Anda di halaman 1dari 63

1

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 1

KONSEP DASAR PENELITIAN


A. PENGERTIAN METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan
pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional, berarti kegiatan
peneiltian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh
penalaran manusia. Empiris, berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
(Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari data jatuhnya pesawat terbang, melalui
paranormal). Sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Proses penelitian (kuantitatif) yang sistematis
itu ditunjukkan pada gambar 1.1.

Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang
mempunyai kriteria tertentu yang valid. Valid, menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Misalnya dalam suatu pameran bisnis terjual 150 set computer, sementara peneliti
melaporkan jauh di bawah atau di atas 150 set computer yang terjual, maka derajat validitas
hasil penelitian itu rendah. Atau misalnya dalam suatu perdagangan saham tidak terjadi
kerusuhan, dan peneliti melaporkan terjadi kerusuhan, maka data yang dilaporkan juga tidak
valid. Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh
karena itu, maka validitas hasil penelitian dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan
obyektivitas data penelitian yang telah terkumpul. Pada umumnya kalau data itu reliable dan
obyektif, maka hasil penelitiannya akan valid. Data yang valid pasti reliable dan obyektif.
Relabilitas berkenaan derajat konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu.
Misalnya pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa jumlah karyawan
yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut
akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000
orang.

Obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak


orang). Bila banyak orang yang menyetujui bahwa karyawan yang berdemontrasi sebanyak
1000 orang, maka data tersebut adalah data yang obyektif (obyektif lawannya subyektif).
Kalau ada beberapa kelompok peneliti memberikan data yang berbeda-beda pada satu obyek
penelitian, maka data penelitian tersebut tidak obyektif, sehingga tidak valid. Data yang
reliable belum tentu valid, misalnya setiap hari seseorang karyawan pulang malam dengan
alasan ada rapat, padahal kenyataannya tidak ada rapat. Hal ini diucapkan secara konsisten
tetapi datanya tidak valid. Data yang obyektif juga belum tentu valid, misalnya 99% dari
sekelompok orang menyatakan bahwa si A adalah pencuri, dan 1% menyatakan bukan

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


2

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


pencuri. Padahal yang benar adalah justru yang hanyha 1% yang menyatakan bahwa si A
adalah bukan pencuri.

Validitas data hasil penelitian dapat diperoleh dengan menggunakan instrument yang
valid, menggunakan sumber data yang tepat dan cukup jumlahnya, serta metode
pengumpulan dan analisis data yang benar. Untuk mendapatkan data yang reliable, maka
instrument harus reliable dan penelitiannya dilakukan dengan berulang-ulang. Selanjutnya
untuk mendapatkan data yang obyektif, maka sampel sumber data jumlahnya mendekati
jumlah populasi.

Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan
penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah yang betul-betul baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan
untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan
Pengembangan berarti untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang
tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau
menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak
terjadi.

Jadi metode penelitian, dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu.

B. JENIS-JENIS PENELITIAN.
Penelitian dapat digolongkan/dibagi kedalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu:

1. Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:


a) Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian yang mempunyai alasan
intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan secara tidak
langsung untuk digunakan.
b) Penelitian Terapan (applied research), yaitu penelitian yang mempunyai alasan
praktis, keinginan untuk mengetahui, bertujuan agar dapat melakukan sesuatu
yang jauh lebih baik, lebih efektif dan efisien.
2. Berdasarkan bidang yang diteliti, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Penelitian Sosial, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti bidang social,
seperti ekonomi, pendidikan, hukum, dan sebagainya.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


3

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


b) Penelitian Eksakta, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti bidang eksakta,
seperti kimia, fisika, dan sebagainya.
3. Berdasarkan tempat penelitian, penelitian dibedakan kedalam tiga kelompok:
a) Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang langsung dilakukan di
lapangan atau pada responden.
b) Penelitian Kepustakaan (library research, yaitu penelitian yang dilaksanakan
dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun
laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.
c) Penelitian laboratorium (laboratory research), yaitu penelitian yang dilaksanakan
pada tempat tertentu (laboratorium) dan biasanya bersifat eksperimen atau
percobaan.
4. Berdasarkan Teknik yang digunakan, penelitian dibedakan kedalam dua kelompok,
sebagi berikut:
a) Penelitian survei (survey research), yaitu penelitian dengan tidak melakukan
perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti.
b) Penelitian percobaan (experiment research), yaitu penelitian di mana dilakukan
perubahan ( ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti.
5. Berdasarkan keilmiahannya, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Penelitian Ilmiah.
Penelitian Ilmiah adalah penelitian yang dalam pelaksanaannya menggunakan
kaidah-kaidah ilmiah, artinya pokok-pokok pikiran yang dikemukakan,
disimpulkan melalui suatu prosedur yang sistematis dengan mempergunakan
pembuktian yang meyakinkan (ilmiah).
Penelitian ilmiah didasarkan atas logika, terorganisasi, dan teliti dalam identifikasi
masalah, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan yang valid.
Bukan hanya atas dasar tebak-tebak, pengalaman dan intuisi semata. Kadar
(tinggi-rendahnya) mutu ilmiah suatu penelitian ilmiah dapat diukur dengan dua
kriteria, yaitu sebagai berikut:
Kemampuannya untuk memberikan pengertian tentang masalah yang diteliti
sehingga jelas.
Kemampuannya untuk meramalkan, artinya sampai di mana kesimpulan yang
sama dapat dicapai, apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain.
Ciri-ciri penelitian ilmiah, adalah sebagai berikut:
 Purposivenes, memiliki focus tujuan yang jelas,
 Rigor, teliti dan memiliki dasar teori dan desain metodologi yang baik,
 Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas.
 Replicability, pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau kasus
sejenis lainnya.
 Objectivity, berdasarkan atas fakta dari data aktual, bukam penilaian yang
subyektif dan emosional,
 Generalizability, semakin luas ruang lingkup penggunaan hasil penelitian,
maka akan semakin berguna.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


4

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Precision, mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi
dapat dilihat.
 Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode
penelitiannya.
b) Penelitian non ilmiah.
Penelitian non ilmiah adalah penelitian yang dalam pelaksanaannya tidak
menggunakan metode atau kaidah-kaidah yang ilmiah.
6. Berdasarkan spesialisasi bidang (ilmu) garapannya, penelitian dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian bisnis.
Penelitian bisnis adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang bisnis, seperti
hal-hal berikut:
 Akunting, seperti prosedur, praktek, dan system pengendalian anggaran,
metode pembayaran inventori, depresiasi, transfer pricing, dan sebagainya.
 Keuangan, seperti operasi lembaga keuangan, rasio-rasio keuangan, merger
dan akuisisi, dan sebagainya,
 Manajemen, seperti sikap dan perilaku karyawan, manajemen SDM,
manajemen produksi/operasi, perumusan strategi, system informasi, dan
sebagainya,
 Pemasaran, seperti citra produk, periklanan, distribusi, penentuan, harga,
kemasan, preferensi konsumen, pengembangan produk baru dan sebagainya.
b. Penelitian Komunikasi.
Penelitian komunikasi adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang
komunikasi, seperti hal-hal sebaga berikut:
 Komunikasi massa,
 Komunikasi bisnis,
 Kehumasan (PR),
 Periklanan.
c. Penelitian Hukum
Penelitian hukum adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang hukum,
seperti hal-hal sebagai berikut:
o Hukum Perdata,
o Hukum Pidana,
o Hukum Tata Negara,
o Hukum Internasional.
d. Penelitian Pertanian
Penelitian Pertanian adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang pertanian,
seperti hal-hal sebagai berikut:
Agribisnis,
Budi Daya Tanaman,
Hama Tanaman,
Agronomi

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


5

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


e. Penelitian Ekonomi
Penelitian Ekonomi adalah penelitian yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi,
seperti hal-hal sebagai berikut:
 Ekonomi Mikro,
 Ekonomi Makro,
 Ekonomi Pembangunan.
f. Dan Lain-lain.
Berikut ini dijelaskan secara singkat beberapa jenis penelitian secara umum.
1) Penelitian Survei.
Penelitian survei adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang
institusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.
Dalam penelitian suvei ini, dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan
terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang
serupa, dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan
di masa datang. Penelitian dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus
maupun dengan sampel.
Penelitian survei dapat berupa, yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian Penjajagan (exploratif).
Penelitian penjajagan ini sifatnya terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan
peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk dapat
melakukan studi deskriptif.
Contoh-contoh mengenai pertanyaan studi penjajagan ini adalah sebagai berikut:
 Apakah yang paling mencemaskan Anda pada akhir-akhir ini ?
 Hal-hal yang penting apakah yang mencemaskan Anda tentang negeri Anda ?
 Menurut Anda, bagaimana cara pengasuhan anak yang baik ?

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut belumlah jelas diketahui jika


belum terkumpul sejumlah jawaban.

b. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Jadi penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena-fenomena masyarakat (social) tertentu, misalnya perceraian,
pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain.
Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta,
tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
c. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi mencoba mencari jawaban, sampai seberapa jauh tujuan yang
digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


6

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


tercapai. Secara umum, terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti pelaksanaan
program tersebut. Evaluasi sumatif biasanya dilaksanakan pada akhir program
untuk mengukur apakah tujuan program tersebut tercapai.
d. Penelitian Eksplanasi (Penelitian Penjelasan).
Penelitian Eksplanasi merupakan penelitian yang menggunakan data yang sama,
di mana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesa.
e. Penelitian Prediksi.
Penelitian Prediksi digunakan untuk meramalkan keadaan atau fenomena social
tertentu, seperti pendapat umum mengenai keadaan social dan politik, pendapat
umum mengenai pelaksanaan hukuman mati, dan lain-lain. Di samping itu,
penelitian prediksi digunakan juga untuk mengadakan proyeksi penduduk.
Proyeksi tersebut, tidak hanya memuat asumsi-asumsi mengenai jumlah
penduduk tetapi juga mencakup perubahan fasilitas, moralitas, struktur umur,
komposisi seks, dan lain-lain.
f. Penelitian Pengembangan Sosial
Penelitian pengembangan indicator social dikembangkan berdasarkan survey-
survei yang dilakukan secara berkala. Sebagai contoh; BPS menerbitkan buku,
antara lain: (1) indicator kesejahteraan rakyat; (2) indicator pemerataan
pendapatan, jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia, 1976 – 1985.

2) Grounded Research
Graunded Research adalah penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan
menggunakan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi
empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori,
di mana pengumpulan data dan analisis datanya berjalan pada waktu yang
bersamaan.
Graunded Research bertolak dari fakta, dan dari fakta tanpa teori serta dicoba untuk
mewujudkan suatu teori. Dengan demikian, dalam Graunded Research ini, data
merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Kategori-kategori dan konsep-
konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan
untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan
selama penelitian berlangsung.
Ciri-ciri Graunded Research, yaitu sebagai berikut:
1). Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis.
2). Teori yang menerangkan data, setelah data diurai.
Uraian Berdasarkan Data
Teori yang
DATA Analisa menjadi konsep dan menerangkan Data
Hipotesis berdasarkan data

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


7

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


3) Studi Kasus
Studi Kasus adalah penelitian mengenai status subyek penelitian yang berkenan
dengan suatu fase spasifik atau khas dari keseluruhan personalitas.
Subyek penelitian dapat saja berupa individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti ingin mempelajari secara intesif latar
belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit social yang menjadi subyek.
Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang
latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status
dari individu, yang kemudian hasilnya dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Hasil dari suatu penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus
yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari
tujuannya, ruang lingkup dari studi yang mencakup segmen atau bagian tertentu atau
mencakup keseluruhan siklus kehidupan individu, kelompok dan sebagainya, baik
dengan penekanan terhadap factor-faktor kasus tertentu, ataupun meliputi
keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Penelitian ini lebih menekankan
pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.
4) Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakannya control terhadap variabel
tertentu.
Penelitian ini, sangat sesuai untuk pengujian hipotesis tertentu dan dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan sebab-akibat variabel penelitian. Pelaksanaannya
memerlukan konsep dan variabel yang jelas sekali dan pengukuran yang cermat.
Penelitian eksperimen dapat dilakukan di laboratorium, kelas atau lapangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab
akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan control untuk perbandingan. Penelitian eksperimen dapat mengubah
teori-teori yang telah usang.
5) Analisis Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia. Data ini mungkin berasal dari hasil
survei yang belum diperas, yang dengan analisis lanjutan dapat menghasilkan
sesuatu yang amat berguna, juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi
yang telah dilakukan.
C. TUJUAN PENELITIAN.
Secara umum penelitian mempunyai empat tujuan utama, yaitu sebagai berikut:
1). Tujuan explorative (tujuan penemuan), menemukan sesuatu (pengetahuan) yang baru
dalam bidang tertentu.
2). Tujuan verifikatif (tujuan pengujian), menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan)
dalam bidang yang telah ada.
3). Tujuan developmental (tujuan pengembangan), mengembangkan sesuatu
(pengetahuan) dalam bidang yang telah ada.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


8

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


4). Tujuan penulisan karya ilmiah, pembuatan skripsi, tesis dan disertasi.
D. PERANAN PENELITIAN.
Penelitian mempunyai peranan antara lain, yaitu sebagai berikut:
1. Pemecahan masalah, dalam hal ini meningkatkan kemampuan untuk
menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait
mengait.
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam bidang yang diajukan,
dalam hal ini meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan
fenomena-fenomena dari suatu masalah tersebut.
3. Mendapatkan pengetahuan/ilmu baru, dalam hal ini menemukan sesuatu
pengetahuan/ilmu yang baru.
E. PERSYARATAN PENELITIAN.
Sebuah penelitian dikatakan baik atau penelitian yang ilmiah apabila memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut:
1). Mengikuti konsep ilmiah, artinya mengikuti cara-cara yang telah ditentukan, yaitu
prinsip ilmiah, seperti berdasarkan pada fakta, menggunakan analisa, menggunakan
hipotesis, menggunakan ukuran yang obyektif, dan menggunakan teknik kuatifikasi.
2). Sistematis, artinya dilaksanakan menurut pola tertentu.
3). Terencana, artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan, atau
pelaksanaannya bukan secara kebetulan.
Pendapat lain mengatakan, suatu penelitian dikatakan baik ilmiah, apabila:
1). Mempunyai tujuan yang jelas (purposivennes),
2). Dilakukan dengan hati-hati, cermat dan teliti (exactitude),
3). Dapat diuji atau dikaji (testability),
4). Dapat diulang oleh orang atau peneliti lain (replicability),
5). Jika dihubungkan dengan populasi atau sampel, maka penelitian itu memiliki
ketepatan dan keyakinan (precision and confidence),
6). Bersifat obyektif, artinya data yang digunakan adalah berupa fakta/kenyataan
(objectivitas),
7). Berlaku bagi umum (generalization),
8). Bersifat hemat, artinya tidak berlebihan baik yang ditulis maupun yang dilakukan
(parsimony),
9). Data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata atau ungkapan yang
memiliki arti sama (consistenscy),
10). Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya
(coherency).
F. KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN.
1. Konsep
Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu
gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Bailey (1982) menyebutnya
sebagai persepsi (mental image). Atau abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus. Contoh: volume, warna, balajar.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


9

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


2. Konstruk
Konstruk adalah konsep yang dapat diukur dan diamati. Menjadikan konsep yang
abstrak menjadi konstruk yang dapat kita ukur disebut operasionalisasi. Kata
kerjanya mengoperasionalisasikan. Contoh:
 Kesejahteraan sebagai konstruk adalah jumlah usia seseorang.
 Lapar sebagai konstruk adalah perasaan sakit setelah tidak makan selama 24 jam.
 Popularitas sebagai konstruk adalah jumlah pilihan sosiometri yang diterima
seseorang dari individu yang lain dari kelompoknya.
3. Variabel
Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai-nilai dalam bentuk
bilangan, atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum.
Nilai suatu variabel dapat dinyatakan dengan angka atau kata-kata. Contoh; Umur,
kepadatan penduduk, jenis kelamin, produksi.
Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kriteria yang
menyertainya.
 Berdasarkan hubungannya, variabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
bagi variabel lain.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel
lain. Namun, suatu variabel tertentu dapat sekaligus menjadi variabel bebas dan
variabel terikat.
c. Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi, dalam hal ini
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tidak bebas. Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas kedua.
d. Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi, dalam
hal ini memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, tetapi tidak dapat diukur atau diamati.
e. Variabel control
Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel ini, biasanya digunakan apabila
penelitiannya adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Contoh-contoh variabel penelitian di atas:
a) Variabel bebas dan terikat
Seleksi tenaga kerja dan prestasi kerja;
 Variabel bebas: seleksi tenaga kerja,
 Variabel terikat: prestasi kerja.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


10

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Inflasi dan harga saham;
 Variabel bebas: Inflasi,
 Variabel terikat: harga saham.
b) Variabel moderator
Perbandingan ketrampilan kerja dengan metode demonstrasi dan metode ceramah
antara karyawan laki-laki dan wanita devisi IX PT. Maju Terus Jakarta.
 Variabel bebas: metode demonstrasi dan ceramah,
 Variabel terikat: ketrampilan kerja,
 Variabel moderator: karyawan laki-laki dan wanita.
Hubungan suami istri akan semakin kuat atau akrab jika telah mempunyai anak,
sebaliknya akan menjadi lemah atau renggang bila ada pihak ketiga. Anak dan pihak
ketiga merupakan variabel moderator.
c) Variabel intervening
 Pemberlakuan empat hari kerja dalam seminggu cenderung meningkatkan
produktivitas kerja melalui peningkatan kepuasan kerja.
 Variabel bebas: empat hari kerja dalam seminggu,
 Variabel terikat: produktivitas kerja,
 Variabel intervening: kepuasan kerja.
 Gaji karyawan tinggi, pemimpin berperilaku baik, tetapi prestasi kerja karyawan
rendah karena sedang frustasi. Frustasi disini merupakan variabel intervening.
d) Variabel kontrol
 Perbandingan ketrampilan kerja dengan metode demonstrasi dan metode ceramah
antara karyawan laki-laki dan wanita devisi IX PT. Maju Terus Jakarta.
 Variabel bebas: metode demonstrasi dan ceramah,
 Variabel terikat: ketrampilan kerja,
 Variabel control: divisi IX PT. Maju Terus.
 Perbandingan prestasi kerja karyawan pemasaran antara lulusan SMU dan SMK
melalui volume penjualan. Volume penjualan merupakan variabel control.
Penentuan mana variabel bebas dan mana variabel terikat dalam beberapa hal tidak
mudah dilaksanakan. Namun, dengan studi yang cermat, diskusi yang seksama,
berbagai pertimbangan, kewajaran masalah yang dihadapi dan pengalaman akan
membantu memudahkan penentuan. Di samping itu, variabel yang mudah di dapat
atau tersedia sering dapat digolongkan ke dalam variabel bebas. Untuk keperluan
analisis, variabel dinyatakan dengan X1, X2,…………..Xk ( k ≥ 1 ), sedangkan
variabel terikat dinyatakan dengan Y.
 Berdasarkan sifat nilainya, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
a) Variabel kategorik (diskrit), adalah variabel yang dibagi menjadi golongan-
golongan atau kategori-kategori dengan ciri-ciri tertentu untuk setiap
golongan atau kategori.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


11

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


b) Variabel kontinyu, adalah variabel yang dapat mengambil nilai pecahan,
sehingga antara dua nilai bulat yang berdekatan tidak terputus tetapi masih ada
nilai-nilai lain secara bersambung.
 Berdasarkan dapat tidaknya dimanipulasi, variabel dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
a) Variabel aktif (veriabel nonsubjek), Variabel aktif adalah variabel yang dapat
dimanipulasi (dikendalikan), seperti temperatur ruangan, frekuensi kekerasan
dalam acara televisi.
b) Variabel atribut (variabel subjek), adalah variabel yang tidak dapat
dimanipulasi, yaitu peneliti tidak dapat melakukan perubahan yang
menyangkut variabel pada subjek penelitian, seperti umur, tingkat kecerdasan,
status social.
4. Hipotesis
Hipotesis adalah proporsi yang masih bersifat sementara dan masih harus diuji
kebenarannya. Proporsi adalah pernyataan tentang suatu konsep.
5. Pengukuran
Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada objek atau
peristiwa.

G. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berasal dari bahasa Yunani, yaitu: methodos = cara atau jalan;
logos = ilmu. Metodologi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tata cara atau jalan
sehubungan dengan adanya penelitian. Dalam metodologo penelitian dibicarakan, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu, yaitu tentang apakah ilmu dan mengapa orang melakukan penelitian.
2. Prosedur Penelitian, mencakup pembahasan bagaimana suatu penelitian dimulai,
dan diakhiri dengan pembuatan laporan penelitian.
3. Alat analisis, yakni beberapa teknik yang digunakan dalam menganalisa data.

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode penelitian
menyangkut masalah kerjanya, yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi
sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian.
Jadi, metodologi penelitian melingkupi metode penelitian.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


12

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 2

METODE PENELITIAN

A. PENGERTIAN METODE PENELITIAN


Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan
(methods=tata cara).

Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik
penelitian. Hal ini, disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit
dibedakan.

Metode penelitian membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian, sedangkan


prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian
membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data
penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur dan teknik penelitian.

Untuk itu, seorang peneliti sebelum melaksanakan penelitian, sebaiknya menjawab


terlebih dahulu tiga buah pertanyaan, seperti yang dikemukakan oleh Nazir (1988), sebagai
berikut:

1. Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian ?


2. Alat-alat apakah yang akan digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data ?
3. Bagaimana melakukan penelitian tersebut ?

Contoh:

Apabila dalam sebuah penelitian, yang dibicarakan adalah pelaksanaan percobaan di


lapangan, di mana dalam penentuan plot, pertama-tama dilakukan pembagian daerah
menjadi beberapa blok, kemudian setiap blok dibagi lagi, dan seterusnya, maka yang
dibicarakan adalah prosedur penelitian. Jika, yang dibicarakan adalah penggunaan
interview/wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka yang dibicarakan adalah
teknik penelitian. Jika yang dibicarakan adalah bagaimana penelitian dilakukan, yaitu
dengan prosedur dan alat bagimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan
adalah metode penelitian. Jadi, dalam metode penelitian ini tercakup prosedur penelitian
dan teknik penelitian.

B. JENIS-JENIS METODE PENELITIAN


Jenis-jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri, seperti berikut
ini:
1. Metode Historis
Historis artinya berhubungan dengan sejarah. Sejarah adalah studi tentang masa lalu
dengan menggunakan paparan dan penjelasan.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


13

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Metode Historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan
obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memferivikasi dan mensintesiskan bukti untuk
menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam
hubungan hipotesis tertentu. Dengan metode historis, seorang ilmuwan social (ahli)
mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapinya. Oleh David Fischer, peneliti
historis adalah orang yang mengajukan pertanyaan terbuka tentang peristiwa masa lalu
dan menjawabnya dengan fakta terpilih yang disusun dalam bentuk paradigm penjelasan.
Dengan demikian, penelitian dengan metode historis merupakan penelitian yang kritis
terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan
menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber sejarah serta
interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
2. Metode Deskriptif
Deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode
deskriptif bertujuan untuk:
 Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
 Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku,
 Membuat perbandingan atau evaluasi,
 Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada
waktu yang akan datang.
Dengan demikian, metode deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertantu atau bidang tertantu, dalam hal ini
bidang secara actual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis),
tetapi juga memadukan. Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi.
Metode deskriptif pada hakekatnya adalah mencari teori, bukan menguji teori. Metode
ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai
pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam
buku observasi. Dengan suasana alamiah berarti bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia
tidak berusaha memanipulasi variabel. Karena kehadirannyamungkin mempengaruhi
gejala, peneliti harus berusaha memperkecil pengaruh tersebut.
Pada penelitian dengan metode deskriptif ini, disyaratkan sebagai berikut:
 Peneliti harus memiliki sifat represif. Ia harus selalu mencari, dan bukan menguji.
 Peneliti harus memiliki kekuatan integrative, kekuatan untuk memadukan berbagai
macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran.

Bentuk lain dari metode deskriptif adalah metode survei dan metode observasi.

3. Metode Korelasional
Metode Korelasional sebenarnya adalah kelanjutan dari metode deskriptif. Pada
metode deskriptif, data dihimpun dan disusun secara sistematis, factual dan cermat,
namun tidak dijelaskan hubungan di antara variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau
prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel diteliti dan dijelaskan.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


14

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Hubungan yang dicari ini disebut sebagai korelasi. Jadi, metode korelasional adalah
mencari hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti.
Korelasi yang terjadi di antara dua variabel atau lebih dapat berupa, hal-hal sebagai
berikut:
Korelasi positif, yaitu korelasi dari dua variabel atau lebih di mana jika variabel yang
satu meningkat, maka variabel lainnya cenderung untuk meningkat pula, atau
sebaliknya jika variabel yang satu turun, maka variabel lainnya juga akan turun.
Korelasi negatif, yaitu korelasi dari dua variabel atau lebih di mana jika variabel yang
satu meningkat, maka variabel lainnya cenderung untuk menurun, atau sebaliknya jika
variabel yang satu turun, maka variabel lainnya cenderung meningkat.
Tidak ada korelasi, yaitu kedua variabel atau lebih tidak menunjukkan hubungan
antara keduanya.
Korelasi sempurna, yaitu korelasi dari dua atau lebih variabel, di mana kenaikan atau
penurunan variabel yang satu berbanding seimbang dengan kenaikan atau penurunan
variabel yang lainnya.
Metode korelasi ini, bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada satu factor
berkaitan dengan variasi pada factor lainnya. Jika pada metode ini, hanya ada dua
variabel yang dihubungkan, maka disebut korelasi sederhana (simple correlation) dan
jika lebih dari dua variabel dihubungkan disebut korelasi berganda (multiple correlation).
Pada metode ini, pencarian hubungan (korelasi) antara dua variabel menggunakan
koefisien korelasi atau koefisien determinasi. Koefisien korelasi disimbolkan “r”,
digunakan untuk menentukan jenis/arah dan kuat atau tidaknya hubungan dari dua
variabel atau lebih. Nilai koefisien korelasi ini terletak antara interval -1 sampai 1
(-1 ≤ r ≤ 1).
 Jika r bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi positif. Makin dekat nilai r
ke +1, makin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
 Jika r bernilai negative, maka variabel-variabel berkorelasi negatif. Makin dekat nilai
r ke -1, makin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
 Jika r bernilai 0, maka variabel-variabel tidak menunjukkan korelasi.
 Jika r bernilai +1 atau -1, maka variabel-variabel menunjukkan korelasi positif atau
negative sempurna.
Untuk nilai r yang berada di antara -1 dan +1 (-1 ≤ r ≤ +1), Guilford (1956;145)
memberikan patokan dalam menentukan kuat atau tidaknya korelasi antara variabel
tersebut.
 Kurang dari 0,20 korelasi rendah/lemah sekali.
 0,20 – 0,40 korelasi rendah/lemah tapi pasti.
 0,40 – 0,70 korelasi yang cukup berarti.
 0,70 – 0,90 korelasi yang tinghgi, kuat.
 Lebih dari 0,90 korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan.
Selain koefisien korelasi, koefisien lain yang sering digunakan dalam metode ini
adalah koefisien penentu (koefisien determinasi), disimbolkan “r2”, atau KP/KD. KP
ini digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel yang satu terhadap

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


15

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


variabel lainnya. Nilai r ini, terletak antara 0 sampai 1 (0 ≤ r ≤ 1), dan biasanya
2 2

dinyatakan dalam persentase (KP = r2 x 100%).


Metode korelasi ini digunakan untuk:
 Mengukur hubungan di antara berbagai variabel.
 Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas,
 Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental.
4. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan metode penelitian yang memungkinkan peneliti
memanipulasi variabel dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini, variabel-variabel
dikontrol sedemikian rupa, sehingga variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat
dihilangkan.
Metode eksperimental ditujukan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan
memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok eksperimental,
dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami
manipulasi. Manipulasi berarti merubah secara sistematis sifat-sifat (nilai-nilai) variabel
bebas. Setelah dimanipulasi, variabel bebas itu disebut garapan.
Metode eksperimen memiliki tiga ciri, yaitu sebagai berikut:
 Manipulasi, yaitu mengubah secara sistematis keadaan tertentu.
 Observasi, yaitu mengamati dan mengukur hasil manipulasi.
 Kontrol, yaitu mengendalikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya
manipulasi.
Kontrol adalah kunci metode eksperimental, sebab tanpa kontrol manipulasi dan
observasi akan menghasilkan data yang meragukan atau bias.
Penelitian yang menggunakan metode eksperimen, misalnya penelitian mengenai efek
adegan kekerasan dalam televisi pada sifat agresif anak, yaitu dengan memperlihatkan
dua macam acara TV, di mana TV pertama berisikan acara yang mengandung adegan
kekerasan dan TV ke dua berisikan acara yang ringan (tidak mengandung kekerasan).
Kelompok yang menonton TV pertama disebut kelompok eksperimental, sedang
kelompok yang kedua disebut kelompok kontrol. Sementara adegan kekerasan disebut
garapan, sebab kelompok eksperimen kita garap dengan variabel yang kita
manipulasikan.
Penelitian dengan mengunakan metode eksperimental ini tidak sesederhana itu.
Peneliti hrus memperhatikan apakah tidak ada variabel luar yang ikut serta menimbulkan
efek. Misalnya, secara kebetulan pada kelompok eksperimen pada contoh di atas lebih
banyak anak yang mengalami frustasi dalam keluarganya. Frustasi mungkin yang menjadi
sebab, dan bukan adegan kekerasan pada acara menonton televisi. Karena itu, sedapat
mungkin peneliti mengusahakan agar perbedaan hasil pengamatan itu tidak disebabkan
oleh hal-hal lain kecuali variabel bebas yang diteliti itu.
5. Metode Kuasi Eksperimental
Metode kuasi eksperimental hampair menyerupai metode eksperimental, hanya pada
metode ini, peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel bebasnya.
Metode kuasi eksperimental mempunyai dua ciri, yaitu sebagai berikut:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


16

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Peneliti tidak mampu meletakkan subyek secara random pada kelompok
eksperimental atau kelompok control. Yang dapat dilakukan peneliti adalah mencari
kelompok subjek yang diterpa variabel bebas, dan kelompok lain yang tidak
mengalami variabel bebas.
 Peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang
dikehendakinya.
C. MANFAAT METODE PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dengan diketahuinya metode penelitian, antara lain adalah
sebagai berikut:

1). Mengetahui arti pentingnya penelitian.


Dengan demikian, keputusan-keputusan yang dibuat dalam kehidupan sehari-hari
mungkin didasarkan atas hasil penelitian, baik dalam memecahkan masalah atau
mencari hal-hal baru.
2). Menilai hasil-hasil penelitian.
Dalam hal ini apakah suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan atau tidak dan
seberapa jauh kebenarannya atau kebenaran yang diungkap dalam penelitian tersebut.
3). Dapat melahirkan sikap dan pola piker yang skeptic, analitik, kritik dan kreatif.
 Sikap dan pola pikir skeptik berarti selalu menanyakan bukti atau fakta atas setiap
pertanyaan/permasalahan yang muncul.
 Sikap dan pola pikir analistik berarti selalu menganalisis setiap pertanyaan atau
permasalahan, mana yang relevan, mana yang utama dan pokok, mana yang tidak
relevan dan tidak utama.
 Sikap dan pola piker kritik berarti selalu mengembangkan kemampuan menimbang
dengan obyektif berdasarkan data dan analisis yang logis (sesuai akal sehat).
 Sikap dan pola piker kreatif berarti selalu menggunakan sikap dan daya pikirnya
atau temuan-temuan yang diperolehnya untuk membuat temuan-temuan baru.
4). Dapat menyusun/ membuat skripsi/thesis/disertasi secara baik dan benar sesuai
dengan aturan-aturan (khusus untuk para Mahasiswa).
D. TEKNIK PENELITIAN
Teknik penelitian adalah penggunaan alat dalam mengukur ataupun dalam
mengumpulkan data. Jadi, yang dibicarakan dalam teknik penelitian meliputi pengukuran
dalam penelitian dan alat-alat pengumpulan data.

a. Pengukuran dalam Penelitian.


Pengukuran adalah usaha untuk memberikan nomor pada benda-benda atau peristiwa-
peristiwa menurut suatu aturan tertentu. Jadi, pengukuran pada dasarnya merupakan
penggambaran suatu hubungan.
Dalam penelitian, pengukuran dikenakan pada variabel yang kita pelajari. Pengukuran
menandai nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan.
a) Skala/tingkat pengukuran.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


17

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Skala pengukuran adalah peraturan penggunaan notasi bilangan dalan
pengukuran. Skala pengukuran dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai
berikut:
 Skala Nominal.
Yaitu skala yang diberiken pada objek atau kategori yang tidak
menggambarkankedudukan objek atau kategori tersebut terhadap objek atau
kategori lainnya, tetapi hanya sekedar label atau kode saja. Skala ini hanya
mengelompokkan objek/kategori ke dalam kelompok tertantu.
Skala ini mempunyai dua ciri, yaitu sebagai berikut:
 Kategori data bersifat saling lepas (satu objek hanya masuk peda satu
kelompok saja).
 Kategori data tidak disusun secara logis.
Contoh:
Jenis kelamin manusia: 1. Untuk Manusia,
0. Untuk wanila.
 Skala Ordinal.
Yaitu skala di mana penomoran objek / kategori disusun menurut besarnya,
yaitu dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan jarak /
rentang yang tidak harus sama.
Skala ini memiliki ciri seperti pada ciri skala nominal ditambah satu ciri lagi,
yaitu: kategori data dapat disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan
besarnya karakteristik yang dimiliki.
Contoh:
Merubah nilai ujuan ke nilai prestasi, yaitu:
Nilai dari 80 – 100 adalah A,
Nilai dari 65 – 79 adalah B,
Nilai dari 55 – 64 adalah C,
Nilai dari 45 – 54 adalah D,
Nilai dari 0 – 43 adalah E.
 Sakal Interval.
Yaitu skala di mana objek / kategori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut
yang memberikan informasi tentang interval antara tiap objek / ketegori sama.
Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi.
Skala ini, memiliki ciri sama dengan ciri pada skala ordinal ditambah satu ciri
lagi, yaitu urutan kategori data mempunyai jarak yang sama.
Contoh:
A B C D E
1 2 3 4 5
Interval A sampai C adalah 3 – 1 = 2. Interval C sampai D adalah 4 – 3 = 1.
Kedus interval ini dapat dijumlahkan menjadi 2 + 3 = 3. Atau interval antara A
dan B adalah 4 – 1 = 3.
Pada skala ini, yang dijumlahkan bukanlah kuantitas atau besaran, melainkan
interval dan tidak terdapat titik nol absolut.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
18

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Sakala Rasio.
Yaitu skala yang memiliki sifat-sifat skala nominal, skala ordinal dan skala
interval, dilengkapi dengan titik nol absolute dengan makna empiris.
Karena terdapat angka nol, maka pada skala ini dapat dibuat perkalian atau
pembagian.
Angka pada skala menunjukkan ukuran yang sebenarnya dari objek / kategori
yang diukur.
Contoh:
A dan B adalah dua orang mahasiswa Universitas “X” yang nilai mata kuliah
Metode Penelitiannya masing-masing 60 dan 90. Ukuran rasionya dapat
dinyatakan bahwa nilai B adalah 1,5 kali nilai A.
b) Sayarat-syarat pengukuran.
Untuk memenuhi kriteria sebuah penelitian dianggap sebagai penelitian ilmiah,
maka kecermatan pengukuran sangat diperlukan. Untuk itu, ada dua syarat utama
yang harus dipenuhi oleh alat ukur untuk memperoleh suatu pengukuran yang
cermat, yaitu sebagai berikut:
 Relibilitas.
Relibilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan
memiliki relibilitas, apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama
atau oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang sama. Jadi, reliabilitas
adalah seberapa jauh konsistennya alat ukur untuk memberikan hasil yang
sama dalam mengukur hal dan subyek yang sama.
Relibilitas mengandung 3 makna, yaitu:
 Tidak berubah-ubah (stabilitas),
 Konsistensi,
 Dapat diandalkan.
 Validitas.
Validitas berarti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak diukur, artinya alat
ukur yang digunakan dalam pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Jadi, validitas adalah seberapa jauh alat
ukur mengukur hal atau subyek yang ingin diukur.
Contoh:
Alat pengukuran valid untuk mengukur berat adalah neraca. Artinya literan
adalah alat pengukuran yang tidak valid untuk mengukur berat. (pembahasan
lebih lanjut mengenai pengukuran ini, akan diberikan pada Bab Skala
Pengukuran dan Instrumen Penelitian).
b. Alat-alat Pengumpulan Data.
Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini, dikenal pula sebagai
instrument pengumpulan data. Instrument pengumpulan data ini dapat berupa sebagai
berikut:
a. Tes atau soal tes.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


19

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
b. Kuesioner atau angket.
Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh data dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal lain yang diketahuinya.
c. Check List.
Chek list adalah daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
d. Pedoman Wawancara.
Pedoman wawancara adalah daftar yang berisikan pertanyaan atau pernyataanyang
digunakan, sebagai patokan dalam melaksanakan wawancara dengan responden.
e. Pedoman Dokumentasi.
Pedoman dokumentasi adalah daftar yang berisikan patokan-patokan atau panduan
dalam menelusuri sebuah dokumentasi.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau
dikerjakan dalam suatu penelitian.
Secara garis besarnya, prosedur penelitian terdiri atas 3 tahapan, yaitu sebagai berikut:
1). Tahap Perencanaan Penelitian.
Yaitu tahap di mana sebuah penelitian di persiapkan. Pada tahap ini, semua hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian dipersiapkan atau diadakan, seperti pemilihan judul,
perumusan masalah, dan hipotesis.
2). Tahap Pelaksanaan Penelitian.
Yaitu tahap di mana sebuah penelitian sudah dilakukan atau dilaksanakan. Pada tahap ini,
pengumpulan data atau informasi, analisa data dan penarikan kesimpulan telah dilakukan.
3). Tahap Penulisan Laporan Penelitian.
Yaitu tahap di mana sebuah penelitian sudah selesai dilaksanakan. Pada tahap ini, hasil
dari sebuah penelitian dibuatkan laporannya.
Prosedur penelitian seperti yang dikemukakan di atas dapat dikembangkan menjadi lebih
luas seperti berikut ini:
a). Mendefinisikan dan merumuskan masalah.
Hal-hal yang dipermasalahkan dalam penelitian adalah masalah dan peluang
(opportunity), di mana pendefinisiannya harus jelas baik dari segi keluasannya maupun
dari segi kedalamannya.
b). Melakukan studi kepustakaan
Mengacu pada teori-teori yang berlakudan dapat divari atau ditemukan pada buku-buku
teks ataupun hasil penelitian orang lain, baik yang sudah dipublikasikan maupun belum.
Acuan teori ini, merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi oleh peneliti.
c). Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau anggapan yang sifatnya sementara tentang
fenomena tertentu yang akan diselidiki. Ia berguna untuk membantu peneliti menuntun

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


20

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


jalan pikirannya agar mencapai hasil penelitiannya. Yang dihipotesiskan adalah
pernyataan yang ada pada rumusan masalah.
d). Menetukan model/desain penelitian
Model yang dapat dipakai adalah model matematika yang berguna untuk menguji
hubungan antar fenomena, yang jika dinyatakan dalam hubungan fungsional dituliskan
sebagai berikut:
Y =f(X1, X2, X3,……….Xn) atau dalam bentuk persamaan regresi,
Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3+……….+ bnXn
Di mana Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas.
Pada beberapa buku teks, tahap menetukan model ini diganti dengan tahap menentukan
desain penelitian karena menentukan model merupakan bagian dari desain penelitian.
e). Mengumpulkan data
Data sebagai bahan baku informasi harus dicari dengan teknik yang sesuai. Sebab jika
data diperoleh dengan cara yang salah, akibatnya informasi yang dihasilkan pun salah.
f). Mengolah dan menyajikan informasi
Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga informasi yang tersaji lebih mudah
diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, dan nilai
statistic. Pengolahan data ini dapat pula dilakukan dengan bantuan komputer.
g). Menganalisis dan menginterpretasikan
Selanjutnya hasil olahan di atas dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan alat-alat
analisis yang sesuai dengan tujuan riset agar dapat menghasilkan kajian yang cukup
tajam, mendalam dan luas. Hasil kajian ini dilengkapi dengan tafsirannya. Alat-alat
analisis kuatitatif maupun kualitatis dapat dipilih, juga alat-alat analisa yang sesuai
dengan bidangnya maupun statistic yang dapat dipakai di banyak disiplin ilmu. Semua
dapat dipakai sesuai dengan tujuan penelitian yang ada.
h). Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan interpretasi, selanjutnya peneliti membuat generalisasi
dari penemuannya berdasarkan batasan-batasan penelitian yang ada, serta membuat
kesimpulan yang sesuai dengan hipotesa yang diajukan. Saran disajikan pula, karena
penelitian yang dibuat harus memiliki keterbatasan-keterbatasan ataupun asumsi-asumsi.
i). Membuat laporan
Seluruh hasil kerja di atas pada akhirnya harus dibuat dalam suatu laporan tertulis yang
teknik penulisannya walaupun tidak ada standar baku, tetapi secara umum dapat dianggap
sama. Di perguruan tinggi, untuk program sarjana S1 laporan penelitian ini disebut
skripsi, untuk program pasca sarjana disebut tesis dan program doctoral S3 disebut
disertasi.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


21

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 3

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

Data yang digunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang
akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat
berupa orang, perusahaan, media, dan lain sebagainya.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga
memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang bisa dianggap mewakili populasi.
Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama
dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak sama.

B. ALASAN PEMILIHAN SAMPEL


Untuk sesuatu hal (alasan), maka populasi dapat digunakan sebagai data, tetapi karena
sesuatu hal (alasan) pula, maka populasi tidak dapat digunakan dan kemudian dipilih sampel.
Alasan dipilihnya sampel sebagai data antara lain sebagai berikut:
1. Objek penelitian yang homogen
Di dalam menghadapi obyek penelitian yang hamper homogen atau 100% homogen,
maka populasi tidak perlu, cukup hanya dengan mengambil sampel untuk mendapatkan
data yang diperlukan.
Contoh obyek yang bersifat homogen adalah: darah dalam tubuh seseorang, kadar garam
air laut, dan sebagainya.
2. Objek penelitian yang mudah rusak
Di dalam menghadapi obyek penelitian yang mudah rusak, maka populasi tidak mungkin
diambil, sebab akan merusak seluruh obyek yang akan diselidiki, oleh karenanya diambil
sampel.
3. Penghematan biaya dan waktu
Biaya yang dikeluarkan untuk mengambil populasi sebagai obyek penelitian jauh lebih
besar, jika dibandingkan dengan sampel, sehingga penggunaan populasi banyak
melakukan pemborosan, sedangkan penggunaan sampel lebih simple, ini disebabkan
obyek populasi yang diteliti jauh lebih banyak dibandingkan dengan obyek sampel yang
diteliti. Demikian pula halnya dengan waktu. Waktu yang digunakan untuk meneliti
populasi lebih lama, jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk meneliti
sampel, sehingga penelitian sampel lebih cepat diselesaikan.
4. Masalah ketelitian

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


22

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Mengingat banyaknya obyek yang harus diteliti pada populasi dibandingkan dengan
sampel, maka keakuratan hasil penelitiannya juga berkurang. Pengalaman mengatakan
bahwa makin banyak obyek yang diteliti, makin kurang pula ketelitian yang dihasilkan.
5. Ukuran populasi
Seperti diketahui bahwa populasi itu, berdasarkan ukuranya dapat berupa populasi
terhingga dan populasi tak terhingga. Untuk populasi tak terhingga (populasi yang
memiliki obyek tidak hingga banyaknya, penelitiannya tidak mungkin dilakukan. Untuk
populasi terhingga, tetapi memiliki obyek yang sedemikian besarnya, penelitian juga
sulit untuk dilakukan. Dengan demikian, untuk keadaan seperti itu, maka penelitian
sampel yang dikerjakan.
6. Factor ekonomis
Factor ekonomis di sini diartikan, apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan
biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan untuk penelitian itu ataukah tidak. Jika
tidak, mengapa harus memilih populasi yang menggunakan biaya, waktu dan tenaga yang
banyak. Dan sebagai alternatifnya lebih dipilih sampel.
C. SYARAT-SYARAT SAMPEL YANG BAIK
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi oleh sampel agar dapat dikatakan sampel
yang baik, yaitu sebagai berikut:
1. Representatif.
Suatu sampel dikatakan representative, apabila ciri-ciri sampel yang berkaitan dengan
tujuan penelitian sama/hamper sama dengan ciri-ciri populasinya.
2. Memadai.
Suatu sampel dikatakan memadai apabila ukuran sampelnya cukup untuk meyakinkan
kestabilan ciri-cirinya.
D. UKURAN SAMPEL
Untuk menentukan banyaknya sampel (ukuran sampel) dari suatu populasi, ada
beberapa cara yang dapat digunakan seperti berikut ini.
1. Pendapat Bailey
Bailey menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data
statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30.
2. Pendapat Gay
Semetara Gay berpendapat bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan, yaitu sebagai berikut:
 Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relative kecil, minimal
20%.
 Metode deskriptif korelasional, minimal 30 subyek.
 Metode expost facto, minimal 15 subyek per kelompok.
 Metode experimental, minimal 15 subyek per kelompok.
3. Rumus, yaitu sebagai berikut:
a). Ukuran populasi yang tidak diketahui dan diasumsikan populasi berdistribusi
normal :

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


23

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

  .Z 
2

n=  
 T 

Keterangan:
n = besar sampel yang diperlukan,
s = perkiraan simpangan baku populasi,
Z = nilai standar sesuai dengan tingkat signifikansi,
T = kesalahan penaksiran maksimum yang diterima.

Contoh Soal:
Tentukan besarnya sampel (n) yang harus diambil, untuk menyelidiki waktu rata-rata
yang digunakan oleh mahasiswa untuk sebuah soal ujian metode penelitian, jika
digunakan interval keyakinan 95% dengan kesalahan duga 0,4 dan simpangan baku
1,2 menit ?
Penyelesaian:
1 – α = 95%
α = 5% = 0,05
Z0,01 = 1,65 (lihat tabel Z)
T = 0,4
σ = 1,2
  .Z 
2

n=  
 T 
2
 1,2 x1,65 
=  = 24,5 (dibulatkan 25.
 0,4 
b). Ukuran populasi diketahui dan asumsi populasi berdistribusi normal:
N
n=
1  Ne2
Keterangan:
n = ukuran sampel,
N = ukuran populasi,
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir/diinginkan, misalnya 1%.
Untuk informasi lebih jauh tentang pemakaian rumus ini, Paguso, Garcia, dan
Guerrero (1978) yang dikutip Sevilla (1994) memperlihatkan batas-batas kesalahan yang
tidak dapat digunakan pada ukuran populasi.
Tabel 1 berisikan informasi yang dimaksud, diperlihatkan sebagai berikut:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


24

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Tabel 1.
Ukuran Sampel untuk Batas-batas Kesalahan
dan Jumlah Populasi yang Ditetapkan
Populai Batas-batas Kesalahan
± 1% ± 2% ± 3% ± 4% ± 5% ± 10%
500 * * * * 222 83
1.500 * * 638 441 316 94
2.500 * 1.250 769 500 345 96
3.000 * 1.364 811 517 353 97
4.000 * 1.538 870 541 364 98
5.000 * 1.667 909 556 370 98
6.000 * 1.765 938 566 375 98
7.000 * 1.842 959 574 378 99
8.000 5.000 1.905 976 580 381 99
9.000 8.333 1.957 989 584 383 99
10.000 * 2.000 1.000 588 385 99
50.000 * 2.381 1.087 617 387 100

4. Selain itu, ukuran sampel dapat pula ditentukan secara langsung dengan berpatokan
pada tabel berikut.
Tabel 2.
PENENTUAN JUMLAH SAMPLE DARI POPULASI TERTENTU
DENGAN TARAF KESALAHAN, 1, 5, DAN 10%
S S S
N 1 5% 10 N 1% 5% 10 % N 1% 5% 10 %
% %
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


25

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271
∞ 664 349 272

2 . N .P.Q
d N  1  2 .P.Q
Rumus yang digunakan adalah: S =2

Dimana : λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%

P = Q = 0,5; d = 0,05; S = jumlah sampel.

E. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling merupakan cara yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Sampling Probabilitas
Sampling Probabilitas adalah cara pengambilan sampel berdasarkan probabilitas
atau peluang. Dalam semua sampling probabilitas, cara pengambilannya dilakukan
secara acak (random), artinya semua objek atau elemen populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara ini bersifat obyektif.
Yang termasuk sampling probabilitas adalah sebagai berikut:
a). Sampling Acak Sederhana
Yaitu bentuk sampling probabilitas yang sifatnya sederhana, di mana tiap
sampel yang berukuran sama memiliki suatu probabilitas atau kesempatan sama
untuk terpilih dari populasi.
Sampling acak sederhana dapat dilakukan, setelah kerangka sampling dibuat
dengan benar. Kerangka sampling adalah daftar lengkap semua unit tempat
mengambil sampel.
Sampling acak sederhana ini dilakukan, yaitu sebagai berikut:
 Elemen-elemen populasi yang bersangkutan homogen.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


26

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Hanya diketahui identitas-identitas (nama-nama) dari satuan-satuan individu
(elemen) dalam populasi, sedangkan keterangan lain mengenai populasi
seperti derajat keragaman, pembagian dalam golongan-golongan tidak
diketahui dan sebagainya.
Sampling acak sederhana ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-
metode-metode, yaitu sebagai berikut:
 Metode undian
Yaitu metode di mana prosesnya dilakukan dengan menggunakan pola
pengundian.
Proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
 Beri kode nomor urut pada semua elemen populasi (unit populasi) pada
lembar kertas-kertas kecil.
 Lembar-lembar kertas-kertas kecil digulung kemudian dimasukkan dalam
kotak, lalu dikocok dengan rata, setelah itu dikeluarkan satu persatu
sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambilo.
 Hasil undian ini merupakan sampel yang dipilih.
 Metode tabel random
Yaitu metode di mana prosesnya dilakukan dengan menggunakan tabel
bilangan random (tabel yang dibentuk dari bilangan biasa diperoleh secara
berturut-turut dengan sebuah proses random serta disusun ke dalam suatu tabel).
Proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
 Beri nomor (mulai dari 1) pada semua elemen populasi sebanyak tersebut.
 Secara acak, pilihlah salah satu halaman tabel tersebut, demikian pula
halnya dengan pemilihan baris dan kolomnya.
 Nomor-nomor yang terpilih dari tabel tersebut merupakan nomor-nomor
dari sampel. Apabila nomor sampel sudah terpilih atau muncul, kemudian
muncul lagi, maka nomor ini dilewati.

Contoh soal:

PT Terbang Bersama memiliki 100 orang karyawan, hendak dipilih 15 orang sebagai
sampel penelitian. Tentukan nomor-nomor karyawan yang akan digunakan sebagai
sampel dengan menggunakan tabel bilangan random ?

Jawab :

 Ke-100 orangh karyawan diberi nomor 01, 02, 03………..,100


 Dari pengacakan, misalnya terpilih bilangan random seribu angka kedua, kolom 3
dan 4, baris ke-6.
 Dari tabel bilangan random, diperoleh nomor-nomor karyawan sebagai sampel,
yaitu: 86, 04, 50, 62, 59, 01, 75, 80, 58, 65, 50, 76, 92, 95, dan 03 (nomor 92
dilewati, karena sudah terpilih).

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


27

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


b). Sampling Stratified (sampling berlapis)
Yaitu bentuk sampling random di mana populasi (elemen populasi) di bagi
dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.
Sampling acak berlapis dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:
 Sampling acak berlepis proporsional, jika proporsi sampel pada tiap strata
atau lapisan sama.
 Sampling acak berlapis tidak proporsional, jika proporsi sampelnya tidak
sama.
Sampling stratified ini dilakukan, yaitu sebagai berikut:
o Elemen-elemen populasi heterogen.
o Ada kriteria yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi
populasi kedalam stratum-stratum (variabel-variabel yang akan diteliti).
o Ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang akan digunakan
untuk stratifikasi.
o Dapat diketahui dengan tepat jumlah satuan-satuan individu dari setiap
stratum dalam populasi
Proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
 Bagilah populasi menjadi beberapa bagian/sub populasi/stratum.
 Dari tiap bagian/sub populasi/stratum di ambil sebuah sampel random.
Banyaknya unsure yang dipilih dari tiap stratum boleh sebanding, disebut
sampling acak berlapis proporsional atau tidak sebanding dengan jumlah
stratum dalam populasinya, disebut sampling acak berlapis tidak
proporsional.
 Hasil pengambilan sampel tiap stratum digabungkan menjadi satu sampel
yang diperlukan.

Contoh soal:

Sebuah populasi yang terdiri dari 500 pedagang kaki lima, denganh komposisi 200
pedagang makanan, 150 pedagang barang mainan, 100 pedagang kerajinan, dan 50
pedagang rokok. Jika 20 pedagang kaki lima tersebut hendak dijadikan sampel
penelitian, tentukan besarnya sampel tiap stratum (gunakan metode sebanding) dan
nomor-nomor yang terpilih (gunakan tabel bilangan random ) di tiap stratum !

Jawab :

 Pengelompokan sampel menjadi beberapa stratum, diperlihatkan pada tabel


berikut:
Tabel 3
Pengelompokan Sampel
Stratum Jenis Usaha Jumlah
I Makanan 200
II Barang Mainan 150
III Kerajinan 100

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


28

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


IV Rokok 50
Jumlah 500

 Pengambilan sampel dari masing-masing stratum adalah sebagai berikut:


Stratum I = 200/500 x 20 = 8 pedagang
Stratum II = 150/500 x 20 = 6 pedagang
Stratum III = 100/500 x 20 = 4 pedagang
Stratum IV = 50/500 x 20 = 2 pedagang
Jumlah sampel seluruhnya = 20 pedagang

 Pemilihan sampel pada tiap stratum tersebut di atas dilakukan dengan


menggunakan tabel bilangan random, silahkan dicari sendiri !!!!
c) Sampling Sistematis
Yaitu bentuk sampling random di mana elemen-elemen yang akan diselidiki
diambil berdasarkan urutan tertentu dari populasi yang telah disusun secara
teratur.
Sampling sistematis dilakukan, apabila sebagai berikut:
 Identitas atau nama dari elemen-elemen dalam populasi itu terdapat dalam
suatu daftar, sehingga elemen-elemen tersebut dapat diberi nomor urut.
 Populasi memiliki pola beraturan, seperti blok-blok dalam kota atau rumah-
rumah pada suatu ruas jalan.
Proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
 Jumlah elemen dalam populasi dibagi dengan unsure yang diinginkan dalam
sampel, sehingga terdapat sub populasi-populasi yang memiliki jumlah
elemen-elemen yang sama (memiliki interval yang sama).
 Dari sub populasi pertama dipilih sebuah anggota dari sampel yang
dikehendaki, biasanya dengan menggunakan tabel bilangan random.
 Anggota dari sub sampel pertama yang terpilih digunakan sebagai titik
acuan (awal) untuk mengambil atau memilih anggota atau sampel berikutnya
pada setiap jarak interval tertentu.

Contoh soal:

Sebuah populasi yang berukuran (memiliki eleman) 800, hendak diambil 20 sampel
sebagai bahan penelitian. Tentukan nomor-nomor sampel yang terpilih ?

Jawab :

 Ke-800 sampel diberi nomor 001, 002, 003, ……., 800.


 Ke-800 sampel kemudian dibagi menjadi 20 sub populasi, di mana setiap sub
populasi terdiri dari 40 elemen.
 Dengan menggunakan tabel bilangan random, diperoleh sebuah sampel pertama
sebagai titik acuan, misalkan bernomor 007.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


29

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Karena sampel pertama jatuh pada nomor 007, maka nomer sampel-sampel
berikutnya adalah: 047, 087, 127, 167, 207, 247, 287, 327, 407, 447, 487, 527, 567,
607, 647, 687, 727, 767.
d) Sampling Cluster (sampling bergerombol/berkelompok)
Yaitu bentuk sampling random di mana populasinya dibagi menjadi beberapa
cluster dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, seperti batas-batas alam,
wilayah administrasi pemerintahan dan sebagainya.
Proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
 Bagilah populasi (elemen populasi) ke dalam beberapa sub
populasi/kelompok/cluster.
 Dari kelompok-kelompok tersebut, kemudian dipilih satu sejumlah
kelompok. Pemilihan dilakukan secara random.
 Dari satu sejumlah kelompok yang terpilih ini, kemudian ditentukan
sampelnya yang dilakukan pula secara random.

Contoh soal:

Sebuah desa yang memiliki 1500 KK, ingin diteliti mengenai respon penggunaan
bumbu masak merek “ASSOI”. Untuk keperluan tersebut akan digunakan 100KK.

Jawab :

 Dari 1500 KK tersebut, kemudian dibagi menjadi 75 kelompok dengan 20 KK tiap


kelompok.
 Dari 75 kelompok tersebut, dipilih sebuah sampel random yang terdiri atas 5
kelompok.
 Dari 5 kelompok pilihan ini, diperoleh 5 x 20 KK = 100 K sebagai sampel.

2. Sampling Non Probabilitas


Sampling probabilitas adalah cara pengambilan sampel yang tidak berdasarkan
probabilitas. Dalam semua sampling nonprobabilitas, kemungkinan atau peluang
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel tidak sama atau tidak
diketahui. Dengan demikian, sampel yang diambil tidak dapat dikatakan
representative. Cara ini bersifat subyektif.

Yang termasuk sampling nonprobabilitas antara lain adalah sebagai berikut:


a). Sampling kebetulan/sampling seadanya.
Yaitu bentuk sampling nonprobabilitas di mana anggota sampelnya yang
dipilih, diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan,
atau dilakukan seadanya, seperti mudah ditemui atau dijangkau atau kebetulan
ditemukan.
Contoh:
Pengambilan sampel mengenai ramalan tentang partai mana yang akan menjadi
pemenang pada pemilu yang akan datang. Pengambilan sampelnya dilakukan
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
30

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


dengan mengumpilkan opini masyarakat, dalam hal ini mungkin dari orang-orang
yang lewat atau polling, dan sebagainya. Orang-orang yang diambil sampel ini
tidak merupakan bagian representative dari keseluruhan mereka yang berhak
memilih.
b). Sampling kuota.
Sampling kuota merupakan sampling nonprobabilitas yang merincikan lebih
dahulu sesuatu yang berhubungan dengan pengambilan sampel, seperti
proporsi setiap lapisan. Dengan proporsi tersebut, maka jumlah unsur atau
kuota setiap lapisan dapat ditentukan. Siapa yang akan diambil menjadi
anggota sampel setiap lapisan, diserahkan pada pengumpul data.
Contoh:
Sebuah kawasan yang dihuni oleh 100KK. Dalam rangka penelitian diperlukan 50
KK dalam kategori umur tertentu dan yang pendapatannya termasuk kategori
tertentu pula. Dalam penentuan sampelnya yang 50 KK itu, maka petugas yang
melakukan pertimbangannya sendiri.

c). Sampling bola salju.


Merupakan bentuk sampling nonprobabilitas, di mana pengumpulan data
dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota
sampel. Mereka kemudian, menjadi sumber informasi mengenai orang-orang
lain yang juga dapat dijadikan sampel. Orang-orang yang ditunjuk ini,
kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta manunjukkan
orang lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian
prosedur ini, dilanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan
terpenuhi.

d). Sampling pertimbangan.


Yaitu bentuk sampling nonrandom di mana penentuan sampelnya dilakukan
atau ditentukan oleh peneliti sendiri atau berdasarkan pertimbangan atau
kebijaksanaan yang dianggap ahli dalam hal yang diteliti.

Contoh:
Dari penyebaran 150 kuesioner, ternyata yang kembali hanya 30%. Berdasarkan
pertimbangan tertentu peneliti atau sang ahli, diputuskan untuk menggunakan
jumlah kuesioner yang kembali itu saja sebagai sampel.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA SAMPEL
Dalam menentukan besarnya sampel ada empat factor yang harus diperhatikan, yaitu
antara lain sebagai berikut:
a). Derajat keseragaman dari populasi.
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Jika populasi
seragam, maka satu-satuan elementer saja dari seluruh populasi sudah cukup
representative untuk diteliti. Sebaliknya juka populasi tidak seragam, maka hanya
sensuslah yang dapat memberikan gambaran yang representatif.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
31

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


b). Presisi yang dikehendaki peneliti.
Presisi adalah keadaan yang memperlihatkan pengelompokan harga-harga sebuah
statistik sekitar parameternya.
 Makin mengelompok data (mendekati presisi), maka presisimakin besar/tinggi.
 Presisi makin tinggi, maka desain makin tinggi.
 Jika biaya sama, presisi lebih tinggi, maka desain lebih baik.
 Makin besar sampel, makin tinggi presisi.
 Makin tinggi tingkat [resisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang harus
diambil. Jadi, sampel besar cenderung memberikan pendugaan yang lebih
mendekati nilai sebenarnya (true value). Semakin besar sampel yang diambil,
semakin kecil kesalahan atau penyimpangan dari nilai populasi yang didapat.
c). Rencana analisis.
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah
sampel tidak mencukupi. Oleh karenanya jumlah sampel harus diperbesar. Begitu
juga untuk perhitungan analisis yang menggunakan perhitungan statistic yang
rumit.
d). Tenaga, waktu dan biaya.
Apabila menginginkan presisi yang tinggi, maka jumlah sampel harus besar.
Tetapi jika tenaga, waktu dan biaya (dana) terbatas, maka tidaklah mungkin untuk
mengambil sampel yang besar, dan ini berarti bahwa presisinya akan menurun.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


32

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 4

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN


A. PENGERTIAN SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, alat ukur tersebut
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2001:84).
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur tersebut dengan
instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efisien
dan komunikatif.

B. JENIS-JENIS SKLALA PENGUKURAN


Skala pengukuran terdapat atas beberapa jenis berdasarkan kriteria yang
menyertainya, seperti berikut ini:
Berdasarkan sifatnya, skala pengukuran dapat dibedakan atas hal-hal sebagai berikut:
a). Skala Nominal, yaitu skala yang diberikan pada obyek/kategori yang sifatnya hanya
sekadar label/kode saja.
b). Skala Ordinal, yaitu skala yang diberikan pada obyek/kategori yang sifatnya
menyatakan tingkat dengan jarak/rentang yang tidak harus sama.
c). Skala Interval, yaitu skala yang diberikan pada obyek/kategori yang sifatnya juga
menyatakan tingkat dengan jarak/rentang yang harus sama, namun tidak terdapat titik
nol absolut.
d). Skala Rasio, yaitu skala yang diberikan pada obyek/kategori yang sifatnya
menghimpun semua sifat dari ketiga skala lainnya dan dilengkapi dengan titik nol
absolute dengan makna empiris.
Contoh:
Tabel 3.
Hasil Lomba Deklamasi Perayaan Hari Kartini
Siswa SD Kolombo
Nilai Juara
No. Nama Kls Hadiah
Yuri 1 Yuri 2 Yuri 3 Total Ke
1 Adit 3 86 70 77 233 1 Rp. 25.000
2 Irma 3 71 70 88 229 2 Rp. 25.000
3 Ika 4 70 70 88 228 3 Rp. 25.000
4 Desi 3 88 60 66 214 4 Rp. 25.000
5 Eko 4 75 60 77 212 5 buku tulis
6 Uun 4 70 70 66 206 5 buku tulis
7 Ani 5 63 60 77 200 5 buku tulis
8 Lia 5 59 60 77 196 5 buku tulis
9 Iin 6 55 50 77 182 5 buku tulis
10 Ana 6 60 50 66 176 5 buku tulis

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


33

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Angka-angka dalam tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Angka (1,2,s.d.10) di kolom “No”adalah jenis angka dalam skala nominal. Angka-
angka ini, sebenarnya hanyalah nomor urut yang fungsinya sama dengan pengganti
nama peserta. Angka 3 di kolom ini, tidak berarti lebih besar atau lebih tinggi dari
angka 1 atau 2, dan tidak lebih rendah dari angka 4 atau 9. Angka-angka ini, tidak
dapat dijumlahkan atau dibagi atau dikalikan.
2) Angka-angka 3, 4, 5 dan 6 di kolom “Kelas” adalah jenis angka dalam skala ordinal.
Angka-angka ini, juga tidak dapat dijumlahkan, dibagi, atau dikalikan. Namun, angka
yang lebih tinggi mengandung arti bahwa siswa yang bersangkutan sudah lebih lama
bersekolah. Misalnya, angka 4 di kolom ini mengandung arti bahwa siswa yang
bersangkutan telah berada di tahun ke-4 bersekolah di sekolah tersebut (tidak
termasuk siswa pindahan), yang berarti pula sudah lebih lama 1 tahun dari mereka
yang dikelas 3, atau lebih lama 2 tahun dari mereka yang berada di kelas 2.
Perhatikan hal yang sama pada kolom “juara ke”, angka-angka 1, 2, 3 dan 4 di kolom
ini hanya mengandung perbedaan urutan saja, karena angka-angka ini merupakan
pengganti bagi angka-angka nilai masing-masing 233, 229, 228, dan 214 dari kolom
“nilai” dan “total”, padahal, bukankah angka-angka 233, 229, 228, dan 214 tidak
mempunyai jarak selisih yang sama. Yang dilihat atau digunakan hanyalah posisi
urutan besarnya saja, sedangkan berapa selisihnya pada masing-masing angka tidak
diperhatikan.
3) Angka-angka pada kolom “nilai” adalah jenis angka dalam skala interval. Angka-
angka dikolom ini dapat dijumlahkan, dibagi atau dikalikan. Selisih angka-angka ini
dicacah dengan kelipatan satu angka yang sama (dalam hal ini angka satu yang
bermakna berselisih satu yang sama dan tetap).
4) Angka-angka yang menunjukkan jumlah uang (hadiah) pada kolom “hadiah” adalah
jenis angka rasio. Angka-angka ini, dapat dijumlahkan, dibagi, dan dikalikan dan
hasilnya bisa saja mencapai satuan yang lebih kecil dari ratusan rupiahan, puluhan
rupiahan, atau satu rupiahan, dan tetap dapat memberikan makna yang dapat dipahami
pembaca, misalnya Rp. 7.777,77 (baca: tujuh ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh rupiah
tujuh puluh tujuh sen).

Berdasarkan fenomena sosialnya, skala pengukuran dapat dibedakan atas dua, yaitu
sebagai berikut:
a). Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian.
Contoh: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.
b). Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial.
Contoh: skala untuk mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, dan kondisi kerumahtanggaan.

Berdasarkan penggunaannya, skala pengukuran dibedakan atas beberapa jenis, yaitu


sebagai berikut:
1). Skala Likert

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


34

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Skala likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial
seseorang atau sekelompok orang.
Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini, dijabarkan menjadi indikator
variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen,
bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen ini,
memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif),
yang jika dinyatakan dalam bentuk kata-kata dapat berupa, antara lain sebagai berikut:
a. Sangat baik a. Senang sekali
b. Cukup baik b. Senang
c. Sedang c. Cukup senang
d. Kurang baik d. Kurang senang
e. Sangat tidak baik e. Tidak senang

Untuk keperluan analisa secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban tersebut diberi


skor, sebagai berikut:
Jawaban. Skor
a. Sangat baik/Senang sekali 5
b. Cukup baik/Senang 4
c. Sedang/Cukup Senang 3
d. Kurang baik/Kurang Senang 2
e. Sangat tidak baik/tidak senang 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
multiple choice atau checklist.
Menurut Husein Umar (1998), untuk membuat skala likert dapat digunakan langkah-
langkah seperti berikut:
a). Kumpulkan sejumlah yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat
diidentifikasikan dengan jelas (positif atau tidak positif).
b). Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi
dengan benar.
c). Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka
dari setiap pernyataan sedemikian rupa, sehingga respons yang berada pada posisi
yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama.
Misalnya, bernilai 5 untuk sangat positif dan bernilai1 untuk yang sangat negatif.
Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik
untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.
d). Selanjutnya, mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam
penelitian, patokannya adalah sebagai berikut:
o Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.
o Pernyataan yang secara totalnya, responden tidak menunjukkan korelasi yang
substansial dengan nilai totalnya.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


35

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


e). Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akian membentuk skala likert yang
dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner untuk
pengumpulan data berikutnya.

2). Skala Guttman


Skala guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Disebut juga metode skalogram
atau analisis skala. Skala Guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu sebagai berikut:
 Memiliki sifat uni dimensional, artinya hanya ingin mengukur satu dimensi dari
suatu variabel penelitian yang memiliki beberapa dimensi (multi dimensi).
Misalnya, seorang peneliti akan mengumpulkan data tentang jenjang karier
karyawan sebuah perusahaan. Lalu ditentukan 4 macam tingkatan karier, yaitu:
tingkatan percobaan, tingkatan pembentukan, tingkatan karier tengah, dan
tingkatan karier akhir. Ini berarti ada satu variabel jenjang karier dengan 4
dimensi. Salah satu dimensi dari keempat dimensi ini, misalnya dimensi tingkatan
karier tengah akan dibagi atas 5 pernyataan dalam kuesioner. Skala guttman
menggunakan kelima pernyataan ini. Ini yang dimaksudkan dengan satu dimensi.
 Merupakan skala kumulatif, artinya pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-
pertanyaannya hanya memiliki bobot yang berbeda apabila seseorang menyetujui
pernyataan yang berbobot lebih berat, maka dia juga akan menyetujui pernyataan-
pernyataan yang bobotnya lebih rendah atau kurang berbobot.
Variabel penelitian yang diukur dengan skala guttman ini dijabarkan menjadi
indikator variabel, yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-
item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
instrumen ini, berbentuk pernyataan komplementer, seperti “ya-tidak”, “benar-
salah”, “setuju-tidak setuju”. Jadi, jawaban yang diperoleh hanya ada dua.

Untuk membuat skala guttman, dapat digunakan langkah-langkah seperti berikut ini:
a). Susunlah beberapa pertanyaan yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
b). Lakukan penelitian permulaan terhadap sejumlah responden yang dapat mewakili
populasi yang hendak diteliti. Sampel yang dipilih minimal 50 buah.
c). Jawaban yang diperoleh kemudian dianalisis.
d). Susunlah jawaban pada suatu tabel (tabel guttman), dimana pada baris disusun
responden menurut urutan skor total jawaban dari yang terkecil sampai terbesar,
dan pada kolom disusun pernyataan dari jawaban yang paling banyak mendapat
jawaban (Ya) sampai yang paling sedikit.
e). Hitung nilai dari koefisien reprodusibilitas (Kr) dan koefisien skalabilitas(Ks).
Koefisien reprodusibilitas adalah suatu besaran (nilai) yang mengukur tingkat
ketepatan alat ukuryang dibuat, dalam hal ini daftar pertanyaan. Koefisien
skalabilitas adalah suatu besaran (nilai) yang digunakan untuk mengukur
penyimpangan pada skala reprodusibilitas. Skala yang memiliki nilai Kr = 90 dan
nilai Ks = 60 ke atas dapat diterima.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


36

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


e
Kr = 1 -
n
e e
Ks = 1 - atau Ks = 1 -
p c( n  Tn )

Di mana:
Kr = koefisien reprodusibilitas,
e = jumlah kesalahan,
n = jumlah pertanyaan x jumlah responden,
Ks = koefisien skalabilitas,
P = jumlah kesalahan yang diharapkan,
= c(n – Tn) dan c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban benar. Karena
jawaban hanya “Ya” dan “Tidak”, maka c = 0,5.
n = jumlah total pilihan jawaban,
Tn = jumlah jawaban para responden.
f). Skor skala guttman dihitung dari jumlah jawaban “Ya” untuk pernyataan-
pernyataan dalam skala tersebut.

Dalam menggunakan skala ini, tiap pertanyaan diberi nilai 1. Jika seorang responden
mencek kelima jawaban yang tersedia misalnya, maka skornya adalah 5 dan bagi
responden yang mencek 3 pertanyaan, maka skornya 3.
Contoh :
a). Menyusun pertanyaan:
1. Apakah kebutuhan Anda akan sosialisasi terpenuhi ?
2. Apakah kebutuhan Anda akan sandang, pangan dan papan terpenuhi ?
3. Apakah kebutuhan Anda akan aktualisasi terpenuhi ?
4. Apakah kebutuhan Anda akan rasa aman terpenuhi ?
5. Apakah kebutuhan Anda akan penghargaan terpenuhi ?

Semua diberi kemungkinan jawaban, Ya / Tidak.

b). Setelah jawaban dikumpulkan, susunlah dalam bentuk tabel guttman. Atau nomor
pertanyaan di sebelah atas dengan susunan dari kiri ke kanan berdasarkan jawaban
yang paling banyak di iyakan sampai paling sedikit, dan nomor responden di
sebelah samping. Sebagai contoh, di ambil 10 responden (agar memudahkan saja)
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Contoh Tabel Guttman
Responden Pertanyaan
5 4 3 2 1 Total

A1 x x
A2 x x
A3 x x

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


37

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


A4 x x x x
A5 x x x x
A6 x x x x x
A7 x x x x x
A8 x x x x x
A9 x x x x x
A10 x x x x x
Total “Ya” 9 8 7 7 5 37
Total error 1 1 1 0 0 3

Dengan jumlah responden 10 orang, berarti total pertanyaan ada 10 x 5 = 50


pertanyaan, yang menjawab “Ya” dengan tanda “x” ada 37 pertanyaan sehingga
jumlah error yang dapat terjadi adalah 13, padahal kenyataan error yang terjadi hanya
3. Selanjutnya, apakah jumlah error sebanyak 3 ini masih dapat diterima ? Untuk
menjawabnya, gunakan koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Koefisien Reprodusibilitas:
Kr = 1 – (e/n)
= 1 – (3/50) = 0,94

Koefisien Skalabilitas:
Ks = 1 – (e/p)
= 1 – (e/c(n - Tn)
= 1 – (3/O,5 X 13).
= 0,54

Oleh karena nilai Kr = 0,94 yang berarti lebih besar nilai Kr standar (0,9), dan
nilai Ks = 0,54 yang berarti lebih kecil dari nilai Ks standar, maka skala ini tidak
dapat digunakan.

3). Skala Thurstone


Skala thurstone dikembangkan oleh L. L. Thurstone yang bertujuan untuk
mengurutkan responden berdasarkan kriteria tertentu.dengan metode ini, skala
disusun sedemikian rupa, sehingga interval antarurutan dalam skala mendekati
interval yang sama besarnya. Karena itu skala ini, sering disebut skala interval sama.
Untuk menyusun skala thurstone ini, dapat digunakan langkah-langkah seperti berikut
ini:
a. Peneliti mengumpulkan sejumlah pernyataan (40 – 50) yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Pernyataan ini, dapat bersifat positif dan negatif.
b. Suatu panel ahli diminta menilai relevansi pernyataan-pernyataan tadi dan
memberikan skor 1 sampai 11. Yang paling relevan diberi skor 1 dan paling tidak
relevan diberi skor 11. Pernyataan yang sangat baik disatukan, kemudian
pernyataan baik disatukan pula dan seterusnya.
c. Pernyataan yang nilainya sangat menyebar dibuang, sedangkan pernyataan yang
mempunyai nilai yang agak bersamaan digunakan dalam membuat skala.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
38

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


d. Nilai skala dari tiap pernyataan dihitung, yaitu nilai mean / median.

Penafsiran pada skala ini, adalah responden yang memiliki skor tertinggi dianggap
lebih memiliki sikap positif terhadap masalah itu.

C. PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN


Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran. Oleh karena itu, harus ada alat
ukur yang digunakan. Alat ukur itu, sering disebut sebagai instrumen penelitian.
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati (Sugiyanto, 2001).
Menurut Suharsimi (1996), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah.
Jadi, instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran,
dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.
Contoh : soal tes, angket, ceklis, pedoman wawancara dan sebagainya.
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur dalam penelitian ada yang
sifatnya baku dan ada yang tidak baku. Instrumen yang sifatnya sudah baku biasanya
dijumpai dalam penelitian ilmu-ilmu eksakta, seperti termometer, yaitu alat untuk
mengukur suhu tubuh, timbangan (neraca), yaitu alat untuk mengukur berat. Instrumen
yang sifatnya tidak baku biasanya relatif dijumpai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
Untuk itu, perlu dibuat instrumen-instrumen penelitian yang sesuai dengan standar,
artinya sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
Instrumen penelitian perlu dibedakan dengan metode penelitian, karena ada
keterkaitan antara keduanya sehingga sering dikacaukan, yaitu bahwa dalam menerapkan
metode penelitian dipergunakan instrumen penelitian.
Suharsimi (1996) memberikan gambaran berkaitan (hubungan) antara instrumen
penelitian dengan metode penelitian seperti berikut ini:
Tabel 4
Hubungan antara Instrumen Penelitian dan Metode Penelitian
Metode Instrumen
1. Tes tertulis 1. Soal tes
2. Tes lisan 2. Rambu-rambu pertanyaan
3. Angket 3. a. angket
b. skala bertingkat
4. Wawancara 4. a. Pedomen wawancara
b. ceklist
5. Pengamatan 5. Ceklis
6. Dokumentasi 6. a. ceklis
b. kerangka, sistematika data hasil analisis
7. Inventori 7. a. Inventori
b. angket dengan alasan sistematis

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


39

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


D. CIRI-CIRI INSTRUMEN YANG BAIK
Untuk mendapatkan sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar,
minimal ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu reliabilitas dan validitas.
1. Reliabilitas (keandalan, dapat dipercaya).
Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen.
Jadi, reliabilitas menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan
hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu yang berlainan. Contoh:
tes intelegensi atau tes kepribadian yang dapat memberikan hasil yang sama apabila
diulang, maka dikatakan memiliki kehandalan yang tinggi atau dapat dipercaya.
Reliabilitasnya suatu instrumen diketahui dengan melakukan pengujian secara
eksternal (reliabilitas eksternal/konsistensi eksternal) ataupun pengujian secara internal
(reliabilitas internal/konsistensi internal).
a). Reliabilitas eksternal.
Reliabilitas eksternal adalah reliabilitas di mana ukuran atau kriteriumnya berada di
luar instrumen. Reliabilitas eksternal dimaksudkan bahwa instrumen dicobakan
beberapa kali pada sejumlah sampel yang sama pada waktu yang berlainan dan
kemudian membandingkan hasilnya sehingga dapat diketahui hasilnya itu apakah
tetapkonsisten/mantap atau tidak.
b). Reliabilitas internal.
Reliabilitas internal adalah reliabilitas di mana ukuran atau kriteriumnya berada dalam
instrumen tersebut. Reliabilitas internal dimaksudkan bahwa pengujian dengan
menganalisis konsistensi butir-butir instrumen yang ada.

Pengukuran reliabilitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan


metode, antara lain sebagai berikut:
1. Metode tes ulang (test-retest atau single test double trial), yaitu teknik
pengukuranreliabilitas instrumen dengan mencobakan instrumen tersebut beberapa
kali pada responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan percobaan berikutnya. Bila koefisien korelasinya positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.
2. Metode konsistensi butir atau metode pararel (paralel form atau alternate form
atau double test double trial), yaitu teknik pengukuran reliabilitas instrumen yang
terdiri atas dua instrumen yang butir-butir pertanyaan atau pernyataannya ekuivalen.
Kemudian melakukan pengujian instrumen tersebut pada responden dan waktu yang
sama, dan dilakukan hanya sekali. Hasilnya kemudian dikorelasikan, bila korelasinya
positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.
3. Metode belah dua (split half method atau single test single trial), yaitu teknik
pengukuran reliabilitas instrumen dengan cara membelah seluruh instrumen menjdi
dua sama besar. Ada tiga cara pembelahan yang dapat digunakan dalam teknik ini,
yaitu sebagai berikut:
a. Pembelahan atas dasar nomer ganjil-genap.
Belahan pertama adalah butir-butir dengan nomor ganjil.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


40

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Belahan kedua adalah butir-butir dengan nomor genap.
b. Pembelahan atas dasar nomor awal-akhir.
Belahan pertama adalah butir-butir pada separuh bagian awal.
Belahan kedua adalah butir-butir pada separuh bagian akhir.
c. Pembelahan dengan cara undian.
Belahan pertama adalah butir-butir kelompok undian pertama.
Belahan kedua adalah butir-butir yang tidak termasuk pada belahan pertama.

Penggunaan teknik belah dua ini, memerlukan dua persyaratan agar diperoleh
instrumen yang benar-benar reliabel, yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah butir yang ada pada instrumen harus genap agar dapat dibelah menjadi dua.
2. Butir-butir yang ada dalam instrumen hendaknya memenuhi untuk persyaratan
untuk dibelah. Teknik pembelahan, mana yang akan dipakai disesuaikan dengan
penyebaran atau pasangan butir-butirnya.

2. Validitas (sahih).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.
Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas yang tinggi, demikian pula
sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan atau mengungkat data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitasnya sebuah instrumen dapat diketahui dengan melakukan pengujian secara
eksternal (validitas eksternal), atau pengujian secara internal (Validitas Internal).
a) Validitas eksternal (empiris).
Validitas eksternal instrumen dicapai, apabila data yang dihasilkan dari instrumen
tersebut sesuai dengan data atau informasi yang lain, yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
Validitas eksternal ini, dikembangkan atau disusun dari fakta empiris yang telah
terbukti.
b) Validitas Internal (rasional).
Validitas eksternal instrumen dicapai, apabila terdapat kesesuaian antara bagian-
bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen
mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari
variabel yang dimaksud.
Validitas internal dikembangkan atau disusun menurut teori yang relevan atau
rancangan/program yang telah ada.
Pengukuran validitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan metode,
antara lain seperti berikut ini:
1). Validitas butir atau analisis butir.
Sebuah instrumen memiliki validitas tinggi, apabila butir-butir yang membentuk
instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen tersebut.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


41

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Validitas butir dilakukan dengan didahului oleh sebuah asumsi bahwa sebuah
instrumen dikatakan valid jika setiap butir yang membentuk instrumen tersebut
sudah valid.
Prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
 Tentukan skor butir dan skor total (jumlah skor seluruh butir) ?
 Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y.
 Tentukan indeks validitas setiap butir dengan mengkorelasikan skor setiap butir
(X) dengan skor total (Y). rumus korelasi yang digunakan adalah rumus koefisien
korelasi Pearson.
 Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen valid adalah nilai indeks
validitasnya ≥ 0,3.

2). Validitas faktor


Sebuah instrumen memiliki validitas tinggi, apabila faktor-faktor yang merupakan
bagian dari instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
Validitas faktor dilakukan dengan didahului oleh sebuah asumsi, bahwa sebuah
instrumen dikatakan valid, jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut
sudah valid. Analisa faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu dengan
faktor yang lain dapat terdapatkesamaan, kesinambungan atau tumpang tindih
(kekhususan faktor). Hal ini, dapat di uji dengan mengkorelasikan skor-skor yang
ada dalam instrumen, yaitu mengkorelasikan jumlah skor satu faktor dengan jumlah
skor pada faktor lain.
Apabila antara faktor-faktor tersebut, terdapat korelasi yang rendah, maka dapat
dikatakan bahwa butir-butir instrumen mengukur hal yang khusus, tidak mengukur
hal-hal yang sama atau hampir sama dengan yang ada pada faktor lain.
Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor dengan
skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan tiap faktor. Kekhususan
faktor ditentukan dengan mengkorelasikan faktor 1 dan faktor 2, faktor 1 dan faktor
3, dan seterusnya.
Prosedur kerjanya, yaitu sebagai berikut:
o Tentukan jumlah tiap skor faktor dan jumlah skor total (jumlah skor seluruh
faktor).
o Jumlah skor faktor dipandang sebagai nilai X dan jumlah skor total dipandang
sebagai nilai Y.
o Tentukan indeks validitas setiap faktor dengan mengkorelasikan skor setiap butir
(X) dengan skor total (Y). rumus korelasi yang digunakan adalah rumus
koefisien korelasi Pearson.
o Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen valid adalah nilai indeks
validitasnya positif dan ≥ 0,3.

Selain kedua syarat tersebut di atas, Sevilla (1988) menambahkan 3 syarat lagi,
yaitu: sensitivitas; obyektivitas; dan fisibilitas.
a). Sensitivitas.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
42

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Sensitivitas instrumen dimaksudkan sebagai kemampuan swebuah instrumen untuk
melakukan diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. Bila reliabilitas
dan validitas sebuah instrumen tinggi, maka instrumen tersebut juga akan sensitif,
karena mampu mempertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik
yang diukur.
b). Obyektivitas.
Obyektivitas instrumen dimaksudkan sebagai tingkat di mana pengukuran yang
dilakukan bebas dari penilaian subyektif, bebas dari pendapat, bebas dari bias dan
perasaan orang-orang yang menggunakan instrumen.
c). Fisibilitas.
Fisibilitas instrumen berkenaan dengan aspek-aspek ketrampilan, penggunaan
sumber daya dan waktu.

Penentuan sebuah instrumen yang baik, cukup dengan melihat validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut.

E. PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN


Penyusunan instrumen penelitian bukanlah hal yang mudah, karena instrumen yang
baik haruslah memenuhi beberapa syarat atau kriteria. Oleh karena itu, dalam menyusun
sebuah instrumen haruslah teliti dan hati-hati. Berikut ini, beberapa langkah untuk
membimbing peneliti dalam membuat instrumen penelitian, seperti yang dikemukakan
oleh Suharsimi (1993) seperti yang dikutip oleh Husein Umar (1996):
1). Tentukan variabel-variabel yang terpakai dalam penelitian. Variabel ini, dapat
tercermin pada judul penelitian.
2). Variabel-variabel tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk sub variabel yang diketahui
dari teori atau penelitian terdahulu. Misalnya, untuk variabel kepuasan kerja. Menurut
teori atau pendapat para ahli, kepuasan kerja seorang karyawan itu ditentukan oleh
lima sub variabel, yaitu kepuasan terhadap mutu pekerjaan, promosi, kepenyeliaan,
hubungan dengan rekan sekerja, dan gaji.
3). Sub variabel dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator-indikator, jika ada.
Misalnya, pada sub variabel gaji. Indikatornya adalah gaji pokok, tunjangan dan
insentif.
4). Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indikator, jika ada. Misalnya, untuk
indikator insentif, sub indikatornya adalah insentif finansial dan insentif nonfinansial.
5). Lalu, jika sub indikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil, maka
komponen-komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seberapa detail
proses penjabaran suatu variabel diurai, tergantung pada seberapa luas dan dalam
penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan sebaiknya
disusun menurut hierarkinya agar mudah dipakai dalam analisis berikutnya.
6). Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai, ditentukan pada gilirannya akan
ditempatkan pada lembaran-lembaran instrumen sepertiangket (kuesioner). Agar
responden dapat mengisi dengan baik, yang ditandai dengan kecilnya ketergantungan
pada peneliti dalam mengisi angket, buatlah angket yang seinformatif mungkin.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
43

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 5

DESAIN DAN PROPOSAL PENELITIAN


A. PENGERTIAN DESAIN PENELITIAN
Ada banyak definisi mengenai desain penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa,
sehingga dapat diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.
2. Desain penelitian adalah cetak biru (blue print) terhadap pengumpulan, pengukuran dan
penganalisisan data.
3. Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengumpulkan,
mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.

Dari definisi-definisi penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: desain


penelitian adalah keseluruhan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat dijawab.
Dari desain penelitian ini akan diperoleh jawaban mengenai:
a). Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data.
b). Sampling yang akan digunakan dalam pemilihan sampel (jika menggunakan sampel),
c). Cara mengatasi hambatan-hambatan yang terdapat dalam hal pembiayaan dan waktu.
Dengan demikian, desain penelitian pada dasarnya merupakan (merupakan inti desain
penelitian) adalah sebagai berikut:
1. Rencana memilih sumber dan jenis informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
2. Kerangka kerja untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian.
3. Cetak biru yang menggambarkan seluruh prosedur dari hipotesis sampai analisis data.
4. Pemberi jaminan bahwa studi yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan prosedur-prosedur yang dilaksanakan adalah yang paling
menguntungkan atau paling ekonomis.

B. DESAIN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Desain Perencanaan Penelitian


Desain perencanaan penelitian ini, bertujuan untuk melaksanakan penelitian sehingga
dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam membuat
kesimpulan.
Jadi, desain dalam perencanaan penelitian ini harus dapat memecahkan model-model
ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis.
2. Desain Perlaksanaan Penelitian
Desain dalam pelaksanaan penelitian dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu
sebagai berikut:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


44

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


a). Desain sampel
Dalam hal ini desain sampling yang representatif sesuai dengan tujuan penelitian
maupun kesimpulan yang akan diambil. Pemilihan teknik samplingnya dapat
berupa sampling probabilitas atau sampling nonprobabilitas.
b). Desain instrumen
Dalam hal ini adalah desain alat untuk mengumpulkan data. Pilihannya dapat
berupa alat yang terstruktur atau kurang terstruktur. Pilihan ini, perlu evaluasi
terlebih dahulu sehingga data yang akan diperoleh sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
c). Desain analitis
Dalam hal ini, adalah desain pemilihan metode statistik dan bukan sebagai alat
analisis di dalam menganalisis data.
d). Desain administrasi
Desain administrasi merupakan desain pelaporan secara tertulis hasil penelitian
dan disesuaikan dengan standar yang berlaku umum. Runtutan penulisan
merupakan penjabaran dari langkah-langkah penelitian tersebut.

C. JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN

Jenis-jenis desain penelitian ini, mengikuti jenis penelitian yang akan dilakukan:
1. Desain Eksploratori
Desain Eksploratori berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru,
sehingga dapat dikatakan bahwa desain ini bertitik tolak dari variabel, bukan dari fakta.
Desain eksploratif dapat dianggap sebagai langkah pertama untuk merumuskan
persoalan, dimana pemecahannya dapat memakai jenis penelitian yang lain.
Dua bidang telaah studi dengan desain eksploratori yaitu sebagai berikut:
a). Literatur (literature survey) yang bertujuan untuk menemukan teori, konsep,
variabel, dan lain-lain.
b). Pengalaman (experience literature) yang bertujuan untuk menemukan informasi
dari pengalaman orang lain.
2. Desain Deskriptif
Desain ini, bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena
tertentu. Dalam menggunakan desain ini, jangan melakukan kesimpulan yang terlalu
jauh atas data yang ada, karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan
menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan
dipecahkan. Desain ini, kurang memerlukan teorisasi dan hipotesis serta dapat bekerja
pada suatu variabel.
3. Desain Kausal
Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lainnya. Sifat hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel ini dapat
dibedakan atas tiga, yaitu simetris, asimetris, dan timbal balik.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


45

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


1. Hubungan simetris, terjadi jika kedua variabel saling berfluktuasi secara bersama-
sama dan dianggap di antara keduanya tidak terdapat hubungan apa-apa.
2. Hubungan asimetris, terjadi jika variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya.
Hubungan ini disebut juga hubungan kausal.
3. Hubungan timbal balik, terjadi jika kedua variabel saling mempengaruhi dan saling
memperkuat, atau saling memperlemah.

D. BENTUK DAN ISI DESAIN PENELITIAN


Di dalam desain penelitian, sekurang-kurangnya termuat hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan
dengan penelitian sebelumnya.
3. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas
jangkauan (scope) dan hipotesa untuk diuji.
4. Membangun penyelidikan atau percobaan.
5. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel.
6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.
7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
8. Membuat coding, serta mengadakan editing dan procesing data.
9. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi
serta inferensi statistik.
10. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data,
generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa
saran-saran dan kerja penelitian yang akan datang.

E. PENGERTIAN PROPOSAL PENELITIAN


Proposal atau usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau
rancangan penelitian secara keseluruhan, berisikan hal-hal tertentu, seperti latar belakang dan
perumusan masalah, perumusan tujuan penelitian, perumusan metodologi strategi operasi
penelitian, penentuan skedul waktu kerja, dan sebagainya.
Proposal penelitian dan desain penelitian memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamannya adalah bahwa keduanya dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
penelitian. Perbedaannya adalah pada isinya. Dalam proposal penelitian, disamping ada
desain penelitian, juga dicantumkan pula rincian rencana kebutuhan dan penggunaan dana.
Proposal penelitian ini dibuat berdasarkan dua tujuan, yaitu:
 Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
 Untuk menerangkan atau menjelaskan apa yang akan dipergunakan dan apa yang akan
diperlukan dalam melaksanakan penelitian kepada pihak / sponsor yang akan
memberikan bantuan dana.
F. PROPOSAL PENELITIAN YANG DIBIAYAI
Proposal penelitian yang dibiayai dibuat dalam rangka untuk memperoleh dana dari
pihak-pihak tertantu yang akan bertindak sebagai sponsor dana.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


46

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Berikut ini disajikan “pointers” format proposal penelitian yang dibiayai, dikutip dari
pedoman proposal penelitian yang sudah dibakukan oleh Ditjen. Dikti. Depdikbud Republik
Indonesia.
1. Judul Penelitian,
2. Bidang Ilmu / Teknologi,
3. Pendahuluan,
4. Perumusan Masalah,
5. Tinjauan Pustaka,
6. Tujuan Penelitian,
7. Manfaat Hasil Penelitian,
8. Metode Penelitian,
9. Jadwal waktu penelitian,
10. Personalia Penelitian,
11. Perkiraan biaya-biaya Penelitian,
12. Lampiran-loampiran,
 Rincian kegiatan dan satuan biaya penelitian,
 Patokan Satuan Biaya Penelitian.

G. PROPOSAL SKRIPSI/TESIS
Skripsi / Tesis dibuat oleh mahasiswa sebagai tugas akhir perkuliahan untuk memperoleh
gelar sarjana S1/S2. Skripsi/Tesis ini merupakan suatu kewajiban. Karena biaya yang
dibutuhkan ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Berikut ini disajikan salah satu isian proposal skripsi / tesis:
1. Judul,
Judul yang baik harus dapat mengungkapkan masalah, variabel (variabel bebas dan
variabel terikat) serta objek yang sedang dihadapi dan yang akan dipelajari.
Judul sebaiknya jangan terlalu panjang (lebih kurang delapan sampai sepuluh suku
kata).
2. Pengantar / latar belakang masalah,
Dalam pengantar ini diterangkan beberapa sebab mengapa dipilih suatu
masalah/peluang penelitian (latar belakang masalah). Di samping itu dapat pula
diutarakan atau diuaraikan beberapa hal yang sudah diketahui tentang permasalahan
yang ingin diselidiki berdasarkan tinjauan pustaka.
3. Permasalahan,
Dalam bagian ini dijabarkan pernyataan atau pertanyaan yang ingin dijawab.
Formulasi suatu masalah penelitian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut:
 Mengambil suatu pengamatan dilapangan atau masyarakat (umumnya digunakan
dalam bidang sosial).
 Menurunkan suatu teori yang sudah ada (umumnya digunakan dalam bidang
eksakta).
Dalam bidang ini, perlu dijelaskan atau dikemukakan, yaitu sebagai berikut:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


47

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


a). Identifikasi Masalah,
Yaitu suatu kegiatan berupa mencari/mendaftar sebanyak-banyaknya masalah yang
sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Pencarian atau
pendaftaran masalah-masalah tertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada
bagian latar belakang masalah.
b). Batasan Masalah,
Bagian ini, berkaitan erat dengan identifikasi masalah, yaitu dengan mengambil
satu atau dua masalah yang terdapat pada identifikasi masalah untuk diteliti
selanjutnya.
c). Rumusan Masalah,
Bagian ini, mencoba memformulasikan secara ringkas, jelas dan tajam tentang
permasalahan utama yang ada di latar belakang masalah dan batasan masalah
dalam satu paragraf dengan kalimat biasa, biasanya berbentuk pertanyaan.
Catatan:
Dalam bagian ini, identifikasi masalah dan batasan masalah sering tidak
dicantumkan, tetapi langsung pada rumusan masalahnya.
4. Tujuan dan kegunaan penelitian,
Tujuan dan kegunaan ini, merupakan satu atau beberapa pertanyaan yang ingin
diketahui atau ditetapkan. Dalam membuat tujuan dan kegunaan selalu harus diingat
permasalahannya. Tujuan dan kegunaan harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Tujuan dan kegunaan disini harus sesuai dengan kepentingannya.
5. Hipotesis,
Hipotesis ini, merupakan jawaban sementara atas perumusan permasalahan yang telah
dikemukakan dan harus dibuktikan. Guna memudahkan semua pihak yang
berkepentingan, maka hipotesis disesuaikan dengan jumlah dan urutan rumusan
masalah yang telah ditetapkan.
Hipotesis ini, dapat berasal dari teori yang sudah ada atau dari suatu kerangka teoritik
yang baru. Hipotesis biasanya ditulis dalam bentuk pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel. Hipotesis sebaiknya ditulis dalam terminologi
operasional.
6. Metode penelitian,
Dalam bagian ini diuraikan berbagai cara yang dipakai dalam penelitian utuk
mengumpulkan data dan menguji hipotesis. Dalam metode ini harus tercakup, antara
lain:
 Rencana penelitian,
 Bentuk penelitian,
 Dimensi waktu data,
 Variabel penelitian,
 Definisi operasional,
 Metode pengumpulan data,
 Teknik analisis,
 Rumus / alat ukur yang digunakan.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


48

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


7. Landasan teori / tinjauan pustaka,
Dalam bagian ini, diajukan teori-teori yang mendasari permasalahan baik yang sudah
maupun yang masih kontemporer. Selain teori, dapat pula dimasukkan hasil-hasil
penelitian terdahulu, lebih baik jika berbentuk ringkasan hasil penelitian. Dalam
bagian ini, sebaiknya dikemukakan pula kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran
dibuat dalam satu skema sehingga isi penelitian secara keseluruhan diketahui dengan
jelas, mulai dari mekanisme ketersediaan data, pengolahan dan penyajiannya.
Dianjurkan agar kerangka pemikiran ini dilengkapi dengan penjelasan secara narasi.
8. Daftar pustaka / acuan / rujukan yang digunakan,
Pada bagian ini, dituliskan / didaftarkan semua sumber-sumber bacaan atau
kepustakaan, yang dapat berupa buku-buku teks, jurnal, buletin, majalah, surat kabar,
terbitan berkala, ensiklopedi, kamus, hasil penelitian.
Daftar ini ditulis dengan cara yang lazim, sesuai dengan ketentuan.
9. Jadwal waktu,
Pada bagian ini, dituliskan berapa lama waktu diperlukan dalam kegiatan penelitian,
mulai dari persiapan sampai selesainya laporan penelitian.
Dalam jadwal waktu ini mencakup:
 Waktu persiapan penelitian,
 Waktu pelaksanaan penelitian,
 Waktu pengumpulan data, waktu pengolahan dan penyimpulan,
 Waktu pelaporan sementara,
 Waktu penyajian (penampungan kritik, catatan dan masukan untuk penyempurnaan)
dan waktu pelaporan akhir (executive summary).
10. Personalia,
Personalia adalah peneliti utama, yang bertanggung jawab dan peneliti-peneliti lain
yang ditulis namanya. Untuk penanggung jawab, perlu diberi keterangan tentang
pengalaman penelitiannya dan / atau hasil karya ilmiahnya, utamanya yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
11. Anggaran.
Dalam bagian ini, diuraikan biaya-biaya atau dana yang akan digunakan untuk
melaksanakan penelitian nantinya. Anggaran dapat dibagi atau dikelompokkan dalam
beberapa bagian tertentu, seperti:
 Honorarium,
 Alat-alat yang digunakan.
Catatan:
Untuk proposal skripsi/tesis ini, biasanya bagian personalia dan anggaran tidak
dicantumkan karena dilakukan oleh penulis sendiri dengan biaya sendiri.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


49

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 6

MASALAH, JUDUL DAN TUJUAN PENELITIAN

A. MASALAH PENELITIAN
1. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau
kenyataan dan dapat diselesaikan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya
kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya
kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan atau rintangan, adanya celah (gap) baik
antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Masalah penelitian adalah masalah yang akan menjadi obyek penelitian. Masalah
penelitian akan dipelajari, dikaji dipecahkan atau diselesaikan, lalu dibuat kesimpulannya
sesuai dengan konteks permasalahan oleh peneliti melalui penelitian.
Di dalam permasalahan ini, diungkapkan keresahan, kesulitan, dilema, persoalan yang
harus diatasi. Ada sesuatu yang tidak beres, ada penjelasan yang kurang meyakinkan, ada
keraguan tentang ide-ide atau teori-teori lama, ada sesuatu yang harus segera dilakukan.

2. Ciri-ciri Masalah Penelitian


Pemilihan masalah penelitian ini merupakan tahap awal dari sebuah penelitian. Dalam
memilih masalah penelitian ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:
a). Masalah yang dipilih hendaknya sesuai dengan minat dari peneliti.
b). Masalah yang dipilih hendaknya dapat diteliti, artinya penelitiannya dapat
dilaksanakan.
c). Tersedia faktor pendukung dari masalah yang diteliti, dalam hal ini ada data dan
izin.
d). Masalah yang diteliti harus mempunyai atau memberikan manfaat.

Tidak semua masalah yang ada, dapat dijadikan sebagai masalah penelitian. Ada
beberapa hal yang harus dipenuhi oleh sebuah masalah, untuk dijadikan sebagai masalah
penelitian.
Suatu masalah dapat dijadikan masalah penelitian apabila:
a. Masalah tersebut dengan observasi atau pengumpulan data dapat memberi
jawaban.
b. Nilai yang disertakan dalam masalah yang diamati dapat diukur.

Kerlinger (1986 : 29) menguraikan bahwa ciri-ciri masalah penelitian adalah sebagai
berikut:
o Harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
o Harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
50

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


o Masalah dan pernyataan harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan
adanya kemungkinan pengujian empiris. Suatu masalah yang tidak memuat
implikasi pengujian hubungan atau hubungan-hubungan yang dinyatakannya,
bukan masalah ilmiah.
Misalnya, adalah sebagai berikut:
 Apakah akibat dari berbagai insentif terhadap hasil belajar siswa ?
 Apakah pokok-pokok ingatan yang berkaitan dengan kejadian yang tidak
menyenangkan lebih cepat dilupakan daripada pokok-pokok ingatan yang netral ?
 Apakah sikap terhadap orang kulit hitam mempengaruhi penilaian tentang hasil
guna alternatif bagi kebijaksanaan rasial ?

Nazir (1983 : 134) menyebutkan bahwa ciri-ciri masalah yang baik adalah sebagai
berikut:
1). Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
Masalah akan mempunyai nilai penelitian, apabila:
a). Masalah harus mempunyai keaslian, dalam hal ini menyangkut hasl-hal yang
up to date dan baru, mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, tidak berisi
hal-hal yang sepele,
b). Masalah harus menyatakan suatu hubungan,
c). Masalah harus merupakan hal yang penting, dalam hal ini harus mempunyai
arti dan nilai, baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun dalam bidang
aplikasi untuk penelitian terapan,
d). Masalah harus dapat diuji dengan perlakuan-perlakuan serta data dan fasilitas
yang ada. Sekurang-kurangnya, memberikan implikasi untuk kemungkinan
pengujian secara empiris,
e). Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak
membingungkan.
2). Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas.
Masalah mempunyai fisibilitas apabila masalah tersebut dapat dipecahkan. Ini
berarti, adalah sebagai berikut:
a). Data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia,
b). Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan,
c). Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar,
d). Biaya dan hasil, minimal harus seimbang,
e). Administrasi dan sponsor harus kuat,
f). Tidak bertentangan dengan hukumdan adat.
3). Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti, sekurang-kurangnya masalah
tersebut, adalah sebagai berikut:
a). Menarik bagi peneliti, dalam hal ini menarik keingintahuan peneliti dan
memberi harapan untuk menemukan jawaban ataupun menemukan masalah
lain yang lebih penting dan lebih menarik.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
51

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


b). Cocok dengan kualifikasi peneliti, dalam hal ini masalah yang harus
dipecahkan sesuai dengan derajat keilmiahan yang dipunyai peneliti, atau
minimal cocok dengan bidang kemampuannya.

3. Sumber Masalah Penelitian


Masalah penelitian dapat muncul dari:
a). Kehidupan sehari-hari, karena menjumpai hal-hal tertentu atau didorong rasa ingin
tahu atau untuk meningkatkan hasil kerja,
b). Buku-buku / majalah-majalah / koran-koran,
c). Hasil pemberian orang lain atau puhak lain,
d). Diri sendiri disorong oleh kebutuhan memperoleh jawaban.

Nazir (1983 : 140) menyebutkan sumber-sumber di mana masalah dapat diperoleh,


antara lain adalah sebagai berikut:
a). Pengamatan terhadap kegiatan manusia.
b). Pengamatan terhadap alam sekeliling.
c). Bacaan.
d). Ulangan serta perluasan penelitian.
e). Cabang studi yang sedang dikembangkan.
f). Pengalaman dan catatan pribadi.
g). Praktek serta keinginan masyarakat.
h). Bidang spesialisasi.
i). Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti.
j). Analisis bidang pengetahuan.
k). Diskusi-diskusi ilmiah.
l). Perasaan intuisi.

4. Jenis Permasalahan Penelitian


Jenis permasalahan yang dapat diteliti, adalah sebagai berikut:
a). Permasahan status dan diskripsi fenomena sosial. Sehubungan dengan jenis
permasalahan ini, terjadilah penelitian deskriptif, dan penelitian historis.
b). Permasalahan komparasi, merupakan permasalahan untuk membandingkan dua
fenomena atau lebih. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari p-ersamaan
dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya
persamaan atau perbedaan yang ada. Sehubungan dengan jenis permasalahan ini,
terjadilah penelitian komparasi.
c). Permasalahan korelasi, merupakan permasalahan untuk mencari hubungan antar
dua atau lebih fenomena. Terdapat dua macam jenis permasalahan korelasi, yaitu:
 Korelasi sejajar, misalnya: korelasi antara kemampuan belajar dan kesetiaan
ingatan.
 Korelasi sebab akibat, misalnya: korelasi antara kemampuan membaca berita
dengan pelatihan.
Sehubungan dengan jenis permasalahan ini, terjadilah penelitian korelasional.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
52

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


5. Kerangka Permasalahan Penelitian
Francis, Bork, dan Cartens (1979) menunjukkan kerangka-kerangka tentang
masalah penelitian, sesuai dengan jenis penelitiannya, yaitu sebagai berikut:
a). Penelitian dampak sosial
Pada penelitian ini, masalah diungkapkan dengan menunjukkan masalah sosial
yang sedang terjadi, yang memerlukan perhatian, penafsiran, dan penyelesaian.
Masalah mengungkapkan perkiraan situasi, sinyalemen mengenai gejala-gejala
yang terjadi.
b). Penelitian teoritis
Pada penelitian ini, masakah merujuk pada suatu teori atau salah satu aspek teori
yang tidak lagi memuaskan kita. Masalah dinyatakan dengan hukum-hukum sosial
yang menjelaskan hubungan diantara berbagai gejala sosial. Untuk rumusan
masalahnya, digunakan kata-kata “sejauh mana”.
c). Penelitian historis
Pada penelitian ini, pernyataan masalah adalah pengungkapan peristiwa tertentu
yang membangkitkan minat kita. Peristiwa haruslah mengandung makna dan
dapat menjelaskan kerangka teoritis tertentu.
d). Penelitian evaluasi
Pada penelitian ini, masalah menjelaskan apa yang akan dievaluasi dan mengapa
evaluasi itu penting untuk pengambilan keputusan.
e). Penelitian khusus
Pada penelitian ini, yang tidak mengikuti pola penelitian konvensional, masalah
mengungkapkan suatu proses, menjelaskannya dan menunjukkan maknanya bagi
ilmu, masyarakat atau kemanusiaan. Penelitian ini, merupakan pemberian proyek
kreatif yang telah terjadi.

B. JUDUL PENELITIAN
1. Pengertian Judul Penelitian
Setelah masalah penelitian dapat ditetapkan atau dipilih, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah merumuskan atau membuat judul penelitian.
Judul penelitian merupakan identitas atau cermin jiwa dari sebuah penelitian. Judul
penelitian pada wujudnya merupakan kalimat, dan hanya satu kalimat pernyataan (bukan
kalimat pertanyaan), yang terdiri dari kata-kata yang kongkrit (bukan umum), jelas(tidak
kabur), singkat (tidak bertele-tele), deskriptif (berkaitan atau runtut), tidak terlalu puitis
atau bombastis.
Judul penelitian hendaknya bersifat menjelaskan diri dan menarik. Dengan membaca
judul ini, maka orang langsung dapat menduga apa materi atau masalahnya serta kaitan
aspek lainnya. Selain itu, dapat pula diketahui mengenai obyek, metode, tujuan, dan
kegunaan penelitian. Dengan demikian, judul penelitian ini pada hakekatnya merupakan
gambaran dari conceptual framework suatu penelitian.
Fungsi utama judul penelitian bagi penulis atau peneliti adalah sebagai kompas dalam
melakukan penelitian atau menyusun tulisannya. Sedangkan bagi pembaca, fungsi utama

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


53

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


judul penelitian ini adalah menunjukkan hakekat daripada obyek penelitian, wilayahnya
serta metode yang dipergunakan dalam melakukan penelitian atau menyusun tulisannya.

2. Dasar Perumusan Judul Penelitian


Dasar utama seorang peneliti dalam merumuskan judul penelitian adalah sebagai
berikut:
 Mengetahui status sesuatu
Apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan
bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat
deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa. Contoh Judul penelitian
deskriptif: “Studi Deskriptif tentang………”, “penelitian tentang pendapat………”,
dan “tanggapan masyarakat terhadap………….”.
 Membandingkan status dua fenomena atau lebih
Dalam melakukan perbandingan, peneliti selalu memandang dua fenomena atau lebih,
ditinjau dari perbedaan atau persamaan yang ada. Namun, yang sering terjadi, peneliti
membandingkan dua fenomena yang terhadap suatu standar. Penelitian ini bersifat
komparatif, artinya membandingkan dua atau lebih fenomena. Contoh Judul
Penelitian Komparatif: “ Penelitian Komparasi antara………..dengan………..”.
 Mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua fenomena atau lebih
Penelitian hubungan atau pengaruh, lebih dikenal dengan istilah penelitian korelasi.
Penelitian korelasi memiliki dua jenis, yaitu sebagi berikut:
 Korelasi Sejajar, menyangkut penelitian tentang dua hal atau lebih yang tidak
mempunyai hubungan sebab akibat, tetapi dapat dicari alasan mengapa
diperkirakan ada hubungannya. Contoh Judul Penelitiannya:”Korelasi antara
……… dengan…………”.
 Korelasi sebab akibat, menyangkut penelitian tentang dua hal atau lebih yang
saling memiliki pengaruh. Antara keadaan yang satu dengan lainnya terdapat
hubungan sebab akibat. Keadaan pertama diperkirakan menjadi penyebab keadaan
kedua. Keadaan pertama berpengaruh pada keadaan kedua. Contoh Judul
Penelitiannya:”pengaruh……..terhadap……….”.

3. Unsur-unsur Judul Penelitian


Dalam sebuah rumusan judul penelitian diharapkan mencakup unsur-unsur:
Sifat dan jenis penelitian,
Obyek yang diteliti,
Sujek penelitian,
Lokasi/daerah waktu penelitian,
Tahun/waktu terjadinya peristiwa.
Contoh: “Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap kemampuan membaca berita
karyawan TVRI stasiun pusat Jakarta tahun 2000”.
 Analisis Pengaruh : sifat dan jenis penelitian,
 Pelatihan dan kemampuan membaca berita : objek penelitian,

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


54

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


 Karyawan TVRI : subjek penelitian,
 Stasiun pusat Jakarta : lokasi penelitian,
 Tahun 2000 : tahun penelitian.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Rumusan Masalah
Masalah yang sudah dibuatkan judulnya, selanjutnya dibuatkan rumusan masalahnya.
Rumusan masalah sering disebut dengan pernyataan masalah (statement of problems).
Rumusan masalah adalah pernyataan singkat suatu masalah yang akan diteliti.
Cara membuat rumusan masalah adalah sebagai berikut:
 Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan,
 Rumusan masalah hendaknya jelas dan padat,
 Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk dapat memecahkan
masalah,
 Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
 Rumusan masalah sebaiknya tidak dibuat dari masalah yang berkaitan tentang etika
atau moral, sebab pertanyaan-pertanyaan tentang nilai dan value judgement tidak bisa
dijawab secara ilmiah.
 Hindarkan rumusan masalah yang masalahnya bersangkutan dengan metodologi
penelitian.

2. Tujuan Perumusan Masalah


Tujuan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a). Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang.
b). Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal baru.
c). Meletakkan dasar untuk memcahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya
ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya.
d). Memenuhi keinginan sosial.
e). Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
Berdasarkan judul penelitian di atas dapat disebutkan contoh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk hubungan antara pelatihan dan kemampuan membaca berita ?
2. Seberapa besar pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita ?

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang
diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian pada dasarnya tujuan penelitian
memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian.
Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah. Jika memperhatikan tujuan
penelitian, maka sesungguhnya isinya sama dengan jawaban yang dikehendaki dalam
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
55

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


rumusan masalah. Apabila rumusan masalah dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, maka
tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan. Yang berbeda hanyalah rumusan
kalimatnya saja.
Bagian ini, biasanya dimulai dengan kalimat “tujuan penelitian ini ialah……”, atau
“penelitian ini bertujuan untuk……”. Setelah itu, bergantung pada metode yang digunakan.
Tujuan penelitian dijabarkan, biasanya dengan menggunakan kata-kata kerja pembuka, antara
lain seperti berikut: menemukan; menjelaskan; menganalisis; menguraikan; menilai; menguji;
membandingkan; menemukan hubungan antara; memperoleh data / pengetahuan / keterangan
tentang meneliti pengaruh / efek.
Dalam menuliskan tujuan penelitian, ada beberapa sifat yang harus dipenuhi, sehingga
tujuan penelitian dikatakan baik, yaitu:
 Spesifik,
 Terbatas,
 Dapat diukur, dan
 Dapat diperiksa dengan melihat hasil penelitian.
Dari contoh rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah,
sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan bentuk hubungan antara pelatihan dan kemampuan membaca
berita.
2. Untuk menemukan besarnya pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca
berita.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


56

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 7

HIPOTESIS PENELITIAN

A. PENGERTIAN HIPOTESIS PENELITIAN


Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata
“hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang berarti kebenaran).
Hipotesis adalah proposisi yang masih bersifat sementara dan masih harus diuji
kebenarannya. Proposisi adalah pernyataan tentang suatu konsep.
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang
bisa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik. Dalam suatu penelitian,
hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan
dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.
Selanjutnya hipotesis penelitian ditulis dengan hipotesis.

B. CIRI-CIRI HIPOTESIS YANG BAIK


Suatu hipotesis dianggap baik, apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
a). Hipotesis harus menyatakan hubungan.
Ini berarti, bahwa hipotesis merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan antar
variabel. Hipotesis mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur ataupun secara
potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut
berhubungan.
b). Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
Ini berarti bahwa hipotesis harus terang, konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus
dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang bersifat metafisis.
c). Hipotesis harus sesuai dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu
pengetahuan.
Ini berarti, bahwa hipotesis harus tumbuh dan ada hubungan dengan ilmu pengetahuan
dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan.
d). Hipotesis harus dapat diuji.
Ini berarti hipotesis, baik nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan
menggunakan alat-alat statistik dapat diuji.
e). Hipotesis harus sederhana.
Ini berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk spesifik / khas untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman pengertian.
f). Hipotesis harus dapat menerangkan fakta.
Ini berarti, bahwa hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang menerangkan hubungan
fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


57

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Pendapat lain mengatakan bahwa, sebuah hipotesis penelitian dikatakan baik apabila
memiliki ciri-ciri seperti berikut:
a. Jelas secara konseptual,
b. Mempunyai rujukan empiris,
c. Bersifat spesifik,
d. Dapat dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada.
e. Berkaitan dengan teori.

C. CARA MENYUSUN HIPOTESIS


Sebuah rumusan hipotesis penelitian dapat disusun dengan mengikuti beberapa pedoman
sebagai berikut:
a). Susunlah berbagai masalah penelitian dan kemudian pilihlah beberapa yang rasanya
berhubungan satu sama lain, disinilah hipotesis akan timbul.
b). Buatlah daftar tipe-tipe atau kelompok-kelompok keterangan utama untuk menjawab
satu masalah tertentu, kemudian coba jawab pernyataan paling penting mana yang
dapat dijawab kelak keterangan-keterangan atau data-data tersebut berkumpul. Ini
juga merupakan satu kemungkinan hipotesis.
c). Susunlah variabel-variabel penting yang dapat dipakai untuk menganalisis satu
masalah tertentu dan kemudian coba jawab mana pertanyaan paling penting dapat
dijawab, kalau variabel-variabel tersebut telah benar-benar terkumpul.
d). Susunlah daftar lembaga-lembaga yang ada dan cobalah jawab mana masalah yang
belum juga terpecahkan, walaupun lembaga-lembaga tersebut telah berjalan
sebagaimana mestinya.
e). Pilihlah daftar-daftar masalah teoritik, mana yang paling relevan untuk dipakai
sebagai langkah kerja penelitian. Ini berarti teori digunakan sebagai salah satu bahan
penyusunan hipotesis.

Dari contoh tujuan penelitian di atas, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
“Diduga perlatihan berpengaruh besar terhadap kemampuan membaca berita serta bentuk
korelasinya adalah positif dan kuat di stasiun TVRI pusat Jakarta”.

D. KEGUNAAN HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian memberikan beberapa kegunaan, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja peneliti.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadang-
kadang hilang begitu saja dari perhatian si peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu ketentuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

E. BENTUK RUMUSAN HIPOTESIS


Bentuk rumusan hipotesis ini, bergantung dari kriteria-kriteria yang menyertai hipotesis
tersebut.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


58

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Berdasarkan tingkat explanasi hipotesis yang akan diuji atau bentuk jenis masalahnya,
maka rumusan hipotesis dapat pula dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu variabel mandiri, tidak
dalam bentuk perbandingan atau hubungan.
Contoh: jika rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini:
a. Berapa lama daya tahan TV merek “P”?.
b. Berapa rata-rata penjualan cabang cabang PT. “X” di kota J ?
c. Seberapa baik gaya kepemimpinan di PT. “R” ?
Rumusan hipotesis deskriptifnya adalah sebagai berikut:
a. Daya tahan TV merek “P” = 11.500 jam.
b. Rata-rata penjualan cabang PT. ”X” di kota “J” adalah 100 buah / hari.
c. Gaya kepemimpinan di PT. “R” mencapai 80% dari yang diharapkan.
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis Komparatif adalah hipotesis mengenai nilai perbandingan antara satu
variabel dengan variabel lainnya.
Contoh: jika rumusan masalah berbantuk seperti berikut ini:
a. Bagaimana daya tahan TV merek “P” bila dibandingkan dengan daya tahan TV
merek “Q” ?
b. Bagaimana rata-rata penjualan cabang PT. “X” di kota J dibandingkan dengan
rata-rata penjualan cabang PT. “X” di kota B ?
c. Bagaimana gaya kepemimpinan di PT. “R” dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan di PT. “L” ?
Rumusan hipotesis berikutnya, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Daya tahan TV merek “P” > daya tahan TV merek “Q” ?


b. Rata-rata penjualan cabang PT. “X” di kota J < rata-rata penjualan cabang PT.
“X” di kota B ?
c. Gaya kepemimpinan di PT. “R” ≠ gaya kepemimpinan di PT. “L” ?

3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau lebih
variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya.
Contoh: jika rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini:
a. Bagaimana bentuk hubungan antara stres dengan kinerja karyawan PT. ABC ?
b. Bagaimana bentuk hubungan antara inflasi dengan harga saham PT.”A”?
Rumusan hipotesis asosiatifnya adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan positif antara stres dengan kinerja karyawan.
b. Ada hubungan negatif antara inflasi dengan harga saham PT.”A”?
Berdasarkan atas uji statistiknya, rumusan hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis
hipotesis, yaitu sebagai berikut:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


59

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil
Hipotesis nol, disimbolkan H0 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu
pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol, karena hipotesis ini tidak memiliki
perbedaan (atau perbedaannya nol) dengan hipotesis sebenarnya.
Hipotesis nol ini, sering juga disebut sebagai hipotesis statistik, karena dipakai dalam
penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Hipotesis nol ini, dapat menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau
tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Contoh rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara ……………… dengan ……………..
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan VI dalam disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh …………terhadap ……………..
Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita.

2. Hipotesis Alternatif atau hipotesis kerja


Hipotesis alternatif, disimbolkan Ha atau H1 adalah hipotasis yang dirumuskan
sebagai lawan / tandingan hipotesis nol.
Hipotesis alternatif ini, menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel, atau ada
pengaruh variabel X tehadap variabel Y.
Contoh rumusan hipotesis alternatif:
a. Ada perbedaan antara ….. dan ……
Ada perbedaan antara mahasiswa semester IV dan semester VI dalam disiplin
kuliah.
b. Ada perbedaan antara …………dan……………..
Ada pengaruh pelatihan terhadap kemampuan membaca berita.

F. PROSEDUR PENGUJIAN HIPOTESIS


Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu
menerima atau menolak hipotesis ini.
Dalam pengujian ini, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya
keputusan bisa benar / salah.
Dalam menguji hipotesis ini, ada beberapa langkah yang harus dilalui, dikenal dengan
prosedur pengujian hipotesis, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi hipotesisnya.
 Hipotesis nol ( Ho ).
 Hipotesis alternatif ( H1 ).
2. Menentukan taraf nyata dan nilai tabel.
Tarafnyata adalah batas toleransi dalam menerima kesalahan dari hipotesis terhadap
nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan dengan α (baca alpha).
Besaran yang sering digunakan dalam penelitian non-aksakta untuk menentukan taraf
nyata (dinyatakan dala %) adalah 1%, 5%, dan 10%.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


60

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


3. Menentukan kriteria pengujian.
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam hal menerima atau
menolak hipotesis nol dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai α tabel dari
distribusinya) dengan nilai uji statistiknya.
 Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya.
 Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai
kritisnya.
4. Melakukan uji statistik.
Uji statistik ini, merupaka rumusan-rumusan dari distribusi (berhubungan dengan
distribusi) tertentu, seperti uji t (distribusi t), uji Z (distribusi Z), uji χ2 (distribusi kai
kuadrat) dan sebagainya dalam pengujian hipotesis ini.
5. Membuat kesimpulan.
Pembuatan kesimpulan ini merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan
atau penolakan hipotesis nol sesuai dengan kriteria pengujian.
Contoh:
Rumusan Masalah;
Apakah ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan politik
denga jenis media yang sering diikutinya ?
Hipotesis;
Diduga ada hubungan antara tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan politik
denga jenis media yang sering diikutinya.
Pengujian Hipotesis;
1. Formulasi hipotesis
Ho: tidak ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
H1: ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.

2. Taraf nyata (α) dan nilai χ2 tabel


Α = 5% = 0,05; db = (2-1)(3-1)= 2
χ2tabel (χ20,05;3) = 5,99

3. Kriteria pengujian
Ho diterima jika : χ20 ≤ 5,99
H1 ditolak jika : χ20 ≥ 5,99

4. Uji statistik
Jenis Media Tinggi Menengah Rendah Jumlah
Media Cetak 32 26 11 69
Media Elektronik 10 14 47 71
Jumlah 42 40 58 140

(O  E ) 2
χ2 =
E

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


61

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

O E (O – E)2 (O  E ) 2
E
32 20,7 127,69 6,17

26 19,7 39,69 2,01

11 28,6 309,76 10,83

10 21,3 127,69 5,99

14 20,3 39,69 1,96

47 29,4 309,56 10,53

37,49

χ20 = 37,49

5. Kesimpulan
Karena χ20 = 37,49 > ((χ20,05;3) = 5,99, maka H0 ditolak
Jadi, ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.

G. KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS

Dalam pengujian hipotesis ini, kesimpulan yang diperolah hanyalah berupa penerimaan
atau penolakan daripada hipotesis yang diajukan itu dan tidak berarti bahwa kita telah
membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis itu. Ini disebabkan karena
kesimpulan itu hanyalah merupakan inferensi yang didasarkan atas sampel.
Suatu kesimpulan dianggap diterima/benar apabila Ho diterima/benar atau Ho
ditolak/salah. Kesalahan dapat terjadi apabila Ho benar, tetapi ditolak atau sebaliknya Ho
salah tetapi diterima. Jadi, dalam pengujian hipotesa ini dapat terjadi dua jenis kesalahan,
yaitu kesalahan jenis I dan kesalahan jenis II.

1. Kesalahan Jenis I.
Kesalahan ini, terjadi apabila Ho ditolak padahal kenyataannnya benar, artinya kita
menolak hipotesis tersebut yang seharusnya diterima.

2. Kesalahan Jenis II.


Kesalahan ini, terjadi apabila Ho diterima padahal kenyataannnya salah, artinya kita
menerima hipotesis tersebut yang seharusnya ditolak.

Dalam bentuk tabel, kedua jenis kesalahan tersebut dituliskan:

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


62

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI


Tabel 4
Jenis Kesalahan Dalam Uji Hipotesis
Kesimpulan dan Keadaan Yang Sebenarnya
Keputusan Ho Benar Ho Salah
Terima Benar Salah
(Kesalahan Jenis II
Tolak Salah Benar
(Kesalahan Jenis I)

Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan hal-hal seperti berikut ini:
1. Keputusan untuk menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat
kesalahan.
2. Keputusan untuk menerima hipotesis nol yang salah, berarti membuat kesalahan jenis
II.
3. Keputusan untuk menolak hipotesis nol yang benar, berarti membuat kesalahan jenis
I.
4. Keputusan untuk menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.

Apabila kedua jenis kesalahan tersebut dinyatakan dalam bentuk probabilitas, maka
terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Kesalahan jenis I disebut kesalahan α (baca:alpha) yang dalam bentuk penggunaannya
disebut taraf nyata (level of significance). 1 – α disebut tingkat keyakinan (level of
confidance), karena dengan ini, kita yakin bahwa kesimpulan yang kita buat benar
sebesar 1 – α.
2. Kesalahan jenis II disebut kesalahan  (baca: beta) yang dalam bentuk
penggunaannya disebut fungsi ciri operasi (operating characteristic function),
disingkat CO. 1 –  disebut kuasa pengujian, karena memperlihatkan kuasa terhadap
pengujian yang dilakukan untuk menolak hipotesis (Ho) yang seharusnya ditolak.

Kesalahan penarikan kesimpulan dalam pengujian hipotesis bisa disebabkan karena


kesalahan sampel, kesalahan perhitungan sehingga mengubah hubungan antara variabel-
variabel penelitian tersebut.

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.


63

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO FAKULTAS EKONOMI PRODI ILMU EKONOMI

BAB 8

PENGUMPULAN DATA

BAB 9

PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA


BAB 10

ANALISIS DATA
BAB 11

LAPORAN PENELITIAN

Drs. Achmad Sadikin, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai