Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PROMOSI KESEHATAN

PROMOSI KESEHATAN (DAGUSIBU)


DI PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA

Dosen Pembimbing :
Sunarti, M.Sc., Apt

Disusun oleh:

Idyatul Fitri Wulandari, S. Farm 1720343763


Ikae Pratiwi, S. Farm 1720343764
Imam Choiri, S. Farm 1720343765
Irene Rambu Yeti Diki Dongga, S. Farm 1720343766

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan GKSO (gerakan keluarga sadar obat) adalah program yang dicanangkan oleh
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap obat melalui sosialisasi “DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan
dan BUang” obat dengan benar.
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia
atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Mengetahui
pengertian obat tersebut, maka kita harus selalu berhati-hati dalam penggunaan obat.
Dagusibu merupakan salah satu program IAI untuk mengedukasi masyarakat tentang
bagaimana cara berinteraksi dengan obat sehingga obat dapat digunakan dengan benar.
Karena kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui cara mendapatkan,
menggunkan, menyimpan dan membuang obat dengan benar.
Pada saat ini, masyarakat masih sering salah dalam hal mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat dengan benar. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan seperti obat yang tidak bisa
didapatkan masyarakat, obat yang salah cara penggunaannya, obat yang tidak disimpan
secara benar dan pembuangan obat secara sembarangan. Hal yang tidak diinginkan
tersebut tentu saja dapat merugikan bagi masyarakat saat menggunakan obat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Obat dan DAGUSIBU

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia
atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga masyarakat
yang menderita karena keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat
sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan
waktu yang tepay. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan
dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak
akan memperoleh penyembuhan.
DAGUSIBU merupakan singkatan dari DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang.
Lebih tepatnya, slogan ini mengajak para masyarakat untuk mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat dengan cara yang benar. Karena kenyataannya masih
banyak yang belum mengetahui cara mendapatkan, menggunkan, menyimpan dan
membuang obat dengan benar.

B. Dapatkan Obat Dengan Benar

Tempat yang paling tepat untuk mendapatkan obat adalah apotek. Pastikan apotek
yang didatangi terpercaya dan memiliki izin apotek. Apotek yang berizin akan
mencantumkan nomor Surat Izin Apotek (SIA) pada plang apotek. Apotek yang berizin
sudah memenuhi serangkaian persyaratan dan prosedur yang ditetapkan, sehingga bisa
dikatakan obat yang disimpan di dalam apotek terjaga kualitasnya.
Sebelum memberli obat, sebaiknya periksa kualitas kemasan dan kualitas fisik
produk obat tersebut untuk menjamin obat tersebut masih terjamin kualitasnya. Periksa
nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas atau tidak. Teliti dan lihat
juga tanggal kadaluarsa produk obat tersebut.
Untuk keamanan dan kesembuhan, sebelum mengkonsumsi obat sebaiknya
menggali informasi tentang obat tersebut. Informasi itu dapat kita peroleh dari apoteker
di apotek tempat kita membeli resep tersebut. Ada beberapa hal penting yang seharusnya
ditanyakan kepada apoteker sebelum mengkonsumsi obat. Antara lain
1. Jenis obat
Tanyakan kepada apoteker jenis obat yang akan dibeli. Tanyakan juga obat
generiknya yang sama kualitasnya dengan harga yang lebih ekonomis untuk
menghemat.
2. Waktu Mengkonsumsi
Tanyakanlah sejelas-jelasnya kepada apoteker tentang waktu yang dianjurkan
dalam mengkonsumsi obat yang kita beli. Misalnya, sebelum makan atau sesudah
makan; sebelum tidur atau pada waktu mau tidur; pagi, siang atau sore.
3. Interaksi Obat dan Makanan
Interaksi antara obat dan makanan dapat membuat suatu jenis obat kurang
kemanjurannya atau bahkan mengakibatkan efek samping yang serius. Karena itu
sebelum mengkonsumsi obat, tanyakanlah kepada apoteker tentang jenis makanan
yang dipantangkan ketika anda mengkonsumsi obat yang anda beli.
Obat memang tidak selamanya harus dibeli di apotek. ada beberapa jenis obat
yang dapat kita beli di Toko Obat Berizin yang tersedia asisten apotekernya ataupun
warung yang dekat dengan permukiman. Pembelian obat di tempat-tempat tersebut
hendaknya disesuaikan dengan golongan obat yang kita butuhkan.

