Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEGIATAN AKTUALISASI

DAGUSIBU

DISUSUN OLEH :

NITA HARYANTI, S.Farm., Apt

NIP. 19940527 201903 2 006

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS PERSIAPAN TRAHEAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gerakan GKSO (gerakan keluarga sadar obat) adalah program yang

dicanangkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan upaya untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap obat melalui sosialisasi

“DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang” obat dengan benar.

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,

menghilangkan, atau menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit yang diderita.

Saat ini obat yang telah ditemukan sejak berabad-abad lalu menjadi suatu

kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat. Bahkan setiap orang

pasti pernah mengonsumsi obat. Baik obat luar maupun obat dalam. Mengetahui

hal tersebut, maka kita harus selalu berhati-hati dalam penggunaan obat.

DAGUSIBU merupakan salah satu program IAI untuk mengedukasi

masyarakat tentang bagaimana cara berinteraksi dengan obat sehingga obat dapat

digunakan dengan benar. Karena kenyataannya masih banyak yang belum

mengetahui cara mendapatkan, menggunkan, menyimpan dan membuang obat

dengan benar.

Pada saat ini, masyarakat masih sering salah dalam hal mendapatkan,

menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Hal tersebut dapat

menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan seperti obat
yang tidak bisa didapatkan masyarakat, obat yang salah cara penggunaannya,

obat yang tidak disimpan secara benar dan pembuangan obat secara

sembarangan. Hal yang tidak diinginkan tersebut tentu saja dapat merugikan bagi

masyarakat saat menggunakan obat.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal ini sangatlah berbahaya

oleh karenanya masyarakat tidak boleh menganggap remeh dalam penggunaan

obat. Mulai dari awal mereka mendapatkan resep obat dari dokter, hingga cara

membuangnya jika sudah tidak bisa dipakai lagi. Padahal jika sedikit kita salah

menggunakan obat, maka akan sangat berakibat fatal bagi diri kita sebagai

konsumen obat dan lingkungan. Dimana akan terjadi pencemaran lingkungan

karena pembuangan obat yang sembarangan yang menyebabkan terganggunya

keseimbangan ekosistem di sekitar. Hal ini pada akhirnya juga menyebabkan

kerugian bagi manusia itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan informasi cara mendapatkan obat dengan benar

2. Untuk memberikan informasi cara menggunakan obat dengan benar

3. Untuk memberikan informasi cara penyimpanan obat dengan benar

4. Untuk memberikan informasi cara pembuangan obat dengan benar


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DAGUSIBU

Obat pada dasarnya adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dalam

takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk

mendiagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, atau menyembuhkan

penyakit yang diderita serta dapat memelihara kesehatan (Depkes RI, 2008).

Namun di sisi lain, obat adalah racun yang jika tidak digunakan secara tepat

dapat membahayakan penggunanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat

dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat akan

bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit

dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam

pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka akan menimbulkan

keracunan dan bila digunakan dalam dosis kecil akan diperoleh efek yang tidak

maksimal.

DAGUSIBU merupakan singkatan dari DApatkan, GUnakan, SImpan dan

BUang. Lebih tepatnya, slogan ini mengajak para masyarakat untuk

mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan cara yang

benar. Karena kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui cara

mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar.


2.2 Dapatkan Obat Dengan Benar

Tempat yang paling tepat untuk mendapatkan obat adalah Apotek, toko

obat berizin dan fasilitas pelayanan kefarmasian seperti Rumah Sakit,

Puskesmas, Klinik berdasarkan resep dokter. Pastikan Apotek yang didatangi

terpercaya dan memiliki izin apotek. Apotek yang berizin akan mencantumkan

nomor Surat Izin Apotek (SIA) pada plang apotek. Apotek yang berizin sudah

memenuhi serangkaian persyaratan dan prosedur yang ditetapkan, sehingga bisa

dikatakan obat yang disimpan di dalam apotek terjaga kualitasnya.

