Anda di halaman 1dari 5

Cerdas Kelola Obat dengan DAGUSIBU

Ryeska Fajar Respaty, S. Farm., Apt.


Instalasi Farmasi RS Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita

Obat adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari kita karena tidak
selamanya seseorang selalu dalam keadaan sehat dan berdaya. Orang terkuat sekalipun, suatu
ketika bisa saja terkena penyakit seringan flu atau sekedar demam yang terkadang membutuhkan
asupan obat untuk membuat tubuhnya terasa enakan.
Namun, masalahnya obat bukanlah sesuatu yang penggunaannya bisa sembarang. Bahkan
Paracelcus, sang Bapak Toksikologi dan dokter yang paling berpengaruh di era awal Eropa
modern pernah mengatakan: segala sesuatu adalah racun dan yang membedakan obat dengan
racun adalah dosisnya. Sehingga segala sesuatu tentang obat tidak bisa secara sembrono kita
perlakukan. Mulai dari tempat perolehan sampai cara buangnya harus kita perhatikan dengan
baik. Untuk tujuan itu, pemerintah didukung oleh IAI (Ikatan Apoteker Indonesia), telah
meluncurkan program DAGUSIBU yang merupakan akronim dari DApatkan-GUnakan-SImpan-
BUang sejak tahun 2014 untuk kelola obat yang cerdas bagi pasien.

DAPATKAN
Cara mendapatkan obat haruslah dari tempat-tempat resmi yang berizin. Misal, apotek resmi
yang nomor izin operasional dan nama serta nomor izin praktik apoteker yang bertanggung
jawabnya terpampang di depan apotek tersebut. Karena tempat seperti toko obat berizin dan
apotek diawasi oleh pemerintah lewat dinkes dan BPOM dalam hal pengadaan sampai distribusi
obat yang dijual di tempat-tempat itu. Segala pelanggaran termasuk pembelian obat dari
distributor yang tidak resmi bisa berakibat pada penutupan toko obat berizin dan apotek tersebut.
Mungkin Anda akan mengatakan, “Tapi ada juga obat yang bisa dibeli bebas di warung?”
Ya, Anda benar. Ada beberapa jenis obat yang bisa dibeli secara bebas. Bagaimana cara
membedakannya? Cara sederhananya dengan mengecek kode warna lingkaran di label obat
tersebut.
Gambar 1. Beragam logo obat pada kemasannya.
.
Hanya obat dengan keterangan lingkaran hijau, biru, herbal, jamu, dan fitofarmaka yang
bebas dibeli oleh masyarakat tanpa resep dokter. Sedangkan obat dengan lingkaran merah
dengan huruf K atau palang merah di dalamnya wajib dibeli menggunakan resep dokter dan
hanya bisa diperoleh di apotek resmi.
Lalu bagaimana kalau kita ragu apakah obat semacam jamu atau suplemen sudah
mendapatkan izin dan diperbolehkan beredar di masyarakat? Kita bisa melakukan pengecekan
sederhana melalui halaman web http://cekbpom.pom.go.id/ dengan memasukkan kata kunci
pencarian berdasarkan nama produk, nomor izin yang tertera di kemasan atau produsen obat tersebut.

Gambar 2. Laman depan pengecekan produk obat yang beredar di Indonesia.


