Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK


DINAS KESEHATAN DAERAH
UPT PUSKESMAS BUNGAH
JL.RAYA BUNGAH NO 15,TELP (031) 3949600 GRESIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventiv), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang di laksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk
Puskesmas.
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas
dilakukan sejalan dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor.
Adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan menguatnya
kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan dasar Puskesmas yang
sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah yang lainnya, namun
secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pelayaanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian di
Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan
mutu pelayanan Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma
baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Puskesmas sehingga tercapai pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
2. Tujuan Khusus
2.1 Tersedianya standar Puskesmas rawat jalan
2.2 Tersedianya standar Puskesmas rawat inap
2.3 Tersedianya standar Puskesmas rawat inap PONED

C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran panduan ini adalah sebagai pedoman bagi petugas pengelola obat di
Puskesmas dan jaringannya dalam melakukan pelayanan kefarmasian.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Proses perencanaan dan pengadaan obat dan bahan medis habis pakai dari dana
APBD dan JKN.
2. Proses penerimaan dan penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dari dana
APBD dan JKN.
3. Proses distribusi obat dan bahan medis habis pakai dari UPPF (Unit Pengelola dan
Pelayanan Farmasi) dan JKN
4. Proses pelayanan resep obat dan bahan medis habis pakai
5. Pemilahan dan penyerahan obat yang rusak dan kadaluarsa

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
2. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada
apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku
3. Dana bantuan APBD adalah anggaran yang berasal dari bantuan Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Propinsi Tingkat I atau dari Pemda Tingkat II
4. FIFO adalah metode penyimpanan ‘ First In First Out’ dan FEFO adalah metode
penyimpanan “First Expire Date First Out”
5. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
6. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
7. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
8. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya
farmasi, dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Fungsional tenaga apoteker memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker)
dan D3 Farmasi, Analis Farmasi, S1 Farmasi dan Asisten Apoteker memiliki STR TTK
(Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) yang masih berlaku.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tabel 2.1 Ketenagaan dan Kompetensinya Berdasarkan Jenis Puskesmas
No Jenis Ketenagaan Kompetensi Kompetensi Jumlah
(Ijazah)
tambahan
(pelatihan)

1. Apoteker Apoteker Pelatihan 1


manajemen
obat

2. Apoteker (honorer) Apoteker 1

C. JADWAL KEGIATAN
Penyelenggaraan pelayanan obat dilakukan setiap hari pada jam pelayanan,adapun
uraian tugas sebagai berikut:
1. Petugas Kamar Obat
a. Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung jawab
sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
b. Melaksanakan uapaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP dan kebijakan yang
ditetapkan kepala puskesmas.
c. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.
d. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada
pasien.
e. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang diterima maupun yang
dikeluarkan oleh kamar obat dalam buku mutasi obat.
f. Melaksanakan pengelolaan obat termasuk pencatatan dan pelaporan secara
baik dan dapat dipertanggung jawabkan
g. Membuat laporan LPLPO, pencatatan dan pelaporan POR serta pemakaian
obat generik di puskesmas.
2. Petugas Gudang Obat
a. Penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten ke unit pelayanan dan lintas program terkait.
b. Pengendalian penggunaan persediaan dan pencatatan pelaporan.
c. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan serta kebersihan
ruangan.
d. Menyusun rencana kebutuhan obat dan kegiatan distribusi obat.
e. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan sebagai bahan informasi yang
dapat dipertanggung jawabkan kepada kepala puskesmas.
f. Melaksanakan stok opname setiap sebulan sekali
g. Melaksanakan evaluasi hasil kegiatan obat secara keseluruhan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

3 meter

Wastafel Lemari obat Tempat penyerahan


resep&pengambilan obat
M
e K
J o
a m
p
p u
e t
r e
a L
r
c e
i m
L
k a
e
a r
m
n I
a
r o
I b
a
o Lemari es t
b
a
t