Ada 2 Golongan obat yaitu :


1. Obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, terdiri dari :

Obat Bebas, bercirikan :


 Bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam
 Dapat diperoleh di semua outlet

Obat Bebas Terbatas


 Bertanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam
 Jenis obat ini hanya boleh dijual di apotek dan toko obat berijin.
 Disertai dengan tanda "PERINGATAN"

Obat Keras/Ethical
Merupakan obat yang hanya boleh di berikan dengan resep dokter. Ciri – Cirinya:
1. Bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan huruf K
ditengah yang menyentuh garis tepi.
2. Obat ini hanya boleh dijual di apotek

C. GUnakan Obat Dengan Benar


Hanya dengan penggunaan yang tepat, obat dapat memberikan manfaat yang
diinginkan. Bila ragu tentang bagaimana cara menggunakan obat yang kita terima,
jangan ragu untuk menanyakan pada apoteker di apotek tempat membeli obat.

Secara Umum Cara Penggunaan Obat yang Benar adalah


 Minum sesuai dengan petunjuk / aturan yang terdapat dalam kemasan obat
 Jika penggunaan obat dirasa tidak memberi manfaat, segera ke dokter.
 Obat jenis antiboitik harus diminum sampai habis untuk mecegah timbulnya
resistensi
 Berbagai jenis obat jangan dicampur dalam satu wadah untuk mencegah kekeliruan
Obat Oral
 Obat ora paling baik diminum bersama dengan satu gelas air putih
 Perhatikan waktu minum (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan)
 Apabila obat dalam bentuk cair gunakan sendok takar dan perhatikan jumah yang
harus diminum.
 Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang diberikan, hubungi
dokter dan apoteker untuk minta sediaan yang sesuai.

Obat Sirup Oral


1. Bila obat sirup untuk meredahkan gejala seperti demam, batuk, pilek, alergi, mual
muntah tidak langsung habis dan gejala sudah hilang pemberian obat dihentikan.
Tapi obat sirup yang sudah dibuka hanya aman digunakan untuk waktu maksimal
dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya sudah benar dan kondisi obat tidak
berubah, baik warna atau tekstur (menggumpal/tidak). Serta, berat badan atau usia
bayi/anak tidak jauh berbeda saat obat tersebut diberikan. Jangan berpatokan pada
penunjuk kedaluarsa, karena expired date merupakan patokan masa obat sebelum
dibuka segel tutupnya.
2. Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih pendek lagi
yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air sesuai volume yang
dikehendaki.
3. Obat sirup antibiotik harus diminum sampai habis untuk menghindari
resistensi/kekebalan kuman terhadap antibiotik.
4. Perhatikan aturan minum dari obat tersebut. Bacalah kotak kemasan label atau
brosur yang menyertai sediaan sirup. Karena banyak informasi penting seperti dosis,
cara penyimpanan yang dianjurkan, reaksi yang mungkin timbul dan sebagainya.
5. Minumlah obat sirup sesuai aturan minum yang dianjurkan. Apabila 2x sehari berarti
obat diminum tiap 12 jam, apabila 3x sehari, berarti obat harus diminum tiap 8
jam. sedangkan apabila 4x sehari, berarti obat diminum tiap 6 jam. Demikian juga
dengan aturan minum sebelum dan sesudah makan.
6. Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah digunakan,
gunakan sendok atau pipet dalam keadaan kering.
7. Ikuti takaran obat, bila takaran sendok teh berarti sejumlah 5 mL, jika dalam
takaran sendok makan berarti 15 mL.
8. Kocok dahulu sebelum digunakan agar obat tercampur dengan merata.
9. Minum obat dengan air putih hangat.
10. Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan, bisa memberikan lagi dengan dosis
yang sama. Namun jika si kecil muntah setelah 30 menit, tidak perlu mengulangi,
karena usus akan menyerap sebagian besar obat pada waktu 30 - 45 menit setelah
pemberian.

