Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMAKOTERAPI

PEDIATRIK

Disusun oleh Kelompok 2:

Ari Aulia Rahman (21171054)


Carolina Riflina Adak (21171057)
Eva Andriani (21171060)
Hana Rohanatul Jannah (21171063)
Hindra Nugraha (21171066)
Ilma Royani Hasibuan (21171069)
Irwin Maulida (21171071)
Mia Resmiati (21171076)
Nina Puspita (21171079)
Putri Pertiwi (21171082)
Rizal Abdullah (21171084)
Rudi Kurniawan (21171086)
Shinta Damayanti (21171088)
Tika Cindy Kristina (21171092)
Wida Deni Nuraeni (21171095)
Yenly Febri Resia (21171099)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
BANDUNG
2017/2018
PEDIATRIK

A. Pendahuluan
Sekarang banyak kemajuan telah dibuat untuk manajemen klinis penyakit
pada pasien pediatrik. Dikatakan pediatrik jika pasien tersebut berusia di bawah
18 tahun. Contoh masalah pada pediatrik adalah perbedaan farmakokinetik,
efikasi obat dan toksisitas, serta beberapa faktor yang mempengaruhi
farmakoterapi pediatrik.
Angka mortilitas dari bayi menurun dari 200 per 1000 kelahiran pada abad
19, 75 per 1000 kelahiran pada tahun 1925 serta 6,8 per 1000 kelahiran pada
tahun 2001. Kesuksesan ini merupakan hasil dari pengembangan identifikasi,
pencegahan dan pengobatan penyakit yang umum terjadi saat kelahiran serta
periode bayi (infant). Walaupun kebanyakan obat pediatrik yang digunakan pasien
pediatrik banyak beredar di pasaran, hanya seperempatnya yang telah diterima
oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk diindikasikan khusus untuk
populasi pediatrik. Data farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi dan keamanan
pada bayi dan anak-anak masih belum cukup. Kurangnya informasi jenis ini dapat
menyebabkan penyakit seperti grey sindrome akibat kloramfenikol, fokomelia
akibat thalidomide dan kernikterus akibat terapi sulfonamida.
Bagian lain yang menjadi pertimbangan pada pediatrik adalah
mengidentifikasi dosis optimal. Regimen dosis tidak dengan sederhana
diekstrapolasi berdasarkan berat badan atau luas permukaan pasien pediatrik dari
pasien dewasa. Bioavailabilitas, farmakokinetik, farmakidinamik, efikasi dan
informasi efek samping dapat berbeda antara pasien dewasa dengan pediatrik
dikarenakan perbedaan umur, fungsi organ atau tingkat penyakit.
Beberapa faktor tambahan harus dipertimbangkan untuk optimalisasi terapi
obat pada pediatrik. Banyak obat yang diresepkan secara luas untuk bayi (infant)
dan anak-anak yang tidak tersedia dalam dosis yang cocok. Modifikasi (pelarutan
dan reformulasi) dari bentuk sediaan pasien dewasa menambah jumlah pertanyaan
dari segi bioavailabilitas, stabilitas dan kompatibilitas obat-obat tersebut.
Dikarenakan jumlah volume cairan yang sedikit yang dibutuhkan dan dibatasi
untuk daerah intravena, metode khusus perlu digunakan untuk pemberian obat
intravena pada bayi dan anak-anak. Pemberian obat oral untuk pasien muda dapat
menjadi tugas yang sulit untuk perawat dan pasien.

B. Definisi Pediatrik
Menurut American Academy of Pediatriks (AAP), pediatrik adalah
spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental dan sosial
kesehatan anak sejak lahir sampai dewasa muda. Kata pediatri diambil dari dua
kata Yunani kuno yaitu paidi yang berarti anak dan iatros yang berarti dokter.
Banyak anggapan bahwa pediatri adalah miniatur orang dewasa, hal tersebut sama
sekali tidak benar. Keadaan tubuh pada pediatri sangat berbeda dengan orang
dewasa. Organ-organ dalam tubuh pediatri belum berkembang secara sempurna,
sehingga harus lebih berhati-hati dalam pemilihan obat untuk pediatrik. Pediatrik
bukan merupakan miniatur dari orang dewasa karena pada pediatrik masih terjadi
pertumbuhan dan perkembangan dalam profil farmakologinya yang berbeda
dengan populasi dewasa (US. Department of Health and Human Service, 1998).