GUNAKAN
Sebagai orang awam, tentu kita sepakat bahwa yang mengetahui dosis obat dan tidak
membahayakan kita sebagai pasien adalah profesi seperti dokter dan apoteker. Maka penggunaan
obat harus sesuai dengan petunjuk dari dokter atau informasi dari apoteker Anda.
Kita juga bisa melihat pada leaflet obat tersebut mengenai dosis, cara pemberian,
interaksi obat-makanan, sampai efek samping dan kontraindikasi obat dalam leafletnya, Anda
pun berhak menanyakan pada apoteker di apotek tempat pembelian obat tersebut.
Beberapa hal yang perlu diingat juga tentang penggunaan obat adalah:
1. Perhatikan tanggal kadaluarsa dalam kemasan. Bila tertera masa kadaluarsa obat hanya
berupa bulan dan tahun, maka masa kadaluarsanya adalah sampai akhir bulan yang tertera.
Misal, exp date Okt 2019. Artinya obat tersebut masih bisa digunakan sampai tanggal 31
Oktober 2019.
2. Obat sirup kering antibiotik yang masa kadaluarsanya tergantung dari waktu sejak pertama
kali wadah botol obat dibuka dan dilarutkan dengan air.
3. Keterangan masa kadaluarsa bisa jadi tidak menjamin obat tersebut masih bisa digunakan
jika penyimpanan obatnya tidak baik atau kemasannya telah rusak. Misal, obat tersebut masa
kadaluarsanya November 2020, tetapi karena disimpan di dashboard mobil yang panas, obat
tersebut berubah warna, bau, atau berubah kekentalannya (jika berupa sirup), maka obat
tersebut tidak lagi bisa digunakan.
4. Baca dengan baik petunjuk penggunaan dalam kemasan
5. Tiap kondisi penyakit orang berbeda-beda, jangan gunakan obat Anda pada kerabat atau
orang lain hanya karena Anda duga sama penyakitnya, terutama untuk obat-obatan kategori
obat keras dan narkotika atau psikotropika. Hanya dokter yang berwenang untuk
meresepkan, kecuali golongan Obat Wajib Apotek yang meskipun obat keras, tapi bisa
diberikan tanpa resep dokter oleh apoteker yang bertugas apotek tersebut.
6. Jangan pernah men-double dosis obat yang terlupa diminum. Terutama pada obat yang
frekuensi pemberiannya lebih dari 1x sehari. Bila terlupa minum obat pagi hari dan telah
beberapa jam lagi masuk jadwal minum obat selanjutnya, terpaksa harus Anda lewatkan agar
tidak terjadi efek toksik obat.
Pada obat-obatan yang frekuensi pemberiannya hanya 1 x sehari, segera minum obat
begitu teringat bila telah lewat jadwal minum obatnya kurang dari 12 jam. Bila lebih dari 12
jam terlupa minum obatnya, terpaksa Anda harus melewatkan jadwal minum obat yang
terlupa itu.
SIMPAN
Umumnya penyimpanan obat dilakukan pada suhu kamar biasa, sekitar 15- 25 ºC, tidak terpapar
sinar matahari langsung, dan jauh dari jangkauan anak-anak. Akan tetapi, ada beberapa obat yang
memerlukan tempat penyimpanan khusus. Hal ini bisa diketahui dari keterangan yang tertera
pada label obat atau bisa Anda tanyakan pada apoteker Anda.

BUANG
Pembuangan obat tidak bisa di sembarang tempat. Banyak sekali obat palsu yang beredar di
masyarakat karena ada oknum yang mengambil obat dan kemasannya dari sisa-sisa obat yang
tidak dibuang dengan benar oleh kita. Lalu bagaimana cara membuang obat yang benar?
1. Hilangkan semua keterangan label pada kemasan obat. Bisa dengan mencoret nama obat
atau gunting-gunting sampai tidak terbaca, termasuk kardus obatnya
2. Untuk obat sediaan padat, masukkan ke dalam plastik klip bersama sampah atau tanah dan
kotoran, baru buang ke tempat sampah. Bila berupa kapsul, buka isinya ketika dimasukkan
ke dalam plastik.
3. Untuk obat sediaan cair, bisa buang ke saluran pembuangan air, kecuali obat-obatan
antibiotik tetap dalam botol kemasannya sambil dimasukkan ke dalam plastik dan dicampur
dengan tanah atau sampah sebelum dibuang.

Baru-baru ini BPOM juga meluncurkan program “Ayo Buang Sampah Obat!” dengan
menyediakan kotak sampah obat di apotek tertentu. Anda bisa mencari apotek dengan tanda
khusus untuk membuang sampah obat Anda.

Gambar 3. Tempat sampah obat di apotek tertentu.


Demikianlah sedikit pemaparan mengenai program DAGUSIBU demi kelola obat yang
lebih cerdas untuk kita semua. Bila masih ada hal yang ingin didiskusikan atau ditanyakan lebih
lanjut, silakan membuat janji temu di ruangan konsultasi obat Instalasi Farmasi RS Jantung
Harapan Kita atau menghubungi apoteker RS Jantung Harapan Kita di ekstensi 1386 atau 1512.

Anda mungkin juga menyukai