Obat Kulit (Salep)


Oleskan secara rata pada bagian yang sakit yang telah dibersihkan sebelumnya
Obat Tetes Mata dan Salep Mata
 Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah kontaminasi, ujung wadah obat
jangan terkena permukaan lain dan tutup rapat sesudah digunakan.
 Cara penggunaan obat ini dimulai dengan mencuci tangan, menengadahkan kepala,
menarik kelopak bagian bawah, lalu teteskan / oleskan,tutup mata dan biarkan selama
1-2 menit.
 Setelah digunakan,bilas kemudian cuci tangan kembali.
 Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan > 30 hari untuk digunakan
lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman.
 Jangan gunakan 1 obat tetes mata untuk lebih dari 1 orang

Obat Tetes Hidung


 Cara penggunaan obat ini dimulai dengan membersihkan hidung, menengadahkan

kepala, teteskan obat, tahan posisi kepala selama beberapa menit. Bersihkan ujung
tetes hidung dengan air panas dan lap dengan tisu.
 Jangan gunakan satu obat untuk lebih dari 1 orang.

Obat Tetes Telinga


 Ujung wadah sediaan tidak boleh terkena benda lain, agar tidak terkontaminasi.
 Cara penggunaan obat ini dimulai dengan memiringkan kepala atau berbaring miring,
lalu telunjuk diletakkan didepan tragus, dan mendorong ke depan, sedangkan ibu jari
dan jari tengah menjepit daun telinga dan menariknya keatas (dewasa) atau kebawah
(anak-anak). Kemudian teteskan obat, dan biarkan beberapa menit.
 Setelah digunakan,ujung wadah cukup dikeringkan dengan tisu, jangan dibilas.
Supositoria
 Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu buka bungkusnya dan
lunakkan supositoria dengan air. setelah berbaring, masukkan supositoria ke dalam
anus dengan jari. Jika supositoria terlalu lunak sebelum digunakan masukkan ke
lemari es atau rendam dahulu dalam air dingin. Cucilah tangan setelah
memasukkannya.
 Untuk informasi lebih lanjut hubungi apoteker.

D. Simpan Obat Dengan Benar


Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya
khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas,
misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak
seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat
aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun.
berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut
aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai
maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.

Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat
yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di
suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira sebagai permen
berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus
disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusbya, mis.
Insulin

Lama Penyimpanan Obat


Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat
yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh
baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung,
larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu
kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat
merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka
zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi
bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan
dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena
itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat
perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan
mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di
kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh.
Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak
berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu
penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya
merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang
tertera dalam aturan pakai.

Menurut Guidance NHS, Sheffield Clinical Commision Group dan Berkshire East
Care Home Prescribing Suppor Pharmacist, definisi dari expire date atau tanggal
kadaluarsa adalah suatu waktu dimana produk farmasi (obat) sudah dalam kondisi yang
tidak efektif untuk digunakan. Dengan kata lain, obat tersebut sudah berada pada akhir
masa dimana spesifikasi potensi dan parameter penting lainnya sudah tidak sama seperti
pada saat awal diproduksi. Penggunaan obat yang melewati tanggal kadaluarsa akan
menghasilkan kadar zat aktif obat yang lebih rendah, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pengguna obat, atau bahkan dapat membahayakan bagi tubuh.Pada
obat yang telah kadaluarsa, tidak dapat dipastikan kondisi zat-zat yang aktif didalam obat
tersebut. Sehingga, lebih baik untuk tidak menggunakan obat yang sudah melampaui
masa kadaluarsa yang tertera pada label obat.

