Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Disusun Oleh :
1. Arlaida Anggistina
2. Aulia Nurul Latifah
3. Ayunda
3. Desi Prihartini
4. Dewi Anjarwati
5. Dhava
6. Dhona
7. Dian

Tingkat : 1A

Dosen Pengampu : Vera Astuti, S.Farm, APT, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kamidapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Farmakologi dengan judul : Konsep Dasar Perhitungan Dosis Obat
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 11 Februari 2020


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang.................................................................................................1
1.2     Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3     Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Bagia-bagian Resep.........................................................................................3
2.2     Macam-macam Istilah Obat.............................................................................5
2.3     Perhitungan Dosis Berdasarkan Usia (rumus Young, rumus Augsberger)......8
2.4    Perhitungan Dosis Berdasarkan Berat Badan (rumus Clark)...........................8
2.5    Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (BSA)....................8
2.6 Perhitungan Dosis Tablet/Kapsul/Obat Cair/Injeksi.....................................10
2.7 Perhitungan Kecepatan Infus.........................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita
lakukan jika kita sedang sakit atau  ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada
yang tidak beres dengan tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan
mencari obat untuk mengobati sakit yang kita derita.
Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh
kita itu? Oleh karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana
sebenarnya perjalanan panjang obat di dalam tubuh, sampai kemudian
menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas, menghilangkan rasa sakit,
menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau bahkan membuat
“fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus tahu
akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu
bekerja, dosis yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan
keadaan dari obat itu sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak
layak untuk digunakan. Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan sepertihalnya over dosis, atau malah menimbulkan kekebalan bagi
penyakit yang kita derita atau bahkan dapat menimbulkan kematian bila salah
dalam mengkonsumsi obat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bagian-bagian dari resep?
2. Apa saja macam-macam istilah dosis obat?

1
3. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan usia (rumus Young, rumus
Augsberger)?
4. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan berat badan (rumus Clark)?
5. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh (BSA)?
6. Bagaimana perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/injeksi?
7. Bagaimana perhitungan kecepatan infus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari resep.
2. Untuk mengetahui macam-macam istilah dosis obat.
3. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan usia (rumus Young,
rumus Augsberger).
4. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan berat badan (rumus
Clark).
5. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
(BSA).
6. Untuk mengetahui perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/injeksi.
7. Untuk mengetahui perhitungan kecepatan infus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagian-bagian Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan
obat kepada pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan
Nomor 58 Tahun 2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter
gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah medication
error yang disebabkan oleh kesalahan interpertasi seperti pada resep yang ditulis
tangan. Resep elektronik dapat memastikan bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu
pemberian yang tertulis adalah benar dan dapat juga mengetahui adanya interaksi
obat, adanya alergi terhadap obat tertentu dan kesesuaiannya dengan kondisi
pasien misal pada pasien gangguan fungsi ginjal.

Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. Inscripstio terdiri dari :
a. Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat
dan tanggal penulisan resep.
b. Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta
untuk menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam
resep.

2. Praescriptio terdiri dari :


a. Nama obat pokok yang mutlak harus ada, dan jumlahnya (remidium
cardinale)
b. Bahan yang membantu kerja obat pokok (remidium adjuvans) tidak
mutlak perlu ada dalam resep.

3
c. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
d. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
e. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan
yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi
bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contoh lactosum dalam
puyer, aqua destillata dalam obat minum, sirup dalam elixir.
f. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki.
Misalnya : Campur buatlah yang ditulis dalam singkatan latin Mf pulv
merupakan kepanjangan dari Misca fac pulveres yang artinya campur
buatlah puyer; Mf l a potio = Misca fac lege artis potio = campur buatlah
obat minum sesuai dengan keahliannya.

3. Signatura
Signatura terdiri dari :
a. Aturan pakai (S = signa contoh S t dd p1, tandai tiga kali sehari 1
bungkus)
b. Nama pasien dibelakang kata Pro : Marcela usia: 5 tahun, 20 kg
Alamat : Rawamangun Muka Barat no. 45 telp. 4258735. Penulisan
alamat pasien akan memudahkan pihak apotek dalam menelusuri tempat
tinggal pasien bila terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat.

Bila menuliskan untuk pasien dewasa idealnya dituliskan Nyonya/Tuan.


Bila resep untuk hewan setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama
pemilik dan alamat pemiliknya.

4. Subscriptio
Merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep

4
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter
tidak cukup hanya dengan paraf dokter.