Sebelum membeli obat, sebaiknya periksa kualitas kemasan dan kualitas

fisik produk obat tersebut untuk menjamin obat tersebut masih terjamin

kualitasnya. Periksa nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas

atau tidak. Teliti dan lihat juga tanggal kadaluarsa produk obat tersebut.

Untuk keamanan dan kesembuhan, sebelum mengkonsumsi obat sebaiknya

menggali informasi tentang obat tersebut. Informasi itu dapat kita peroleh dari

Apoteker di apotek tempat kita mendapatkan resep dan obat tersebut. Ada

beberapa hal penting yang seharusnya ditanyakan kepada Apoteker sebelum

mengkonsumsi obat, yakni :

1. Nama obat dan kandungannya

2. Khasiat obat

3. Dosis

4. Cara penggunaan

5. Efek samping yang sering ditimbulkan


Obat memang tidak selamanya harus dibeli di Apotek. Ada beberapa jenis
obat yang dapat kita beli di Toko Obat Berizin yang tersedia asisten apotekernya
ataupun warung yang dekat dengan permukiman. Pembelian obat di tempat-
tempat tersebut hendaknya disesuaikan dengan golongan obat yang kita
butuhkan.
Penggolongan obat
1. Obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, terdiri dari :

a. Obat Bebas, bercirikan :
- Bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam 
- Dapat diperoleh di semua outlet seperti toko obat, supermarket, apotek.

b. Obat Bebas Terbatas, bercirikan :


- Bertanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam 
- Jenis obat ini hanya boleh dijual di apotek dan toko obat berijin.
- Disertai dengan tanda "PERINGATAN"
2. Obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter yakni :
a. Obat Keras
Merupakan obat yang hanya boleh di berikan dengan resep dokter
atau boleh dibeli tanpa resep dokter jika obat termasuk dalam jenis Obat
Wajib Apotek (OWA) yang dapat diberikan dalam jumlah tertentu. Ciri-
cirinya :
- Bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam,
dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. 
- Obat ini hanya boleh dijual di apotek dan instalasi pelayanan
kefarmasian.

2.3 GUnakan Obat Dengan Benar


Hanya dengan penggunaan yang tepat, obat dapat memberikan manfaat
yang diinginkan. Bila ragu tentang bagaimana cara menggunakan obat yang kita
terima, jangan ragu untuk menanyakan pada Apoteker atau petugas farmasi di
Apotek tempat membeli obat.
Secara umum cara penggunaan obat yang benar yakni :
1. Gunakan obat dengan benar sesuai indikasi, dosis, aturan pakai dan cara
pemberian.
2. Minum sesuai dengan petunjuk / aturan pakai yang terdapat dalam kemasan
obat
3. Gunakalah obat sesuai dengan petunjuk aturan pakai yang terdapat dalam
kemasan (etiket) obat seperti
a. Dosis obat misalkan 1 sendok takar obat (5 ml), 1 sendok makan (15 ml)
b. Rentang waktu penggunaan obat, misalkan :
- 3 x 1 artinya obat diminum setiap 8 jam sebanyak 1 tablet/kapsul
- 2 x 1 artinya obat diminum setiap 12 jam sebanyak 1 tablet/kapsul
- 1 x 1, artinya obat diminum setiap 24 jam sebanyak 1 tablet/kapsul
c. Gunakanlah obat sesuai perintah penggunaan obat misalkan
- Sebelum makan
- Sesudah makan
- Saat akan makan
- Pada suapan pertama makan
- Sebelum tidur
3. Obat jenis antibiotik harus diminum sampai habis untuk mencegah timbulnya
resistensi.
4. Bila anda atau keluarga anda mengalami keluhan batuk, pilek, ataupun
demam janganlah terburu-buru mengkonsumsi antibiotik.
5. Jika penggunaan obat dirasa tidak memberi manfaat, segera hubungi dokter.
6. Berbagai jenis obat jangan dicampur dalam satu wadah untuk mencegah
kekeliruan
7. Mintalah petunjuk kepada Apoteker bagaimana cara penggunaan obat-obat
tertentu seperti suppositoria, tetes mata, salep mata, inhaler ataupun sediaan
lainnya.

