Anda di halaman 1dari 33

PORTOFOLIO PRAKTIKKUM FARMASI SIMULASI

Selasa, 01 November 2016


PENGUNAAN OBAT PADA ANAK

Disusun oleh :
Kelompok 3 (Ganjil)
1.
2.
3.
4.
5.

Nina Karlina Dwi Putri


Peggy Pindia Tiarora
Qurrota Ayun
Rani Nareza Ulfa
Rhavi Ronaldi

(NIM. PO.71.39.0.14.021)
(NIM. PO.71.39.0.14.023)
(NIM. PO 71.39.0.14.025)
(NIM. PO.71.39.0.14.027)
(NIM. PO.71.39.0.14.029)

Kelas : Reguler III A


Dosen Pembimbing :
Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes
Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes
Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


Portofolio yang berjudul
Pengunaan Obat Pada Anak

Yang disusun oleh :


1.
2.
3.
4.
5.

Nina Karlina Dwi Putri


Peggy Pindia Tiarora
Qurrota Ayun
Rani Nareza Ulfa
Rhavi Ronaldi

(NIM. PO.71.39.0.14.021)
(NIM. PO.71.39.0.14.023)
(NIM. PO 71.39.0.14.025)
(NIM. PO.71.39.0.14.027)
(NIM. PO.71.39.0.14.029)

Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi tahun ajaran 2016/2017 di Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Farmasi dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai tugas mata
kuliah Farmasi Simulasi.

Mengetahui,
Pembimbing

Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes


NIP : 196302141994021001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang sangat riskan terhadap obat, sistem dalam
tubuhnya yang belum sempurna dalam merespon dan memetabolisme obat dalam
tubuh secara baik. Pasien anak merupakan populasi dengan risiko tinggi utamanya
antara usia 1 dan 5 tahun (Olson dkk, 2004). Untuk menyesuaikan dosis untuk
pasien anak, maka dokter sering meresepkan obat racikan. Informasi dosis
merupakan hal yang penting dalam pengobatan anak karena profil farmakokinetik
dan farmakodinamik anak berbeda dengan orang dewasa (Purba, 2007). Obat
racikan sering digunakan pada anak kemungkinan karena belum tersedianya
formula obat yang sesuai dengan kondisi pasien. Formulasi untuk anak harus
diberikan dengan pemilihan dosis yang akurat dengan variasi yang sesuai dengan
umur dan berat badan (Nunn dan Williams, 2004).
Penggunaan obat pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak bukanlah orang
dewasa dalam bentuk kecil. Proses penyerapan obat di usus pada anak berbeda
dengan pada orang dewasa. Proses penghantaran obat sampai dengan obat dapat
memberikan efek juga berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat kematangan organ pada tubuh anak-anak. Perlu diketahui,
bahwa walaupun seorang bayi telah lahir dengan organ yang lengkap (hati, ginjal,
paru paru, sistem peredaran darah, otak dan organ tubuh yang lain), namun untuk
dapat berfungsi dengan sempurna, organ-organ tersebut membutuhkan proses
pematangan yang berjalan dengan proses pertumbuhan anak dari bayi hingga
dewasa. Hal ini menyebabkan respon anak-anak terhadap obat sangat bervariasi.
Penggunaan obat pada anak harus mempertimbangkan rasio manfaat resiko.
Manfaat penggunaan obat harus lebih besar daripada resiko yang mungkin
ditimbulkan. Beberapa obat tidak boleh digunakan pada anak terkait resikonya yang
besar. Misalnya penggunaan tetrasiklin, dapat merusak gigi dan menghambat
pertumbuhan tulang pada anak, sehingga sangat tidak dianjurkan pada anak.
Penggunaan kloramfenikol sebaiknya dihindari pada neonatus, terkait dapat
terjadinya akumulasi kloramfenikol pada bayi karena belum dapat dibuang secara
sempurna dari tubuh bayi. Akumulasi kloramfenikol dapat menyebabkan suatu
penyakit yang dinamakan grey baby sindrome. Aspirin, dulu sering digunakan
sebagai penurun panas dan pereda nyeri, ternyata dapat menyebabkan iritasi pada

lambung dan sindrom Reye, sehingga saat ini penggunaannya pada anak sangat
dihindari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Mahasiswa D3 farmasi mengetahui tentang pelayanan kefarmasian
mengenai penggunaan obat pada anak?
2. Apakah mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep
pelayanan berstandar KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif) di apotek?
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa D3 farmasi tentang pelayanan
kefarmasian mengenai pemberian obat pada anak di apotek.
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep pelayanan
berstandar KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif) di apotek.
D. Manfaat
1. Meningkatkan mutu kefarmasian sebagai kompetensi dalam melayani dan
memberikan informasi kepada pelanggan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan secara nyata pelayanan kefarmasian sesuai
standart kompetensi ahli madya farmasi ,sehingga memudahkan mahasiswa
ketika memasuki dunia kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FORMULARIUM PEDIATRI
Kategori umur menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009),
yang menjelaskan tentang kelompok yang disebut usia muda yaitu, masa balita 0
5 tahun dan masa kanak-kanak 5 11 tahun. Tingkatan usia menurut WHO yaitu
kategori bayi dan anak adalah 0-14 tahun (Milyanti, 2011).
Ragam obat yang secara teratur diresepkan dalam praktik dokter anak
umumnya lebih terbatas dibanding obat-obat yang digunakan pasien dewasa.
Kehati-hatian pengobatan pada anak ini cukup beralasan. Banyak juga penyakit
yang memang memerlukan pengobatan jangka panjang dengan insidens efek
samping obat yang rendah. Contoh sederhana adalah penggunaan cairan glukosaelektrolit pada gastroenteritis sangat berperan untuk kesehatan anak. Di pihak lain,
penggunaan obat anti muntah dan anti diare sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Kebiasaan meresepkan obat oleh dokter tidak hanya menentukan kebutuhan
intervensi obat di masa mendatang, tetapi juga akan mengubah sikap orang tua
terhadap kesehatan anaknya (Hull dan Johnston, 2008).
Efektivitas obat yang diberikan dokter tergantung pemilihan sediaan obat
yang sesuai, perhitungan dosis yang akurat, dan memotivasi keluarga mematuhi
jadwal pemberiannya secara teratur. Masalah-masalah yang timbul bila obat
diberikan pada masa bayi adalah: belum matangnya fungsi-fungsi absorpsi,
transportasi, bio transformasi enzimatik dan ekskresi. Dinamika obat mungkin sangat
berubah pada bayi-bayi prematur, hal ini mencerminkan bahwa tidak hanya
ketidakmatangan fungsi yang berpengaruh terhadap farmakologi obat, tetapi juga
komposisi cairan tubuh yang berubah. Kewaspadaan terhadap metabolisme obat
yang dapat berubah pada anak-anak kecil mengakibatkan pengizinan obat-obat baru
lebih dibatasi. Masalah-masalah praktis dan etik tentang uji coba obat menambah
pembatasan tersebut. Paradoksnya, pembatasan-pembatasan tersebut justru
menunda penelitian yang akan mengungkapkan efek samping obat yang lebih dulu
diizinkan pemakaiannya. Untungnya dengan desain penelitian multi-senter yang
cermat dan hati-hati telah menyanggupkan subspesialis anak tertentu, seperti

onkologi, untuk memperkenalkan regimen-regimen obat yang kompleks tetapi efektif


(Hull dan Johnston, 2008).
Pemilihan sediaan obat oral yang dapat diterima seorang anak penderita
biasanya dipenuhi sediaan larutan yang rasanya dapat diterima oleh lidah.
Formularium obat anak umumnya mengandung dosis anak yang sesuai dalam 5 ml
(satu sendok penuh) cairan. The British National Formulary (BNF) menganjurkan
dosis yang lebih kecil, juga dilarutkan sampai 5 ml (satu sendok penuh). Cairan
mengandung sukrosa dapat menyebabkan caries dentis, jadi hendaknya dilarang
untuk pemakaian jangka panjang. Demikian juga zat pewarna harus diawasi
pemakaiannya (Hull dan Johnston, 2008).
Dosis obat anak adalah masalah yang cukup kompleks, tetapi untuk
sebagian besar obat, pedoman yang digunakan adalah berdasarkan usia atau berat
badan. Dosis berdasarkan usia cocok digunakan ketika meresepkan obat-obat
dengan indeks terapi tinggi kepada anak-anak yang ukuran tubuhnya termasuk ratarata. Dosis obat berdasarkan berat badan juga baik tetapi untuk bayi dosisnya
cenderung lebih kecil dari perkiraan sedangkan untuk anak-anak yang lebih besar
atau anak-anak gemuk dosis obatnya cenderung lebih besar dari perkiraan. Dosis
obat

berdasarkan

luas

permukaan

tubuh

kurang

dapat

diterima,

tetapi

sesungguhnya lebih mendekati fungsi fisiologis yang memengaruhi efek obat.


Namun demikian harus hati-hati bila diterapkan pada bayi imatur yang luas
permukaan tubuhnya tidak proporsional. Metode presentase yang diperoleh dari luas
permukaan tubuh memberi skema perhitungan dosis obat yang sederhana, yaitu
suatu persentase dari dosis dewasa. Berhadapan dengan metode-metode yang
berbeda ini, seorang dokter yang bijaksanatidak akan terburu-buru menentukan
rumus yang lebih diandalkan daripada tergantung pada ingatan yang salah. Dokter
juga harus terobsesi untuk memberikan instruksi yang tepat bagi obat-obat yang
sangat tergantung dosis seperti digoksin (Hull dan Johnston, 2008).
B. PERTIMBANGAN DOSIS PEDIATRI
Hampir setiap jenis obat memiliki rentang dosis rata-rata. Namun pada
beberapa situasi, rentang rata-rata ini dapat menjadi toksik atau tidak efektif. Tujuan
bagian ini adalah menjelaskan situasi kapan pertimbangan dosis khusus perlu
dievaluasi untuk menjamin keberhasilan terapi. Pedoman yang disajikan disini
5

secara umum, namun mengarah pada pemahaman terhadap parameter dosis


individual yang lebih baik. Jika situasi klinis tersebut ditemui, dosis obat yang
diprogramkan harus ditinjau ulang dan perlu dibuat penyesuaian (Townsend, 2004).
Alasan paling nyata dalam menyesuaikan dosis pada pasien pediatrik adalah
ukuran tubuhnya yang lebih kecil. Banyak dosis obat untuk populasi ini diberikan
berdasarkan 1 mg/kg berat badan, atau lebih spesifik, berdasarkan pada luas
permukaan tubuh. Neonatus dan bayi prematur memerlukan penyesuaian dosis obat
selain dosis yang dibuat berdasarkan ukuran tubuh. Pada polulasi ini, absorpsi
setelah pemberian oral mungkin tidak lengkap atau berubah karena perubahan pada
pH lambung atau motilitas GI, distribusi mungkin berubah karena variasi cairan
tubuh total, serta metabolisme dan ekskresi mungkin terlambat karena fungsi hati
dan ginjal belum matur. Maturasi fungsi hati dan ginjal serta perubahan berat badan
mengharuskan penyesuaian dosis yang sering selama program terapi. Dosis untuk
neonatus atau bayi prematur harus disesuaikan kembali dalam periode beberapa
hari, untuk menunjukkan adanya perbaikan penanganan obat (Townsend, 2004).
Selain evaluasi variabel farmakokinetik, pertimbangan keperawatan lain
harus dikaji. Pilihan rute pemberian obat pada pasien pediatrik, sering kali
menunjukkan keseriusan penyakit. Perawat harus mempertimbangkan tingkat
perkembangan dan kemampuan anak dalam memahami situasi. Obat-obatan yang
harus diberikan melalui intravena atau injeksi intramuskular, dapat menekutkan bagi
anak yang lebih kecil atau menyebabkan kekhawatiran yang tidak semestinya pada
orangtua. Perawat harus menghilangkan ketakutan ini dengan memberi pendidikan
kesehatan kepada orangtua dan memberi kenyamanan pada anak. Seperti pada
setiap kelompok usia, tempat injeksi intramuskular atau subkutan harus dipilih
secara hati-hati untuk mencegah setiap kemungkinan kerusakan jaringan atau saraf
(Townsend, 2004).
C. FARMAKOLOGI PEDRIATIK
Kebanyakan dari obat yang diberikan kepada orang dewasa juga berguna untuk
anak-anak, tetapi dosisnya berbeda. Dosis obat untuk anak-anak dapat disesuaikan
menurut rumus dosis obat dewasa. Biasanya dosis seorang anak dihitung
berdasarkan berat badan atau luas permukaan badan. Dosis anak-anak ditentukan
berdasarkan tingkat kematangan fungsi organ-organ tubuh, berat badan, dan luas
6

