DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Aqil Andika Pratiwi 1910913120009 Desty Kartika Atni
1910913220009 Nurul Izatil Hasanah 1910913320025
Indah Yulianti 1910913320024
Muhammad Irfansyah 1910913310023 Rismayanti
1910913220037 Muhammad Sajidannor 1910913110004
Muhammad Taufiqur Rizky Al Farid 1910913310019
Novadiani Karisma Maharani 1910913120005 Pahmi
Rahman 1910913310022 Rezka Aulyan Noor
1910913120015 Silvia Nur Mayasari 171091322002
Windy Stefani Parera 1910913720001 Yuniar Agustina
1910913220036 Zahratul Zannah 1910913120012
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT BANJARBARU
A. Pengertian Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam farmakoterapi ini dipelajari aspek
farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat yang dimanfaatkan untuk mengobati
penyakit tertentu. Obat-obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam empat
golongan besar,yaitu obat farmakodinamik, obat kemoterapetik, obat tradisional dan
obat diagnostik. Obat farmakodinamik bekerja meningkatkan atau menghambat fungsi
suatu organ. Misalnya,furosemide sebagai diuretic meningkatkan kerja ginjal dalam
produksi urin atau hormone estrogen pada dosis tertentu dapat menghambat ovulasi
dari ovarium. Obat kemoterapetik bekerja terhadap agen penyebab penyakit, seperti
bakteri, virus, jamur atau sel kanker. Obat ini mempunyai sebaiknya memiliki
kegiatan farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan
berkhasiat membunuh sebesar-besarnya terhadap sebanyak mungkin parasite (cacing,
protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Misalnya, pirantel pamoat
membunuh cacing pada dosis yang aman bagi manusia.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Misalnya, daun kumis kucing, minyak ikan, ekstrak daun mengkudu, dan lain-lain.
Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan
penyakit). Misalnya, dari saluran lambung usus (barium sulfat) dan salura empedu
(natrium miopanoat dan asam iod organik lainnya) (Indijah, 2016).
B. Pengertian Pediatrik
Pediatrik berasal dari bahasa Yunani yaitu pedos yang artinya anak dan iatrica
yang artinya pengobatan anak. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP),
pediatrik adalah spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan
sosial kesehatan anak sejak lahir sampai dewasa muda. Pediatrik juga merupakan
disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengaruh biologis, sosial, lingkungan dan
dampak penyakit pada perkembangan anak. Beberapa penyakit memerlukan
penanganan khusus pada pasien pediatrik untuk menentukan dosis obat.
Perkembangan penanganan klinik penyakit untuk pasien pediatrik sangat berarti.
Terdapat banyak prinsip farmakoterapi yang harus dipertimbangan dalam penanganan
pasien pediatrik (Nisa, 2019).
Pasien rawat inap pediatrik merupakan kelompok yang berpotensi tinggi
terkena dampak interaksi obat dibandingkan pasien dewasa. Hal ini disebabkan
beberapa hal, pertama, pasien pediatrik yang dirawat di rumah sakit bisanya menerima
lebih dari 25 obat selama masa perawatannya. Kedua, respon tubuh pasien pediatrik
dalam menerima obat berbeda dengan pasien dewasa karena ada perbedaan dalam
proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Ketiga, adanya
penggunaan obat off label. (Saula, 2019)
Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan pediatrik, di antaranya
adalah: 1. Prematur: bayi yang dilahirkan sebelum berusia 37 minggu.
2. Neonatus: usia 1 hari sampai 1 bulan.
3. Bayi: usia 1 bulan sampai 2 tahun.
4. Anak: usia 2 tahun sampai 12 tahun.
5. Remaja: usia 12 tahun sampai 18 tahun (Nisa, 2019).
Indijah Sujati Woro, dan Purnama Fajri. Buku Farmakologi. Cetakan pertama,
Desember 2016.
Nisa, A. A. (2019). GAMBARAN PERESEPAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA
PASIEN ANAK DI POLI RAWAT JALAN RS PRIMA HUSADA
MALANG (Doctoral dissertation, Akademi Farmasi Putera Indonesia
Malang).
Saula, L. S., & Hilmi, I. L. (2019). POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP
PASIEN RAWAT INAP PEDIATRIK: STUDI RETROSPEKTIF DI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK.
Katzung. 2010. Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition. Lange Medical Book,
California.
Juliana, Santi, dkk. 2018. Terapi Obat Pada Anak. Institut Sains dan Teknologi
Nasional. Jakarta
Hendera, H. (2018). Interaksi Antar Obat pada Peresepan Pasien Rawat Inap Pediatrik
Rumah Sakit X dengan Menggunakan Aplikasi Medscape. JCPS (Journal of
Current Pharmaceutical Sciences), 1(2), 75-80.
Saula, L. S., & Hilmi, I. L. (2019). POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP
PASIEN RAWAT INAP PEDIATRIK: STUDI RETROSPEKTIF DI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK.
Katzung BG.1987. Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition. Lange Medical
Book, California
Speight TM. 1987. Avery’s Drug Treatment: Principles and Practice of Clinical
Pharmacology, 3rd edition. ADIS Press, Auckland WHO. 1987. Drugs for
Children. EHO Europe, Copenhagen
Nuryati. 2017. Farmakologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
PERTANYAAN
1. Pada anak remaja atau periode remaja ada salah satu trend dalam
penyalahgunaan obat, untuk efek yang bisa kita lihat seperti kepuasan yang
dirasakan si anak sendiri, tetapi untuk anak yang menggunakn
penyalahgunaan obat tersebut apakah memiliki efek samping untuk usia
tua nanti?
2. Pada kelompok umur periode awal kelahiran, disbeutkan bahwa adalah
pemberian obat-obat yang metabolismenya dengan cara oksidasi dan
hidroksilasi (Fase I), seperti misalnya fenitoin, fenobarbital dan teofilin perlu
diperhatikan. Karena penggunaan obat-obat tersebut pada kelompok umur 1-
10 tahun memerlukan dosis terapetik yang relatif lebih besar dari dosis
dewasa. Dan juga disebutkan periode ini darah dibersihkan dari obat lebih
cepat dan metabolisme obatpun berlangsung cepat, sehingga waktu paruh obat
juga lebih pendek. Walaupun demikian, apakah tidak berbahaya atau
tidak terdapat efek pada anak jika obat-obat tersebut diberikan dengan
dosis yang lebih besar dari dewasa?
3. Orang tua tak jarang sering kali memberikan obat kepada anaknya apabila
dilihat tanda gejala anak sedang sakit, misal sakit kepala, pucat atau demam.
Kecenderungan untuk menggunakan obat sendiri ini (self-medication) tanpa
indikasi yang jelas, apakah akan berpengaruh pada tingkat keefektivitasan
(resistens) obat tersebut, mengingat orang tua yang selalu khawatir pada saat
anaknya sakit? Apa efek samping/dampak dari perilaku penggunaan obat
seperti itu?
4. Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa obat untuk anak yang
rasanya pahit contohnya obat puyer. Agar anak mau minum obat, seringkali
orang tua mencampurkan obat tersebut dengan sirup. Apakah hal tersebut
dapat mengakibatkan karies gigi pada anak karena sirup sendiri bersifat
kariogenik? Dan apakah obat yang dicampur sirup memiliki efek pada
kinerja obat tersebut?
5. Pada anak remaja atau periode remaja ada salah satu trend dalam
penyalahgunaan obat, untuk efek yang bisa kita lihat seperti kepuasan yang
dirasakan si anak sendiri, Saat ini sangat banyak ditemui anak remaja yang
menyalahgunakan obat-obatan untuk mencari kepuasan tersendiri dan
untuk memenuhi Hasrat keinginantahuannya, contohnya seperti
mengkonsumsi obat carnophen dalam jumlah yang tidak wajar agar
mendapatkan efek memabukkan. Bagaimana caranya mengobati anak
yang sudah terlanjur menjadi pecandu dan susah untuk diajak bicara
selain dengan cara rehabilitasi oleh pihak yang berwajib?