C. Klasifikasi Pediatrik
Pasien pediatrik adalah pasien anak dengan usia lebih muda dari 18 tahun
meskipun terkadang beberapa dokter pediatrik akan memberikan pelayanannya
pada pasien hingga usia 21 tahun. Tidak seperti pasien dewasa, yang usianya
umumnya diukur dengan tahun, usia pasien anak dapat dinyatakan dalam hari,
minggu, bulan, dan tahun. Pasien diklasifikasikan berdasarkan usia dan
selanjutnya dapat digambarkan berdasarkan faktor lain, termasuk berat badan
kelahiran dan status prematur. Bayi baru lahir sebelum minggu 37 kehamilan
disebut prematur. Bayi yang berumur 1 hari hingga 1 bulan disebut neonatal. Bayi
yang berumur 1 bulan hingga 1 tahun disebut infant. Anak yang berumur 1 tahun
hingga 11 tahun disebut anak-anak (children). Sedangkan anak yang berumur 12
tahun hingga 16 tahun disebut adolescent. Klasifikasi pediatrik lebih lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut.
D. Farmakokinetik Pada Pediatrik
Perubahan dalam populasi pediatrik yang masih dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan menjadi faktor yang mempengaruhi keadaan farmakokinetik.
Secara umum, informasi farmakokinetik diperlukan untuk memilih dosis yang
tepat pada populasi anak-anak, mengingat kesimpulan bahwa perjalanan penyakit
pada populasi orang dewasa dan anak-anak cukup mirip untuk memungkinkan
ekstrapolasi data dewasa untuk anak-anak dan dosis/hubungan respon yang juga
mirip (US. Department of Health and Human Service, 1998).
Farmakokinetik merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat
dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME).
Pengaruh pemberian obat dengan keadaan farmakokinetik pada pediatri sulit
diprediksi terutama untuk neonatus dan bayi lahir prematur (Anderson, 2010).
Pediatrik mengalami perubahan keadaan farmakokinetik hingga mencapai
keadaan normal orang dewasa. Adapun perubahan profil farmakokinetika
pediatrik pada proses ADME antara lain sebagai berikut:
1. Absorbsi Pada Pediatrik
a. Absorbsi Pada Saluran Pencernaan
Dua faktor yang mempengaruhi absorbsi obat dari saluran pencernaan
adalah difusi pasif yang dipengaruhi pH dan waktu pengosongan lambung.
Kedua proses tersebut berbeda tidak seperti biasa pada bayi prematur jika
dibandingkan dengan anak yang lebih tua atau dewasa. Pada bayi normal
rentang pH lambung dari 6 hingga 8 saat kelahiran tetapi turun 1-3 selama
24 jam. Sebaliknya pH lambung meningkat pada bayi prematur dikarenakan
sekresi asam yang belum matang. Pada bayi prematur, konsentrasi obat
tidak tahan asam dalam serum lebih tinggi dan konsentrasi obat asam lemah
dalam serum lebih rendah. Dikarenakan kekurangan data ekstensif yang
membandingkan profil waktu-konsentrasi serum setelah oral dibandingkan
pemberian obat intravena, perbedaan bioavailabilitas obat pada bayi
prematur kurang dipahami. Walaupun sedikit diketahui tentang pengaruh
terhadap perubahan absorbsi obat dan nutrisi ileh umur, telah dijelaskan
proses dari kedua proses transport, baik aktif maupun pasif yang
berkembang sekitar umur 4 bulan. Tidak ada data tersedia mengenai
transporter efluks p-glikoprotein dalam usus.
Penelitian menunjukkan pengosongan lambung terjadi secara lambat pada
bayi prematur. Obat dengan absorbsi terbatas pada orang dewasa dapat
diabsorbsi secara efisien pada bayi prematur dikarenakan waktu kontak
dengan mukosa saluran pencernaan yang lebih panjang.
b. Absorbsi Pada Daerah Intramuskular
Absorbsi obat dari daerah intramuskular telah dipelajari pada bayi prematur.
Perbedaan relatif massa otot, perfusi yang rendah pada beberapa otot,
instabilitas vasomotor periferal, dan kontraksi otot yang belum sempurna
dibandingkan dengan anak yang umurnya lebih tua dan dewasa dapat
mempengaruhi absorbsi obat pada daerah intramuskular. Efek yang
diberikan pada faktor-faktor ini terhadap absorbsi obat sulit untuk
diprediksi; fenobarbital telah dilaporkan dapat diabsorbsi secara cepat,
sedangkan diazepam lebih lambat. Oleh karena itu, dosis intramuskular
jarang digunakan pada neonatal kecuali darurat atau saat jalur intravena
tidak dapat digunakan.
c. Absorbsi Melalui Kulit
Absorbsi perkutan dapat meningkat secara signifikan pada bayi baru lahir
dikarenakan barier epidermis (stratum korneum) yang belum berkembang
sepenuhnya dan peningkatan hidrasi kulit. Peningkatan permeabilitas dapat
menghasilkan efek toksik setelah penggunaan topikal dari penggunaan
sabun dan bedak heksaklorofen, salep asam salisilat dan kapas beralkohol.
Yang menarik, penelitian telah menunjukkan konsentrasi serum teraupetik
dari teofilin dapat mengontrol apnea pada bayi prematur kurang dari 30
minggu kehamilan setelah aplikasi topikal gel yang mengandung dosis
standar teofilin. Penggunaan rute ini dapat meminimalisasi absorbsi obat
oral dan intramuskular yang belum bisa diprediksi dan komplikasi
administrasi intravena untuk beberapa obat.