Tanda tanggal kadaluarsa manufaktur yang tertera di kontainer obat merupakan


tanggal kadaluarsa pada obat yang belum dibuka. Pada saat dibuka, obat sudah tidak
berada pada kondisi lingkungan yang sama lagi, sehingga kemungkinan dapat terjadi
perubahan-perubahan pada obat. Beberapa perubahan yang dapat terjadi pada obat
adalah (3):
o Degradasi
Tanggal kadaluarsa bergantung pada kondisi penyimpanan yang spesifik dan juga
masing-masing obat memiliki kecepatan perubahan (dekomposisi) yang berbeda-
beda. Sebagai contoh, obat amoksilin dalam bentuk suspensi (bubuk yang dicairkan
dengan larutan) memiliki masa kadaluarsa 14 hari bila diletakkan pada temperature
ruangan (25 derajat Celsius), sedangan tablet kombinasi trimetroprim/sulfametoxazol
memiliki ketahanan hingga 5 tahun bila diletakkan pada suhu dibawah 30 derajat
Celsius.

Yang termasuk pada proses degradasi antara lain hidrolisis, oksidasi dan degradasi
oleh cahaya. Namun demikian, meskipun semua faktor yang menyebabkan degradasi
berhasil dikontrol (obat aman dari hal-hal yang dapat menyebabkan degradasi), pada
kenyataannya degradasi pasti akan terjadi, namun dengan lebih lambat.

o Hidrolisis

Kecepatan hidrolisis dipengarusi oleh keberadaan air dan dapat dikurangi dengan
mengurangi paparan dengan air. Sebagai contoh, antibiotik amoksisilin memiliki
beberapa bentuk sediaan, yang hampir kesemuanya pasti pernah diresepkan oleh
dokter, yaitu tablet, kapsul, sirup bubuk (yang belum diberi air) dan injeksi (obat
suntik). Seluruh sediaan itu paling tidak memiliki masa tenggang sekitar 2 tahun
sebelum kadaluarsa. Namun demikian, setelah sirup bubuk diberi air (setelah
diresepkan, tentunya obat-obatan dibuat di apotek menjadi bentuk yang dapat
langsung dikonsumsi, misalnya sirup bubuk langsung dibuat menjadi sirup cair), masa
tenggang obat tersebut tinggal 14 hari pada penyimpanan di suhu ruangan (25 derajat
Celsius). Bila obat disimpan pada kondisi udara yang panas, maka masa tenggang
obat tersebut dapat menjadi berkurang drastis hingga 7 hari saja.

Sedangkan untuk obat injeksi (obat suntik), Setelah dibuka harus langsung digunakan.
Hal ini dikarenakan pada sirup yang telah dibuat cair telah dibuat sedemikian rupa
sehingga pH didalam sirup cair tersebut dapat meminimalisir hidrolisis (pH buffer),
sedangkan pada amoksisilin injeksi merupakan cairan tanpa adanya pH buffer.

o Oksidasi dan fotodegradasi

Sebagian obat bereaksi dengan oksigen, sehingga dengan hanya dibuka (sehingga obat
berinteraksi dengan udara bebas yang mengandung oksigen) dapat menyebabkan
degradasi. Biasanya, obat-obat ini akan dibuat dengan sediaan cair dalam bentuk
ampul. Memang oksigen dapat berada diatas cairan yang berada di ampul, namun
pada pembuatannya, oksigen ini akan ditarik keluar sehingga bagian atas cairan
didalam ampul akan menjadi hampa udara.

Pada cairan injeksi, control pada pH dan dijauhkan dari cahaya dapat mengurangi
oksidasi. Sedangkan pada obat berbentuk tablet, seperti chlorpromazine, bentuk
penyimpanan obatnya diberi warna untuk memberi proteksi terhadap cahaya

o Kontaminasi
Beberapa obat tetes, seperti obat tetes mata, setelah dibuka berisiko untuk
terkontaminasi oleh kotoran atau bahkan bakteri/virus di udara. Oleh karena itu,
disarankan untuk sebaiknya tidak mengunakan obat tetes mata bersama-sama dan
setelah dibuka sebaiknya diletakkan di dalam refrigerator (kulkas) dan tertutup rapat
untuk menghindari kontaminasi.

