Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

(RESEP, COPY RESEP, PELAYANAN KEFARMASIAN)

Kelompok 6 :

Eliezer bawole (F42022265)

Elsa louryta Agustin (F42022266)

Fey Ananda Nasywa Putri (F42022267)

Nur ayni dyah utami (F42022290)

Nurti rambu pati djoru (F42022291)

Nurul hidayah (F42022292)


Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah di
limpahkan-Nya kepada kelompok kami sampai detik ini kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang telah diberikan oleh ibu Apt.S.ch. Ari widiastuti ,S.Si.,M.Farm, dari mata kuliah
farmasetika 1 dengan judul (resep, copy resep, dan pelayanan kefarmasian).

Terima kasih untuk anggota kelompok telah membantu penyusunan makalah ini. Kepada
ibu dosen yang telah membantu kami dalam bimbingan materi yang harus kami tuangkan dalam
makalah ini serta dukungan nya untuk kami menyelesaikan makalah ini dengan materi yang
seharusnya.

Kami menyadari banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini tapi kami berharap
dengan kemampuan dan keterbatasan yang kami punya dapat memberikan banyak pelajaran bagi
kita semua.

Jika dalam makalah ini banyak kesalahan dalam penulisan kata dan penulisan gelar kami
mohon maaf. Sekian dari kami terima kasih.

Yogyakarta

Penyusun
Daftar isi

Kata pengantar.............................................................................................................................................

Daftar isi........................................................................................................................................................

Bab 1 pendahuluan ......................................................................................................................................

 Latar belakang 1.2


 Tujuan 1.3
 Rumusan masalah 1.4

Bab 2 pembahasan .......................................................................................................................................

 Resep 2.2
 Copy resep 2.3
 Pelayanan kefarmasian 2.4

Bab 3 penutup 3.1

 Kesimpulan 3.2
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada penderita yang memerlukan
pengobatan. Menurut peraturan resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, dan apotek
harus menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan yang tertulis dalam resep.
Copy Resep ialah Salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotek. Istilah lain dari
resep ialah apograph, exemplum, atau afschrift. Copy resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan Resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan
oleh apoteker guna meningkatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini agar dapat mengetahui tujuan dari kepenulisan resep,
tujuan copy resep dan tujuan pelayanan kefarmasian
Tujuan dari penulisan resep adalah untuk memudahkan tenaga medis dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan di instalasi farmasi, mengurangi kesalahan dalam
memberikan obat,kontrol silang di bidang farmasi dalam memberikan pelayana,
meningkatkan tanggung jawab dan partisipasi dokter dalam mengawasi.
Tujuan dari copy resep merupakan hasil salinan dari penulisan resep obat yang di buat
oleh dokter. Tujuannya adalah untuk mempermudah pasien dalam membeli obat di apotek
Tanpa bertemu dengan dokter terlebih dahulu.
Tujuan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan

1.3 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan resep,copy resep, dan pelayanan kefarmasian?
2. Berikan contoh resep dan copy resep dalam bentuk gambar!
3. Apa tujuan dari pelayanan kefarmasian?
4. Bagaimana penulisan copy resep?
5. Bagaimana ketentuan copy resep?
6. Apa saja bagian bagian resep?
Bab 2

Pembahasan

2.1 Resep

Pengertian resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk membuat obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya pada penderita.
Resep yang baik juga harus memuat cukup informasi supaya jika terjadi kesalahan dapat
diketahui oleh ahli farmasi sebelum obat disiapkan dan diberikan pada pasien.

Bagian-bagian resep

Resep yang lengkap terdiri dari 4 bagian yaitu:

1. Inscription
a) Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula dilengkapi
dengan nomor telepon, jam dan hari praktek.
b) Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.
c) Tanda R/, singkatan dari recipie berarti harap diambil.
2. Praescriptio
a) Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya. Jenis atau
bahan obat dalam resep terdiri dari:
 Remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada, obat pokok ini dapat
berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan.
 Remedium adjuvants yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok. Adjuvants
tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.
 Corrigens, hanya diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna atau bau obat
(corrigens saporis, coloris, odoris).
 Constituens atau vehikulum, sering kali perlu terutama kalua resep berubah
komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi misalnya constituens obat minum
umumnya air.
b) Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, misalnya f.l.a. pulv (fac
lege artis pulveres): buatlah sesuai aturan, obat berupa puyer.
3. Signatura
a) Aturan pemakaian obat umumnya ditulis dengan sibgkatan Bahasa latin.
Aturan pakai ditandai dengan signa, biasa disingkat “S”.
b) Nama penderita dibelakang kata Pro: merupakan identifikasi penderita, dan
sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang akan memudahkan penelusuran
bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.
4. Subcriptio
Tanda tangan atau paraf dari dokter / dokter gigi / dokter hewan yang menuliskan resep
tersebut yang menjadikan suatu resep itu otentik. Masing-masing bagian dari resep
tersebut mempunyai fungsi penting, sehingga jika resep tidak lengkap akan mengganggu
kelancaran penyediaan obat.

Ketentuan tentang penulisan resep

1. Secara hukum, dokter yang menandatangani resep bertanggung jawab sepenuhnya


tentang resep yang ditulis untuk penderita.
2. Resep ditulis dengan jelas shingga dapat dibaca, sekurang-kurangnya oleh petugas di
apotek.
3. Resep ditulis dengan tinta atau lainnya, sehingga tidak mudah terhapus.
4. Tanggal suatu resep ditulis dengan jelas. Tanggal resep ditebus oleh penderita di
apotek tidak mutlak sama dengan tanggal resep yang ditulis oleh dokter, obat dapat
diambil oleh penderita satu atau beberapa hari setelah resep diterima.
5. Apabila seorang anak, maka harus dicantumkan umurnya. Ini penting bagi apoteker
untuk mengetahui apakah dosis obat yang ditulis pada resep sudah cocok dengan
umur anak. Jika ada nama penderita saja tanpa disertai umur, resep tersebut dianggap
untuk orang dewasa.
6. Dibawah nama penderita hendaknya dicantumkan juga alamatnya, sehingga dalam
keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita langsung dapat dihubungi. Alamat
penderita di dalam resep juga akan mengurangi kesalahan / tertukar memberikan obat
apabila pada suatu waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama yang
kebetulan sama.
7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep hindari memakai angka decimal,
untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan, contoh: untuk obat yang diberikan
dalam jumlah kurang dari satu gram ditulis dalam milligram, misal 500 mg dan tidak
0,5 gram.
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan unit, jangan disingkat menjadi U.
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan koma, dinyatakan dengan satuan ml,
hindarkan menulis cc atau cm3.
10. Reparat cairan berupa obat minum untuk anak, diberikan sebanyak 50 ml, 60 ml, 100
ml, 150 ml.
11. Reparat cairan untuk obat minum orang dewasa, diberikan sebanyak 150 ml, 200 ml,
300 ml.
12. Reparat cairan untuk obat luar seperti obat kumur atau kompres, diberikan sebanyak
200 ml, 300 ml.
13. Untuk obat tetes mata / hidung / telinga diberikan sebanyak 10 ml.

Skrinning resep

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/MENKES/SK/IX/2004 bahwa skrining resep terdiri dari:

1. Persyaratan administrasi
Nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis
resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi,
dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas.
2. Kesesuaian Farmasetis
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3. Pertimbangan Klinis
Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
Kelengkapan Resep

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


280/MENKES/SK/V/1981 bahwa resep harus memuat: nama, alamat dan nomor surat ijin
praktek dokter; tanggal penulisan resep; nama setiap obat atau komposisi obat; tanda R/ pada
bagian kiri setiap penulisan resep; tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.

2.2 Copy Resep

Pengertian Copy Resep

Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang ditulis oleh seorang apoteker untuk
diberikan kepada pasien. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum dan afscrift.

Salinan resep harus memuat beberapa keterangan dari resep asli yaitu :

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek
3. Tanda tangan Apoteker
4. Tanda copy resep (detur dan ne detur). Tanda -det- untuk obat yang sudah diserahkan,
dan -ne detur- untuk obat yang belum diserahkan. Pada resep dengan tanda Iter …X
diberi tanda -det orig- untuk pembelian pertama, untuk pembelian kedua dst (sesuai
dengan iter) diberi tanda det iter.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

Copy resep dapat dikeluarkan apabila,

1. Terdapat tanda “iter” dan “Rep”, hal ini dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan
pasien masih memerlukan pengulangan terapi. Iter merupakan kependekan dari iterator,
sementara Rep merupakan kependekan dari Reperature. Keduanya dalam Bahasa
Indonesia diartikan sebagai dapat diulang.
2. Pasien tidak bisa menebus resep secara penuh karena suatu hal.
3. Apotek tidak memiliki sebagian obat yang tertulis di resep.
4. Permintaan dari lembaga yang membiayai pengobatan pasien.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan
perundang undangan yang berlaku.

Contoh copy resep :

Etiket obat

Etiket obat adalah label atau penanda obat yang diberikan oleh fasilitas kesehatan baik praktik
dokter, klinik, puskesmas, atau pun rumah sakit yang biasanya ditempel di depan
kemasan obat atau alat kesehatan yang berguna untuk memberikan informasi
penggunaan obat atau alat kesehatan tertentu pada penggunanya.