2. Distribusi Pada Pediatrik


Distribusi obat ditentukan berdasarkan sifat fisikokimia obat itu sendiri (pKa,
berat molekul, koefisien partisi) dan faktor fisiologi spesifik pasien. Walaupun
sifat fisikokimia obat konstan, tetapi fungsi fisiologi sering bervariasi pada
beberapa populasi manusia. Beberapa faktor fisiologi yang penting seperti
volume ekstrraseluler dan jumlah air tubuh, ikatan protein plasma dengan obat
dan kondisi patologis yang memodifikasi fungsi fisiologi. Jumlah air tubuh,
yang merupakan persentasi dari berat badan, diestimasi 94% pada fetus, 85%
pada bayi prematur, 78% pada bayi normal dan 60% pada orang dewasa.
Volume cairan ekstraseluler juga berbeda antara bayi prematur dengan anak
yang berumur lebih tua atau dewasa. Volume cairan ekstraseluler pada 50%
dari bobot bayi prematur, 35% untuk bayi berumur 4-6 bulan, 25% pada balita
1 tahun, dan 19% pada orang dewasa. Volume distribusi gentamisin adalah
1,48 L/kg pada neonatal dan 0,2 L/kg pada orang dewasa. Penelitian
menunjukkan volume distribusi tobramisin terbesar pada kebanyakan bayi
prematur dan menurun dengan peningkatan umur kelahiran dan bobot lahir dari
bayi.
Ikatan obat dengan protein plasma juga menurun pada bayi baru lahir
dikarenakan penurunan konsentrasi protein plasma, kapasitas ikatan protein
yang lebih rendah, penurunan afinitas protein untuk ikatan obat dan kompetisi
pada beberapa daerah ikatan seperti komponen endogen (misal bilirubin).
Ikatan protein plasma pada beberapa obat jauh lebih kecil pada neonatal
dibandingkan pada orang dewasa. Penurunan ikatan plasma beberapa obat
dapat meningkatkan volume distribusi. Oleh karena itu, bayi prematur
memerlukan loading dose yang lebih besar dibandingkan anak yang berumur
lebih tua dan pada orang dewasa untuk mencapai konsentrasi serum teraupetik
untuk beberapa obat seperti fenobarbital dan fenitoin.
Konsekuensi peningkatan konsentrasi dari obat bebas atau tidak terikat dalam
serum dan jaringan perlu diperhatikan. Farmakologi dan efek toksik
berhubungan langsung dengan konsentrasi obat bebas dalam tubuh.
Peningkatan konsentrasi obat bebas merupakan hasil langsung dari penurunan
ikatan protein plasma dan secara tidak langsung dari pemindahan obat dari
daerah ikatan. Akibat obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat
dieleminasi oleh ginjal, peningkatan konsentrasi obat bebas dapat
meningkatkan klirensnya.
Jumlah lemak tubuh menurun secara signifikan pada neonatal dibandingkan
dengan dewasa yang mempengaruhi terapi obat. Beberapa obat mudah larut
lemak didistribusi kurang luas pada bayi dibandingkan pada orang dewasa.
Volume distribusi diazepam 1,4-1,8 L/kg pada neonatal dan dari 2,2-2,6 L/kg
pada orang dewasa. Pada beberapa tahun ini, jumlah ibu menyusui bayinya
meningkat. Oleh karena itu, beberapa obat yang didistribusi pada air susu dapat
memberikan masalah pada bayinya. Beberapa obat yang meningkatkan risiko
harus dihindari oleh ibu selama kehamilan dan menyusui.

