Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI

CARA PENGHITUNGAN DOSIS DAN PENGENCERAN OBAT

DosenPengampu :

Makhdalena, S.Farm.,M.Farm., Apt

DisusunOleh :

Lista Dewi (2214301058)


Rendy Fernando (2214301067)
Widuri Tri NurWulan (2214301078)
Nessa Felina (2214301086)
Arini Nadya (2214301097)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TINGKAT 2 REGULER 2

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segalapujisyukur kami panjatkankehadiratTuhan Yang MahaEsa,


karenaatasrahmatdankarunia-nyasehingga kamidapatmenyelesaikanmakalahFarmakologi,
denganjudul “Cara Penghitungan Dosis dan Pengenceran Obat”.

Dalammenyusunmakalahini, kami banyakmenemuikesulitandanhambatansehingga


kami tidakterlepasdarisegalabantuan, arahan, dorongansemangatdariberbagaipihak. Dan
akhirnya kami dapatmenyelesaikanmakalahini. Olehkarenaitu kami
inginmenyampaikanucapanterimakasihdanpenghargaan yang setinggi-
tingginyakepadaberbagaipihak yang telahmembantu kami.
Segalakemampuandandayasertaupayatelah kami usahakansemaksimalmungkin, namun kami
menyadaribahwa kami selakupenulismakalahinimasihjauhdarikesempurnaan.

Olehkarenaitu, jikaterjadisuatukejanggalanitudatangnyadari kami


danjikaterdapatkebaikanitudatangnyadari Allah selaku sang pencipta.
kamimengharapkankritikdan saran yang bersifatmembangundari para pembaca.
Penulisberharapsemogahasilmakalahinimemberikanmanfaatbagikitasemua.

Bandar Lampung, 01 Agustus 2023

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Penghitungan Dosis..........................................................................................................6
2.2 Pengenceran Obat.............................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang mengenai materi penghitungan dosis dan pengenceran obat
berhubungan dengan pentingnya pemahaman mengenai cara menghitung dosis dan
melakukan pengenceran obat secara tepat. Hal ini menjadi keterampilan kritis bagi para
profesional kesehatan, terutama dokter, perawat, farmasis, dan tenaga medis lainnya, untuk
menghindari risiko kesalahan dosis dan pemakaian obat yang dapat membahayakan
pasien.Salah satu alasan utama mengapa penghitungan dosis dan pengenceran obat sangat
penting adalah untuk memastikan keselamatan pasien. Dosis yang tidak tepat dapat
menyebabkan efek samping yang berbahaya atau bahkan overdosis, yang dapat mengancam
nyawa pasien. Dosis yang tepat sangat penting untuk memastikan pengobatan yang efektif.
Jika dosis terlalu rendah, pengobatan mungkin tidak memberikan hasil yang diinginkan atau
gagal mengobati kondisi medis pasien. Di sisi lain, dosis yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan efek samping tanpa memberikan manfaat tambahan.
Banyak obat memiliki dosis yang berbeda-beda tergantung pada berat badan, usia,
kondisi medis, dan respons pasien terhadap pengobatan. Selain itu, beberapa obat juga perlu
diencerkan sebelum diberikan kepada pasien, terutama jika mereka tersedia dalam bentuk
konsentrasi yang lebih tinggi.Obat tersedia dalam berbagai bentuk seperti tablet, kapsul,
sirup, injeksi, dan lain sebagainya. Setiap bentuk obat memerlukan cara penghitungan dosis
yang berbeda, dan pengenceran mungkin diperlukan jika obat tersedia dalam bentuk
konsentrasi yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan oleh pasien. Setiap pasien adalah unik,
dan dosis obat yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik pasien, seperti berat badan,
tinggi badan, riwayat medis, dan kondisi kesehatan lainnya. Penghitungan dosis harus
dilakukan secara hati-hati berdasarkan data dan informasi yang akurat. Beberapa obat
mungkin digunakan secara off-label, yaitu untuk kondisi medis yang tidak tercantum dalam
petunjuk penggunaan resmi. Dalam kasus ini, penghitungan dosis dan pengenceran obat
dapat menjadi lebih rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang
farmakologi dan efek sampingnya. Para profesional kesehatan bertanggung jawab untuk
memberikan perawatan yang aman dan efektif kepada pasien. Memahami dan menerapkan
penghitungan dosis dan pengenceran obat yang tepat adalah bagian dari tanggung jawab
mereka dalam memberikan standar perawatan yang tinggi.
Secara keseluruhan, pemahaman tentang penghitungan dosis dan pengenceran obat
merupakan kompetensi yang sangat penting bagi para profesional kesehatan. Pelatihan yang
tepat dan pemahaman yang baik tentang obat-obatan dan kebutuhan pasien akan membantu
mengurangi risiko kesalahan dosis dan penggunaan obat yang tidak tepat, sehingga
meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan bagi pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penghitungan dosis untuk pasien?
2. Bagaimana cara pengenceran obat?