B. Standart Fasilitas
TABEL 3.1 Peralatan Kefarmasian
NO JenisPeralatan Jumlah Alat (Jenis)

1 Peralatan Kamar Obat 5

2 Peralatan Gudang Obat 3

3 Mebelair 4

4 Bahan Habis Pakai 2

Jumlah 14

TABEL 3.2 RicianPeralayanKefarmasian


NO Jenis Peralatan Kefarmasian Jumlah Alat yang
Berfungsi Baik

A Peralatan Kamar Obat

1. Penggerus obat 2

2. Blender obat 1

3. Alat pengepres kertas puyer 1

4. Jam 1

5. Tempat sampah 1

Jumlah 5 jenis

B Peralatan Gudang Obat

1. Palet 5

2. Rak obat 4

3. Lemari narkotika, adalah lemari untuk 1


menyimpan obat narkotika
Jumlah 3 jenis
C Mebelair Kamar Obat

1. Meja peracikan 1

2. Kursi kerja 3

3. Lemari simpan obat 3

4. Meja + Komputer 1

Jumlah 4 jenis

D Bahan Habis Pakai

1. Plastic Obat Sesuai kebutuhan

2. Kertas puyer

Jumlah 2 jenis

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. URAIAN PROSEDUR
4.1 Perencanaan dan pengadaan obat dan alat kesehatan habis pakai dari UPPF di
Puskesmas Bungah.
4.1.1 Petugas obat mengumpulkan dan mempelajari pola penggunaan obat/ bahan
kesehatan habis pakai Puskesmas Bungah untuk menentukan jumlah yang
akan direncanakan.
4.1.2 Petugas obat mengajukan rencana pengadaan/ permintaan obat/ bahan
kesehatan habis pakai setiap 3 bulan kepada UPPF melalui persetujuan Kepala
Puskesmas dan Kepala Dinas Kesehatan.
4.1.3 Apabila obat telah habis sebelum 3 bulan, maka apoteker mengajukan
permintaan obat setiap bulan khusus untuk obat yang telah habis.
4.2 Penerimaan dan penyimpanan obat dan alat kesehatan habis pakai dari UPPF
4.2.1 Obat dan bahan kesehatan habis pakai yang diterima UPPF berasal dari APBD
dan JKN.
4.2.2 Petugas obat menerima obat/bahan kesehatan habis pakai beserta tanda bukti
LPLPO.
4.2.3 Petugas obat mencatat barang yang masuk ke dalam dan kartu stok obat,
kemudian menyimpannya kedalam gudang obat, tiap akhir bulan dicatat pada
buku bantu gudang dan buku rekap penerimaan dan pemakaian obat.

4.3 Distribusi obat dan alat kesehatan habis pakai dari gudang UPPF
4.3.1 Unit-unit pelayanan Puskesmas termasuk Pustu dan ponkesdes mengajukan
permintaan obat/ bahan kesehatan habis pakai setiap bulan dengan
menggunakan LPLPO yang kemudian ditandatangani oleh peminta, apoteker
dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
4.3.2 Apoteker melayani dan merekap permintaan obat/ bahan kesehatan habis pakai
dari unit-unit pelayanan Puskesmas.
4.3.3 Khusus untuk unit UGD dan kamar obat permintaan obat diajukan pada saat
persediaan obat telah menipis dengan menggunakan buku bantu permintaan
obat PKD dan direkap pada LPLPO.
4.3.4 Apoteker mengeluarkan obat/ bahan kesehatan habis pakai atas permintaan
petugas pelayanan puskesmas secara FIFO dan FEFO dan mencatat barang
keluar pada kartu stok obat dan setiap akhir bulan dicatat pada buku bantu
gudang dan buku rekap penerimaan dan pemakaian obat.
4.4 Pelayanan resep obat
4.4.1 Setelah mendapat pengobatan, pasien/keluarga pasien menuju kamar obat
dengan menyerahkan Kertas Resep Obat kepada petugas obat.
4.4.2 Petugas obat melakukan verifikasi terhadap resep yang ditulis kepada Dokter
Poli yang merawat (bila diperlukan).
4.4.3 Petugas obat menyediakan obat sesuai resep.
4.4.4 Kemudian petugas obat membuat etiket obat tentang tata cara penggunaannya,
identitas pasien dan tanggal penyerahan obat.
4.4.5 Petugas obat memberikan obat kepada keluarga pasien serta menjelaskan tata
cara penggunaan obat kepada keluarga pasien..
4.4.6 Petugas obat mengentry data resep obat yang telah dilayaninya ke dalam buku
lidi obat dan buku register obat.
4.5 Pemilahan dan penyerahan obat yag rusak dan kedaluarsa
4.5.1 Petugas gudang membuat daftar obat kadaluarsa setiap tahun dan melakukan
identifikasi terhadap masa kadaluarsa obat-obatan setiap bulan.
4.5.2 Semua obat yang rusak dan telah kadaluarsa dicatat pada formulir laporan obat
rusak/ kadaluarsa dan kartu stok obat.
4.5.3 Obat yang sudah kadaluarsa dan rusak diserahkan kembali kepada UPPF
menggunakan berita acara Serah Terima Obat Kadaluarsa/ Rusak.

4.6 Pelaporan
4.6.1 Pelaporan setiap bulan dilakukan dengan menggunakan formulir laporan
pemakaian dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO) Puskesmas dengan
ditandatangani oleh apoteker, Kepala Puskesmas dan Kepala UPPF yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan. Juga melaporkan Penggunaan Obat
Generik yang ditandatangani apoteker mengetahui kepala Puskesmas, laporan
penggunaan psikotropika, laporan penggunaan narkotika laporan obat rusak/
kadaluarsa (bila ada obat yang rusak/ kadaluarsa) ditanda tangani oleh Kepala
Puskesmas.
4.6.2 Pelaporan setiap tahun dilakukan dengan menggunakan formulir laporan
pencacahan persediaan akhir tahun anggaran.

BAB V
LOGISTIK
RUANGAN : GUDANG OBAT

BAHAN NO KODE LOKASI JUMLA


N NO.SERI PEMBIKINAN DAN KODE BARAN
O MERK/MODEL PABRIK UKURAN BAHAN PEMBELIAN BARANG (SATUA
1 Rak Obat Besi 4
2 Rak Obat Besi 1
3 Lemari Obat Kayu 2
4 Palet Obat Kayu 2
Lemari Obat
5 Kecil Kayu 1
Lemari Obat
6 Narkotika Kayu 1
7 Lampu 3
8 AC Sharp 1PK 1
9 Meja Kayu 1
10 Kursi Plastik 2
Tempat
11 sampah Plastik 1
12 Sapu 1
Sekop
13 Sampah plastik 1
Kayu,
14 Pel Kain 1

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Bagian ini mengemukakan Sasaran Keselamatan Pasien, sebagai syarat untuk
diterapkan si Puskesmas yang sudah diakreditasi. Maksud dari sasaran keselamatan
pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran ini
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari consensus para ahli atas permasalahan ini. Diakui
bahwa desain system yang baik secara intrinstik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum,
difokuskan pada solusi-solusi system yang menyeluruh. Dalam pelayanan farmasi
sasaran keselamatan pasien adalah Kelengkapan penulisan etiket obat sesuai SOP.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Program keselamatan kerja petugas kamar obat dilaksanakan dengan memperhatikan


lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja yang aman.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di kamar obat agar tercapai
pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan perlindungan kepada petugas, pasien dan pengunjung.
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya kebakaran dan
pencemaran lingkungan .
c. Mengamankan peralatan kerja, sediaan farmasi.
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.

B. Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk terlaksananya K3 secara optimal maka perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Anaalisis
Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi Fisik Pekerja
Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut :
Sebelum diperkerjakan
Secara berkala, paling sedikit setahun sekali
Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran
pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di
suatu lingkunagan dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena
penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja
Beban kerja aadalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak mendukung
merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kegiatan Sub Unit Farmasi dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dalam 2 bentuk :
Kesehatan Fisik
Kesehatan Mental
d. Kecelakaan Kerja di Lingkungan Puskesmas seperti terpeleset, tersengat listrik,
terjepit pintu
Di gudang : terpeleset, tersandung, terjatuh, kejatuhan barang
Di ruang pelayanan : terpeleset, tersandung, terjatuh, tersengat listrik
e. Penyakit akibat kerja di Puskesmas
Tertualar pasien
Alergi obat
Keracunan obat
Resistensi obat
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan
dapat memuaskan pelanggan
2. Tujuan Khusus
Menghilangkan kinerja yang substandar
Terciptanya pelayanan farmasi yang menjaminefektifitas obat dan keamanan
pasien
Meningkatkan efisiensi pelayanan
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait

B. Evaluasi
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi :
Prospektif : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan
Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh Asisten
apoteker.
Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan.
Contoh : survey konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metode Evaluasi
Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar

Review (Penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan
resep.
Survey
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara
langsung.
Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.

C. Pengendalian Mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan
farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan
mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan
Keselamatan Kerja Puskesmas (K3 Puskesmas), yaitu melaksanakan prosedur yang
menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.

1. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan


a. Unsur masukan (input): tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana.
b. Unsure proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf farmasi
c. Unsure lingkungan : kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen
d. Standar-standar yang digunakan
e. Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan
dikeluarkan oleh lembaga yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Tahapan Program Pengendalian Mutu


a. Mendefinisikan kualitas pelayanan farmasi yang diinginkan dalam bentuk
kriteria
b. Penilaian kualitas pelayanan farmasi yang sedang berjalan berdasarkan
criteria yang telah ditetapkan
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan.
d. Penilaian ulang kualitas pelayanan farmasi
e. Update criteria
3. Aplikasi Program Pengendalian Mutu
Langkah-langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu :
a. Memilih subyek dari program
b. Karena banyaknya fungsi pelayanan yang dilakukan secara simultan, maka
tentukan jenis pelayanan farmasi yang akan dipilih berdasarkan prioritas
c. Mendefinisikan criteria suatu pelayanan farmasi sesuai dengan kualitas
pelayanan yang diinginkan
d. Mensosialisasikan Kriteria Pelayanan Farmasi yang dikehendaki
e. Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua personil
serta menjalin consensus dan komitmen bersama untuk mencapainya
f. Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan
menggunakan criteria
g. Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebut
h. Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan
i. Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan
j. Reevaluasi dari mutu pelayanan

4. Indikator dan Kriteria


Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indicator,
suatu alat/ tolok ukur yang hasilmenunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar
yang telah ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai
pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya. Indicator dibedakan menjadi ;
a. Indicator persyaratan minimal yaitu indicator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses dan lingkungan.
b. Indicator penampilan minimal yaitu indicator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan.

Indikator atau criteria yang baik sebagai berikut :


a. Sesuai dengan tujuan
b. Informasinya mudah didapat
c. Singkat, jelas, lengkap, dan tak menimbulkan berbagai interpretasi
d. rasional

Indikator mutu yang digunakan di kamar obat Puskesmas Bungah dalam memberikan
pelayanan adalah :
1.Kesesuaian peresepan dengan formularium puskesmas 100%.
2.Kepuasan pelanggan ≥ 80%
Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan
yang di perlukan

BAB IX
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Farmasi di Puskesmas diharapkan dapat


menjawab permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas Bungah Gresik.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, Pedoman Pelayanan Farmasi di Puskesmas ini sudah
barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga
farmasi di Puskesmas, kebijakan manajemen Puskesmas.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Farmasi di Puskesmas perlu
komitmen dan kerja sama yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan
farmasi, sehingga pelayanan Puskesmas pada umumnya akan semakin optimal, dan
khususnya pelayanan farmasi di Puskesmas akan dirasakan oleh pasien / masyarakat

Anda mungkin juga menyukai