Contoh Resep Obat

2.2 Macam-macam Istilah Dosis Obat


Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat)
yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS,
antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis
toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum
pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya
tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis
minimum obat.

2. Dosis terapi
5
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat
memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.

4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh
diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)

6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
a. Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan
percobaan
b. Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan

Istilah dalam Resep dan Dosis Obat

Berikan dengan takaran sebanyak


Dtd datales dosis
itu.
S Signa Tandailah.
Prn pro renata Jika perlu.
Sos si opus sit Jika perlu.
Sns si necesse sit Jika perlu.
6
Ad Ad Sampai/hingga.
Aa Ana Sama banyak.
signa ter de die
Tandai tiga kali sehari 2 tetes
s t dd gtt II ads guttae duo auric
pada telinga kanan dan kiri.
dextro et sinistro
signa bis de die
s b dd gtt I od Tandai dua kali sehari satu tetes
guttae unum
pada telinga kanan.
oculo dextro
signa quatuor de die Tandai empat kali sehari dua tetes
s qt dd gtt II o2
guttae dua oculo duo pada kedua mata.
signa applicandum
s applic loc dol Oleskan pada tempat yang sakit.
logo dolens
signa mono mane
s o m et v cap et vespere
Tandai tiap pagi dan malam.
1 pc capsulam unam
post coenam
signa ter de die
s t dd p1 ac pulverem unum Satu capsul sesudah makan.
ante coenam
Tandai tiga kali sehari sebelum
up usus propium
makan.
Suc signa usus cognitus Pemakaian sendiri.

Sun signa usus cognitus Pemakaian telah diketahui.


signa hora somni
s h s cap 1 pc capsulam unam Pemakaian telah diketahui.
post coenam tandai
signa omni nocte Tandai sebelum tidur satu capsul
s o n cap1
capsulam unam sesudah makan.
aggr Febr aggrediente febre Tiap tengah malam satu capsul.

Ketika sedang demam


pcc pro copy conform
Disalin sesuai dengan aslinya.
rp recente paratus Segar (dibuat baru).
Mf sol rp misce fac solution Campur larutan dibuat baru/segar.

7
recente paratus

2.3 Perhitungan Dosis Berdasarkan Usia (rumus Young, rumus Augsberger)


I. Perhitungan Dosis Berdasarkan Usia menurut Rumus Young
1. Untuk anak < 8 tahun

DM anak= n / (n+12) × DM dewasa

Dengan n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun)

II. Perhitungan Dosis Berdasarkan Usia menurut Rumus Augsberger


1. Untuk 2-12 bulan
(m+13)% dari Dosis Dewasa
2. Untuk 1-11 tahun
(4n+ 20)% dari Dosis Dewasa
3. Untuk 12-16 tahun
(5n+10)% dari Dosis Dewasa

m =   usia (bulan)
 n  = usia(tahun)

2.4 Perhitungan Dosis Berdasarkan Berat Badan (rumus Clark)

Dosis anak = dosis dewasa x (berat


badan(kg)/ 70 kg)
Contoh :
Dosis dewasa :2 sdt, BB anak 35kg,
maka 2 x (35/70) =  2 x 0.5 = 1 sdt

2.5 Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (BSA)


Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh merupakan
perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang menggunakan rumus perhitungan
dengan umur saja, atau dengan berat badan saja, perhitungan dosis BSA ini yang

8
sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik/anak-anak. rumus
perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du Bois.

Rumus :

Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan


kedalam rumus CROWFORD-TERRY-ROURKE dibawah ini untuk melakukan
konversi/penyesuaian dari dosis dewasa ke dosis anak-anak, Dosis Perkiraan
Konversi = Luas Permukaan Tubuh (LPT) Anak/ LPT Dewasa x Dosis
Dewasa, seperti dibawah ini :

Contoh Soal :
R/ Ketoprofen  50 mg
     m.f pulv in caps No. IX
     S 3 dd 1
     Pro : Fafa
     Tinggi : 105 cm
     Bobot : 29
     Umur : 5,5 tahun
Jawab :
Berdasar dari pasien dalam resep ini masih tergolong anak/balita maka
kita melakukan penyesuaian dosis, yang pertama kita lakukan melihat literatur
(misal di buku Obat-Obat Penting hal.859, dosis lazim dewasa ketoprofen adalah
2-4 dd 50 mg), sehingga dapat kita lakukan penghitungan BSA dengan
memasukkan kedalan 2 rumus yang diatas :

                             = 0,92
2.6 Perhitungan Dosis Tablet/Kapsul/Obat Cair/Injeksi
9
2.6.1 Menghitung Dosis Obat Tablet, pil ataupun Kaplet
Obat tablet merupakan obat bubuk yang terdiri dari satu  ataupun lebih
macam obat yang dipadatkan dalam bentuk yang lonjong atau lempengan dan
hanya dapat diberikan melalui oral, mulut atau bawah lidah (subligual)
Rumus yang dapat dipakai untuk dapat menghitung dosis obat tablet, pil atau
kaplet :

Sediaan obat adalah jumlah total kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet,
vial, atau ampul.

Contoh
Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat
memiliki sediaan 500mg.
Jawab
250 mg / 500 mg = 1/2 tablet

2.6.2 Menghitung Dosis Obat Sirup


Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan dalam air yang
sudah diberikan tambahan eliksir (pemanis) yang hanya dapat diberikan melalui
mulut atau oral. Yang termasuk dari obat sirup yaitu obat drop, obat suspensi, dan
tentunya obat sirup.

Untuk dapat menghitung dosis obat sirup menggunakan rumus:

Contoh
10
Dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol
Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL.
Jawab
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth
Rumus di atas juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang
tidak harus menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump

2.6.3 Menghitung  Dosis Obat Serbuk


Obat serbuk merupakan salah satu  jenis obat yang berbentuk bubukan
dan harus dilarutkan dengan air dan hanya bisa diberikan melalui intravena. Yang
termasuk dalam obat serbuk ini yaitu obat-obatan antbiotik seperti cefitriaxone,
cefotaxim dan sebagainya. Untuk dapat menghitung dosis dari obat serbuk,
dibutuhkan kereatifitas untuk menmbahkan pelarutnya. Walaupun pada umumnya
obat antibiotik serbuk telah dilarutkan dengan 10c aquabides sebelum diberikan
untuk pasien atau sebelum dicampur dengan menggunakan cairan pelarut yang
dudah lebih banyak lagi jumlahnya.
Rumus untuk dapat menghitung dosis obat serbuk sama saja dengan
menghitung dosis obat sirup. Kita mempunyai kebebasan dalam melarutkan obat
serbuk, tetapi hal yang harus diingat adalah jumlah pelarut jangan sampai terlalu
pekat ataupun sedikit. Apabila jumlah pelarut terlalu sedikit, maka pada saat
diberikan akan terasa sakit. Dan jangan pula terlalu banyak.

Contoh
Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.
Jawab
330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc
Pada contoh ini, kurang tepat bila kita memakai pelarut sebanyak 10 cc. Sebab
jika kita akan menarik cairan sebanyak 3,3 cc akan susah untuk mengukurnya.
Maka akan lebih baik jika kita menggunakan pelarut sebanyak 9 cc.
Solusi Jawaban: 330 mg/ 1000 mg X 9 = 3 cc.

2.6.4 Menghitung Dosis Obat Cair / Injeksi

11
Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan dalam air yang
sudah diberikan tambahan eliksir (pemanis) yang hanya dapat diberikan melalui
mulut atau oral. Yang termasuk dari obat sirup yaitu obat drop, obat suspensi, dan
tentunya obat sirup.

Untuk dapat menghitung dosis obat sirup menggunakan rumus:

Contoh
Dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol
Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL.
Jawab
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth
Rumus di atas juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang
tidak harus menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump.

Contoh
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk
setiap 100 mL adalah 500 mg.
Jawab
150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml

2.7 Perhitungan Kecepatan Infus


2.7.1 Rumus Tetap Tetesan Infus
1) 1 gtt adalah 3 mgtt
2) 1 cc adalah 20 gtt
3) 1 cc adalah 60 mgtt
4) 1 kolf adalah 1 labu = 500 cc
5) 1 cc adalah 1 mL
6) mggt/menit adalah cc/jam
12
7) Konversi dari gtt ke mgtt kali 3
8) Konversi dari mgtt ke gtt bagi 3
9) 1 kolf atau 500 cc/ 24 jam adalah 7 gtt
10) 1 kolf atau 500 cc/24 jam adalah 21 mgtt
11) Volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro adalah
jumlah tetesan X 1
12) Volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro adalah
jumlah tetesan X 3

2.7.2 Rumus Tetesan Infus


Rumus adalah untuk itu kita dapat mencermati tetesan cairan dalam
itungan per menit dan per jam.
a. Rumus dasar dalam hitungan menit

b. Rumus dasar dalam jam

2.7.3 Faktor Tetes Rumus Dewasa

Contoh
Mengatakan bahwa per tetesan ialah 21 tetes per menit oleh karena itu tetesan per
detiknya ialah?

13
Jawab
1 menit adalah 60 detik, nah jadi, jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka dari itu
hitungan per detiknya adalah 60/21 adalah 2,857 jadi yang artinya dalam waktu 3
detik itu ada 1 tetes sangat.

Untuk yang makro


1) 20 tetes per menit=1cc = 60 cc/jam, Lamanya akan habis= 500 cc/60=
8,3 =8 jam
2) 15 tetes per menit= 11 jam
3) 10 tetes per menit=17 jam yang artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
4) 5 tetes per menit= 33 jam
5) 60 tetes per menit= 3 jam
6) 40 tetes per menit= 4 jam
7) 30 tetes per menit= 6 jam

Untuk yang mikro


1) 1 kolf = 500 cc = 7 tts per mnt, habis dalam 24 jam.
2) 2 kolf = 1000 cc = 14 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 12 jam, sehingga
24 jam habis 2 kolf.
3) 3 kolf = 1500 cc = 20 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 8 jam, sehingga
24 jam habis 3 kolf.
4) 4 kolf = 2000 cc = 28 tts per mnt, 1 kolfnya habis dalam 6 jam, sehingga
24 jam habis 4 kolf.
5) Belakang ini kfaktor dewasa adalah 20 dan Faktor Tetes anak adalah 60

Contoh soal dan rumus :


Pasien ini akan berkunjung ke rumah sakit dan ia akan membutuhkan 500
ml RL per cair. Bagaimana cara infus itu dibutuhkan jika kebutuhan cairan pasien
harus dicapai dalam angka 100 menit?
Mengingat:
Cairan adalah 500 ml

14
Waktu adalah 100 menit
Faktor tetes adalah 20 tetes

Jawabannya
Maka dari itu, pasien akan banyak banyak memerlukan infus untuk menghabiskan
100 sampai 500 ml cair drip mikro. Seperti orang dewasa, anak-anak dengan berat
badan kurang dari 8 kg akan banyak sekali membutuhkan infus set dengan tetes
faktor yang berbeda-beda. Tetes mikro, faktor tetes adalah 1 ml adalah 60 tetes
per cc.

2.7.4 Cara Menghitung Tetesan Infus


Menghitung tetesan infus per menit secara sederhana adalah Tetes Per
Menit adalah Jumlah cairan infus (Makro) Lamanya infus (jam) kali 3. Tetes Per
Menit adalah Jumlah cairan infus (Mikro) Lamanya infus (jam).

Contoh soal soal berikut ini :


Ada beberapa tetes per/menit jika ada cairan yang dimasukkan 500 ml
dan habis dalam jangka waktu 8 jam?
Jawab
a. Bila faktor tetesan makro.
Tetes Per Menit adalah Jumlah cairan infus (Makro) Lamanya infus (jam) x 3.
Tetes Per Menit adalah 500 ml (Makro) 8 jam kali 3.
Tetes Per Menit adalah 500 (Makro) 24.
Tetes Per Menit adalah 20 (Makro).
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 20 TPM.
b. Faktor tetesan mikro.
Tetes Per Menit adalah Jumlah cairan infus (Mikro) Lamanya infus (jam).
Tetes Per Menit adalah 500 ml (Mikro) 8 jam.
Tetes Per Menit adalah 60 (Mikro).
Jadi, cairan tersebut harus diberikan 60 TPM.
BAB III
PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (Unit Internasional).
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan
dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang kita
berikan.
Dalam memberikan dosis obat sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang
tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita
berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk menegtahui dan menerapkan rumus penghitungan obat.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
mendukung serta kembali mencari dan menambah wawasan pembaca.

DAFTAR ISI

16
Bram Marabunta, (2011). “Makalah Perhitungan Dosis Obat”. [online] tersedia :
http://brambutakala.blogspot.co.id/. [12 Maret 2020].

Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and
Function, 3rd Ed., New York : Lippincott Pub.

Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults, 1st
Ed., Spiringer Pub. Comp.

Sumber:file://localhost/E:/DOSIS/Joey'%20B%20Menghitung%20Dosis
%20Maksimum.mht.

Sumber:file://localhost/E:/ti2k's%20blog_%20DOSIS%20OBAT.mht
Sumber:file://localhost/E:/dosisdr.%20Suparyanto,%20M.Kes_%20LABEL
%20DAN%20DOSIS%20OBAT.mht.

17

Anda mungkin juga menyukai