Anda di halaman 1dari 5

CARA MENGGUNAKAN OBAT DENGAN TEPAT DAN BENAR

Karmila Rustam, N014211076, Komunikasi Konesling A

Apa itu obat? Obat merupakan semua zat baik


kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit berikut gejalanya. Tujuan diberikan obat adalah
untuk mendiagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati,
dan mencegah penyakit. Obat dapat menyembuhkan,
namun obat dapat juga menyebabkan keracunan bahkan
kematian jika tidak digunakan sesuai dosis. Oleh karena
itu, obat dapat menyembuhkan apabila digunakan dengan
tepat, baik dosis maupun waktuya. Jika obat digunakan
dalam dosis berlebihan dapat menimbulkan keracunan, sedangkan jika dosisnya
kurang maka tidak dapat menyembuhkan.
Tentu obat sudah tidak asing lagi ditelinga kita, kontak manusia dengan zat
kimia atau obat-obatan sudah sulit untuk dihindari. Sebagian besar metode terapi atau
penanganan medis tidak terlepas dari penggunaan obat-obatan. Sehingga dalam
penggunaan obat ada banyak hal yag harus diperhatikan agar obat dapat memberikan
manfaat yang besar, efektif dan aman bagi tubuh terutama cara penggunaan obat
dengan tepat. Lalu bagaimana cara menggunakan obat secara tepat? Mari simak
penjelasan berikut ini.
Penggunaan obat merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam
upaya menjaga kesehatan dan penyembuhan, namun harus tetap berhati-hati dalam
penggunannya. Kesalahan menggunakan obat atau penggunaan dosis yang tidak tepat
justru akan menyebabkan masalah kesehatan baru. Oleh karena itu, sebaiknya harus
mempelajari atau mengetahui jenis-jenis obat yang dikonsumsi, yang
direkomendasikan dokter atau apoteker dan tidak segan untuk bertanya atau
berkonsultasi dengan doker atau apoteker jika memerlukan informasi yang lebih
lanjut mengenai obat yang sedang dikonsumsi.
Hal yang perlu disadari dalam penggunaan obat, antara lain dengan
mengonsumsi obat sesuai dengan takaran yang sudah dianjurkan dan jangan melebihi
takaran yang telah ditentukan, tanyakan kepada dokter atau apoteker di apotek bila
merasa ragu tentang kapan dan berapa kali obat itu harus digunakan, hindari
penggunaan obat dengan alkohol karena alkohol dapat meningkatkan daya kerja obat
tertentu. Selain itu, walupun sudah merasa sembuh dan tidak perlu obat lagi karena
gejala penyakit sudah hilang, obat harus tetap dihabiskan jika mengonsumsi antibiotik
agar kesembuhannya sempurna dan tidak terjadi resistensi.
Adapun waktu penggunaan obat yang tepat sesuai keterangan pada etiket
yaitu, bila terdapat keterangan suatu obat setiap 4 atau 6 jam berarti jarak minum obat
harus tepat sesuai dengan pentunjuk. Contohnya jika aturan pakai obat diminum tiap 6
jam, kemudian obat diminum pada pukul 08.00 pagi maka waktu minum obat
selanjutnya diminum pada pukul 14.00 siang dan begitu seterusnya tiap 6 jam
berikutnya. Bila keterangannya digunakan tiga kali per hari, maka penggunaannya
lebih fleksibel, artinya bisa minum obat pada pagi, siang, sore atau pun malam hari.
Bila keterangannya diminum setelah makan berarti obat harus diminum selama atau
segera sesudah makan. Bila keterangannya minum sebelum makan berarti obat
diminum antara 2 jam setelah makan terakhir sampai 1 jam sebelum makan lagi. Bila
keterangannya minum obat sewaktu perut kosong artinya sama dengan minum
sebelum makan.
Bagaimana cara menyimpan obat yang benar? Penyimpananan obat dapat
dilakukan dengan menyimpan obat secara terpisah dari makanan atau bahan makanan,
simpan obat di tempat aslinya dan jangan ditukar dengan tempat lain, hindari obat
dalam keadaan panas, terkena sinar matahari langsung, tempat lembab, dapur atau
kamar mandi. Jangan disimpan di kulkas atau pendingin, kecuali bila ada keterangan
resmi, pisahkanlah antara obat-obat yang diminum atau obat yang dipakai diluar,
jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Penggunaan obat yang benar bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau
penyembuhan yang optimal. Yang paling umum saat menggunakan obat kita harus
mengetahui cara penggunaan obat tersebut. Cara penggunaannya dapat ditanyakan ke
dokter atau apoteker yang sedang bertugas. Adapun cara penggunaan obat: Untuk
penggunaan tablet, tiap jenis tablet fungsinya berbeda-beda. Beberapa jenis tablet ada
yang melepaskan obat secara lambat untuk jangka waktu lama, sedangkan ada
beberapa jenis tablet yang akan melepaskan obat setelah masuk di usus halus bukan di
lambung, itulah sebabnya gunakanlah obat sesuai dengan petunjuk yang tertera,
jangan dikunyah kecuali atas petunjuk dari dokter/apoteker. Tablet sublingual, harus
diletakkan dibawah lidah. Tablet efervescent, tablet dilarutka terlebih dahulu dalam
segelas air sebelum diminum. Tablet kunyah, tablet harus dikunyah terlebih dahulu
dan tidak untuk ditelan dalam keadaan utuh. Tablet bersalut, tablet ini harus ditelan
secara utuh karena tablet dengan bentuk seperti ini berfungsi untuk menahan
pengeluaran obat sampai melewati lambung. Tablet slow-realese (lepas lambat), tablet
ini ditelan dalam keadaan utuh berfungsi untuk mlepaskan obat secara perlahan dalam
jangka waktu yang lama (lepas lambat). Untuk penggunaan kapsul, kapsul bisa dalam
bentuk lunak maupun keras. Untuk kapsul keras, dibuat dua bagian dan harus ditelan
utuh. Kapsul lunak, dibuat satu bagian dan harus ditelan secara utuh. Kapsul bersalut
enterik, keduanya baik dalam bentuk keras maupun lunak harus ditelan utuh. Kapsul
slow-realese, harus ditelan utuh baik dalam bentuk keras maupun lunak. Untuk
penggunaan suppositoria, cara penggunaan obat melalui atau dimasukkan kedalam
dubur. Untuk penggunaan pessari, obat bentuk tablet yang biasanya dimasukkan ke
dalam vagina. Untuk penggunaan topikal, digunakan dengan mengoleskannya secara
langsung. Terdapat bberapa macam obat topikal, yaitu : untuk kulit, mata, telinga dan
hidung.
Prinsip dalam memilih obat untuk pengobatan sendiri. Banyak faktor dan
pertimbangan yang dapat dipikirkan, tentu masih cukup relevan apabila kita
menggunakan beberapa prinsip pemilihan obat, di antaranya : timbanglah manfaat dan
resikonya, Sesuaikanlah dosis secara individual, pilihlah cara pemberian yang paling
aman.
Penggunaan obat dalam mengatasi suatu penyakit sangatlah bervariasi dan
tergantung kepada keadaan penyakit, beratnya dan pengaruh keadaan lainnya. Sering
kali kita diserang lebih dari satu penyakit serta keinginan untuk cepat sembuh, atau
dokter tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa pasien lebih teliti dan
memikirkannya kembali atau fasilitas penunjang diagnosa yang sangat minim, lantas
dokter atau kita menggunakan beberapa obat sekaligus karena jenis kuman dan
kekuatannya tidak diketahui atau ragu terhadap diagnosa penyakit yang dihadapi.
Adapun syarat-syarat obat dapat dikombinasi yaitu, setiap obat telah
diketahui keamanannya dan keefektivitasannya, setiap obat komponennya harus
diketahui sifat kimia dan farmakologinya, harus menunjukkan lebih banyak
keuntungannya daripada kerugiannya, masing-masing komponen bila bersifat
sinergis, maka waktu pemberian dan lama kerja masing-masing komponen harus
hampir sama besarnya.
Ada jenis obat yang tidak boleh diberikan untuk wanita hamil, ada pula jenis
obat yang harus dihabiskan contohnya adalah antibiotik. Penggunaan antibiotika yang
tidak rasional yaitu, adanya kontra indikasi terhadap antibiotika tertentu seperti :
kanamisin berefek buruk pada ginjal dan senstif terhadap penisillin, pengobatan yang
tidak tepat, dosis pemberiannya tidak tepat atau tidak sesuai, cara pemberian dan
waktu pemberian yang tidak tepat, lama pemberian yang tidak sesuai.
Akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak sesuai atau tidak rasional,
timbulnya retensi atau kekebalan pada kuman-kuman tertentu yang sebelumnya peka,
dapat terjadi perubahan ekologi flora kuman yaitu bertambahnya kuman gram negatif
resisten dan stafilokokus penghasil penisilinase erutama di rumah-rumah sakit, terjadi
super infeksi, terjadi berbagai reaksi yang tidak diinginkan seperti syok anafilaktik,
biaya pengobatan jadi lebih mahal.
