Anda di halaman 1dari 12

KRIDA BINA OBAT

SYARAT KECAKAPAN KHUSUS KRIDA BINA OBAT


I. SKK PEMAHAMAN OBAT
II. SKK TANAMAN OBAT KELUARGA
III. SKK PENCEGAHAN DAAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN ZAT
ADIKTIF
IV. SKK BAHAN BERBAHAYA BAGI KESEHATAN
V. SKK PEMAHAMAN KOSMETIKA

Syarat Kecakapan Khusus (SKK)

I. SKK Pemahaman Obat


Tujuan SKK Pemahaman Obat adalah:
a. Mampu menjelaskan cara menyimpan obat yang baik dan benar.
b. Mampu menjelaskan penggolongan obat.
c. Mampu menjelaskan keterangan pada kemasan obat.
d. Mampu menjelaskan cara pemakaian obat yang baik dan benar.
e. Mampu menjelaskan swamedikasi.
f. Mengetahui cara penggunaan obat-obatan yang digunakan pada pertolongan pertama.

Uraian:
Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu dapat
memberikan efek mengobati. Obat terdiri dari 2 macam, obat dalam dan obat luar.

a. Mampu menjelaskan cara menyimpan obat yang baik dan benar.


Cara penyimpanan obat yang baik adalah :
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
2. Simpan dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti
aturan yang tertera dalam kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang
tidak stabil dapat merusak sediaan obat.
5. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.

Cara penyimpanan obat khusus :


1. Tablet dan Kapsul
Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat yang panas atau lembab.
2. Sediaan Obat Cair
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan di lemari pendingin (freezer) agar tidak beku
kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
3. Aerosol/Spray
Obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat
menyebabkan ledakan.

b. Mampu menjelaskan penggolongan obat.


1. Obat Bebas : adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas dalam jumlah tertentu tanpa resep dokter, namun
penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan.
Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran
biru dengan garis tepi berwarna hitam.
3. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat
keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi
berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.
4. Obat psikotropika adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat
mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep
dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna
hitam.
5. Obat narkotika adalah obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya
dapat diperoleh dengan resep dari dokter.

c. Mampu menjelaskan keterangan pada kemasan obat.


Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah :
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang terkandung
didalamnya.
Contoh : - Nama Dagang : Panadol
- Nama Zat Aktif : Parasetamol / Acetaminophen
2. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung di dalam suatu obat, dapat merupakan zat
tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain.
3. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit.
4. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat
tersebut digunakan.
5. Peringatan perhatian
Tanda peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat
bebas terbatas.
6. Tanggal Daluwarsa
Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat.
7. Nama Produsen
Nama Industri Farmasi yang memproduksi obat.
8. Nomor batch/lot
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi.
9. Harga Eceran Tertinggi
Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah.
10. Nomor registrasi
Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah.

d. Mampu menjelaskan cara pemakaian obat yang baik dan benar.


Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang mengacu pada
prinsip :
1. Tepat diagnosis.
2. Tepat indikasi penggunaan obat.
3. Tepat pemilihan obat.
4. Tepat dosis, cara dan lama pemberian.
5. Tepat informasi yang harus mudah dimengerti, jelas dan singkat.
Cara penggunaan obat :
1. Obat dalam : dapat berupa tablet, kapsul, puyer dan cairan. Diberikan secara oral
melalui mulut dengan cara diminum. Ikuti petunjuk tenaga kesehatan tentang
pemakaiannya.
Tablet : sebaiknya diminum dengan air matang dan ikuti petunjuk pemakaian, contoh
antasida harus diminum saat perut kosong.
Larutan : gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar), sebaiknya tidak
menggunakan sendok rumah tangga.
2. Obat luar : dapat berupa bedak dan lotion. Oleskan atau taburkan di daerah yang sakit,
tidak boleh diberikan pada luka terbuka.
3. Obat mata : dapat berupa salep atau tetes. Teteskan atau oleskan salep hingga masuk
ke dalam kantung mata. Hindari ujung wadah obat tetes mata atau salep terkena
permukaan benda lain termasuk mata. Penggunaan harus diperhatikan supaya tetap
bebas kuman Apabila mengalami peradangan mata, petunjuk penggunaan harus diikuti
dengan benar. Hindari penggunaan tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu
orang agar tidak terjadi penularan infeksi
4. Obat hidung : dapat berupa tetes hidung atau semprot hidung. Tetes hidung diteteskan
di lubang hidung kemudian kepala ditahan selama beberapa menit agar cairan masuk.
Semprot hidung disemprotkan ke lubang hidung sambil menarik nafas dengan cepat.
Hindari penggunaan tetes hidung oleh lebih dari satu orang agar tidak terjadi penularan
infeksi.
5. Tetes telinga : Hindari ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes telinga atau
pipet terkena permukaan lain termasuk telinga untuk mencegah kontaminasi. Tarik
telinga ke atas (dewasa) atau ke bawah (anak-anak) teteskan obat dan tahan selama 5
menit.

e. Mampu menjelaskan swamedikasi.


Swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi
keluhan atau gejala penyakit sebelum mereka memutuskan untuk mencari pertolongan ke
pusat pelayanan kesehatan/petugas kesehatan.
Untuk dapat melakukan swamedikasi dengan benar maka diperlukan informasi yang jelas
dan dapat dipercaya dengan demikian penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan
harus berdasarkan kerasionalan.
Pelaku swamedikasi diharapkan mampu untuk memanfaatkan sumber informasi dengan
semaksimal mungkin melalui sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti brosur
dan leaflet.

f. Mengetahui cara penggunaan obat-obatan yang digunakan pertolongan pertama.


1. Obat Diare : obat yang dianjurkan adalah oralit. Cara pemakaiannya adalah dengan
melarutkan 1 bungkus oralit dengan 1 gelas air yang sudah dimasak.
Cara pemberian oralit :
Berikan cairan sebanyak yang diinginkan hingga diare berhenti.
o Anak < 1 tahun : 50 - 100 ml
o Anak 1-4 tahun : 100 - 200 ml
o Anak > 5 tahun : 200 - 300 ml
o Dewasa : 300 - 400 ml
Teruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi.
Jika penderita muntah, pemberian oralit dihentikan dulu sekitar 5-10 menit lalu
ulangi lagi dengan pemberian lebih lambat (satu sendok setiap 2-3 menit).
Setelah lebih dari 24 jam buatlah larutan oralit yang baru.
Bila sampai hari kedua masih terjadi diare atau penderita menjadi lebih parah
penderita harus segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Luka : untuk mencegah terjadinya infeksi luka maka pertama-tama luka dibersihkan
dengan menggunakan air bersih atau antiseptik, kemudian diolesi dengan
menggunakan povidon iodine (larutan atau salep).
3. Demam : merupakan gejala suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya kenaikan
suhu tubuh, untuk pertolongan pertama perlu diberikan obat penurun demam
(paracetamol atau asetosal). Apabila setelah diberikan obat panasnya tidak segera
turun maka penderita harus segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.
Asetosal
Dewasa : 3 x 1 tablet, maksimum 6 tablet perhari.
Anak > 5 tahun : - 1 tablet, maksimum 1 - 3 tablet perhari.
Jika perlu dapat diberikan setiap 3 jam
Tidak boleh diberikan untuk bayi umur dibawah 1 tahun.
Parasetamol:
0 - 1 tahun : 60 - 120 mg, tiap 4-6 jam
1 - 5 tahun : 120 - 250 mg, tiap 4-6 jam
6 - 12 tahun : 250 - 500 mg, tiap 4-6 jam
Dewasa : 500 mg, tiap 4-6 jam
Sirup untuk Anak : 120 mg/5 ml
4. Luka Bakar : obat luka bakar ringan seperti terkena benda panas atau tersiram cairan
panas dapat diobati dengan salep luka bakar (levertran salep). Apabila tidak tersedia
dapat menggunakan margarine atau minyak goreng.

II. SKK TAMAN OBAT KELUARGA

Taman Obat Keluarga (TOGA) merupakan sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun
atau ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga akan obat.
NO NAMA TANAMAN BAGIAN KEGUNAAN
a Kumis kucing Daun Melancarkan air seni

b Jahe Rimpang Mencegah mual, menambah nafsu


makan dan obat batuk

c Kunyit Rimpang Menambah nafsu makan, obat luka


dan maag

d Jeruk nipis Buah Membantu menyembuhkan batuk

e Jambu biji Daun Untuk diare

f Lidah buaya Daging buah Untuk menyuburkan rambut

g Temulawak Rimpang Untuk menurunkan panas badan

h Kencur Rimpang Untuk mengobati masuk angin

i Lengkuas Rimpang Menambah nafsu makan dan


mengobati sakit tenggorokan

j Cipluka Daun Untuk mengobati flu

III.SKK PENCEGAHAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA,


PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA)

NARKOTIKA : Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
NARKOTIKA digolongkan dalam 3 golongan
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan (contoh; heroin/putaw, kokain, ganja).
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (contoh:
morfin, petidin).
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein, dextrometorfan).

PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah bukan sintetis bukan narkotika, yang
bekasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika digolongkan dalam 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan (contoh: MDMA/ekstasi, methamfetamin, LSD).
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindrom ketergantungan (contoh: amfetamin).
3. Golongan III : Psikotropika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindrom ketergantungan (contoh: luminal, diazepam).
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau ilmu pengatahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (contoh : diazepam, pil BK, pil Koplo,
rohipnol, lexotan, Mogadon dll).

Zat adiktif lainnya Adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif (mempengaruhi
pikiran, perasaan dan perilaku) di luar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman beralkohol (Keppres Nomor 3 tahun 1997, tentang pengawasan dan
pengendalian minuman beralkohol).
Minuman beralkohol mengandung etanol yang berpengaruh menekan susunan saraf
pusat. Alkohol sering menjadi bagian dari gaya hidup atau budaya/tradisi tertentu . Jika
alkohol dicampur/digunakan bersama narkotika atau psikotropika tertentu dapat
memperkuat pengaruh narkotika atau psikotropika tersebut dalam tubuh, sehingga
dapat terjadi intoksikasi dan kematian.
Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu :
Golongan A : Kadar etanol 1-5% (bir)
Golongan B : Kadar etanol 5-20% (berbagai jenis anggur/wine)
Golongan C : Kadar etanol 20-45% (Whiskey, Vodka, Mansion House, drygin, Jhony
Walker).
2. Inhalasi (zat yang dihirup): Mudah menguap berupa senyawa organik (benzyl alcohol)
yang terdapat pada barang-barang keperluan rumah tannga, kantor dsb, sering
disalahgunakan. Contoh : Lem, tiner, penghapus cet kuku, bensin.
3. Tembakau : Pemakaian tembakau/rokok sangat luas di masyarakat. Kadar nikotin
tembakau yang bisa diserap oleh tubuh adalah 1-3 mg nikotin per batang rokok. Dosis
yang dapat menyebabkan kematian adalah 60 mg nikotin sekali pakai.
4. Kafein : merupakan zat stimulansia (perangsang), dapat menimbulkan ketergantungan
jika dikonsumsi melebihi 100 mg/hari atau lebih dari 2 cangkir kopi. Ketergantungan
yang ditimbulkan lebih banyak pada ketergantungan psikologis. Minuman energi
seringkali menambah kafein dalam komposisinya.

Tanda-tanda penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika


dan zat adiktif lainnya

A. Perubahan Fisik
Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis yang digunakan tapi secara umum dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Pada saat menggunakan NAPZA : Jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), acuh tak
acuh, mengantuk, agresif, curiga.
2. Bila kelebihan dosis (overdosis) : Nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit
terasa dingin, nafas lambat/berhenti, dapat meninggal (pengguna heroin/opiat).
3. Bila sedang ketagihan (putus zat/sakaw) : Mata dan hidung berair, menguap terus
menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas mandi (pada
pengguna heroin/opiat).
4. Pengaruh jangka panjang, penampilan diri menurun (malas dandan, jorok), tidak
peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan keropos, badan kurus
dan selera makan menurun, terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain
(pada pengguna dengan jarum suntik).
B. Perubahan sikap dan perilaku
1. Prestasi sekolah menurun, sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
malas, kurang bertanggung jawab.
2. Pola tidur berubah, begadang pada malam hari dan sulit dibangunkan pada pagi hari,
mengantuk di kelas atau tempat kerja.
3. Sering bepergian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi tahu
terlebih dahulu.
4. Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar bertemu anggota
keluarga di rumah, menarik diri dari pergaulan.
5. Sering mendapat telpon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga, kemudian
menghilang.
6. Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik
keluarga, mencuri, memeras, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.
7. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar, sikap bermusuhan,
pencuriga, tertutup dan banyak rahasia.
C. Peralatan yang digunakan
Dapat dipakai sebagi petunjuk bahwa seseorang mempunyai kebiasaan menggunakan jenis
NAPZA tertentu. Misalnya penggunaan Heroin/Putaw pada dirinya atau tasnya, laci
mejanya, terdapat antara lain :
1. Jarum suntik ukuran 1 ml, kadang dibuang pada saluran air dalam kamar mandi.
2. Botol air mineral bekas yang berlubang di dindingnya.
3. Sedotan minuman dari plastik.
4. Gulunan uang kertas.
5. Kertas timah (foil) bekas bungkus rokok atau permen karet, untuk tempat heroin di
bakar.
6. Kartu telepon, untuk memilah bubuk heroin.
7. Sendok stainles untuk melarutkan heroin.
8. Botol-botol kecil sebesar jempol, dengan pipa pada dindingnya.

IV. SKK BAHAN BERBAHAYA BAGI KESEHATAN

a. Bahan yang dimakan/diminum membahayakan kesehatan adalah :


1. Makanan yang sudah kadaluwarsa.
2. Makakan yang ada dalam kaleng yang sudah menggelembung.
3. Makanan yang mengandung zat warna yang bukan untuk makanan.
4. Makanan yang mengandung pemanis buatan.
b. Zat warna kimia/sistetis yang dapat digunakan dalam makanan adalah antara lain:
1. Allura-FDC.Red.No.40
2. Erifrosine-FDC Red No.3
3. Ponceu SX-FDC Red No. 4
4. Indigotine-FDC Blue No. 2
5. Tartrazine-FDC Yellow No. 5
6. Itanium dioksina-C1. Pigment White 6.
Zat warna sintetik yang dapat digunakan adalah yang telah terdaftar pada Kementerian
Kesehatan. Apabila zat warna tersebut belum/tidak terdaftar kemungkinan zat tersebut
adalah bahan-bahan yang berbahaya bila dimakan.

c. Kita sudah lama mengenal dan menggunakan bahan pemanis dalam makanan seperti gula
pasir, gula aren, gula merah atau gula tebu. Pada saat ini banyak beredar bahan pemanis
yang disebut biang gula, sari gula, sari manis dan sebagainya. Pemanis ini dibuat dari bahan
kimia, oleh karenanya dinamakan pemanis buatan. Rasanya jauh lebih manis dari gula, tetapi
berbeda dengan gula, zat pemanis ini tidak mempunyai nilai gizi.
Penggunaan zat pemanis dalam makanan tidak perlu banyak, karena rasanya sangat manis.
Karena pemakaiannya sedikit maka harganya jauh lebih murah dari gula. Pemanis buatan
walau harganya murah, tetapi tidak bermanfaat bagi manusia, karena tidak mempunyai nilai
gizi. Zat ini sebetulnya hanya tepat bagi orang yang sakit kencing manis dan orang yang
badannya terlalu gemuk. Jumlah pemanis buatan yang digunakan tanpa batas, dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

d. Makanan dan minuman yang tidak membahayakan kesehatan adalah yang terbuat dari
bahan-bahan yang dari alam. Dengan demikian dapat dihindarkan penggunaan bahan-bahan
kimiawi, seperti zat pewarna buatan dan sebagainya.

V. SKK PEMAHAMAN KOSMETIKA

Kosmetika adalah sediaan atau paduan yang siap digunakan pada bagian luar badan, gigi dan
rongga mulut. Kosmetika digunakan dengan maksud untuk membersihkan, menambah daya
tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Kosmetika
seringkali mengandung zat kimia sehingga penggunannya harus secara baik dan benar,
sesuai dengan aturan agar memberikan efek yang tepat.
Kosmetika yang sering kali digunakan sehari-hari :
1. Sabun mandi.
2. Pasta gigi.
3. Shampo.
4. Bedak

Kosmetika yang boleh digunakan :


1. Kosmetika yang boleh digunakan adalah kosmetika yang sudah terdaftar di Badan POM
RI.
2. Kosmetika harus dipergunakan sebelum waktu kadaluwarsa habis.
3. Kosmetika yang digunakan sesuai dengan umur pemakainya.

Jenis-jenis Kosmetika :
1. Pembersih : adalah sediaan yang digunakan untuk membersihkan sebagian atau seluruh
bagian wajah dan tubuh, contoh : Sabun mandi, shampo, pasta gigi.
2. Pewangi : adalah sediaan yang digunakan untuk memberikan rasa wangi contoh : minyak
wangi, deodoran, pewangi badan dll.
3. Perawat kulit : adalah sediaan yang berguna untuk merawat kulit wajah, tangan dan badan
contoh : pelembab, hand and body lotion, lulur, mangir, tabir surya dll.
4. Sediaan rias wajah : adalah sediaan yang digunakan untuk mempercantik atau
memperindah wajah (mata, pipi, bibir) contoh : face powder, alas bedak, pemerah pipi,
pewarna bibir (lipstik), pemulas mata, maskara dll.

Cara menggunakan kosmetika


1. Dioleskan
Krim dan lotion : digunakan dengan cara dioleskan secara merata. Serbuk seperti bedak
kompres, eye shadow, pemerah pipi dioleskan di wajah. Pensil alis, eye liner, maskara
dioleskan pada mata.
2. Disemprotkan
Parfum : disemprotkan pada bagian tertentu dari tubuh, hindarkan kontak langsung
dengan mata, jangan disemprotkan pada kulit yang terkena iritasi
3. Ditaburkan
Sediaan berbentuk talk penggunaannya ditaburkan pada bagian tubuh yang diperlukan
4. Digosokan
Sediaan pembersih seperti sabun, shampo, mangir, pasta gigi dan scrub digosokan pada
bagian-bagian tubuh secara langsung atau dengan menggunakan alat bantu seperti sikat
gigi.
5. Dikumur
Sediaan higiene mulut (obat kumur) dikumurkan tapi tidak boleh ditelan.

Cara pembuatan kosmetika dan kosmetika tradisional.


1. Lidah Buaya : untuk merawat kesuburan rambut
Cuci dan bilas rambut hingga bersih, Kemudian ambil lidah buaya dibelah dua, Oleskan
bagian yang berlendir pada rambut kepala Diamkan 30 menit sampai 1 jam, Cuci dan
bilas kembali hingga bersih.
2. Masker bedak dingin.
Bahan : beras 9 bagian, klabet: 1 bagian, asam benzoat: 1/10 bagian, pengharum : sedikit
Cara pembuatan: Beras direndam lebih kurang 2 malam, setiap malam air rendaman
diganti. Tumbuk/haluskan beras. Tumbuk/haluskan asam benzoat. Beras, klabet, asam
benzoat dicampur sampai rata + parfum. Gulung kecil- kecil dan dikeringkan di panas
matahari. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Cara penggunaan: Ambil beberapa butir. Tambahkan sedikit air. Oleskan di seputar
wajah,kecuali bagian mata, mulut dan hidung. Diamkan sampai kering lebih kurang 30
menit. Bilas dengan air hangat.
3. Kebersihan alat kelamin luar
Rebus lebih dari 5 liter daun sirih sampai mendidih. Selagi masih hangat- hangat,
gunakan untuk mencuci atau membilas daerah alat kelamin bagian luar.

Anda mungkin juga menyukai