekkan terhadap stok.
4. Tentukan harga obatnya.
5. Lakukan persetujuan dengan pasien terkait dengan harga obat.
6. Hitung jumlah yang diberikan dan berat yang akan ditimbang.
7. Perhitungan DM
8. Komunikasi dengan dokter jika ada penulisan pada resep yang kurang jelas
9. Penyiapan obat / Penimbangan bahan
10. Peracikan
11. Pengemasan
12. Memberikan obat kepada pasien disertai PIO

PENGELOLAAN RESEP YANG TELAH DIKERJAKAN

1. Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/ pembuatan
resep
2. Resep yang mengandung obat narkotika harus dipisahkan dari resp lainnya dan diberi tanda
garis merah dibawah nama obatnya.
3. Resep yang telah disimpan lebih dari lima tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau
cara lain yang memadai.
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteke disaksikan sekurang-kurangnya seorang petugas
apotek dan mengisi Berita Acara pemusnahan resep untuk dilaporkan ke Dinkes
Kabupaten/Kota, Ka BPOM, dan KaDinkes Propinsi.
5. Resep Narotika dihitung jumlah lembar dan resep non Narkotika di timbang sebelum
dimusnahkan.

REFERENSI:
prof Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Ars Prescribendi, Resep yang Rasional; Airlangga
University Press, 2006
Tati Suprapti, Modul Bahan Cetak Farmasi, Praktikum Farmasetika Dasar , Kemenkes RI;
2016
drs H. Syamsuni Apt Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC ; 2005
PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTIK KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019
PEMBUATAN JURNAL PRAKTIKUM

I. Tujuan
a. Mahasiswa swa dapat memeriksa kelengkapan resep, membaca dan mengartikan
resep
b. Mahasiswadapat melakukan perhitungan dosis obat dan membuat langkah-langkah
pembuatan obat.

Pelajari R/ dan Jurnal dibawah ini :

R/ Erythromycin 250 mg
Ephedrin HCL 12,5 mg
Teophilin 130 mg
Chlorphenon 2 mg
m.f.p.dtd.No.XII
s.t.d.d.p.I
Pro : Alif ( 12thn)
Jurnal Praktikum Farmasetika 1
Nama : ________________________ NIM :
________________________ Tanggal :
________________________ Resep
Nilai Kerja Nilai Jurnal Nilai Total Nilai
& sediaan & DOSIS MAKSIMUM
kebersihan PIO
1. Nama Obat : Erytromycin 250mg
DM 1 X ( dewasa) = 500mg = 0,5g DM 1X ( anak umur 12 th)
:= 12/20 x 0,5 g = 0,3 g DM 1Hari (dewas) = 4g
DM 1Hari ( anak umur 12 th) = 12/20 x 4g = 2,4 g

Perhitungan Dosis Maksimum : ( dalam 1 bungkus


dr. Ali Akbar
Praktek/rumah RumahSakit Jl. Cihampelas mengandung erytromycin 250 mg = 0,25 g ) % DM 1x =
No.21 RS.Sehat Jaya Bandung Bandung 0,25g/ 0,3g x 100% = 83,3 %
Telp.022 4204321 Telp. 02260322 HariKerja % DM 1H = 3 x 0,25g /2,4 g x 100% = 31,25 %
Jam18.00-19.00
2, Nama Obat :Theophilin 130mg
DM 1x = 500mg = 0,5g
R/ Erythromycin 250 mg
DM 1x ( anak umur 12 th) = 12/20 x 0,5g = 0,3g DM
Ephedrin HCL 12,5 mg
1hari = 1 g
Teophilin 130 mg
DM 1hari ( anak umur 12 th) = 12/20 x 1g = 0,6g
Chlorphenon 2 mg
m.f.p.dtd.No.XII
dalam satu bungkus mengandung 0,13 g Theophillin %DM
s.t.d.d.P l
1x = 0,13g/0,3g X 100% = 43,3 %
% DM 1h = 3x 0,13g/ 0,6g x 100% = 65%
Pro : ALIF ( 12thn)

3. Nama Obat : Chorphenon /CTM : 2mg = 0,002 g DM


1hari = 0,04 g
DM 1hari ( anak umur 12 th) = 12/20 x 0,04g = 0,024g
Penjelasan Obat
dalam satu bungkus mengandung 2mg = 0,002 g CTM % DM
1H = 3x 0,002g/ 0,024g x 100% = 25%
Indikasi/khasiat ( golongan obat)
1. Erythromycin : Infeksi ringan- sedang saluran
pernafasan atas dan bawah. - Antibiotikum ( Obat Teori usul dan keistimewaan
Keras) PENIMBANGAN BAHAN
2. Ephedrin HCL : Dekongestan (Prekursor Farmasi- 1. Erythromycin : 250 mg x 12 = 3000 mg = 3 g ( Jika
Obat Keras ) tersedia Tablet Eritromicin 250mg diambil 12 tab)
3. Teophilin : Bronkodilator (Obat Keras) 4. Chlorphenon : 2. Ephedrin HCL : 12,5mg x 12 = 150 mg = 0,15 g (Jikia
meringankan gejala alergi -Anti Histamin ( obat Keras) tersedia Ephedrin Tab 25 mg diambil 6 tab) 3. Teophilin :
130 mg x 12 = 1560 mg = 1,56 g
Dosis Lazim : (Jika tersedia Teophilin tab 130 mg diambil 12 tab) 4.
1. Erythromycin : 250mg- 500mg 1x/ ; 1g – 2 g/hari Chlorphenon : 2 mg x 12 = 24 mg = 0,024 g Penimbangan
2. Ephedrin HCL : 10mg -30mg/ 1x ; 30mg 100mg/ hasil pengenceran = 240 mg (Jika tersedia CTM tab 4mg,
hari ambil 6 tab ) 5. SL = 500 mg x 12 = 6000 mg ( total 10
3. Teophilin : 200 mg / 1x ; 500 mg/ hari 4. bungkus) = 6000 mg - ( 3000mg + 150 mg + 240mg+
Chlorphenon : ( 1 tab 4 mg) 1560mg)
Dewasa : 3 -4 kali 1 tab / anak : 6-12 th sehari 2-4 = 1.050 mg
kali ½ tab ( ISO Vol 49 hal. 67) ( Jika menggunakan tablet, penambahan SL
Nama Lain : diperhitungkan setelah total serbuk ditimbang )
Chlorpehenon : Chlorpeniramin males, CTM
PERHITUNGAN PENGENCERAN CTM 1: 10
Resep Standar: -
Timbang : CTM 50 mg 6. Tambahkan CTM ke dalam mortir, gerus ad
Timbang : Lactosa + Carmin 450 mg homogen
( Total Penimbangan 500mg) 7. Tambahkan Theophilin kedalam mortir gerus ad
CTM sesuai perhitungan resep 24 mg homogen
Pengenceran yang diambil 8. Tambahkan Erythromycin ke dalam mortir, gerus ad
= 24 mg x 500 mg = 240 mg homogen
50 mg 9. Tambahkan sisa SL ke dalam mortir, gerus ad
Sisa Hasil Pengenceran homogen
= 500mg – 240 mg 10. Kumpulkan, bagi menjadi 2 sama berat, dan setiap
= 260 mg bagian dibagi menjadi 6 sama banyak, kemudain
Etiket dan Peringatan bungkus menjadi 12 bungkus.
11. Bungkus, kemas dan beri etiket, serahkan kepada
WarnaEtiket: Putih
pasien
APOTEK PENDIDIKAN POLTEKES TNI AU
Apoteker : .....................................
SIPA : FRST 1/ 11/2018
Jl. Ciumbuleuit No. 203 Bandung
Telp. 022-203000
No.1 Bandung, 1-1-2021 Alif ( 12 th)
Sehari tiga kali satu bungkus
SALINAN / COPY RESEP
Sesudah makan
HABISKAN APOTEK PENDIDIKAN POLTEKES TNI AU
Apoteker : ......................................
SIPA : FRST 1/ 11/2018
Nama obat : Racikan Jl. Ciumbuleuit No. 203 Bandung
Telp. 022-203000
Exp : 2 bulan

OBAT INI TIDAK BOLEH DIULANG SALINAN RESEP


TANPA RESEP BARU DARI DOKTER
No : 1 Tanggal : 1-1-2021 Dari : dr.Ali Akbar
Untuk : Alif
Umur : 12 th
Tanggal dan Paraf Apoteker : Alamat : Rereonagn Sarupi XIII Bandung
ACC Pembuatan :

Tgl Paraf Jam R/ Erytromycin 250 mg


ACC Penyerahan : Ephedrin HCL 12,5 mg
Teophilin 130 mg
Tgl Paraf Jam Chlorphenon 2 mg
CARA PEMBUATAN m.f.p.dtd.No.XII
1. Setarakan timbangan s.t.d.d.P I
2. Timbang zat satu persatu _____________________detur XII
3. Baut pengenceran CTM 1:10, ambil sebanyak 240 mg
4. Masukan sebagian Sl untuk menutupi pori-pori
Bandung, 1-1-2021
mortir
PCC
5. Masukan Ephedrin HCl ke dalam mortir, gerus ad halus
Erythromycin adalah antibiotik yang digunakan untuk
mencegah infeksi bakteri pada saluran pernafasan,
Ephedrin berkhasiat sebagai bronkodilator serta
termasuk kedalam obat bebas terbatas Teofilin
mempunyai indikasi sebagai Bronkodilator dan
termasuk kedalam golongan obat keras.
Chlorphenon/CTM mempunyai indikasi meredakan
alergi.

PIO :
Obat racikan harus diminum sampai habis karena
mengandung antibiotik

Ceklist Pemeriksaan ( Lakukan Cek list sesuai SOP)

Nama [ V ]
Racik [ V ]
Etiket dan Label [ V ]
PIO [ V ]
Serahkan [ V ]
Copy R/ [ V ]
ACC Apoteker [ V ]

Bandung, ................................... 2021


Praktikan,

Nama :

NIM :

Anda mungkin juga menyukai