Tabel Kadaluarsa yang Disarankan sejak Tanggal dibuka


Formulasi/Bentuk Waktu Kadaluarsa yang disarankan Alasan
setelah dibuka (kecuali di cantumkan
oleh produsen obat dan masih belum
mencapai tanggal kadaluarsa
manufaktur)
Krim/ointment 1 bulan Kandungannya terpapar dan
dapat terkontaminasi
Krim/ointment yang 1 bulan atau lihat saran manufaktur Memindahkan wadah dapat
dituang dari wadah yang menyebabkan kontaminasi
lebih besar
Krim yang dibuat untuk Tanyakan pada saran farmasi yang Bergantung pada stabilitas
individual memberikan produk
Krim/ointment 3 bulan Kontainer tertutup, isi tidak
berbentuk tube langsung terpapar dengan
lingkungan luar
Pack penyimpan dengan Berdasarkan simbol kadaluarsa Kontainer tertutup, isi tidak
pompa untuk manufaktur langsung terpapar dengan
krim/ointment lingkungan luar
Tablet/kapsul dalam 2 bulan Tidak ada tanda yang
sistem dosis monitoring tercetak untuk MDS
(dimasukkan ke dalam
wadah harian)
Tablet/kapsul/cairan 6 bulan sejak dipindahkan atau tanyakan Bergantung pada stabilitas
yang dimasukkan ke pada saran farmasi obat
dalam wadah/ botol
farmasi
Pak bagian dari Berdasarkan tanggal kadaluarsa yang Kontainer tertutup, isi tidak
tablet/kapsul yang masih tertera. Bila tidak ditemukan, tanyakan langsung terpapar dengan
pada kemasan, pada farmasi lingkungan luar
manufaktur pada pak Bila tidak ada tanggal
aslinya kadaluarsa yang tertera pada
kemasan, ada risiko bahwa
obat tersebut sudah
kadaluarsa
Cairan oral pada wadah 6 bulan, kecuali ditetapkan oleh Paparan cairan terhadap
aslinya manufaktur lingkunagn pada saat
pengukuran dosis dapat
menyebabkan kontaminasi
Tetes/ ointment mata, 1 bulan ( hingga 3 bulan untuk tetes Rekomendasi manufaktur
telinga, hidung hidung dan telinga4)
Inhaler (obat hirup) Berdasarkan tanggal kadaluarsa Kontainer tertutup, isi tidak
manufaktur langsung terpapar dengan
lingkungan luar
Insulin 4 minggu untuk insulin vial dan pen, Penutup steril sudah terbuka
kecuali dipaparkan oleh manufaktur dan mungkin disimpan
diluar pendingin

Petunjuk Penyimpanan Obat-obatan


a. Simpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari langsung (di kulkas
bila ada petunjuk khusus.
b. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
c. Simpan dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup rapat. Jangan pernah
mengganti kemasan botol ke botol lain.
d. Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu wadah.
e. Jangan menyimpan kapsul atau tablet di freezer, tempat panas dan/atau lembab karena
dapat menyebabkan obat tersebut rusak.
f. Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan
pada etiket atau kemasan obat
g. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan
suhu dapat merusak obat tersebut
h. Obat minum dan obat luar harus disimpan terpisah. Simpanlah botol obat di tempat
yang kering atau kotak khusus.
i. Simpan obat pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak.
j. Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan
suhu dapat merusak obat.
k. Simpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang 20° C. Atau dalam
lemari pendingin/kulkas dengan suhu 5-10°C.
l. Tidak menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak obat.
m. Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk. Karena
udara yang masuk bisa membawa bakteri dari luar yang biasa tumbuh dalam media
air.
n. Hindari obat dari paparan sinar matahari atau cahaya secara langsung Biasanya botol
sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap/coklat tua.

Obat dapat berubah kestabilannya karena waktu, untuk itu jangan digunakan lagi bila :

 Telah lewat tanggal kedaluwarsanya


 Label pada obat tak terbaca lagi
 Warna dan penampakannya sudah berubah
 Cairan yang jernih sudah menjadi keruh.