3. Metabolisme Pada Pediatrik


Metabolisme obat secara signifikan berlangsung lebih lambat pada bayi
dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Terdapat
perbedaan penting dalam pematangan beberapa jalur metabolime pada bayi
prematur. Jalur metabolisme berhubungan dengan umur dan dapat
membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk berkembang sempurna.
Oleh karena itu, peningkatan klirens berlangsung hingga umur 1 tahun.
Dikarenakan penurunan metabolisme, maka dosis dari tiap obat harus
dikurangi.
4. Eliminasi Pada Pediatrik
Obat dan metabolitnya utamanya dieliminasi oleh ginjal. Kecepatan filtrasi
glomerulus bisa rendah (0,6-0,8 mL/menit tiap 1,73 m2) pada bayi preterm dan
sekitar 2-4 mL/menit tiap 1,73 m2 pada bayi term. Proses filtrasi glomerulus,
sekresi tubulus dan reabsorbsi tubulus menentukan efikasi eksresi renal.
Proses-proses tersebut dapat membutuhkan waktu beberapa minggu hingga 1
tahun setelah kelahiran untuk berkembang sepenuhnya.
Penelitian pada bayi menunjukkan klirens tobramisin setelah minggu kelahiran
pertama meningkat dengan meningkatnya umur. Pada bayi hingga 1 bulan
umur setelah kelahiran juga berkolerasi langsung dengan klirens
aminoglikosida. Oleh karena itu, bayi prematur memerlukan dosis harian yang
lebih kecil dari obat yang dieliminasi melalui ginjal selama minggu pertama
kelahiran, dan dosis dapat ditingkatkan seiring dengan umur.
Dikarenakan eliminasi renal yang belum matang, kloramfenikol suksinat dapat
terakumulasi pada tubuh bayi prematur. Walaupun kloramfenikol suksinat
tidak aktif, akumulasi ini menjadi penyebab peningkatan bioavailabilitas
kloramfenikol pada bayi prematur jika dibandingkan dengan anak yang lebih
tua. Data ini mengindikasikan bahwa toksisitas yang berhubungan dengan
dosis merupakan hasil dari belum berkembangnya jalur glukoronidas.

E. Efikasi Obat dan Toksisitas


Berdasarkan perbedaan farmakokinetik yang diidentifikasi antara pasien
pediatrik dengan pasien yang lebih tua, banyak faktor yang berhubungan dengan
efikasi dan toksisitas yang perlu diperhatikan untuk merencanakan farmakoterapi
pada pasien. Perubahan patofisiologi yang unik dapat terjadi pada pasien pediatrik
dengan beberapa tingkat penyakit. Beberapa obat lebih tidak toksik pada pasien
pediatrik dibandingkan dengan orang dewasa. Perbedaan dalam efikasi, toksisitas
dan ikatan protein dengan obat pada pediatrik dibandingkan dengan orang dewasa
menambah jumlah pertanyaan tentang rentang teraupetik yang dapat diterima
pasien pediatrik. Rentang teraupetik untuk obat dikembangkan pertama pada
orang dewasa dan sering dapat diaplikasikan langsung pada pasien pediatrik,
tetapi penelitian khusus merekomendasikan perlunya konduksi pada pasien
pediatrik untuk mendefinisikan tentang teraupetik obat yang optimal.

F. Faktor yang Mempengaruhi Terapi Pediatrik


Dikarenakan kebanyakan obat dimetabolisme oleh hati dan dieliminasi oleh
ginjal, penyakit hati dan ginjal membutuhkan penurunan dosis pada pasien.
Karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme, klirens obat biasanya
berkurang pada pasien dengan penyakit hati. Beberapa penelitian tentang
pengaruh penyakit hati dengan penyesuaian dosis telah dilakukan pada orang
dewasa dan data ini tidak dapat diekstrapolasi pada pasien pediatrik. Dikarenakan
kekurangan data pada penyesuaian data pada penyakit hati, terapi obat harus
dimonitor pada pasien pediatrik untuk menghindari toksisitas potensial dari dosis
yang berlebih, secara parsial untuk obat-obat dengan indeks terapeutik yang
sempit.
Gagal ginjal menurunkan dosis obat yang diperlukan untuk dieliminasi oleh
ginjal. Banyak obat yang penting, seperti antibiotik aminoglikosida, klirens obat
atau tingkat eliminasi secara langsung berhubungan dengan kecepatan filtrasi
glomerulus yang diukur berdasarkan klirens ginjal kreatinin. Konsentrasi obat
dalam serum harus dimonitor untuk obat dengan indeks terapi yang sempit dan
dieliminasi banyak lewat ginjal untuk optimasi terapi pada pasien pediatrik
dengan disfungsi renal. Untuk obat dengan indeks terapi lebar, penyesuaian dosis
diperlukan pada gagal ginjal menengah hingga parah.
Terapi obat pada pasien pediatrik dengan sistik fibrosis telah dijelaskan.
Untuk beberapa alasan, pasien jenis ini memerlukan peningkatan dosis untuk
beberapa obat. Penelitian telah melaporkan klirens yang lebih besar pada beberapa
obat dalam keadaan sistik fibrosis dibandingkan dengan mereka tanpa penyakit
ini. Volume distribusi apparent untuk beberapa obat dapat mempengaruhi sistik
fibrosis. Variasi beberapa penyakit dapat mempengaruhi perubahan dosis yang
dibutuhkan tetapi ini tidak selalu.
Walaupun panduan dosis spesifik tidak tersedia, pasien pediatrik dengan
penyakit saluran gastrointestinal memerlukan penyesuaian dosis. Hipoksemia
menunjukkan penurunan eliminasi amikasin pada bayi dengan bobot badan
rendah. Pramh dewasa sakit dan pasien pediatrik dengan taruma kepala parah
memerlukan dosis yang lebih besar dari normalnya fenitoin dikarenakan
peningkatan klirens intrinsik.

G. Terapi Obat Pediatrik


1. Manajemen Sakit
Selama beberapa tahun, teori nyeri tidak dapat ditemukan dalam indeks
pengobatan mayor pediatrik atau pada buku operasi pediatrik. Neonatal tidak
menunjukan sakit dikarenakan perkembangan yang belum sempurna dari
sistem neuroendokrin dan jalur saraf. Selama beberapa tahun terakhir pada
abad 20 banyak penelitian dan studi klinis mengenai area manajemen sakit
pada neonatal, bayi, anak-anak dan remaja. Sekarang ini, hasil dari penelitian
telah dihubungkan pada studi klinis, membuat terapi nyeri efektif sebagai
standar perawatan dan sinyal vital nyeri pada bayi dan anak-anak mirip dengan
orang dewasa kecuali transmisi impuls nyeri pada neonatal terjadi dengan
konduksi lambat, melewati serat C tidak terelinasi dibandingkan serat A8
termielinasi. Sebagai tambahan, presisi lebih rendah pada transmisi sinyal nyeri
terjadi pada korda spinal dan kekurangan neurotransmitter inhibitor desending.
Hasilnya pada neonatal dan bayi muda akan menghasilkan nyeri lebih intens
dan lebih sensitif terhadap rasa nyeri dibandingkan anak yang berumur lebih
tua dan orang dewasa. Hal ini diketahhui berdasarkan percobaan nyeri
mengacu pada konsekuensi jangka panjang seperti alterasi respon terhadap
nyeri. Tadio dan kolega melaporkan bahwa anak lelaki yang menerima anestesi
topical EMLA memberikan respon nyeri lebih rendah saat imunisasi
dibandingkan mereka yang tanpa anastesi local. Pengobatan yang ditunjukkan
pada prosedur nyeri inisial dapat menurunkan efek analgesik secara cukup pada
beberapa prosedur yang malah meningkatkan rasa nyeri. Anak-anak paling
takut akan jarum dan suntikan. Bagaimanapun, jadwal imunisasi
merekomendasikan 14 hingga 33 injeksi sebelum remaja, intervensi terhadap
penurunan nyeri injeksi perlu diperhatikan.
Manajemen nyeri secara farmakologi untuk kondisi medis dan operasi
serta setelah operasi menun jukkan progresnya pada akhir dekade ini dengan
penggunaaan infus opoid, anastesi epidural, blockade saraf peripheral, anastesi
lokal, obat anti inflamasi nonsteroid, perubahan rute untuk agen tradisional
(seperti transmukosal dan transdermal), dan obat ajuvan nonopoid. Teknik baru
manajemen sakit, pendidikan, penelitian, dan peningkatan kesadaran
manajemen sakit telah membantu dalam meningkatkan kualitas hidup anak-
anak.
2. Pemberian Obat
Obat sering diberikan dengan rute interval untuk penyakit serius pada
pasien. Laju alir dan daerah injeksi bervariasi dengan penghantaran obat secara
interval pada pediatrik. Konsentrasi efektif dalam serum diharapkan tercapai
cepat setelah penghantaran obat. Beberapa penelitian mendemonstrasikan
bahwa penghantaran obat memiliki pengaruh pada konsentrasi puncak serum
dan waktu mencapai konsentrasi puncak kloramfenikol dan tobramisin. Hal ini
memiliki implikasi praktis untuk monitoring terapetik obat secara rutin pada
antisipasi konsentrasi serum dapat tidak akurat, mahal,potensial membutuhkan
peningkatan dosis. Rekomendasi untuk mengambil specimen manusia dapat
dilakukan dengan pengetahuan karakteristik obat dan metode infus.
Obat intravena umum diberikan dengan cara antegrade fashion. Dengan
metode ini, dosis diinjeksikan dalam daerah bervariasi (missal daerah Y-site
dan chamber volumetric seperti metriset buretol yang diharapkan bergerak
langsung pada pasien).
Penelitian in vitro dengan gentamisin dan aminofilin telah menunjukkan
penghantar obat-obat ini dapat tertunda tergantung blaju aliran dan daerah
injeksi. Observasi ini dikonfirmasi dengan infus kloramfenikol suksinat dan
tobramisin. Penelitian ini telah mendemonstrasikan bahwa variabel sistem
infus intravena obat (seperti laju alir, daerah injeksi, volume obat, volume
cairan dalam tabung) dapat mempengaruhi konsentrasi serum pada pasien
pediatrik. Contohnya, konsentrasi puncak kloramfenikol bisa lebih tinggi 5
mcg/ml dan terjadi 1 jam lebih awal setelah injeksi flashball dibandindingkan
injeksi buretrol pada bayi dan anak-anak. Konsentrasi puncak trobramisin bisa
lebih tinggi 2,3-2,5 mcg/ml, dan terjadi 1-1,5 jam lebih awal setelah injeksi
dari pompa syringe dibandingkan dengan infus dan daerah Y. perbedaan ini
penting dikarenakan indeks terapi yang sempit dari klolramfenikol dan
tobramisin. Oleh karena itu, kurangnya informasi variabel infus dapat
menyebabkan waktu dan interprestasi kadar dalam darah yang tidak tepat, yang
dapat mengacu penyesuaian dosis yang tidak penting.
Bobot jenis juga dapat mempengaruhi penghantaran obat pada infus
lambat, contohnya, studi in vitro mengidentifikasi obat dengan bobot jenis
lebih rendah akan berada pada lapisan atau tabung, ketika penghantaran dapat
diperlama dengan aliran laminar. Sama halnya dengan injeksi ke chamber
filter, daerah Y, atau daerah T dengan daerah mati dapat memperlama
penghantaran obat.
Tidak ada sistem infus tunggal yang ideal untuk penghantaran semua
obat pada semua insitusi untuk semua pasien. Contohnya pompa syringe
dengan tabung mikrobor dapat digunakan untuk infus vankomisin pada
neonatal. Setiap fasilitas memiliki masalahnya dalam penghantaran obat dan
dapat dikembangkan panduan khusus tersedia untuk infus intravena.
Panduan khusus tersedia untuk administrasi tiap obat. Panduan ini untuk
beberapa macam laju infus dan memberikan konsistensi penghantaran tiap
dosisnya. Selama waktu penghantaran actual dapat diantisipasi, waktu untuk
mencapai sampel darah dapat disesuaikan untuk menghasilkan data yang
berarti.
3. Pengembangan Bentuk Sediaan
Banyak obat yang digunakan pada pasien pediatrik tidak tersedia dalam
bentuk sediaan yang sesuai. Oleh karena itu, perlu pelarutan konsentrasi besar
obat yang digunakan pada orang dewasa. Contoh obat-obatan ini adalah
atropine, karbamazepin, diazepam, digoksin, epinefrin, hidralazin, insuli,
morfin, fenobarbital,, dan fentoin. Rentang volume berkisar 0,01-0,1 ml, perlu
diukur tepat untuk digunakan pada bayi. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran dan kesalahan lain yang menyebabkan intoksikasi dengan digoksin
atau morfin pada bayi. Masalah larutan adalah melarutkan konsentrasi obat,
tetapi pengembangan untuk sediaan dapat mempengaruhi stabilitas dan
kompabilitas obat. Dikarenakan terbatasnya data, apoteker perlu bijak dalam
mengembangkan bentuk sediaan untuk beberapa jenis obat. Seleksi beberapa
zat untuk pelarutan bentuk sediaan orang dewasa untuk untuk digunakan pada
pasien pediatrik dapat menjadi masalah yang sulit. Fenobarbital sodium
mengandung propilen glikol pada produk aslinya untuk meningkatkan
stabilitas. Dikarenakan propilen glikon dapat menyebabkan hiperosmolalitas
pada bayi, beberapa penambahan zat seperti ini menjadi tidak bijak.
Dikarenakan akses pada daerah injeksi intravena pada pasien pediatrik, obat
harus diadministrasi pada daerah yang sama. Terkadang, data akan
kompabilitas beberapa obat tidak tersedia. Bayi baru lahir sering membutuhkan
aminoglikosida untuk mencegah dan menangani sepsis dan kalsium glukonat
untuk menangani hipokalemia. Tobramisin dan kalsium glukonat
diketahuikompatibel sedikitnya 1 jam selang administrasi pada daerah yang
sama.
Administrasi obat oral berlanjut menjadi tantangan orang tua dan
perawat. Pengembangan obat ini dengan pencampuran, penolakan pasien untuk
menerima pengobatan ini, dan kehilangan obat selama administrasi kadang
menjadi beberapa pediatrik. Praktek umum adalah mencampur obat pada
makanan, sirup, es krim, atau, makanan lain membuat administrasi obat
menjadi lebih diterima lidah.
Sejumlah formulasi untuk oral, intravena, dan rectal merupakan
kompilasi produk yang digunakan pada pasien pediatrik. Terkadang masi
kekurangan data akan stabilitasdari beberapa formulasi obat. Hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Administrasi obat ke telinga bagian tengah, hidung, atau mata anak-anak
memerlukan perhatian khusus. Beberapa obat (sodiumvalproat dan morfin)
dapat diadministrasi intraven atau oral yang tidak dapat digunakan.
Penghantaran obat transdermal dapat digunakan pada pasien pediatrik:
(1) untuk menghindari masalah absorpsi obat dari rute oral dan komplikasi rute
intravena, (2) memaksimalkan durasi efek dan meminimalisasi efek samping
obat. Sayangnya, bentuk sediaan transdermal yang tersedia pasaran (missal
klonidin dan skopolamin) tidak dapat digunakan pada pasien pediatrik. Hal ini
disebabkan penghantaran dosis lebih besar dibandingkan pada bayi dan anak-
anak.
4. Kepatuhan Pengobatan
Masalah kepatuhan pengobatan lebih kompleks pada pasien pediatrik
dibandingkan pada orang dewasa. Penjaga pasien muda perlu memperhatikan
pentingnya dan mengikuti informasi dalam resep.
Pada satu penelitian kepatuhan pengobatan menjadi masalah hingga 60%
remaja (anak 12-15 tahun dengan asma), sekitar 40% pasien dengan denial
parah dan asma, serta variasi jenisnya. Sampai dengan 80% pasien memiliki
asma aksaserbasi yang dapat dicegah.
Beberapa faktor negatif mempengaruhi kepatuhan disebabkan oleh
komunikasi yang kurang antara pekerja klinik dengan pasien atau orang tua,
misalnya informasi resep yang kurang lengkap, kurangnya ketertarikan (pada
remaja), ketakutan efek samping, kegagalan pasien atau orang tua untuk
mengingat minum obat, bentuk sediaan yang tidak nyaman, atau jadwal dosis
seperti 3-4 kali sehari , dan produk obat yang tidak enak rasanya. Penelitian
pada sukarelawan pediatrik telah dilakukan untuk membandingkan rasa
antibiotik. Data-data ini dapat dijadikan implikasi yang penting.
5. Dosis Yang Dibutuhkan
Dosis pengobatan sering berdasarkan berat badan neonatal, bayi, atau
anak-anak (missal milligram per kilogram bobot badan per hari untuk diberika
1 atau lebih porsi seharinya). Bagaimana juga beberapa obat, seperti agen
antineoplastik, diberikan berdasarkan luas permukaan tubuh (misal milligram
per meter persegi dalam 1 atau lebih dosis perharinya). Kasus lain, jumlah total
bobot atau luas permukaan badan, bergantung dosis individual/harian pada
pasien lain, khususnya remaja yang tidak boleh melebihin jumlah obat yang
diindikasikan pada pasien dewasa.
6. Interaksi Obat
Penelitian interaksi obat umunya kekurangan data pada kelompok pasien
pediatrik. Data ini sering diekstraplorasi dari populasi dewasa. Perhatian
khusus diberikan pada remaja yang mengkin menggunakan alkohol, obat
ilegal, atau zat lain yang baik diresepkan atau tidak tanpa diketahui oleh
pekerja klinis untuk menghindari interaksi obat.
7. Terapi Komplemen Atau Alternatif
Pada suatu studi antara umur 3 minggu hingga 10 tahun (rata-rata 5,3
tahun), 45% perawat memberikan produk pad anak-anak, 27% telah
memberikan 3 atau lebih obat pada tahun terakhir. Produk yang paling umum
digunakan adalah herbal (44% laporan menggunakan terapi herbal), Echinacea
(33%), dan minyak manis (25%). Kombinasi yang paling berbahaya adalah
efedra ( yang telah ditarik dari pasaran Amerika Serikat) dengan albuterol pada
remaja dengan asma. Kebanyakan perawat tidak menyadari efek samping
potensial atau interaksi obat yang berhubungan dengan herbal. Teman atau
kerabat merupakan sumber informasi dari 80% perawat.
8. Keamanan Pengobatan
Instisute of Medicine (IOM) melaporkan antara 44.000-98.000 orang
Amerika meninggal tiap tahunnya di rumah sakit dikarenakan kesalahan
pengobatan. Berdasarkan laporan ini, kesalahan medis yang membahayakan
pasien dapat dicegah. Para ahli kesehatan perlu menciptakan pengobatan aman
dan menurunkan resiko pada populasi pediatrik.
Kesalahan pengobatan pada pasien pediatrik sering terjadi dari tahap
pemesanan hingga kalkulasi yang salah yang diperlukan untuk pasien pediatrik.
USP Center Advancement Of Patient safety menyatakan bahwa risiko pasien
dalam kalkulasi berulang yang mengandung tahap multiple dapat
diminimalisasi menggunakan komputer berdasar algoritma.

