Disusun Oleh :
1. Arlaida Anggistina
2. Aulia Nurul Latifah
3. Ayunda
3. Desi Prihartini
4. Dewi Anjarwati
5. Dhava
6. Dhona
7. Dian
Tingkat : 1A
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bagia-bagian Resep.........................................................................................3
2.2 Macam-macam Istilah Obat.............................................................................5
2.3 Perhitungan Dosis Berdasarkan Usia (rumus Young, rumus Augsberger)......8
2.4 Perhitungan Dosis Berdasarkan Berat Badan (rumus Clark)...........................8
2.5 Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (BSA)....................8
2.6 Perhitungan Dosis Tablet/Kapsul/Obat Cair/Injeksi.....................................10
2.7 Perhitungan Kecepatan Infus.........................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan usia (rumus Young, rumus
Augsberger)?
4. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan berat badan (rumus Clark)?
5. Bagaimana perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh (BSA)?
6. Bagaimana perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/injeksi?
7. Bagaimana perhitungan kecepatan infus?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari resep.
2. Untuk mengetahui macam-macam istilah dosis obat.
3. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan usia (rumus Young,
rumus Augsberger).
4. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan berat badan (rumus
Clark).
5. Untuk mengetahui perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
(BSA).
6. Untuk mengetahui perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/injeksi.
7. Untuk mengetahui perhitungan kecepatan infus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. Inscripstio terdiri dari :
a. Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat
dan tanggal penulisan resep.
b. Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta
untuk menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam
resep.
3
c. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
d. Corrigens : bahan tambahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) dan bau obat ( corrigens odoris).
e. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan
yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi
bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contoh lactosum dalam
puyer, aqua destillata dalam obat minum, sirup dalam elixir.
f. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki.
Misalnya : Campur buatlah yang ditulis dalam singkatan latin Mf pulv
merupakan kepanjangan dari Misca fac pulveres yang artinya campur
buatlah puyer; Mf l a potio = Misca fac lege artis potio = campur buatlah
obat minum sesuai dengan keahliannya.
3. Signatura
Signatura terdiri dari :
a. Aturan pakai (S = signa contoh S t dd p1, tandai tiga kali sehari 1
bungkus)
b. Nama pasien dibelakang kata Pro : Marcela usia: 5 tahun, 20 kg
Alamat : Rawamangun Muka Barat no. 45 telp. 4258735. Penulisan
alamat pasien akan memudahkan pihak apotek dalam menelusuri tempat
tinggal pasien bila terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat.
4. Subscriptio
Merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep
4
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter
tidak cukup hanya dengan paraf dokter.
1. Dosis lazim
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum
pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya
tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis
minimum obat.
2. Dosis terapi
5
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.
3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat
memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh
diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.
5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis
maksimum)
6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan
biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
a. Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan
percobaan
b. Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan
7
recente paratus
m = usia (bulan)
n = usia(tahun)
8
sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik/anak-anak. rumus
perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du Bois.
Rumus :
Contoh Soal :
R/ Ketoprofen 50 mg
m.f pulv in caps No. IX
S 3 dd 1
Pro : Fafa
Tinggi : 105 cm
Bobot : 29
Umur : 5,5 tahun
Jawab :
Berdasar dari pasien dalam resep ini masih tergolong anak/balita maka
kita melakukan penyesuaian dosis, yang pertama kita lakukan melihat literatur
(misal di buku Obat-Obat Penting hal.859, dosis lazim dewasa ketoprofen adalah
2-4 dd 50 mg), sehingga dapat kita lakukan penghitungan BSA dengan
memasukkan kedalan 2 rumus yang diatas :
= 0,92
2.6 Perhitungan Dosis Tablet/Kapsul/Obat Cair/Injeksi
9
2.6.1 Menghitung Dosis Obat Tablet, pil ataupun Kaplet
Obat tablet merupakan obat bubuk yang terdiri dari satu ataupun lebih
macam obat yang dipadatkan dalam bentuk yang lonjong atau lempengan dan
hanya dapat diberikan melalui oral, mulut atau bawah lidah (subligual)
Rumus yang dapat dipakai untuk dapat menghitung dosis obat tablet, pil atau
kaplet :
Sediaan obat adalah jumlah total kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet,
vial, atau ampul.
Contoh
Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat
memiliki sediaan 500mg.
Jawab
250 mg / 500 mg = 1/2 tablet
Contoh
10
Dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol
Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL.
Jawab
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth
Rumus di atas juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang
tidak harus menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump
Contoh
Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.
Jawab
330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc
Pada contoh ini, kurang tepat bila kita memakai pelarut sebanyak 10 cc. Sebab
jika kita akan menarik cairan sebanyak 3,3 cc akan susah untuk mengukurnya.
Maka akan lebih baik jika kita menggunakan pelarut sebanyak 9 cc.
Solusi Jawaban: 330 mg/ 1000 mg X 9 = 3 cc.
11
Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan dalam air yang
sudah diberikan tambahan eliksir (pemanis) yang hanya dapat diberikan melalui
mulut atau oral. Yang termasuk dari obat sirup yaitu obat drop, obat suspensi, dan
tentunya obat sirup.
Contoh
Dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol
Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL.
Jawab
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth
Rumus di atas juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang
tidak harus menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump.
Contoh
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk
setiap 100 mL adalah 500 mg.
Jawab
150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml
Contoh
Mengatakan bahwa per tetesan ialah 21 tetes per menit oleh karena itu tetesan per
detiknya ialah?
13
Jawab
1 menit adalah 60 detik, nah jadi, jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka dari itu
hitungan per detiknya adalah 60/21 adalah 2,857 jadi yang artinya dalam waktu 3
detik itu ada 1 tetes sangat.
14
Waktu adalah 100 menit
Faktor tetes adalah 20 tetes
Jawabannya
Maka dari itu, pasien akan banyak banyak memerlukan infus untuk menghabiskan
100 sampai 500 ml cair drip mikro. Seperti orang dewasa, anak-anak dengan berat
badan kurang dari 8 kg akan banyak sekali membutuhkan infus set dengan tetes
faktor yang berbeda-beda. Tetes mikro, faktor tetes adalah 1 ml adalah 60 tetes
per cc.
15
3.1 Kesimpulan
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (Unit Internasional).
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan
dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang kita
berikan.
Dalam memberikan dosis obat sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis yang
tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien yang kita
berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk menegtahui dan menerapkan rumus penghitungan obat.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
mendukung serta kembali mencari dan menambah wawasan pembaca.
DAFTAR ISI
16
Bram Marabunta, (2011). “Makalah Perhitungan Dosis Obat”. [online] tersedia :
http://brambutakala.blogspot.co.id/. [12 Maret 2020].
Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and
Function, 3rd Ed., New York : Lippincott Pub.
Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults, 1st
Ed., Spiringer Pub. Comp.
Sumber:file://localhost/E:/DOSIS/Joey'%20B%20Menghitung%20Dosis
%20Maksimum.mht.
Sumber:file://localhost/E:/ti2k's%20blog_%20DOSIS%20OBAT.mht
Sumber:file://localhost/E:/dosisdr.%20Suparyanto,%20M.Kes_%20LABEL
%20DAN%20DOSIS%20OBAT.mht.
17