4
1.3 Tujuan
1. Agar dapa memahami dan mengetahui bagaimana cara penghitungan dosis untuk pasien.
2. Agar dapa memahami dan mengetahui bagaimana cara pengenceran obat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penghitungan Dosis


Dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien yang dapat memberikan efek
farmakologis (khasiat) yang diinginkan. Secara umum penggunaan dosis dalam terapi dibagi
menjadi: dosis lazim dan dosis maksimum/maksimal. Dosis lazim adalah dosis yang
digunakan sebagai pedoman umum pengobatan (yang direkomendasikan dan sering
digunakan) sifatnya tidak mengikat (biasanya diantara dosis mimimum efek dan dosis
maksimum), sedangkan dosis maksimum adalah dosis yang terbesar yang masih boleh
diberikan kepada pasien baik untuk pemakaian sekali maupun sehari tanpa membahayakan
(berefek toksik ataupun over dosis). Untuk terapi sebaiknya menggunakan pedoman dosis
lazim.) Takaran dosis yang ada dalam farmakope umumnya untuk dosis orang dewasa,
sedangkan untuk anak-anak memerlukan rumus perhitungan khusus, sperti dibawah ini:
Cara menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
DM anak < 8 tahun = n/n+12 × dosis maksimum dewasa
n= umur dalam tahun
Keterangan:
Da: Dosis anak
n: Usia anak (dalam tahun)
12: Ketetapan Young
Dd: Dosis dewasa (dalam miligram)
Contoh soal: ada pasien anak balita berusia 4 tahun sedang mengalami demam tinggi. Dokter
memberikan resep obat penurun panas dengan dosis dewasa, yaitu sebesar 500 miligram.
Lalu, berapa dosis yang dibutuhkan oleh balita 4 tahun tersebut agar demamnya turun?
Cara mengerjakan :
Da: 4/4+12x 500mg = 4/16 x 500 mg =125 mg
Jadi, jawabannya adalah dosis obat yang dibutuhkan oleh anak balita 4 tahun untuk
menurunkan demamnya yaitu sebesar 125 miligram dalam satu kali pemberian

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)


DM anak ≥ 8 tahun = n/20 × dosis maksimum dewasa

6
n= umur dalam tahun
Keterangan:
Da: Dosis anak
n: Usia anak (dalam tahun)
20: Ketetapan Dilling
Dd: Dosis dewasa (dalam miligram)
Contoh soalnya: seorang anak 12 tahun sedang mengalami demam tinggi, kemudian oleh
dokter diberi resep obat penurun panas (paracetamol) dengan dosis dewasa, yakni 500
miligram. Lalu, berapa yang dibutuhkan oleh anak tersebut untuk menurunkan panas?
Cara mengerjakan :
Da: 12/20 x 500 mg = 300 mg
Jadi, jawabannya adalah dosis yang dianjurkan untuk diberikan pada anak usia 12 tahun
tersebut agar demamnya turun adalah sebesar 300 miligram dalam satu kali pemberian.

c. Rumus Fried (untuk bayi)