Faktor yang menjadi hambatan dalam penggunaan obat yang tidak tepat
adalah ketidakpatuhan dalam meminum obat. Kepatuhan adalah salah satu komponen
penting dalam pengobatan, terlebih lagi pada terapi jangka panjang pada penyakit
kronis, kepatuhan menggunakan obat berperan sangat penting terhadap keberhasilan
terapi. Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana kesesuaian pasien dalam
menggunakan rejimen obat (interval dan dosis) seperti yang telah ditentukan
berdasarkan resep dokter.
Berbagai faktor penyebab ketidaktaatan ataupun faktor yang mendukung
kepatuhan menggunakan obat yang pernah diteliti antara lain, kesamaan suku atau
bahasa antara dokter dengan psien dapat meningkatkan keoatuhan penggunaan obat,
hubungan antara pasien dan dokter, kurangnya kesadaran dan pengetahuan pasien
tentang kesehatan, kejaidan akan efek samping menurunkan kepatuhan dalam
penggunaan obat, umur dan perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada kepatuhan,
jenis terapi, sperti kemoterapi dengan terapi hormonal pada kanker payudara
memberikan tingkat kepatuhan yang berbeda, beberapa faktor demografi dan persepsi
berpengaruh kepada keoatuhan, kolaborasi dan komunikasi antara penyedia layanan
kesehatan dengan pasien berpengaruh pada kepatuhan.
Faktor lain yang mempengaruhi penggunan obat secara tidak tepat yaitu tidak
memahami cara penggunaan dari bentuk sediaan obat tersebut, tidak membaca
informasi obat yang terdapat pada kemasan obat jika lupa penyampaian mengenai
obat dari dokter atau apoteker seperti aturan pakai, tanggal kadaluarsa dan infromasi
lainnya yang terdapat pada kemasan obat, kurangnya pemahaman mengenai aturan
pemakaian dari obat tersebut tentu hal ini seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi
pihak farmasi agar menggunakan bahasa dan atau istilah yang mudah dipahami oleh
semua kalangan. Penggunaan istilah-istilah farmasi yang terlalu banyak, tentunya
akan mempersulit masyarakat untuk memahami informasi yang terdapat dalam
kemasan produk obat tersebut, apalagi bila konsumen obat tersebut adalah masyarakat
desa yang sebagian besar penduduknya hanyan lulusan Sekolah Dasar (SD) dan
bekerja sebagai petani. Penggunaan istilah yang masyarakat kurang pahami yaitu
penggunaan istilah “kontraindikasi”. Meskiupun kata tersebut sudah diserap kedalam
bahasa Indonesia. Masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah,
mereka menjadi susah untuk memahami maksud dan tujuan yang diperintahkan.
Faktor lain seperti menunda-nunda pengobatan. Adapun contoh kasus, ada
seorang pasien yang menggunakan obat 2 sampai 3 kali anjuran yang ada dalam
kemasan dan belum sembuh masih menunda-nunda untuk pergi ke balai pengobatan.
Tetapi tindak lanjut dari proses penyembuhan mereka kurang peduli karena pasien
tersebut takut akan biaya yang semakin membengkak yang akan dibayarkannya.
Harapan penulisan artikel cara penggunaan obat yang tepat dan benar
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat
yang baik dan benar sehingga tercapai tujuan terapi yaitu kesembuhan. Selain itu
semoga dengan adanya artikel ini dapat membuka wawasan masyarakat yang awalnya
tidak mengetahui cara meminum obat yang tepat dan benar menjadi lebih memahami
sehingga mengurangi tingkat penggunaan obat yang tidak benar.
Referensi :

Dini, Cahya Purnama., Lestari, puji. 2015. Literasi Informasi Tentang Kemasan
Produk Obat Bebas. Jurnal Komunikasi ASPIKOM 2(5), 357 - 373

Edi, I Gede Made S. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien


Pada Pengobatan : Telaah Sistematik. Jurnal Imiah Medicamento 1(1), 1- 8

Junaidi, Iskandar. 2019. Panduan Obat dan Suplemen Indonesia. Yogyakarta : Rapha
Publishing

Menkes, RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2013 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Nurmala, Sara., Ambarawati, Rini., Oktaviani, Emy. 2019. Peningkatan


Keingintahuan Masyarakat Mengenai Penggunaan Obat yang Baik dan
Benar. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat 8(2), 130 - 136

Anda mungkin juga menyukai