permukaan badan. Neonatus (usia < 1 bulan) dan bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
mempunyai getah lambung yang bersifat basa, dan fungsi hati dan ginjal yang belum
matang sehingga menyebabkan menurunnya metabolisme dan ekskresi obat. Hati
dan ginjal akan berfungsi dengan matang pada usia 1 tahun, dan pH getah lambung
akan turun sampai kepada tingkat orang dewasa yaitu pH 1-2,5 pada usia 3 tahun
(Kee, 1996).
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik pada anak-anak berbeda dengan pada orang dewasa.
Pemilihan dosis obat dan interval dosis didasarkan pada efek absorpsi,
distribusi volume darah, pengikatan pada protein, metabolisme obat, dan
eliminasi obat pada anak-anak. Batas dosis pediatrik (parameter) telah
ditetapkan untuk banyak obat, dan batas-batas itu dimuat dalam referensi obat
seperti PDR, American Hosipital Formulary, dan buku penuntun tentang obat.
Perawat harus memeriksa batas dosis dan secara khusus memeriksa apakah
dosis berada di luar batas. Berat badan dan luas permukaan tubuh adalah dus
metode yang paling sering dipakai untuk menghitung dosis bayi dan anak-anak
(Kee, 1996).
2. Farmakodinamik
Belum matangnya organ-organ pada bayi baru lahir dan bayi
mempengaruhi kerja obat, sehingga dosis obat seringkali perlu disesuaikan.
Kepekaan tempat reseptor berbeda-beda pada neonatus, bayi, dan anak kecil,
sehingga dosis obat mungkin perlu diturunkan atau dinaikkan. Beberapa obat,
seperti aspirin, morfin, dan fenobarbital, lebih toksisk pada anak-anak daripada
orang dewasa. Sebaiknya, obat-obat yang lain mempunyai efek yang sama atau
kurang toksik dari pada orang dewasa. Obat-obat itu termasuk atropin, kodein,
digoksin, meperidin (Demerol), dan fenilefrin (Kee, 1996).
Jaringan yang sedang bertumbuh dengan cepat pada bayi dan anakanak kecil dapat lebih peka terhadap obat-obat tertentu. Tetrasiklin yang
diberikan pada trimester terakhir dan pada masa kanak-kanak (usia 8 tahun),
dapat

mengakibatkan

perubahan

warna

gigi

yang

permanen.

Tetapi

kortikosteroid yang diberikan pada anak-anak kecil dapat menyebabkan


terhambatnya pertumbuhan. Tinggi badan anak-anak harus diukur dan beratnya

dipantau. Anak yang dehidrasi mempunyai risiko mengalami akumulasi obat


yang toksik (Kee, 1996).
3. Peresepan Pada Anak
Anak-anak, dan terutama neonatus, berbeda dengan orang dewasa
dalam respon mereka terhadap obat-obatan. Perhatian khusus diperlukan
dalam memastikan obat yang diresepkan sesuai dan dosis yang tepat diberikan,
terutama pada periode neonatal (Tidy, 2011).
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi disposisi obat pada anak
Penyerapan oral

1) Lambung variabel dan waktu transit usus: pada bayi muda, waktu
pengosongan

lambung

adalah

berkepanjangan

dan

hanya

mendekati nilai dewasa di sekitar usia 6 bulan. Pada bayi yang lebih
tua, terburu-buru usus dapat terjadi.

2) Peningkatan pH lambung: keluaran asam lambung tidak mencapai


nilai-nilai dewasa sampai tahun kedua hidup.

3) Faktor-faktor lain: isi gastrointestinal, postur, keadaan penyakit dan


terapi intervensi, seperti terapi obat, juga dapat mempengaruhi
proses penyerapan (Tidy, 2011).
Distribusi
1)

Peningkatan jumlah cairan tubuh: sebagai persentase dari total


berat badan, total cairan tubuh dan ekstraseluler penurunan volume
cairan dengan bertambahnya usia. Neonatus memerlukan dosis
yang

lebih

tinggi

obat yang larut dalam air, pada mg/kg secara, daripada orang
dewasa.
2)

Protein plasma menurun mengikat: protein plasma mengikat pada


neonatus berkurang sebagai hasil dari rendahnya tingkat albumin
dan globulin dan kapasitas mengikat diubah. tinggi beredar kadar
bilirubin pada neonatus dapat menggantikan obat dari albumin (Tidy,
2011).

Metabolisme
1)

Sistem enzim matang pada waktu yang berbeda dan mungkin tidak
ada pada saat lahir, atau hadir dalam jauh berkurang jumlah.

2)

Jalur metabolisme diubah mungkin ada beberapa obat.

3)

Meningkat tingkat metabolisme secara dramatis pada anak-anak


dan seringkali lebih besar dari pada orang dewasa. Dibandingkan
dengan orang dewasa, anak-anak mungkin memerlukan lebih sering
dosis atau dosis yang lebih tinggi pada mg/kg (Tidy, 2011).

4)

Ekskresi
Pematangan lengkap fungsi ginjal tidak tercapai sampai 6-8 bulan
(Tidy, 2011).

b.

Rute Pemberian Obat


1)

Kepatuhan

pada

anak-anak

dipengaruhi

oleh

formulasi,

rasa,

penampilan dan kemudahan administrasi dari persiapan.


2)

Rejimen yang ditentukan harus disesuaikan dengan rutinitas sehari-hari


anak. Bila memungkinkan, tujuan pengobatan harus ditetapkan bekerja
sama dengan anak.

3)

Bila mungkin, penggunaan produk yang menghindari kebutuhan untuk


administrasi selama jam sekolah harus dipertimbangkan (persiapan
misalnya diubah-release atau obat-obatan dengan waktu paruh
panjang).

4)

Ketika administrasi di sekolah tidak dapat dihindari, pertimbangan


harus diberikan untuk resep dan memasok waktu sekolah dosis dalam
wadah berlabel terpisah.

5)

Sebagian besar sekolah akan meminta izin tertulis dari orang tua untuk
mengelola obat, atau mungkin bertanya orang tua untuk kembali ke
sekolah untuk memberikan obat sendiri.

6)

Bila mungkin, intramuskular menyakitkan (IM) injeksi harus dihindari


pada anak-anak (Tidy, 2011).

c. Lisensi Produk
1)

Bila memungkinkan, obat-obatan untuk anak-anak harus diresepkan


dalam hal pemasaran otorisasi (lisensi produk). Namun, banyak anakanak mungkin memerlukan obat-obatan tidak secara khusus diizinkan
untuk digunakan anak.

2)

The Medicines Act 1968 dan penyediaan membuat undang-undang


Eropa bagi dokter untuk menggunakan obat-obatan dalam off-label
kapasitas atau menggunakan obat-obatan tanpa izin. Namun, resep
individu

selalu

bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ada informasi yang


memadai untuk mendukung kualitas, khasiat, keamanan dan tujuan
penggunaan obat sebelum resep itu.
3)

Meskipun obat-obatan tidak dapat dipromosikan di luar batas lisensi,


UU obat-obatan tidak melarang penggunaan obat-obatan tanpa izin.
Hal ini diakui bahwa penggunaan informasi dari tanpa izin obat atau
obat-obatan berlisensi untuk aplikasi tanpa izin (off-label) sering
diperlukan dalam praktek pediatrik (Tidy, 2011).

d. Penulisan Resep
1)

Inklusi usia merupakan persyaratan hukum dalam kasus obat-obatan


resep satunya untuk anak di bawah 12 tahun, tetapi lebih baik untuk
menyatakan usia untuk semua resep untuk anak-anak. Hal ini terutama
penting untuk menyatakan kekuatan kapsul atau tablet.

2)

Meskipun persiapan cair sangat cocok untuk anak-anak, mereka


mungkin mengandung gula yang mendorong pembusukan gigi. Obat
bebas gula lebih disukai untuk pengobatan jangka panjang. Banyak
anak mampu menelan tablet atau kapsul dan dapat memilih bentuk
dosis padat; melibatkan anak dan orang tua dalam memilih formulasi
sangat membantu.

3)

Ketika

resep

untuk

persiapan

lisan

cair

tertulis

dan

dosis

memerintahkan lebih kecil dari 5 mL, jarum suntik lisan akan diberikan.

10

4)

Orang tua harus dianjurkan untuk tidak menambahkan obat-obatan


untuk pakan bayi, karena obat dapat berinteraksi dengan susu atau
cairan lain di dalamnya; apalagi dosis tertelan dapat dikurangi jika anak
tidak minum semua isi (Tidy, 2011).

e. Dosis
1)

Anak-anak tidak mini-orang dewasa. Dosis Pediatri harus diperoleh dari


referensi dosis pediatrik teks dan tidak diekstrapolasi dari dosis dewasa.

2)

Ketika mempertimbangkan penggunaan narkoba pada anak-anak,


kelompok usia berikut harus digunakan: neonatus (lahir sampai 1 bulan),
bayi (1 bulan sampai 2 tahun), anak (2 sampai 12 tahun) dan remaja (12
sampai 18 tahun).

3)

Kecuali

usia yang ditentukan, istilah 'anak' di British

National

Formularium (BNF) termasuk orang berusia 12 tahun dan lebih muda


(Tidy, 2011).
f. Perhitungan Dosis
1) Dosis

anak-anak

dapat

dihitung

dari

dosis

dewasa

dengan

menggunakan usia, berat badan, atau permukaan tubuh daerah, atau


dengan kombinasi faktor-faktor ini. Metode yang paling diandalkan
adalah yang didasarkan pada bodysurface daerah.
2) Berat badan dapat digunakan untuk menghitung dosis dinyatakan dalam
mg/kg. Anak-anak kecil mungkin memerlukan lebih tinggi dosis per kg
dibandingkan orang dewasa karena tingkat metabolisme yang lebih
tinggi.
3) Masalah lain yang perlu dipertimbangkan. Misalnya, perhitungan dengan
berat badan di kelebihan berat badan anak dapat mengakibatkan dosis
yang lebih tinggi yang diberikan dari yang diperlukan; dalam kasus
tersebut,

dosis

harus dihitung dari berat badan ideal, yang berkaitan dengan tinggi
badan dan usia.

11

4) Perkiraan luas permukaan tubuh yang lebih akurat untuk perhitungan


dosis pediatrik dari berat badan karena banyak fenomena fisiologis
berkorelasi lebih baik ke daerah permukaan tubuh.
5) Luas permukaan tubuh dapat dihitung dari tinggi dan berat badan
dengan

cara

nomogram

atau

menggunakan

perhitungan

Area

Permukaan Tubuh/Body Surface Area (BSA) (Tidy, 2011).


g. Reaksi Obat yang Merugikan
Profil reaksi obat yang merugikan pada anak-anak mungkin berbeda
dari yang terlihat pada orang dewasa. Dokter dan apoteker harus
melaporkan dugaan reaksi obat yang merugikan terhadap Badan Pengatur
Produk Obat Kesehatan/Medicines and Healthcare Products Regulatory
Agency (MHRA), bahkan jika produk tersebut digunakan secara off-label atau
produk tanpa izin. Identifikasi dan pelaporan reaksi negatif terhadap obat
pada anak-anak sangat penting karena:
1)

Tindakan obat dan farmakokinetik di anak-anak (terutama di sangat


muda) mungkin berbeda dengan pada orang dewasa.

2)

Obat tidak diuji secara luas pada anak-anak.

3)

Banyak obat yang tidak secara khusus diizinkan untuk digunakan pada
anak-anak dan digunakan off-label.

4)

Formulasi yang cocok mungkin tidak tersedia untuk memungkinkan dosis


yang tepat pada anak-anak.

5)

Sifat dan perjalanan penyakit dan reaksi obat yang merugikan mungkin
berbeda antara orang dewasa dan anak-anak (Tidy, 2011).

h. Keamanan di Rumah
Pasien harus diperingatkan untuk menjaga semua obat-obatan dari
jangkauan anak-anak. Semua dosis yang solid dan semua lisan dan
eksternal sediaan cair harus ditiadakan dalam wadah anak-tahan kecuali:
1)

Obat ini di kemas asli atau seperti untuk membuat ini tidak disarankan.

2)

Orang tua akan mengalami kesulitan dalam membuka wadah.


Tidak ada wadah anak-tahan yang cocok ada

12

untuk persiapan cairan tertentu. Semua obat-obatan yang tidak terpakai


harus dikembalikan ke pemasok untuk kehancuran (Tidy, 2011).
4.

Infeksi Saluran Pernafasan


a.

Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan


Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian
manapun saluran pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring
(tenggorokan), kotak suara (laring), bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis
penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian atas
antara lain (BPOM RI, 2012):
1)

Batuk pilek

2)

Sakit telinga (otitis media)

3)

Radang tenggorokan (faringitis)


Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan

bagian bawah antara lain (BPOM RI, 2012):

1) Bronchitis
2) Bronkhiolitis
3) Pneumonia
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran
pernapasan yang dapat berlangsung sampai dengan 14 hari.
b.

c.

Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut


1)

Virus

2)

Bakteri

3)

Riketsia

Penggolongan Infeksi Saluran Pernapasan Akut


1)

ISPA non-pneumonia: dikenal masyarakat dengan istilah batuk-pilek.