E. Buang Obat Dengan Benar


1. Pertama-tama, lihat instruksi pembuangan yang dianjurkan untuk obat tersebut. Obat-
obatan tertentu ada yang disarankan untuk dibuang ke toilet. Hal tersebut merupakan
hasil pertimbangan antara Badan pengawas Obat dengan pabrik pembuat obat.
Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metode tersebut dianggap metode
yang paling tepat dengan tingkat keamanan yang paling optimal. Contohnya pada obat
golongan narkotik tempel (patch/koyo) disarankan pembuangan di toilet. Baik koyo
bekas pakai ataupun tidak terpakai, karena obat ini bila terlalu banyak dapat
mengakibatkan gangguan pernapasan berat dan dapat mengakibatkan kematian pada
bayi, anak, hewan atau orang dewasa terutama pada orang yang belum pernah
menggunakan obat tersebut. Koyo tersebut walaupun setelah dipakai masih
mengandung kandungan aktif obat, sehingga berbahaya bila dibuang di tempat
sampah karena masih mengandung golongan narkotik yang berpotensi
membahayakan orang lain.

2. Jika instruksi tidak diberikan, obat dapat dibuang ke tempat sampah. Namun, sebelum
membuang ke tempat sampah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu antara
lain:

3. Hilangkan informasi seputar obat dan keluarkan obat dari kemasan aslinya. Hal ini
akan melindungi identitas dan privasi mengenai keadaan kesehatan kita. Selain itu, hal
tersebut juga berguna untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab (misalnya penjualan kembali obat-obatan tersebut
setelah dikumpulkan oleh pemulung). Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan
mengeluarkan tablet atau kapsul dari strip atau blisternya (lebih baik bila obat juga
dihancurkan), dan jika obat berupa sirup atau cairan, keluarkan dari botolnya.

4. Campur obat-obat tersebut dengan air, garam, kotoran, pasir, ampas kopi, atau bahan-
bahan lain yang tidak diinginkan. Hal ini untuk menghindari terjadinya pengambilan
obat oleh orang lain (misalnya pemulung), anak kecil, hewan, dan sebagainya.

5. Taruh semua obat tersebut dalam wadah tertutup, misalnya dalam kantung plastik atau
wadah lainnya yang ditutup rapat dan disegel dengan kuat. Hal ini dilakukan untuk
mencegah obat tersebut bocor atau keluar dari kantong sampah. Selain itu juga untuh
mencegah terjadinya penyalahgunaan.

6. Masukkan kemasan obat seperti botol yang sudah tidak terpakai dan sudah
dihilangkan semua informasinya ke dalam wadah yang tertutup (tidak tembus
pandang), seperti trash bag, lalu tutup dengan rapat dan disegel dengan kuat. Untuk
kemasan seperti strip dan blister, sebaiknya kemasan dirusak terlebih dahulu dengan
cara merobek atau menggunting-guntingnya sebelum dimasukkan ke kantong sampah.
Lagi-lagi hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab.

7. Buang ke tempat sampah.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat masih menjadi
masalah bagi masyarakat indonesi. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Hal ini
dapat meningkatkan terjadinya masalah yang tidak diinginkan dalam pemakaian obat
pada pasien.
IAI mengadakan program DAGUSIBU (Dpatkan, Gunakan, Simpan dan Buang) obat
bagi masyarakat Indonesia sehingga masyarakat bisa mendapatkan, menggunakan,
menyimpan dan membuang obat dengan benar dan dapat mencegah terjadinya hal yang
tidak diinginkan terjadi pada pasien.

B. Saran
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara intensif
kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat tentang cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar agar masyarakat dapat
mendapatkan efek yang maksimal dari pengobatan yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dawson, M. Expiry Dates. Aust Prescr;17.1994. 46-8.

Bilal, S. Care Home Prescribing Support Pharmacist. In: NHS, Berkshire East Good
Practice Guidance 4: Expire Dates for Medication. Issue date: Dec 2012.
Review date: Dec 2014.2.

Health Quality and Safety Commision New Zealand. Medicine Expiry Dates- What do
They Mean?. In: Medication Safety Watch: Issue 5, February 2013.

NHS, Oxfordshire Clinical Commissioning Group. Good Practice GuidanceQ:


Guidance on the Expiry Dates and Storage of Medicine in Care Homes (with or
without Nursing). Date of Review: Nov 2014

NHS, Sheffield clinical Commisioning Group. Good Practice Guidance for Care
Homes – Expiry dates. 2013.

Anda mungkin juga menyukai