Beberapa tahap penyiapan pengobatan juga mengandung titik berbahaya


seperti pelarutan atau manipulasi produk yang tersedia secara komersial yang
hanya tersedia untuk pasien dewasa. USP merekomendasikan bahwa komponen
pengobatan pediatrik dapat disiapka atau dilabelkan farmasi dan diverifikasi oleh
apoteker. Karena pemberian obat berhubungan dengan kesalahan, seperti dosis
yang salah, teknik yang salah, dan salah obat adalah 3 kesalahan yang umum dan
berhubungan dengan kurangnya informasi pada pasien pediatrik. Strategi reduksi
resiko termasuk penempatan farmasi klinis pada bagian pediatrik rumah sakit,
menyederhanakan proses, pemesanan konsenytrasi dan dosis standar, sistem
komputerisasi seperti rentang dosis, penyiapan npenghantara obat, peralatan infus
standard an penggunaan barcode pengobatan dan sisitem barcode untuk
mengecek poin medikasi. Identifikasi dan persyaratan daerah risiko tinggi atau
kegagalan dalam proses penggunaan pengobatan dapat membantu desain strategi
untuk mencegah masalah.

H. KESIMPULAN
Walaupun banyak kemajuan telah dibuat pada area farmakologi pediatrik,
masih banyak pertanyaan yang belum dapat dijawab. Farmakokinetik banyak obat
penting telah dielusidasi, tetapi farmakodinamik belum dieksplorasi penuh. Sama
halnya efek dari tingkat penyakit dan karakter pasien seperti status genetic belum
dipelajari untuk banyak obat. Efek faktor-faktor ini pada pengembangan sitokrom
isoenzim p450 (seperti 3A4, 2D6, 1A2, 2C9, dan 2C19) dan enzim lain perlu
untuk dipelajari. Sama halnya, efikasi komparatif dan data keamanan untuk
banyak terapi tidak tersedia. Pengaruh terapi obat pada keluaran klinis dan
ekonomi dan kualitas hidup perlu dipelajari pada pasien pediatrik.
Pengembangan obat baru telah berkontribusi untuk meningkatkan pelayanan
pasien. Regulasi baru FDA mensyaratkan industry untuk membuat penelitian dan
mencari label obat penting untuk pasien pediatrik. Perpanjangan paten 6 bulan dan
penghapusan biaya tambahan untuk aplikasi suplemen obat baru diberikan pada
industry. Hal ini membuat industry perlu mengembangkan dan menjual lebih
banyak obat untuk pasien pediatrik. Bagaimanapun juga, perlu adanya
pencegahan penyakit. Jutaan anak meninggal Karena penyakit yang tidak dapat
dicegah, terjadi beberapa Negara. Administrasi vaksin dan control diare dapat
menolong jutaan nyawa tiap tahunnya. Laju kematian bayi di Amerika Serikat
mencapai 2 kali lebih tinggi pada populasi kulit hitam disbanding kulit putih.
Meningkatkan pelayanan sebelum kelahiran, program pendidikan, dan
penghindaran alkohol, merokok, dan obat terlarang selama kehamilan dapat
menurunkan angka kematian. Pada akhirnya, diperlukan usaha dalam
farmakoterapi. Hal ini sering sulit pada populasi pediatrik ketika obat perlu
digunakan diluar panduan dan indikasi yang diterima FDA. Institusi perlu
menegmbangkan panduan dalam penggunaan obat seperti colony stimulating
faktor, palivizumab, dornase-, epotin-, immunoglobulin, surfaktan, dan
hormone pertumbuhan.
Diperlukan banyak penelitian dalam optimasi terapi. Hal ini diperlukan
melihat kelanjutan pertumbuhanuntuk meningkatkan kualitas hidup dan
farmakoterapi pasien pediatrik.

SUMBER :
1. ISO Farmakoterapi Buku 2 Kondisi Khusus Pediatrik
2. Pharmacotherapy Principles and Practice Fourth Edition (Hal. 19 29)

Anda mungkin juga menyukai