2)

Pneumonia: apabila batuk pilek disertai gejala lain, seperti kesukaran


bernapas, peningkatan frekuensi napas (napas cepat).

d.

Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Diketahui Jenis ISPA yang Diderita

1) Tindakan pengobatan sendiri hanya dapat dilakukan pada ISPA non


pneumonia yaitu pada keadaan batuk-pilek ringan.

13

2) Jika dalam waktu 4 hari penderita tidak sembuh, atau timbul gejala
pneumonia, utamanya pada anak balita, segera konsultasikan ke
dokter atau unit pelayanan kesehatan.
5.

Pilek
Pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung
yang disebut ingus.
a.

Penyebab Pilek
1)

Reaksi Alergi
Reaksi yang terjadi antara allergen seperti debu, bulu binatang
peliharaan,

dan

lain-lain

dengan

zat

pertahanan

tubuh

yang

menyebabkan terlepasnya beberapa zat mediator yang bersifat


vasodilator. Akibatnya terjadi pembengkakan selaput lendir hidung yang
nampak sebagai hidung tersumbat, meningkatnya sekresi lendir/meler,
mata berair dan bersin-bersin.
2)

Infeksi
Pilek juga merupakan suatu gejala infeksi virus atau bakteri,
missal: influenza.

b.

Penanggulangan
1)

Terapi non-obat
Pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menghindari allergen.

2)

Terapi obat
a)

Obat pilek hanya digunakan pada pilek yang tidak dapat diatasi
dengan terapi non obat.

b)

Obat pilek biasanya mengandung antihistamin dan dekongestan


hidung, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.

c)

Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi


melawan zat yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Obat
yang merupakan antihistamin antara lain: klorfeniramin maleat,
deksklorfeniramin maleat, doksilamin.

d)

Dekongestan adalah obat yang mempunyai efek mengurangi


hidung tersumbat. Obat yang merupakan dekongestan antara lain:
fenilpropanolamin, fenilefrin, efedrin, pseudoefedrin.
14

6.

Batuk
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda
asing dari saluran nafas.
a.

Penyebab Batuk
1)

Penyakit infeksi: bakteri atau virus, misalnya: tuberkulosa, influenza.

2)

Bukan

infeksi,

misalnya

debu,

asma,

alergi,

makanan

yang

merangsang tenggorokan, batuk pada perokok.


b.

Pembagian Batuk
1)

Batuk berdahak, yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk jenis ini lebih sering terjadi pada saluran napas
yang peka terhadap paparan debu, lembab berlebih dan sebagainya.

2)

Batuk tak berdahak (batuk kering), terjadi apabila tidak ada sekresi
saluran napas, iritasi pada tenggorokan sehingga timbul rasa sakit.

c.

Penanggulangan
1)

Terapi non-obat
Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat
dikurangi dengan cara sebagai berikut:
a)

Sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,


mengurangi iritasi atau rasa gatal.

b)

Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang


tenggorokan dan udara malam yang dingin.

2)

Terapi Obat
a)

Obat batuk, seperti halnya obat pilek dan flu/influenza, merupakan


obat simptomatik, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk
mengatasi keadaan ringan dan hanya merupakan tindakan
terhadap

gejala

penyakit.

Pengobatan

simptomatik

atau

pengobatan terhadap gejala penyakit tersebut dilakukan dengan


maksud untuk meningkatkan quality of life penderita, sehingga
yang bersangkutan tetap dapat melakukan aktifitas.
b)

Apabila batuk berlangsung lebih dari tiga hari atau setelah


pengobatan dengan obat batuk tidak ada perbaikan, atau batuk
menjadi lebih berat, dahak bercampur darah atau berwarna

15

hijau/kuning, sesak napas maka penderita diharuskan konsultasi


dengan dokter.
c)

Terapi obat batuk dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu


ekspektoran

(pengencer

dahak)

misalnya

gliseril

guaikolat,

ammonium klorida, bromheksin dan succus liquiritiae dan antitusif


(penekan batuk) misalnya dekstrometorfan dan difenhidramin.
Kedua kelompok obat ini dapat diperoleh tanpa resep dokter.
7.

Flu atau influenza


Flu atau influenza adalah infeksi virus.
a.

Gejala dan Keluhan


1)

Demam/sumang, nyeri kepala, nyeri di otot.

2)

Pilek, hidung tersumbat atau berair, batuk, rasa kering di tenggorokan


kadang-kadang disertai diare.

b.

Penanggulangan
1)

Terapi non-obat
Flu umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh.
Beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu
adalah seperti untuk keadaan batuk dan pilek dengan ditambah:
a)

Beristirahat 2 3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b)

Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein


yang tinggi akan menambah daya tahan tubuh. Makan buahbuahan segar yang banyak mengandung vitamin.

2)

Terapi obat
a)

Obat flu yang dapat diperoleh tanpa resep dokter merupakan


kombinasi

dari

beberapa

antipiretik/analgetik,

zat

berkhasiat

antihistamin,

sebagai

ekspektoran,

berikut:
antitusif,

dekongestan.
b)

Beberapa

hal

yang

memerlukan

perhatian

khusus

pada

penggunaan obat flu antara lain:

Pada umumnya komponen-komponen yang terkandung dalam


kombinasi obat flu relatif aman untuk dikonsumsi/digunakan
sepanjang sesuai aturan pakai.
16

Obat flu hanya meringankan keluhan dan gejala saja dan tidak
dapat menyembuhkan.

Umumnya obat flu dengan berbagai merek mengandung


kombinasi

yang

sama,

sehingga

tidak

dianjurkan

menggunakan obat flu dengan berbagai merek pada saat yang


sama.

Fenilpropanolamin,

fenilefrin,

efedrin

dan

pseudoefedrin

merupakan nasal dekongestan yang harus digunakan secara


hati-hati pada penderita atau yang mempunyai potensi
tekanan darah tinggi maupun usia lanjut.

Dextrometorfan

HBr

merupakan

antitusif

yang

harus

digunakan secara hati-hati pada penderita asma.

Klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat merupakan


antihistamin yang pada umumnya dapat menyebabkan rasa
kantuk, sehingga tidak diperbolehkan untuk mengemudikan
kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. Hal ini harus
dicantumkan dalam butir peringatan-perhatian pada brosur
atau kemasan terkecil (BPOM RI, 2012).

8.

Salbutamol
a.

Cara Kerja
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang
selektor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini
merangsang produksi AMP siklikdengan cara mengaktifkan kerja enzim
adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek
bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus.
Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama
dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka
bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

17

b.

Indikasi
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis
dan emphysema
.

c.

Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.

d.

Efek Samping
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping
yang serius. Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor
halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi, kejang otot,
takikardia, sakit kepala dan ketegangan. Efek ini terjadi pada semua
perangsang adrenoreseptor beta. Vasodilator periver, gugup, hiperaktif,
epitaxis (mimisan), susah tidur.

e.

Peringatan dan Perhatian


1) Hati-hati bila diberikan pada penderita thyrotoxicosis, hipertensi,
gangguan kardiovaskuler, hipertiroid, dan diabetes mellitus.
2) Meskipun tidak terdapat bukti teratogenitas sebaiknya penggunaan
salbutamol selama kehamilan trimester pertama, hanya jika benarbenar diperlukan.
3) Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui karena kemungkinan
diekskresikan melalui air susu.
4) Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena
keamanannya belum diketahui dengan pasti.
5) Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula
darah.

f.

Interaksi Obat
1)

Efek salbutamol dihambat oleh 2- antagonis.

2)

Pemberian

bersamaan

dengan

monoamin

oksidase

dapat

non-selektif

seperti

menimbulkan hipertensi berat.


3)

Salbutamol

dan

obat-obatan

beta-blocker

propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan.

18

g.

Over Dosis
a.

Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian


suatu alpha-adrenergic bloker melalui injeksi intravena dan suatu betablocking agen peroral pada kasus asmaticus karena resiko konstriksi
bronkus.

b.
9.

Hypokalemia

Ambroxol
a.

Cara Kerja
Ambroksol

mempunyai

sifat

mukokinetik

dan

sekretolitik

Ambroksol meningkatkan pembersihan sekresi yang tertahan pada saluran


pernapasan dan menghilangkan mukus statis, memudahkan mengencerkan
dahak.
b.

Indikasi
Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi
bronkial yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis
asmatik, asma bronkial.

c.

Peringatan dan Perhatian


Pemakaian pada kehamilan trisemester pertama tidak dianjurkan.
Pemakaian selama menyusui keamanannya belum diketahui dengan pasti

d.

Efek Samping
Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang
ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi
alergi.

e.

Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap ambroksol.

f.

Interaksi Obat
Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan
terutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan sebagai obat
standar

untuk

sindroma

bronkitis

(glikosida

jantung,

kortikosteroid,

bronkospasmolitik, diuretik dan antibiotik).

19

BAB III
TINJAUAN RESEP
A. `RESEP

20

B. COPY RESEP
Apotek Simulasi Farmasi
SIP NO. 512/IPD/0037/KPPT/2012
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Palembang
Telp (0711) 352671
Apoteker: Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, M.Farm, Apt
Salinan Resep

Nomor

: 001

Dari Dokter

: dr.Herman , SPA

Ditulis tanggal : 05-08-2014


Pro

: M Habiburrahman

Alamat

: Jl.Gunung Terang No.10 Plg

R/ Rhinofed Susp 1
S 3 d d 1 Cth 1/2
----------------------------------------------- det
R/ Salbutamol 0,65 tab
Mucopect tab 2/5 tab
M f pulv dtd No. XV
S 3 d d pulv I
----------------------------------------------- det
Palembang, 1 november 2016
Pcc
cap
Apotek
Mona Rahmi Rulianti,S.Farm,Apt, M.Farm

21

C. INFORMASI OBAT
1. Rhinofed Syrup

Komposisi:
Tiap 5 ml mengandung :
Pseudoephedrine HCl 15 mg
Terfenadine 20 mg
Indikasi:
Rinitis alergika, rinitis vasomotor
Dosis:
Anak <12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok takar.
Kontra Indikasi:
Insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi berat. Pemberian bersamaan
dengan antibiotik makrolid atau anti jamur azole
Perhatian:
Glaukoma sudut sempit, hipertensi, DM, hipertiroid
Efek Samping:
Anoreksia, mual, muntah, tidak enak di perut, mulut kering, insomnia, mudah
lelah, ansietas, palpitasi, takikardia
Interaksi Obat:
Peningkatan TD dengan simpatomimetik lainnya MAOI
Kemasan:
Suspensi 60 mL x 1
Pseudoefedrin Hcl
Efek samping dan perhatian
Efek samping biasanya takikardia, insomnia. Halusinasi dilaporkan amati
jarang, sebagian besar terjadi pada anak-anak.
Farmakokinetik
Pseudoefedrin mudah diserap dari saluran pencernaan. Sebagian besar
pseudoefedrin diekskresikan tidak berubah di urin bersamaan dengan

22

jumlah kecil dari metabolit hatinya. Memiliki waktu paruh sekitar 5 sampai 8
jam ; eliminasi ditingkatkan dan paruh waktu pendek dalam urin asam.
Sejumlah kecil didistribusikan ke dalam ASI.
Penggunaan
Pseudoefedrin adalah simpatomimetik yang bekerja langsung dan tidak
langsung. Merupakan stereoisomer efedrin dan memiliki aksi serupa , tetapi
telah dinyatakan memiliki aktivitas pressor kurang dan lebih sedikit efek
pada SSP . Pseudoefedrin dan garamnya diberikan secara oral untuk
mengurangi

gejala-gejala

hidung

tersumbat.

Mereka

biasanya

dikombinasikan dengan bahan lain dan dimaksudkan untuk menghilangkan


batuk dan gejala pilek. Pseudoefedrin hidroklorida atau sulfat umumnya
diberikan secara oral dalam dosis 60 mg setiap 4 sampai 6 jam sampai
hingga maksimal 4 dosis dalam 24 jam. Dosis dewasa adalah 120 mg
setiap 12 jam atau 240 mg setiap 24 jam.
Dosis pada anak-anak
BNFC menyatakan ada sedikit bukti untuk mendukung penggunaan
dekongestan sistemik pada anak-anak. Namun, dosis oral berikut
pseudoefedrin hidroklorida disarankan untuk anak-anak dalam pengelolaan
mukosa dan sesak saluran pernafasan atas :
2 sampai 6 tahun : 15 mg 3 atau 4 kali sehari
6 sampai 12 tahun : 30 mg 3 atau 4 kali sehari
Obat wajib apotik untuk batuk dan pilek mengandung persiapan
simpatomimetik dekongestan (termasuk pseudoefedrin) harus digunakan
dengan hati-hati pada anak-anak dan umumnya dihindari dalam mereka
yang di bawah usia 2 tahun
Terfenadin
Pemerian
Putih atau hampir putih, kristal bubuk. Ini menunjukkan polimorfisme.
Sangat sedikit larut dalam air dan asam klorida encer; bebas larut dalam
diklorometana; larut dalam metil alkohol. Lindungi dari cahaya.
Efek Samping dan Perhatian
Seperti halnya antihistamin non-sedatif pada umumnya, eritema multiform
dan galaktorea juga telah dilaporkan. Aritmia ventrikel, termasuk torsade de
pointes, jarang terjadi dengan terfenadin, terutama berkaitan dengan
konsentrasi

darah

yang

meningkat.

Untuk

mengurangi

risiko

23

pengembangan aritmia pemakaian tidak boeh melebihi dosis yang


dianjurkan dan terfenadin harus dihindari pasien dengan jantung atau
penyakit hati yang signifikan, dengan hipokalemia atau ketidakseimbangan
elektrolit lainnya, atau dengan diketahui atau diduga interval QT yang
berkepanjangan.

Penggunaan

dengan

obat

yang

mengganggu

metabolisme hepatik terfenadin dan lainnya berpotensi arrhythmogenic.


Jika terjadi palpitasi, pusing, sinkop, atau kejang terjadi terfenadine harus
ditarik dan pasien diselidiki untuk aritmia yang potensial.
Farmakokinetik
Terfenadine cepat diserap dari saluran pencernaan; konsentrasi plasma
puncak dicapai dalam waktu sekitar 2 jam. Itu adalah pro-obat dan
mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hati untuk
metabolit aktif fexofenadine, turunan asam karboksilat. Metabolit utama
lainnya adalah derivat piperidin-karbinol inaktif. Sekitar 97 % dari terfenadin
terikat protein plasma; fexofenadine dilaporkan kurang luas terikat.
Terfenadin tidak mampu menyeberangi penghalang darah-otak sampai
batas yang signifikan; jumlah terbatas fexofenadine, tapi bukan obat induk
telah terdeteksi dalam ASI. Waktu paruh 16-23 jam telah dilaporkan untuk
terfenadine. Metabolit dan jejak obat tidak berubah, diekskresikan dalam
urin dan feses.

2.

Racikan Pulvis Salbutamol dan Mucopect (Ambroxol).

24

Komposisi
Tiap pulvis mengandung :
Salbutamol
0,6 tab (0,6 x 4 mg = 2,4 mg)
Ambroxol 2/5 tab (2/5x 30 mg = 12 mg)
Salbutamol
Pemerian
Putih atau hampir putih , kristal bubuk . Sedikit larut dalam air; larut dalam
alkohol. Lindungi dari cahaya.
Efek samping dan perhatian
o Salbutamol terutama memiliki efek beta - agonist dan, seperti agonis
beta lainnya,dapat menyebabkan tremor halus pada otot rangka
(terutamatangan),palpitasi,

takikardia,

gelisah

ketegangan,

sakit

kepala, vasodilatasi perifer,dan jarang kram otot.Inhalasi salbutamol


menyebabkan efek samping yang lebih sedikitdari dosis sistemik, dan
agonis beta2 yang lebih selektif menyebabkan efek samping yang lebih
sedikit daripada agonis beta yang kurang selektif. Hipokalemia yang
seriustelah dilaporkan setelah dosis besar.Iskemia miokardjuga telah
dilaporkan.
o

reaksi

hipersensitivitastelah

terjadi,

termasuk

bronkospasme paradoks, angioedema, urtikaria, hipotensi, dan kolaps.


Dosis tinggi dari salbutamol digunakan secara intravena untuk
menundapersalinan prematur telah dikaitkan tambahan.Serta mual dan
muntah, dan dengan jantung yang merugikan parahdan efek metabolik

dan edema paru.


Farmakokinetik
o Salbutamol mudah diserap dari saluran pencernaan. Ketika diberikan
secara inhalasi, 10 sampai 20 % dari dosis mencapai saluran udara
bawah. Sisanya disimpan dalam sistem pengiriman atau ditelan dan
o

diserap dari usus.


First-pass metabolism salbutamol berada dalam hati dan kemungkinan
di dinding usus, tetapi tidak tampak dimetabolisme di paru-paru;

metabolit utama adalah inaktif konjugat sulfat .


Salbutamol cepat diekskresikan, terutama dalam urin, seperti metabolit
dan obat tidak berubah; proporsi yang lebih kecil diekskresikan dalam
tinja.Plasma paruh salbutamol telah diperkirakanberkisar dari 4 sampai

6 jam.
Penggunaan dan Administrasi

25

Salbutamol adalah simpatomimetik kerja langsung dengan kegiatan


terutama beta-adrenergik dan tindakan selektif pada beta2 reseptor.
Hasil ini lebih menonjol dalam hal bronkodilatasi dibanding efeknya

pada jantung.
Salbutamol dan salbutamol sulfat digunakan sebagai bronkodilator
dalam pengelolaan reversibel saluran napas obstruksi, seperti pada
asma dan pada beberapa pasien denganpenyakit paru obstruktif
kronik. salbutamol juga menurun kontraktilitas uterus dan dapat

diberikan sebagai sulfat untuk menahan persalinan prematur.


Ambroxol (1550)
Pemerian
Bubuk kristal putih atau kekuningan. Sedikit larut dalam air; praktis tidak
larut dalam diklorometana; larut dalam metil alkohol. Sebuah solusi 1 %
dalam air memiliki pH 4,5-6,0. Lindungi dari cahaya.
Efek Samping dan Perhatian
Hipersensitivitas.Adanya laporan kontak alergi terhadap ambroxol.
D. PERHITUNGAN BAHAN
Rhinofed suspensi 1
Racikan salbutamol dan mucopect. Mucopect diganti dengan Ambroxol tab
1. Rhinofed Suspensi 1 Flash (60 mL)
Pseudoefedrin 15mg/5mL = 15mg x 60mL/5mL = 180mg
Terfenadine
20mg/5mL = 20mg x 60mL/5mL = 240mg
2. Racikan pulvis Salbutamol dan Mucopect
Salbutamol
= 0,65 mg/ 2 mg x 15 = 4.8 tab 4.5 tab
Mucopect
= 2/5 tab x 15 = 6 tab
diambil Ambroxol tab
= 6 tab
E. PERHITUNGAN DOSIS
1. Pseudoefedrin
DM (-)
2. Terfenadine DM (-)
3. Salbutamol DM (-)
4. Ambroxol
DM (-)
F.

HARGA OBAT
HJA = Harga + Tuslah + Embalase
Rhinofed sirup
= 31.000 + 1000
= Rp 32.000
Racikan Salbutamol + ambroxol
Salbutamol
4.5 tab x Rp 900

= Rp 900/tab
= Rp 4.050

26

Ambroxol
6 tab x Rp 150
Lactosum
Tuslah racikan

= Rp 150/tab
= Rp 900
= Rp 500
= Rp. 2.500

Total = 32.000 + 4.050 + 900 + 500 + 2.500


= Rp 39.950 ,G. PEMBUATAN BAHAN
R/ Rhinofed suspensi 1
1.

Diambil rhinoved susp 1

R/ Salbutamol
Mucopect

0,65 mg
2/5 (Ambroxol)

m. f. pulv.dtd XV.
1.
2.
3.
4.
5.

Ambil tablet salbutamol, gerus halus di dalam mortir, sisihkan.


Ambil tablet ambroxol, gerus halus di dalam mortir.
Tambahkan serbuk halus salbutamol tadi, gerus homogen.
Bagi massa ke tiap kertas perkamen. Bungkus, masukkan pot.
Beri etiket dan label.

H. ETIKET DAN LABEL


1. Rhinofed Susp

2.

Obat Racikan

27

BAB IV
SKENARIO
Actor/Actress

TTK1

: Rani Nareza Ulfa

TTK2

: Peggy Pindia Tiarora

TTK3

: Rhavi Ronaldi

TTK4

: Qurrota Ayun

TTK5

: Nina Karlina Dwi Putri

Patient

: Radella Trisia

Moms Patient : Pipit Parwati


At shiny day, in Simulation Farma Dispensary, come a women to that
dispensary. See that women, a TTK welcome her.
TTK 1

: Good afternoon mam, welcome to our Simulation Farma Dispensary,

Patient

may I help you.


: Good afternoon miss. I want to redeem this prescription. Are first

TTK 1
Patient
TTK 1

medicine exist ?
: Wait a minute mam, this prescription for who ?
: This for my son, can you quickly serve me for this prescription ?
: Ok mam, first we will check this medicine, mam may wait a minute in

Patient
TTK 1

there okay.
: Ok thank you
: Vhi, can you check this prescription, there are all medicine and also

TTK 3
TTK 1
TTK 3
TTK 5
TTK 3
TTK 5
TTK 4
TTK 5

:
:
:
:
:
:
:
:

TTK 4

salbutamol with mucopect, I will check first Yun


: Okay Nina

check the price okay.


Okay Rani, wait a minute
Okay Rhavi
Nina
Ya Rhavi
Check this, and look there are medicine for this prescription
Okay Vhi, wait a minute..
What are contents Nin ?
Hm.oh this, this prescription contain rhinoved susp and mix

28

TTK 5 check the stock. All medicine there are in the dispensery, after
checking done, TTK 5 giving know TTK 3
TTK 5

: Vhi !

TTK 3

: Yeah Nin, how ?

TTK 5

: Vhi, we have all medicine from this prescription.

TTK 3

: Okay Nin, I will giving know Rani, thanks yeah Nin

TTK 5

: Okay Vhi

TTK 3

: Rani !

TTK 1

: Yeah Vhi

TTK 3

: Rani we done checked and medicine in this prescription we stock


available, you convey to patient okay and this is price from this
prescription

TTK 1

: Alright Rhavi
TTK 1 call Patient

TTK 1

: In the name M.Habiburahman

Patient

: Yeah miss, so what ?

TTK 1

: Okay mam, we done checked and our stock avaible for all medicine
on this prescription

Patient

: Oh my god miss, thanks, I think I heard for medicine rhinoved is


nothing, for you know I was go arround, nothing dispensary have
this. I tired, my head dizzy, looking around, go there, go here but
thanks godness finally I find thi medicine, ok I take it.

TTK 1

: Yeah mam, hmm but mam this prescription there are medicine must
mix and make it before, so mam must pay first

Patient

: Oh never mind miss, money is not problem for me, how its price ?

TTK 1

: The price is Rp. 27.450,- mam. Mam want take all or just half

Patient

: I want take all, I dont want to difficulty again. This the money, Rp.
27.450,- right ?

TTK 1

: Yeah we take mam, mam please wait a minute again ya and this
your number, please sit down again mam

29

Patient

: Okay, thank you yeah, and please quickly ok

TTK 1

: Yeah we will mam.Gy give this to Rhavi and say if our patient take
its all medicines

TTK 2

: Okay Rani.
Vhi our patient want take all this prescription please prepare yeah.

TTK 3

: Okay wait a minute Gy.


Nin, Yun prepare this prescription yeah.

TTK 4 & 5

: Yeah Vhi

TTK 4

: Nin you prepare the medicine first I will make etiquette after that I will
help you ok

TTK 5

: Yeah Yun I will


A minute later TTK 4 give the medicine to Rhavi

TTK 4

: Vhi this

TTK 3

: Okay Yun thanks yeah.


Gy !

TTK 2

: Yeah Vhi

TTK 3

: This her medicine

TTK 2

: Okay thank you Vhi.


Rani, this its medicines, for patient number..-

in the name

M.Habiburahman
TTK 1

: Okay Peggy thank you


Patient number..-

in the name M.Habiburahman

Patient

: Yeah, how my prescription miss ?

TTK 1

: Ok here mam your medicine ?

Patient

: Ok thank you

TTK 1

: Before it we sorry mam, but are you ready know rule consumption
from this medicine ?

Patient

: Not yet miss, how ?

TTK 1

: Okay mam, I will explain, first this tremenza, this drink use with thi
spoon mam, look in here there is dosage. Once drink the limit in
here mam, just a half yeah mam, drink this three on one day for her

30

son. And for this, this medicine mix salbutamol and mucopect,
poured to spoon and give water sufficiently or if mam can give a little
sugar for close bitter taste.
Patient

: Okay, your mean I must follow this etiquette

TTK 2

: Yeah mam , just follow rule was written in these etiquette.

Patient

: Okay thank you for your helping

TTK 1

: Your welcome mam, be carefull and get well soon for your son

31

DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Anonim,

2000,

informatorium

Obat

Nasional

Indonesia,

Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.


Farmakope Indonesia edisi ke-4. Depatemen Kesehatan Republik Indoonesia,
Jakarta 1995.

ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 48, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta
Katzung, B.G., , 2004. Farmakologi dasar dan Klinik edisi 8.Universitas Air
Langga : Salemba Medika Jakarta.
Tan, H,T, dan Rahardja, K, 2002, Obat-Obat Penting,Edisi V. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia
Sweetman, S.C. (2009). Martindale 36 The Complete Drug Reference.
London: The Pharmaceutical Press.

32

Anda mungkin juga menyukai