DM bayi (bulan) = n/150 × dosis maksimum dewasa
Keterangan:
Da: Dosis untuk anak
m: Umur bayi dalam hitungan bulan
Dd: Dosis dewasa
150: Ketetapan Fried
Contoh soalnya: Apabila ada seorang bayi berusia 9 bulan mengalami demam tinggi dalam
sehari, kemudian diresepkan oleh dokter dengan obat penurun panas (paracetamol) dosis
dewasa 500 miligram. Lalu, berapa obat penurun panas yang harus diberikan pada bayi
tersebut untuk menurunkan demam?
Cara mengerjakan:
Da: 9/150 x 500 mg = mg
Jadi jawabannya adalah pada bayi berusia 9 bulan yang mengalami demam tinggi tersebut
diberikan sebesar 30 miligram setiap kali pemberian

2. Berdasarkan berat badan


Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
7
a. Rumus Thermich
DM= п/70 x Dosis maksimum dewasa
n: umur dalam tahun
Contoh soal sediaan Sirup :
R/ Efedrin HCl 0,2 (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks 10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi 0,2 Efedrin
HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
n ; dalam kilogram
a. Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = gram untuk sekali pakai
Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL,
jumlah efedrin HCL dalam tiap sendok = (5 mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram

3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat Persentase DM


a. sekali
Takaran obat sekali dalam resep/DM sekali × 100%
=(0,01 gram/0,0114 gram)x 100% = 87,7%

b. sehari
Takaran obat sehari dalam resep/ DM sehari x 100%
= (18/70) x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam sehari

4. Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (LPT)


Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh merupakan perhitungan dosis yang
lebih akurat ketimbang menggunakan rumus perhitungan dengan umur saja, atau dengan
berat badan saja, perhitungan dosis BSA ini yang sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien
pediatrik/anak-anak.
Rumus perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois and Du Bois

8
Rumus :
Luas Permukaan Tubuh (m²)= √( Tinggi (cm) × bobot (kg) / 3600)
Contoh Soal :
R/ Ketoprofen 50 mg
m.f pulv in caps No. IX
S 3 dd 1
Pro : Fafa
Tinggi : 105 cm
Bobot : 29
Umur : 5,5 tahun
Jawab :
Berdasar dari pasien dalam resep ini masih tergolong anak/balita maka kita melakukan
penyesuaian dosis, yang pertama kita lakukan melihat literatur (misal di buku Obat-Obat
Penting hal.859, dosis lazim dewasa ketoprofen adalah 2-4 dd 50 mg), sehingga dapat kita
lakukan penghitungan BSA dengan memasukkan kedalan 2 rumus yang diatas
Luas permukaan tubuh (m²) = √105cm x 29kg /3600 =0,92
Selanjutnya di masukan ke dalam rumus yang dosis penyesuaian BSA :
Dosis perkiraan = 0,92 (m²) /1,73 (m²) x 50 mg = 26,5 mg dosis sekali pakai untuk anak
tersebut

2.2 Pengenceran Obat


Pengenceran obat adalah proses menambahkan cairan lain (misalnya air, larutan saline, atau
larutan lainnya) ke dalam obat untuk mengurangi konsentrasi atau kekuatan obat tersebut
sehingga sesuai dengan dosis yang diinginkan. Tujuan dari pengenceran obat adalah untuk
menciptakan larutan obat yang tepat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh pasien atau
sesuai dengan persyaratan penggunaan obat tersebut.
Beberapa alasan umum untuk melakukan pengenceran obat antara lain:
1. Dosis Pasien: Kadang-kadang, dosis obat yang tersedia di pasaran lebih tinggi daripada
dosis yang dibutuhkan oleh pasien, terutama untuk pasien anak-anak atau berat badan
rendah. Dalam situasi ini, obat harus diencerkan untuk mencapai dosis yang tepat untuk
pasien tertentu.
2. Dosis Yang Tidak Tersedia: Terkadang, dosis tertentu dari suatu obat tidak tersedia di
pasaran. Dalam kasus ini, pengenceran obat dapat dilakukan dengan memanfaatkan obat
dalam dosis yang lebih tinggi untuk mencapai dosis yang diinginkan.
3. Pemberian Obat Secara Intravena (IV): Beberapa obat hanya tersedia dalam bentuk
injeksi atau infus dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Sebelum memberikan obat secara

9
IV, obat tersebut perlu diencerkan ke dalam larutan yang tepat untuk menghindari efek
samping atau kerusakan pada pembuluh darah.
4. Persiapan Obat di Apotek: Di apotek, beberapa obat mungkin perlu diencerkan agar
sesuai dengan dosis yang diresepkan oleh dokter sebelum diserahkan kepada pasien.

Cara pengenceran antara lain:


1. Untuk sediaan serbuk: misal kita menimbang diazepam 20 mg. Timbang diazepam 50 mg,
bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran obat nanti)
seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2450 mg. dalam mortar gerus sacharum lactis
sebagian, tambahkan diazepam, zat warna carmin, gerus hingga homogen (warna merah
merata), tambahkan sisa sacharum lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1000 mg
Untuk diazepam 20 mg = 20/50 x 2500 mg = 1000 mg
Dari campuran 1000 mg ini mengandung 20 mg diazepam dari hasil pengenceran diazepam
dalam sacharum lactis ini yaitu 1000 mg (1:50).
Pengenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 50 kali. Hasil pengenceran dari
serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.
2. Untuk sediaan dari bahan cair: sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai atau
pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air seagai pelarut. Misal menimbang vitamin
B1 (Thiamin HCl) 10 mg. vitamin B1 larut dalam air, jadi timbang vitamin B1 sebanyak 50
mg, dilarutkan dalam air hingga 10 ml. Untuk 10 mg vitamin B1 diambil dari campuran
sebanyak:
10/50 x 10 ml = 2 ml
Jadi dalam campuran 2 ml mengandung 10 mg vitamin B1 hasil pengenceran dengan
perbandingan 1 : 200

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien untuk mencapai efek farmakologis
yang diinginkan. Penggunaan dosis dalam terapi dibagi menjadi dosis lazim dan dosis
maksimum/maksimal. Terdapat berbagai rumus perhitungan dosis untuk anak-anak
berdasarkan umur, berat badan, dan luas permukaan tubuh. Pengenceran obat adalah proses
menambahkan cairan lain ke dalam obat untuk mencapai dosis yang diinginkan. Pengenceran
obat penting untuk menghindari dosis yang terlalu tinggi dan efek samping berbahaya.

3.2 Saran
Para profesional kesehatan harus memahami dengan baik cara menghitung dosis untuk anak-
anak, karena mereka membutuhkan perhitungan yang lebih akurat dan berbeda dari dosis
orang dewasa. Penggunaan dosis lazim sebagai pedoman pengobatan sebaiknya diterapkan
dalam praktek medis untuk menghindari risiko dosis yang tidak tepat. Pengenceran obat
harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan, untuk
memastikan dosis yang tepat dan menghindari risiko overdosis atau efek samping yang
berbahaya. Penggunaan rumus perhitungan berdasarkan luas permukaan tubuh merupakan
cara yang lebih akurat untuk menghitung dosis, terutama pada pasien anak-anak. Para
profesional kesehatan, terutama apoteker dan perawat, harus mendapatkan pelatihan yang
memadai mengenai penghitungan dosis dan pengenceran obat untuk memberikan perawatan
yang aman dan efektif kepada pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elmitra. (2017). Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Dalam Elmitra, Dasar-
Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid (hal. 40). Yogyakarta: Deepublish.
Ratih Dyah Pertiwi, A. R. (2019). Penuntun Praktikum : Farmasetika Sediaan Padat dan Semi
Padat. Dalam A. R. Ratih Dyah Pertiwi, Penuntun Praktikum : Farmasetika Sediaan
Padat dan Semi Padat (hal. 4). Jakarta: Universitas Esa Unggul.

12

Anda mungkin juga menyukai