Etiket obat dibedakan menjadi dua warna yang memiliki tanda dan arti yang berbeda. Warna
putih memiliki arti obat dalam maksudnya adalah obat yang diminum lewat mulut. Sedangkan
warna biru memiliki arti obat luar. Yang dimaksud obat luar yaitu obat yang tidak diminum.
Contoh dari obat luar yaitu salep, cream, gel dan lain lain.
Etiket obat harus memuat beberapa informasi yaitu,

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan nomor SIK APA
3. Nama dan jumlah obat
4. Aturan pemakaian
5. Tanda lain yang diperlukan obat, seperti kocok terlebih dahulu, obat kumur dan lain lain.
2.3 Pelayanan kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan
mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama
yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).

Pelayanan kefarmasian di klinik meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana

Pelayanan Farmasi Klinik adalah pelayanan sediaan farmasi berpusat pada individu (person
centered-care) yang dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama tenaga medis
dan/atau tenaga kesehatan lainnya untuk mengoptimalkan keluaran farmakoterapi yang
diterima pasien.
Adapun kegiatan pelayanan farmasi klinik yang sering dilakukan, adalah sebagai berikut:

1. Pemantauan terapi obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi.
Rekonsiliasi obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat


yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat
(medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
Obat.

Penelusuran riwayat penggunaan obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi


mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan
Obat pasien.

Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari
Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.

Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker


secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat
dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional,
dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan
lainnya.
Evaluasi penggunaan obat (EPO)

Baca :  Perjalanan Regulasi Praktik Kefarmasian di Indonesia

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat


yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil


pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.

Pelayanan Swamedikasi

Pelayanan Swamedikasi adalah pelayanan farmasi klinik secara mandiri menggunakan


sediaan farmasi yang berdasarkan peraturanperundangan dapat diserahkan oleh
apoteker tanpa resep dokter untuk penanganan gangguan ringan (Responding to
symtoms) dan terdokumentasi dalam catatan pengobatan pasien.
Sementara, menurut saya beberapa kegiatan pelayanan kefarmasian yang ditetapkan
dalam beberapa regulasi (permenkes tentang standar pelayanan kefarmasian), justru
sebenarnya masuk dalam kelompok pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan
informasi obat (PIO).
Beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinik yang seharusnya berdasarkan UU 36/2009
tentang kesehatan pasal 108 termasuk dalam kelompok pelayanan obat atas resep
dokter, yaitu:
2. Pengkajian dan pelayanan resep

Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan
masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep.
Dispensing sediaan steril termasuk Pencampuran Obat Suntik, Penanganan Sediaan Sitostatik
dan Penyiapan Nutrisi Parenteral.

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan teknik aseptik untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya
serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

Pelayanan dispensing sediaan radiofarmasi

Ketiga kegiatan diatas pada umumnya dilakukan berdasarkan order/permintaan dari penulis
resep yaitu tenaga medis baik dokter maupun dokter gigi.
Sedangkan kegiatan Pelayanan Informasi Obat, sejak dulu mmg sdh merupakan jenis
pelayana  kefarmasian yg berdiri sendiri (UU 36/2009 pasal 108). Pelayanan Informasi Obat
(PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar fasilitas pelayanan kesehatan tempat apoteker tersebut berpraktik.

Baca :  Inilah Naskah Akademik dan Draft Rancangan Undang-Undang Kefarmasian

Jadi menurut hemat saya, saat ini pelayanan kefarmasian itu sebenarnya terdiri dari 3
kelompok besar pelayanan yaitu:

Pelayanan obat atas resep dokter

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan kefarmasian pada urutan no.3 diatas adalah jenis pelayanan kefarmasian yang baru
dan BELUM termasuk dalam definisi praktik kefarmasian dalam peraturan perundangan
yang ada (UU 36/2009 pasal 108), sehingga menurut saya HARUS ditambahkan dalam
difinisi Praktik Kefarmasian pada RUU Praktik Kefarmasian, sehingga bunyi dari definisi
praktik kefarmasian berubah menjadi:
Praktik Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, “pelayanan farmasi klinik”, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Bab 3

Penutup

3.1 kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa resep, copy resep dan pelayanan
kefarmasian merupakan permintaan tertulis dari dokter pada apoteker untuk di berikan
pada pasien, Salinan tertulis dari suatu resep yang di tulis seorang apoteker yang
diberikan kepada pasien dan kegiatan terpadu untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan
Daftar pustaka
 Wikipedia
 Majalah farmasetika
 Upk.kemenkes.go.id
 M.rifqirohman.staf.ugm.ac.id
 http://eprints.ums.ac.id/5122/1/K100050019.pdf

Anda mungkin juga menyukai