Penggunaan obat berdasarkan bentuk sediaan


1. Obat Oral
a. Obat oral paling baik diminum bersama dengan satu gelas air putih
b. Perhatikan waktu minum (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan)
c. Apabila obat dalam bentuk cair gunakan sendok takar dan perhatikan
jumlah yang harus diminum.
d. Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang
diberikan, hubungi dokter dan apoteker untuk minta sediaan yang sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Obat Sirup Oral
a. Bila obat sirup untuk meredahkan gejala seperti demam, batuk, pilek,
alergi, mual muntah  tidak langsung habis dan gejala sudah hilang
pemberian obat dihentikan. Tapi obat sirup yang sudah dibuka hanya
aman digunakan untuk waktu maksimal dua bulan, dengan catatan cara
penyimpanannya sudah benar dan kondisi obat tidak berubah, baik warna
atau tekstur (menggumpal/tidak). Serta, berat badan atau usia bayi/anak
tidak jauh berbeda saat obat tersebut diberikan. Jangan berpatokan pada
penunjuk kedaluarsa, karena expired date merupakan patokan masa obat
sebelum dibuka segel tutupnya.\
b. Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih
pendek lagi yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air
sesuai volume yang dikehendaki.
c. Obat sirup antibiotik harus diminum sampai habis untuk menghindari
resistensi/kekebalan kuman  terhadap antibiotik.
d. Perhatikan aturan minum dari obat tersebut. Bacalah  kotak kemasan label
atau brosur yang menyertai sediaan sirup. Karena  banyak informasi
penting seperti dosis, cara penyimpanan yang dianjurkan, reaksi yang
mungkin timbul dan sebagainya.
e. Minumlah obat sirup sesuai aturan minum yang dianjurkan. Apabila 2x
sehari berarti obat diminum tiap 12 jam, apabila 3x sehari, berarti obat
harus diminum tiap 8 jam.  sedangkan apabila 4x sehari, berarti obat
diminum tiap 6 jam. Demikian juga dengan aturan minum sebelum dan
sesudah makan.
f. Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah
digunakan, gunakan sendok atau pipet dalam keadaan kering.
g. Ikuti takaran obat, bila takaran sendok teh (sendok takar obat) berarti
sejumlah 5 ml, jika dalam takaran sendok makan berarti 15 ml dan jika
takaran dalam sendok bubur berarti 8 ml.
h. Kocok dahulu sebelum digunakan agar obat tercampur dengan merata.
i. Minum obat dengan air putih hangat.
j. Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan,  bisa memberikan lagi
dengan dosis yang sama. Namun jika si kecil muntah setelah 30
menit,  tidak perlu mengulangi, karena usus akan menyerap sebagian besar
obat pada waktu 30 - 45 menit setelah pemberian.
3. Obat Kulit (Salep)
Oleskan secara rata pada bagian yang sakit yang telah dibersihkan
sebelumnya. Penggunaan sediaan salep baiknya setelah mandi, karena badan
dalam kondisi bersih
4. Obat Tetes Mata dan Salep Mata
Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah kontaminasi, ujung
wadah obat jangan terkena permukaan lain dan tutup rapat sesudah digunakan.
a. Cara penggunaan obat ini dimulai dengan mencuci tangan, menengadahkan
kepala, menarik kelopak bagian bawah, lalu teteskan / oleskan, tutup mata
dan biarkan selama 1-2 menit. Jangan lupa selalu membersihkan ujung
tetes mata/ salep mata dengan menggunakan tissu bersih.
b. Setelah digunakan,bilas kemudian cuci tangan kembali.
c. Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan > 30 hari untuk
digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman. 
d. Jangan gunakan 1 obat tetes mata untuk lebih dari 1 orang 
5. Obat Tetes Hidung
a. Cara penggunaan obat ini dimulai dengan membersihkan hidung,
menengadahkan kepala, teteskan obat, tahan posisi kepala selama
beberapa menit. Bersihkan ujung tetes hidung dengan air panas dan lap
dengan tissu bersih.
b. Jangan gunakan satu obat untuk lebih dari 1 orang.
6. Obat Tetes Telinga
a. Ujung wadah sediaan tidak boleh terkena benda lain, agar tidak
terkontaminasi.
b. Cara penggunaan obat ini dimulai dengan memiringkan kepala atau
berbaring miring, lalu telunjuk diletakkan didepan tragus, dan mendorong
ke depan, sedangkan ibu jari dan jari tengah menjepit daun telinga dan
menariknya keatas (dewasa) atau kebawah (anak-anak). Kemudian
teteskan obat, dan biarkan beberapa menit.
c. Setelah digunakan,ujung wadah cukup dikeringkan dengan tissue bersih,
jangan dibilas.
7. Suppositoria
a. Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu buka bungkusnya
dan lunakkan supositoria dengan air. setelah berbaring, masukkan
supositoria ke dalam anus dengan jari. Jika supositoria terlalu lunak
sebelum digunakan masukkan ke lemari es atau rendam dahulu dalam air
dingin. Cucilah tangan setelah memasukkannya.
b. Untuk informasi lebih lanjut hubungi Apoteker.

2.4 SImpan Obat Dengan Benar


Masa penyimpanan  semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan
suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat
kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan
bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur dan
sediaan tablet yang rusak.
Adapun petunjuk penyimpanan obat yang benar yakni :
1. Baca aturan penyimpanan obat pada kemasan, apakah obat tersebut harus
disimpan di suhu kamar (15-300C) maupun suhu dingin (2-80C) serta aturan
penyimpanan lainnya.
2. Jauhkan obat dari sinar matahari langsung, lembab, suhu tinggi dan lain
sebagainya.
3. Jangan melepaskan etiket pada kemasan obat, karena pada etiket biasanya
tercantum nama, aturan penggunaan obat dan informasi penting lainnya.
4. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup rapat serta
etiket yang masih lengkap.
5. Letakkan obat jauh dari jangkauan anak-anak dan kunci lemari penyimpanan
obat.
6. Tidak menyimpan obat didalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu
yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat.
7. Obat dalam bentuk cair (suspensi/emulsi) tidak disimpan dalam lemari
pendingin (frezzer) agar sediaan tidak membeku kecuali disebutkan pada
kemasan (etiket).
8. Sediaan suppositoria (anus) maupun ovula (vagina) harus disimpan di lemari
pendingin agar sediaan tidak mudah meleleh pada suhu ruangan.
9. Sediaan aerosol/spray tidak disimpan pada suhu tinggi karena dapat
menyebabkan sediaan meledak.
10. Sediaan insulin (diabetes melitus) yang belum digunakan sebaiknya
disimpan di lemari pendingin.
11. Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk.
Karena udara yang masuk bisa membawa bakteri dari luar yang biasa
tumbuh dalam media air.
12. Hindari  obat dari paparan sinar matahari atau cahaya secara langsung
Biasanya botol sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang
gelap/coklat tua.
13. Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu wadah dan hindarkan dari
tempat panas dan lembab.
14. Selalu periksa tanggal kadaluwarsa obat dan perhatikan kondisi fisik obat
bila ditemukan tanda-tanda kerusakan obat dalam penyimpanan seperti
perubahan warna, bau, dan adanya penggumpalan.

Obat dapat berubah kestabilannya karena waktu, untuk itu jangan


digunakan lagi bila kondisi obat :
1. Telah lewat tanggal kedaluwarsanya
2. Label pada obat tak terbaca lagi
3. Warna dan penampakan obat sudah berubah
4. Cairan yang jernih sudah menjadi keruh.

2.5 BUang Obat Dengan Benar

1. Pertama-tama, lihat instruksi pembuangan yang dianjurkan untuk obat


tersebut. Obat-obatan tertentu ada yang disarankan untuk dibuang ke toilet.
Hal tersebut merupakan hasil pertimbangan antara Badan pengawas Obat
dengan pabrik pembuat obat. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
metode tersebut dianggap metode yang paling tepat dengan tingkat keamanan
yang paling optimal. Contohnya pada obat golongan narkotik tempel
(patch/koyo) disarankan pembuangan di toilet. Baik koyo bekas pakai ataupun
tidak terpakai, karena obat ini bila terlalu banyak dapat mengakibatkan
gangguan pernapasan berat dan dapat mengakibatkan kematian pada bayi,
anak, hewan atau orang dewasa terutama pada orang yang belum pernah
menggunakan obat tersebut. Koyo tersebut walaupun setelah dipakai masih
mengandung kandungan aktif obat, sehingga berbahaya bila dibuang di tempat
sampah karena masih mengandung golongan narkotik yang berpotensi
membahayakan orang lain.

2. Jika instruksi tidak diberikan, obat dapat dibuang ke tempat sampah. Namun,
sebelum membuang ke tempat sampah, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu antara lain :

a. Hilangkan informasi seputar obat dan keluarkan obat dari kemasan aslinya.
Hal ini akan melindungi identitas dan privasi mengenai keadaan kesehatan
kita. Selain itu, hal tersebut juga berguna untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (misalnya
penjualan kembali obat-obatan tersebut setelah dikumpulkan oleh
pemulung). Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan mengeluarkan tablet
atau kapsul dari strip atau blisternya (lebih baik bila obat juga
dihancurkan), dan jika obat berupa sirup atau cairan, keluarkan dari
botolnya dan buang cairan melalui aliran air pada wastafel.
b. Campur obat-obat tersebut dengan air, garam, kotoran, pasir, ampas kopi,
atau bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Hal ini untuk menghindari
terjadinya pengambilan obat oleh orang lain (misalnya pemulung), anak
kecil, hewan, dan sebagainya.
c. Taruh semua obat tersebut dalam wadah tertutup, misalnya dalam kantung
plastik atau wadah lainnya yang ditutup rapat dan disegel dengan kuat. Hal
ini dilakukan untuk mencegah obat tersebut bocor atau keluar dari kantong
sampah. Selain itu juga untuh mencegah terjadinya penyalahgunaan.
d. Masukkan kemasan obat seperti botol yang sudah tidak terpakai dengan
cara menggikis label sampai hasil cetakan tidak terbaca sebelum Anda
membuang botol tersebut. Untuk kemasan seperti strip dan blister,
sebaiknya kemasan dirusak terlebih dahulu dengan cara merobek atau
menggunting-guntingnya sebelum dimasukkan ke kantong sampah. Lagi-
lagi hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
e. Buang kantong tersebut bersama sampah Anda
Perlindungan tambahan ini merupakan cara lain untuk memastikan obat
tersebut tidak akan jatuh ke tangan yang salah.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat masih
menjadi masalah bagi masyarakat indonesia. Masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang
obat dengan benar. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya masalah yang tidak
diinginkan dalam pemakaian obat pada pasien.
IAI mengadakan program DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan
BUang) obat bagi masyarakat Indonesia sehingga masyarakat bisa mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar dan dapat
mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan terjadi pada pasien.

3.2. Saran
Pendidikan atau pemberian promosi kesehatan perlu ditingkatkan dan
dilaksanakan secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat
tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat
dengan benar agar masyarakat dapat mendapatkan efek yang maksimal dari
pengobatan yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai