Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

CARA PEMBERIAN DAN PERHITUNGAN DOSIS


TOXIKOLOGI OBAT
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANJUT USIA

DISUSUN OLEH:
NAMA :SITI MUTIA SUGI
NIM : 2122042
JURUSAN :S1 KEPERAWATAN
MATA KULIAH : FARMAKOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Cara Pemberian Dan Perhitungan Dosis,
Toxikologi Obat dan Pengelolaan Obat Pada Anak Dan Lanjut Usia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah farmakologi. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia Cara Pemberian Dan Perhitungan Dosis,
Toxikologi Obat dan Pengelolaan Obat Pada Anak Dan Lanjut Usia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suriani Bahrun,
S.Kep.Ns M.Kes selaku Mata kuliah farmakologi Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis: Siti Mutia Sugi

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………..
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………
1. perhitungan dan pemberian dosis ………………………………
2. toxiologi obat …………………………………………………
3. pengelolaan obat pada anakp dan lanjut usia ………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….
A. Kesimpulan …………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obat merupakan komoditi kesehatan yang strategis karena sangat diperlukan oleh
masyarakat. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat dan biaya obat secara
mandiri merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 60-70% dari total biaya pengobatan (Fatokun,
2011; Hassali, 2012). Obat-obatan memainkan peran yang semakin penting dalam
masyarakat dan berkontribusi dalam mengendalikan biaya kesehatan masyarakat
(Aramburuzabala P, 2013). Oleh karenanya, ketersediaan obat baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas harus dapat dijamin oleh pemerintahan (BPOM, 2012).
Obat ibarat dua sisi mata uang, dimana satu sisi bisa bekerja sebagai obat, sebaliknya
disisi lain juga bisa bekerja sebagai racun, tergantung kepada takaran (dosis) yang digunakan.
Artinya setiap obat memiliki rasio manfaat dan resiko yang berbeda-beda dan batasan ini
menjadi tolak ukur keamanan dari suatu obat. Oleh sebab itu, penggunaan obat harus hati-hati
apalagi untuk anak-anak. Anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa mempunyai respons
yang berbeda terhadap pemberian obat. Hal ini disebabkan oleh organ fisiologis anak belum
berkembang sempurna sehingga kerja obat dan profil farmakokinetika obat pada anak akan
berbeda dengan orang dewasa. Begitu juga dengan masalah bentuk sediaan obat yang tepat
untuk anak tidak tersedia, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemberian dosis obat.
Kesemuanya itu, berpotensi terjadinya insiden obat pada anak (Ylinen et. Al, 2010; Holstein
et. al, 2015).
Jika anak-anak di negara maju sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
sehingga mampu memiliki sifat otonomi dalam penggunan obat, maka sebaliknya di
Indonesia penggunaan obat pada anak-anak justu masih sangat tergantung sekali pada orang
tua. Kemandirian dan tanggung jawab anak dalam penggunaan obat belum bisa dilepaskan
begitu saja karena masalah obat masih dianggap hal yang tabu untuk anak. Hal ini sangat
dimungkinkan oleh belum adanya sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia dalam
menjamin pengetahuan anak tentang obat. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
dirintis sejak tahun 1956, melalui Trias UKS nya, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah 8 sehat, sampai saat ini belum ada
mencantumkan adanya materi tentang pendidikan obat (Kemenkes RI, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara perhitungan dan pemberian dosis
2. bagaimana toxiologi obat
3. bagaimana pengelolaan obat pada anakp dan lanjut usia
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara perhitungan dan pemberian dosis
b. untuk mengetahui toxiologi obat
c. untuk mengetahui pengelolaan obat pada anakp dan lanjut usia
BAB III
PEMBAHASAN

1. Cara Pemberian dan Perhitungan Dosis


Ketika merasa sakit, hal pertama yang akan kita pikirkan adalah bagaimana cara
mengobatinya. Kita bisa pergi ke apotek atau mungkin langsung menemui dokter. Di apotek
atau pun dokter, kita akan mendapatkan obat untuk dikonsumsi sesuai dengan dosis. Namun,
pernahkah Anda berpikir bagaimana cara menghitung dosis obat? dosis merupakan takaran
dari suatu obat yang dapat memberikan efek farmakologis, atau khasiat, yang diinginkan.
Umumnya, dosis sendiri terbagi menjadi dua, yaitu dosis lazim dan dosis maksimal.
Dosis lazim adalah dosis yang digunakan sebagai pedoman umum dalam pengobatan
dan sifatnya tidak mengikat. Sedangkan dosis maksimal adalah dosis yang paling besar,
namun masih boleh diberikan pada pasien, baik untuk sekali pemakaian atau pun sehari,
tanpa ada efek bahaya. Yang perlu diperhatikan dalam menangani obat-obatan adalah
menghitung dosis secara akurat. Karena jika salah dalam menghitung dosis, maka akan
berdampak pada kondisi kesehatan kita. Keracunan obat atau penyakit yang semakin parah
menjadi salah satu akibat dari overdosis. Mengingat betapa pentingnya memberi dosis yang
tepat, Dibawah ini cara menghitung dosis obat, mulai dari obat berbentuk tablet, sirup, hingga
serbuk
 Cara Menghitung Dosis Obat Tablet
Obat tablet, pil, atau kaplet adalah obat bubuk yang terdiri dari satu ataupun lebih
macam obat yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan. Obat ini hanya dapat
digunakan dengan cara oral, mulut atau bawah lidah (subligual).
 Cara Menghitung Obat Tablet
Sediaan obat adalah jumlah dari total kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet, vial,
atau ampul. Contoh, ketika dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu
kaplet obat memiliki sediaan 500 mg. Maka cara menghitungnya: 250 mg / 500 mg = 1/2
tablet

 Cara Menghitung Dosis Obat Sirup


Cara menghitung dosis obat yang kedua adalah ketika hendak menghitung dosis obat
sirup. Sebagian orang, khususnya anak-anak, mungkin lebih menyukai jenis obat yang satu
ini. Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan di dalam air yang sudah diberikan
tambahan eliksir (pemanis). Jenis obat ini hanya dapat diberikan melalui mulut atau oral.
Beberapa jenis obat yang termasuk obat sirup yaitu obat drop, obat suspensi, dan tentunya
obat sirup. Untuk cara menghitung dosis obat sirup, kita bisa menggunakan rumus berikut ini:
Contoh, ketika dokter membumL. Maka cara menghitungnya: 120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5
ml = 1/2 cth
 Cara Menghitung Dosis Obat Serbuk
Obat serbuk adalah salah satu jenis obat yang berbentuk bubuk dan harus dilarutkan
dengan air. Berbeda dengan jenis obat sebelumnya yang digunakan dengan oral atau mulut,
obat serbuk hanya bisa diberikan melalui intravena. Kita bisa menjumpai jenis obat serbuk ini
dalam bentuk obat-obatan antbiotik seperti cefitriaxone, cefotaxim dan sebagainya.
Cara menghitung dosis obat serbuk ini membutuhkan kreativitas ketika menambahkan
pelarutnya. Meskipun pada umumnya jenis obat antibiotik serbuk juga telah dilarutkan
dengan 10c aquabides sebelum diberikan untuk pasien, atau sebelum dicampur dengan
menggunakan cairan pelarut.
Untuk cara menghitung dosis obat serbuk, bisa menggunakan kembali rumus untuk
menghitung dosis obat sirup. Kita mempunyai kebebasan dalam melarutkan obat serbuk.
Namun, yang perlu diingat ketika memberikan pelarut adalah jumlah pelarut jangan sampai
terlalu pekat ataupun terlalu sedikit. Jika jumlah pelarut terlalu sedikit, maka akan terasa sakit
pada saat diberikan. Namun, jangan terlalu banyak ketika memberikan pelarut ini.

 Cara Menghitung Dosis Obat Menggunakan Alat


Cara menghitung dosis obat yang terakhir adalah untuk menghitung jenis obat yang
perlu menggunakan alat. Ketika memberikan obat, ada kalanya jenis obat-obat yang
diberikan melalui intravena memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan, atau
jumlahnya juga sangat sedikit.
Dalam pemberiannya kita juga membutuhkan alat seperti infus pump atau syringe
pump. Untuk menghitung dosis obat menggunakan alat ini, bisa menggunakan rumus berikut:
(Order Dokter)/Jam×(60 mgtt)/CC×(kg/BB)×Pelarut/(Sediaan Obat) atau, (Order
Dokter)/Menit×(60 mgtt)/CC×(kg/BB)×Pelarut/(Sediaan Obat) Contohnya: Heparin 1000
IU/jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000 IU, jumlah pelarut 100 cc. Maka cara
menghitungnya:1000 IU/60 menit X 60 mggtt/cc X 100 cc / 5000 IU = 20 cc/jam Yang perlu
diperhatikan ketika menghitung dosis obat yang akan diberikan menggunakan alat adalah
kesamaan satuan dosis yang digunakan dengan sediaan obat. Misalnya ketika order dokter
0,05 mikrogram tetapi sediaan obat ialah 200 mg. Maka Anda harus mengubah 200 mg
menjadi 200.000 mcg. Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan yaitu ketika waktu
pemberian. Misalnya, dobutamin 0,1 mcg/kg BB/jam, maka kita harus mengubah jam 60
menit. Namun Jika order dokter 0,01 /kg BB/menit, maka menit adalah 1 menit.
2. Perkembangan Ilmu Toxikologi
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari racun. Istilah toksikologi
berarti ilmu racun. Kata toksik dalam Bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari Bahasa
Inggris toxic beracun dan logos ilmu. “Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang zat
kimia berbahaya dan beracun. Sebagai sebuah ilmu, toksikologi berkembang tidak hanya
berfokus pada pengetahuan dan penggunaan berbagai bahan-bahan racun, melainkan
berperan penting dalam menunjang berbagai subdisiplin ilmu lain. Pada awalnya, dunia
toksikologi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu farmakologi. Kini toksikologi
dapat berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Sebenarnya, ada kemiripan antara ilmu
farmakologi dan toksikologi, yaitu sama-sama mempelajari mekanisme perubahan suatu
bahan kimia dalam sistem biologi. Dalam farmakologi, hubungan dosis-respons suatu bahan
kimia dipelajari untuk mendapatkan berapa dosis terendah yang dapat menghasilkan efek
terapi yang diharapkan.
Sementara toksikologi mempelajari dosis suatu bahan kimia untuk mendapatkan
berapa dosis terendah yang tidak memberikan efek farmakologis dari dosis yang dapat
menyebabkan timbulnya efek racun.
 Tujuan Toksikologi
Tujuan toksikologi adalah mengenal dan mengkaji mekanisme efek toksik bahan
kimia terhadap makhluk hidup agar manusia dapat menggunakan dan hidup berdampingan
dengan toksikan tanpa menimbulkan efek yang merugikan, seperti gangguan kesehatan atau
lingkungan hidup rusak.
Untuk mencapai tujuan itu, ruang lingkup toksikologi mencakup beberapa hal berikut
ini. Mengenal, memahami, dan mendefinisikan toksisitas intrinsik dari bahan kimia. Menilai
risiko dan mengevaluasi dampak dari bahan kimia. Mengidentifikasi sistem atau organ
target/kritis yang dipengaruhi bahan kimia. Toksikologi bermanfaat untuk memprediksi atau
mengkaji akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik pada manusia dan lingkungannya.
Jenis-jenis Ilmu Toksikologi Pada dasarnya, terang Ibnu, konsep toksikologi terbagi menjadi
2 macam, yaitu :
a) toksikologi lingkungan dan
b) toksikologi klinik.
 Toksikologi Lingkungan
Merupakan bagian toksikologi yang membahas tentang efek-efek racun lingkungan
terhadap kesehatan makhluk hidup dan lingkungan. Ruang lingkup yang dipelajari dalam
toksikologi lingkungan menyangkut beberapa masalah, berikut ini. Sumber racun, termasuk
jenis, jumlah, dan sifatnya. Distribusi di dalam media udara, tanah, dan air. Efek toksisitasnya
terhadap flora, fauna, dan manusia.

Selanjutnya, toksikologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua sub kategori, yaitu
toksikologi kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi. Apa beda dari kedua cabang ilmu itu?
Toksikologi lingkungan dapat didefinisikan sebagai studi tentang efek-efek merugikan dari
bahan-bahan kimia lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sementara itu, ekotoksikologi
adalah studi yang membahas efek-efek kontaminan lingkungan terhadap ekosistem dan
unsur-unsur pokok yang ada di dalam ekosistem.
 Toksikologi Klinik
Toksikologi klinik adalah salah satu cabang toksikologi yang mempelajari aspek keracunan
akut, disengaja dan tidak sengaja, serta kronis dalam tubuh manusia. Juga mencakup
identifikasi racun, diagnosis keracunan serta terapi keracunan yang tepat pada keracunan
obat, pestisida, makanan dan minuman, logam berat, narkotika.
3. Pengelolaan Obat Pada Anak dan Lanjut Usia
Pengelolaan obat meupakan sebuah rangkaian pengendalian obat mulai dari peroses,
pengadaan, distribusi, hingga penggunaan.
a. Pengelolaan obat pada anak
Penggunaan obat pada anak diberikan ketika anak sakit. Sediaan obat tersedia
untuk anak terdapat dalam berbagai jenis bentuk sediaan. Paling familiar adalah
bentuk serbuk dan sirup. Agar perawat maupun orang tua tidak salah dalam
pemberian obat, maka harus mengerahui jenis-jenis obatnya dan memberikan dengan
dosis sesuai anjuran dokter. Pemberian obat untuk anak harus disesuaikan dengan
berat badan anak.
b. Pengelolaan obat pada lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas.
Pada usia ini terjadi penurunan fungsi organ (fisiologis), penurunan pengetahuan (kognitif),
dan penurunan psikologis yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit sehingga
menyebabkan lansia menerima obat dalam jumlah yang banyak dan dapat mengakibatkan
permasalahan dalam mengkonsumsi obat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat tidak bias di minum tanpa adanya resep dari dokter atau perawat.

B. Saran

Sebaiknya kita harus memium obat dengan teratur, harus sesuai resep dokter,dan
harus minum obat tepat waktu. Agar tidak terjadi keracunan obat

Anda mungkin juga menyukai