Disusun oleh :
Kelompok 3 (Ganjil)
1.
2.
3.
4.
5.
(NIM. PO.71.39.0.14.021)
(NIM. PO.71.39.0.14.023)
(NIM. PO 71.39.0.14.025)
(NIM. PO.71.39.0.14.027)
(NIM. PO.71.39.0.14.029)
(NIM. PO.71.39.0.14.021)
(NIM. PO.71.39.0.14.023)
(NIM. PO 71.39.0.14.025)
(NIM. PO.71.39.0.14.027)
(NIM. PO.71.39.0.14.029)
Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi tahun ajaran 2016/2017 di Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Farmasi dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi.
Mengetahui,
Pembimbing
A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang sangat riskan terhadap obat, sistem dalam
tubuhnya yang belum sempurna dalam merespon dan memetabolisme obat dalam
tubuh secara baik. Pasien anak merupakan populasi dengan risiko tinggi utamanya
antara usia 1 dan 5 tahun (Olson dkk, 2004). Untuk menyesuaikan dosis untuk
pasien anak, maka dokter sering meresepkan obat racikan. Informasi dosis
merupakan hal yang penting dalam pengobatan anak karena profil farmakokinetik
dan farmakodinamik anak berbeda dengan orang dewasa (Purba, 2007). Obat
racikan sering digunakan pada anak kemungkinan karena belum tersedianya
formula obat yang sesuai dengan kondisi pasien. Formulasi untuk anak harus
diberikan dengan pemilihan dosis yang akurat dengan variasi yang sesuai dengan
umur dan berat badan (Nunn dan Williams, 2004).
Penggunaan obat pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil. Proses penyerapan obat di usus pada anak berbeda
dengan pada orang dewasa. Proses penghantaran obat sampai dengan obat dapat
memberikan efek juga berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat kematangan organ pada tubuh anak-anak. Perlu diketahui,
bahwa walaupun seorang bayi telah lahir dengan organ yang lengkap (hati, ginjal,
paru paru, sistem peredaran darah, otak dan organ tubuh yang lain), namun untuk
dapat berfungsi dengan sempurna, organ-organ tersebut membutuhkan proses
pematangan yang berjalan dengan proses pertumbuhan anak dari bayi hingga
dewasa. Hal ini menyebabkan respon anak-anak terhadap obat sangat bervariasi.
Penggunaan obat pada anak harus mempertimbangkan rasio manfaat resiko.
Manfaat penggunaan obat harus lebih besar daripada resiko yang mungkin
ditimbulkan. Beberapa obat tidak boleh digunakan pada anak terkait resikonya yang
besar. Misalnya penggunaan tetrasiklin, dapat merusak gigi dan menghambat
pertumbuhan tulang pada anak, sehingga sangat tidak dianjurkan pada anak.
Penggunaan kloramfenikol sebaiknya dihindari pada neonatus, terkait dapat
terjadinya akumulasi kloramfenikol pada bayi karena belum dapat dibuang secara
sempurna dari tubuh bayi. Akumulasi kloramfenikol dapat menyebabkan suatu
penyakit yang dinamakan grey baby sindrome. Aspirin, dulu sering digunakan
sebagai penurun panas dan pereda nyeri, ternyata dapat menyebabkan iritasi pada
lambung dan sindrom Reye, sehingga saat ini penggunaannya pada anak sangat
dihindari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Mahasiswa D3 farmasi mengetahui tentang pelayanan kefarmasian
mengenai penggunaan obat pada anak?
2. Apakah mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep
pelayanan berstandar KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif) di apotek?
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa D3 farmasi tentang pelayanan
kefarmasian mengenai pemberian obat pada anak di apotek.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep pelayanan
berstandar KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif) di apotek.
D. Manfaat
1. Meningkatkan mutu kefarmasian sebagai kompetensi dalam melayani dan
memberikan informasi kepada pelanggan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan secara nyata pelayanan kefarmasian sesuai
standart kompetensi ahli madya farmasi ,sehingga memudahkan mahasiswa
ketika memasuki dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FORMULARIUM PEDIATRI
Kategori umur menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009),
yang menjelaskan tentang kelompok yang disebut usia muda yaitu, masa balita 0
5 tahun dan masa kanak-kanak 5 11 tahun. Tingkatan usia menurut WHO yaitu
kategori bayi dan anak adalah 0-14 tahun (Milyanti, 2011).
Ragam obat yang secara teratur diresepkan dalam praktik dokter anak
umumnya lebih terbatas dibanding obat-obat yang digunakan pasien dewasa.
Kehati-hatian pengobatan pada anak ini cukup beralasan. Banyak juga penyakit
yang memang memerlukan pengobatan jangka panjang dengan insidens efek
samping obat yang rendah. Contoh sederhana adalah penggunaan cairan glukosaelektrolit pada gastroenteritis sangat berperan untuk kesehatan anak. Di pihak lain,
penggunaan obat anti muntah dan anti diare sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Kebiasaan meresepkan obat oleh dokter tidak hanya menentukan kebutuhan
intervensi obat di masa mendatang, tetapi juga akan mengubah sikap orang tua
terhadap kesehatan anaknya (Hull dan Johnston, 2008).
Efektivitas obat yang diberikan dokter tergantung pemilihan sediaan obat
yang sesuai, perhitungan dosis yang akurat, dan memotivasi keluarga mematuhi
jadwal pemberiannya secara teratur. Masalah-masalah yang timbul bila obat
diberikan pada masa bayi adalah: belum matangnya fungsi-fungsi absorpsi,
transportasi, bio transformasi enzimatik dan ekskresi. Dinamika obat mungkin sangat
berubah pada bayi-bayi prematur, hal ini mencerminkan bahwa tidak hanya
ketidakmatangan fungsi yang berpengaruh terhadap farmakologi obat, tetapi juga
komposisi cairan tubuh yang berubah. Kewaspadaan terhadap metabolisme obat
yang dapat berubah pada anak-anak kecil mengakibatkan pengizinan obat-obat baru
lebih dibatasi. Masalah-masalah praktis dan etik tentang uji coba obat menambah
pembatasan tersebut. Paradoksnya, pembatasan-pembatasan tersebut justru
menunda penelitian yang akan mengungkapkan efek samping obat yang lebih dulu
diizinkan pemakaiannya. Untungnya dengan desain penelitian multi-senter yang
cermat dan hati-hati telah menyanggupkan subspesialis anak tertentu, seperti
berdasarkan
luas
permukaan
tubuh
kurang
dapat
diterima,
tetapi
permukaan badan. Neonatus (usia < 1 bulan) dan bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
mempunyai getah lambung yang bersifat basa, dan fungsi hati dan ginjal yang belum
matang sehingga menyebabkan menurunnya metabolisme dan ekskresi obat. Hati
dan ginjal akan berfungsi dengan matang pada usia 1 tahun, dan pH getah lambung
akan turun sampai kepada tingkat orang dewasa yaitu pH 1-2,5 pada usia 3 tahun
(Kee, 1996).
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik pada anak-anak berbeda dengan pada orang dewasa.
Pemilihan dosis obat dan interval dosis didasarkan pada efek absorpsi,
distribusi volume darah, pengikatan pada protein, metabolisme obat, dan
eliminasi obat pada anak-anak. Batas dosis pediatrik (parameter) telah
ditetapkan untuk banyak obat, dan batas-batas itu dimuat dalam referensi obat
seperti PDR, American Hosipital Formulary, dan buku penuntun tentang obat.
Perawat harus memeriksa batas dosis dan secara khusus memeriksa apakah
dosis berada di luar batas. Berat badan dan luas permukaan tubuh adalah dus
metode yang paling sering dipakai untuk menghitung dosis bayi dan anak-anak
(Kee, 1996).
2. Farmakodinamik
Belum matangnya organ-organ pada bayi baru lahir dan bayi
mempengaruhi kerja obat, sehingga dosis obat seringkali perlu disesuaikan.
Kepekaan tempat reseptor berbeda-beda pada neonatus, bayi, dan anak kecil,
sehingga dosis obat mungkin perlu diturunkan atau dinaikkan. Beberapa obat,
seperti aspirin, morfin, dan fenobarbital, lebih toksisk pada anak-anak daripada
orang dewasa. Sebaiknya, obat-obat yang lain mempunyai efek yang sama atau
kurang toksik dari pada orang dewasa. Obat-obat itu termasuk atropin, kodein,
digoksin, meperidin (Demerol), dan fenilefrin (Kee, 1996).
Jaringan yang sedang bertumbuh dengan cepat pada bayi dan anakanak kecil dapat lebih peka terhadap obat-obat tertentu. Tetrasiklin yang
diberikan pada trimester terakhir dan pada masa kanak-kanak (usia 8 tahun),
dapat
mengakibatkan
perubahan
warna
gigi
yang
permanen.
Tetapi
1) Lambung variabel dan waktu transit usus: pada bayi muda, waktu
pengosongan
lambung
adalah
berkepanjangan
dan
hanya
mendekati nilai dewasa di sekitar usia 6 bulan. Pada bayi yang lebih
tua, terburu-buru usus dapat terjadi.
lebih
tinggi
obat yang larut dalam air, pada mg/kg secara, daripada orang
dewasa.
2)
Metabolisme
1)
Sistem enzim matang pada waktu yang berbeda dan mungkin tidak
ada pada saat lahir, atau hadir dalam jauh berkurang jumlah.
2)
3)
4)
Ekskresi
Pematangan lengkap fungsi ginjal tidak tercapai sampai 6-8 bulan
(Tidy, 2011).
b.
Kepatuhan
pada
anak-anak
dipengaruhi
oleh
formulasi,
rasa,
3)
4)
5)
Sebagian besar sekolah akan meminta izin tertulis dari orang tua untuk
mengelola obat, atau mungkin bertanya orang tua untuk kembali ke
sekolah untuk memberikan obat sendiri.
6)
c. Lisensi Produk
1)
2)
selalu
d. Penulisan Resep
1)
2)
3)
Ketika
resep
untuk
persiapan
lisan
cair
tertulis
dan
dosis
memerintahkan lebih kecil dari 5 mL, jarum suntik lisan akan diberikan.
10
4)
e. Dosis
1)
2)
3)
Kecuali
National
anak-anak
dapat
dihitung
dari
dosis
dewasa
dengan
dosis
harus dihitung dari berat badan ideal, yang berkaitan dengan tinggi
badan dan usia.
11
cara
nomogram
atau
menggunakan
perhitungan
Area
2)
3)
Banyak obat yang tidak secara khusus diizinkan untuk digunakan pada
anak-anak dan digunakan off-label.
4)
5)
Sifat dan perjalanan penyakit dan reaksi obat yang merugikan mungkin
berbeda antara orang dewasa dan anak-anak (Tidy, 2011).
h. Keamanan di Rumah
Pasien harus diperingatkan untuk menjaga semua obat-obatan dari
jangkauan anak-anak. Semua dosis yang solid dan semua lisan dan
eksternal sediaan cair harus ditiadakan dalam wadah anak-tahan kecuali:
1)
Obat ini di kemas asli atau seperti untuk membuat ini tidak disarankan.
2)
12
Batuk pilek
2)
3)
1) Bronchitis
2) Bronkhiolitis
3) Pneumonia
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan yang dapat berlangsung sampai dengan 14 hari.
b.
c.
Virus
2)
Bakteri
3)
Riketsia
2)
d.
Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Diketahui Jenis ISPA yang Diderita
13
2) Jika dalam waktu 4 hari penderita tidak sembuh, atau timbul gejala
pneumonia, utamanya pada anak balita, segera konsultasikan ke
dokter atau unit pelayanan kesehatan.
5.
Pilek
Pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung
yang disebut ingus.
a.
Penyebab Pilek
1)
Reaksi Alergi
Reaksi yang terjadi antara allergen seperti debu, bulu binatang
peliharaan,
dan
lain-lain
dengan
zat
pertahanan
tubuh
yang
Infeksi
Pilek juga merupakan suatu gejala infeksi virus atau bakteri,
missal: influenza.
b.
Penanggulangan
1)
Terapi non-obat
Pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menghindari allergen.
2)
Terapi obat
a)
Obat pilek hanya digunakan pada pilek yang tidak dapat diatasi
dengan terapi non obat.
b)
c)
d)
6.
Batuk
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda
asing dari saluran nafas.
a.
Penyebab Batuk
1)
2)
Bukan
infeksi,
misalnya
debu,
asma,
alergi,
makanan
yang
Pembagian Batuk
1)
Batuk berdahak, yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk jenis ini lebih sering terjadi pada saluran napas
yang peka terhadap paparan debu, lembab berlebih dan sebagainya.
2)
Batuk tak berdahak (batuk kering), terjadi apabila tidak ada sekresi
saluran napas, iritasi pada tenggorokan sehingga timbul rasa sakit.
c.
Penanggulangan
1)
Terapi non-obat
Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat
dikurangi dengan cara sebagai berikut:
a)
b)
2)
Terapi Obat
a)
gejala
penyakit.
Pengobatan
simptomatik
atau
15
(pengencer
dahak)
misalnya
gliseril
guaikolat,
2)
b.
Penanggulangan
1)
Terapi non-obat
Flu umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh.
Beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu
adalah seperti untuk keadaan batuk dan pilek dengan ditambah:
a)
b)
2)
Terapi obat
a)
dari
beberapa
antipiretik/analgetik,
zat
berkhasiat
antihistamin,
sebagai
ekspektoran,
berikut:
antitusif,
dekongestan.
b)
Beberapa
hal
yang
memerlukan
perhatian
khusus
pada
Obat flu hanya meringankan keluhan dan gejala saja dan tidak
dapat menyembuhkan.
yang
sama,
sehingga
tidak
dianjurkan
Fenilpropanolamin,
fenilefrin,
efedrin
dan
pseudoefedrin
Dextrometorfan
HBr
merupakan
antitusif
yang
harus
8.
Salbutamol
a.
Cara Kerja
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang
selektor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini
merangsang produksi AMP siklikdengan cara mengaktifkan kerja enzim
adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek
bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus.
Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama
dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka
bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
17
b.
Indikasi
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis
dan emphysema
.
c.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
d.
Efek Samping
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping
yang serius. Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor
halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi, kejang otot,
takikardia, sakit kepala dan ketegangan. Efek ini terjadi pada semua
perangsang adrenoreseptor beta. Vasodilator periver, gugup, hiperaktif,
epitaxis (mimisan), susah tidur.
e.
f.
Interaksi Obat
1)
2)
Pemberian
bersamaan
dengan
monoamin
oksidase
dapat
non-selektif
seperti
Salbutamol
dan
obat-obatan
beta-blocker
18
g.
Over Dosis
a.
b.
9.
Hypokalemia
Ambroxol
a.
Cara Kerja
Ambroksol
mempunyai
sifat
mukokinetik
dan
sekretolitik
Indikasi
Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi
bronkial yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis
asmatik, asma bronkial.
c.
d.
Efek Samping
Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang
ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi
alergi.
e.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap ambroksol.
f.
Interaksi Obat
Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan
terutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan sebagai obat
standar
untuk
sindroma
bronkitis
(glikosida
jantung,
kortikosteroid,
19
BAB III
TINJAUAN RESEP
A. `RESEP
20
B. COPY RESEP
Apotek Simulasi Farmasi
SIP NO. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang
Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, M.Farm, Apt
Salinan Resep
Nomor
: 001
Dari Dokter
: dr.Herman , SPA
: M Habiburrahman
Alamat
R/ Rhinofed Susp 1
S 3 d d 1 Cth 1/2
----------------------------------------------- det
R/ Salbutamol 0,65 tab
Mucopect tab 2/5 tab
M f pulv dtd No. XV
S 3 d d pulv I
----------------------------------------------- det
Palembang, 1 november 2016
Pcc
cap
Apotek
Mona Rahmi Rulianti,S.Farm,Apt, M.Farm
21
C. INFORMASI OBAT
1. Rhinofed Syrup
Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung :
Pseudoephedrine HCl 15 mg
Terfenadine 20 mg
Indikasi:
Rinitis alergika, rinitis vasomotor
Dosis:
Anak <12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok takar.
Kontra Indikasi:
Insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi berat. Pemberian bersamaan
dengan antibiotik makrolid atau anti jamur azole
Perhatian:
Glaukoma sudut sempit, hipertensi, DM, hipertiroid
Efek Samping:
Anoreksia, mual, muntah, tidak enak di perut, mulut kering, insomnia, mudah
lelah, ansietas, palpitasi, takikardia
Interaksi Obat:
Peningkatan TD dengan simpatomimetik lainnya MAOI
Kemasan:
Suspensi 60 mL x 1
Pseudoefedrin Hcl
Efek samping dan perhatian
Efek samping biasanya takikardia, insomnia. Halusinasi dilaporkan amati
jarang, sebagian besar terjadi pada anak-anak.
Farmakokinetik
Pseudoefedrin mudah diserap dari saluran pencernaan. Sebagian besar
pseudoefedrin diekskresikan tidak berubah di urin bersamaan dengan
22
jumlah kecil dari metabolit hatinya. Memiliki waktu paruh sekitar 5 sampai 8
jam ; eliminasi ditingkatkan dan paruh waktu pendek dalam urin asam.
Sejumlah kecil didistribusikan ke dalam ASI.
Penggunaan
Pseudoefedrin adalah simpatomimetik yang bekerja langsung dan tidak
langsung. Merupakan stereoisomer efedrin dan memiliki aksi serupa , tetapi
telah dinyatakan memiliki aktivitas pressor kurang dan lebih sedikit efek
pada SSP . Pseudoefedrin dan garamnya diberikan secara oral untuk
mengurangi
gejala-gejala
hidung
tersumbat.
Mereka
biasanya
darah
yang
meningkat.
Untuk
mengurangi
risiko
23
Penggunaan
dengan
obat
yang
mengganggu
2.
24
Komposisi
Tiap pulvis mengandung :
Salbutamol
0,6 tab (0,6 x 4 mg = 2,4 mg)
Ambroxol 2/5 tab (2/5x 30 mg = 12 mg)
Salbutamol
Pemerian
Putih atau hampir putih , kristal bubuk . Sedikit larut dalam air; larut dalam
alkohol. Lindungi dari cahaya.
Efek samping dan perhatian
o Salbutamol terutama memiliki efek beta - agonist dan, seperti agonis
beta lainnya,dapat menyebabkan tremor halus pada otot rangka
(terutamatangan),palpitasi,
takikardia,
gelisah
ketegangan,
sakit
reaksi
hipersensitivitastelah
terjadi,
termasuk
6 jam.
Penggunaan dan Administrasi
25
pada jantung.
Salbutamol dan salbutamol sulfat digunakan sebagai bronkodilator
dalam pengelolaan reversibel saluran napas obstruksi, seperti pada
asma dan pada beberapa pasien denganpenyakit paru obstruktif
kronik. salbutamol juga menurun kontraktilitas uterus dan dapat
HARGA OBAT
HJA = Harga + Tuslah + Embalase
Rhinofed sirup
= 31.000 + 1000
= Rp 32.000
Racikan Salbutamol + ambroxol
Salbutamol
4.5 tab x Rp 900
= Rp 900/tab
= Rp 4.050
26
Ambroxol
6 tab x Rp 150
Lactosum
Tuslah racikan
= Rp 150/tab
= Rp 900
= Rp 500
= Rp. 2.500
R/ Salbutamol
Mucopect
0,65 mg
2/5 (Ambroxol)
m. f. pulv.dtd XV.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
Obat Racikan
27
BAB IV
SKENARIO
Actor/Actress
TTK1
TTK2
TTK3
: Rhavi Ronaldi
TTK4
: Qurrota Ayun
TTK5
Patient
: Radella Trisia
Patient
TTK 1
Patient
TTK 1
medicine exist ?
: Wait a minute mam, this prescription for who ?
: This for my son, can you quickly serve me for this prescription ?
: Ok mam, first we will check this medicine, mam may wait a minute in
Patient
TTK 1
there okay.
: Ok thank you
: Vhi, can you check this prescription, there are all medicine and also
TTK 3
TTK 1
TTK 3
TTK 5
TTK 3
TTK 5
TTK 4
TTK 5
:
:
:
:
:
:
:
:
TTK 4
28
TTK 5 check the stock. All medicine there are in the dispensery, after
checking done, TTK 5 giving know TTK 3
TTK 5
: Vhi !
TTK 3
TTK 5
TTK 3
TTK 5
: Okay Vhi
TTK 3
: Rani !
TTK 1
: Yeah Vhi
TTK 3
TTK 1
: Alright Rhavi
TTK 1 call Patient
TTK 1
Patient
TTK 1
: Okay mam, we done checked and our stock avaible for all medicine
on this prescription
Patient
TTK 1
: Yeah mam, hmm but mam this prescription there are medicine must
mix and make it before, so mam must pay first
Patient
: Oh never mind miss, money is not problem for me, how its price ?
TTK 1
: The price is Rp. 27.450,- mam. Mam want take all or just half
Patient
: I want take all, I dont want to difficulty again. This the money, Rp.
27.450,- right ?
TTK 1
: Yeah we take mam, mam please wait a minute again ya and this
your number, please sit down again mam
29
Patient
TTK 1
: Yeah we will mam.Gy give this to Rhavi and say if our patient take
its all medicines
TTK 2
: Okay Rani.
Vhi our patient want take all this prescription please prepare yeah.
TTK 3
TTK 4 & 5
: Yeah Vhi
TTK 4
: Nin you prepare the medicine first I will make etiquette after that I will
help you ok
TTK 5
TTK 4
: Vhi this
TTK 3
TTK 2
: Yeah Vhi
TTK 3
TTK 2
in the name
M.Habiburahman
TTK 1
Patient
TTK 1
Patient
: Ok thank you
TTK 1
: Before it we sorry mam, but are you ready know rule consumption
from this medicine ?
Patient
TTK 1
: Okay mam, I will explain, first this tremenza, this drink use with thi
spoon mam, look in here there is dosage. Once drink the limit in
here mam, just a half yeah mam, drink this three on one day for her
30
son. And for this, this medicine mix salbutamol and mucopect,
poured to spoon and give water sufficiently or if mam can give a little
sugar for close bitter taste.
Patient
TTK 2
Patient
TTK 1
: Your welcome mam, be carefull and get well soon for your son
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Anonim,
2000,
informatorium
Obat
Nasional
Indonesia,
Departemen
ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 48, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta
Katzung, B.G., , 2004. Farmakologi dasar dan Klinik edisi 8.Universitas Air
Langga : Salemba Medika Jakarta.
Tan, H,T, dan Rahardja, K, 2002, Obat-Obat Penting,Edisi V. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia
Sweetman, S.C. (2009). Martindale 36 The Complete Drug Reference.
London: The Pharmaceutical Press.
32