BAB 1
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang
mempunyai kriteria tertentu yang valid. Valid, menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Misalnya dalam suatu pameran bisnis terjual 150 set computer, sementara peneliti
melaporkan jauh di bawah atau di atas 150 set computer yang terjual, maka derajat validitas
hasil penelitian itu rendah. Atau misalnya dalam suatu perdagangan saham tidak terjadi
kerusuhan, dan peneliti melaporkan terjadi kerusuhan, maka data yang dilaporkan juga tidak
valid. Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh
karena itu, maka validitas hasil penelitian dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan
obyektivitas data penelitian yang telah terkumpul. Pada umumnya kalau data itu reliable dan
obyektif, maka hasil penelitiannya akan valid. Data yang valid pasti reliable dan obyektif.
Relabilitas berkenaan derajat konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu.
Misalnya pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa jumlah karyawan
yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut
akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000
orang.
Validitas data hasil penelitian dapat diperoleh dengan menggunakan instrument yang
valid, menggunakan sumber data yang tepat dan cukup jumlahnya, serta metode
pengumpulan dan analisis data yang benar. Untuk mendapatkan data yang reliable, maka
instrument harus reliable dan penelitiannya dilakukan dengan berulang-ulang. Selanjutnya
untuk mendapatkan data yang obyektif, maka sampel sumber data jumlahnya mendekati
jumlah populasi.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan
penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah yang betul-betul baru yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan
untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan
Pengembangan berarti untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang
tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau
menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak
terjadi.
Jadi metode penelitian, dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu.
B. JENIS-JENIS PENELITIAN.
Penelitian dapat digolongkan/dibagi kedalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu:
b. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Jadi penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena-fenomena masyarakat (social) tertentu, misalnya perceraian,
pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain.
Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta,
tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
c. Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi mencoba mencari jawaban, sampai seberapa jauh tujuan yang
digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan
2) Grounded Research
Graunded Research adalah penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan
menggunakan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi
empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori,
di mana pengumpulan data dan analisis datanya berjalan pada waktu yang
bersamaan.
Graunded Research bertolak dari fakta, dan dari fakta tanpa teori serta dicoba untuk
mewujudkan suatu teori. Dengan demikian, dalam Graunded Research ini, data
merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Kategori-kategori dan konsep-
konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan
untuk verivikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan
selama penelitian berlangsung.
Ciri-ciri Graunded Research, yaitu sebagai berikut:
1). Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis.
2). Teori yang menerangkan data, setelah data diurai.
Uraian Berdasarkan Data
Teori yang
DATA Analisa menjadi konsep dan menerangkan Data
Hipotesis berdasarkan data
G. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berasal dari bahasa Yunani, yaitu: methodos = cara atau jalan;
logos = ilmu. Metodologi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tata cara atau jalan
sehubungan dengan adanya penelitian. Dalam metodologo penelitian dibicarakan, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu, yaitu tentang apakah ilmu dan mengapa orang melakukan penelitian.
2. Prosedur Penelitian, mencakup pembahasan bagaimana suatu penelitian dimulai,
dan diakhiri dengan pembuatan laporan penelitian.
3. Alat analisis, yakni beberapa teknik yang digunakan dalam menganalisa data.
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode penelitian
menyangkut masalah kerjanya, yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi
sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian.
Jadi, metodologi penelitian melingkupi metode penelitian.
BAB 2
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini sering dikacaukan dengan prosedur penelitian atau teknik
penelitian. Hal ini, disebabkan karena ketiga hal tersebut saling berhubungan dan sulit
dibedakan.
Contoh:
Bentuk lain dari metode deskriptif adalah metode survei dan metode observasi.
3. Metode Korelasional
Metode Korelasional sebenarnya adalah kelanjutan dari metode deskriptif. Pada
metode deskriptif, data dihimpun dan disusun secara sistematis, factual dan cermat,
namun tidak dijelaskan hubungan di antara variabel, tidak melakukan uji hipotesis atau
prediksi. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel diteliti dan dijelaskan.
BAB 3
Data yang digunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi
(universe) atau sampel. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang
akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat
berupa orang, perusahaan, media, dan lain sebagainya.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga
memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang bisa dianggap mewakili populasi.
Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama
dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak sama.
.Z
2
n=
T
Keterangan:
n = besar sampel yang diperlukan,
s = perkiraan simpangan baku populasi,
Z = nilai standar sesuai dengan tingkat signifikansi,
T = kesalahan penaksiran maksimum yang diterima.
Contoh Soal:
Tentukan besarnya sampel (n) yang harus diambil, untuk menyelidiki waktu rata-rata
yang digunakan oleh mahasiswa untuk sebuah soal ujian metode penelitian, jika
digunakan interval keyakinan 95% dengan kesalahan duga 0,4 dan simpangan baku
1,2 menit ?
Penyelesaian:
1 – α = 95%
α = 5% = 0,05
Z0,01 = 1,65 (lihat tabel Z)
T = 0,4
σ = 1,2
.Z
2
n=
T
2
1,2 x1,65
= = 24,5 (dibulatkan 25.
0,4
b). Ukuran populasi diketahui dan asumsi populasi berdistribusi normal:
N
n=
1 Ne2
Keterangan:
n = ukuran sampel,
N = ukuran populasi,
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir/diinginkan, misalnya 1%.
Untuk informasi lebih jauh tentang pemakaian rumus ini, Paguso, Garcia, dan
Guerrero (1978) yang dikutip Sevilla (1994) memperlihatkan batas-batas kesalahan yang
tidak dapat digunakan pada ukuran populasi.
Tabel 1 berisikan informasi yang dimaksud, diperlihatkan sebagai berikut:
4. Selain itu, ukuran sampel dapat pula ditentukan secara langsung dengan berpatokan
pada tabel berikut.
Tabel 2.
PENENTUAN JUMLAH SAMPLE DARI POPULASI TERTENTU
DENGAN TARAF KESALAHAN, 1, 5, DAN 10%
S S S
N 1 5% 10 N 1% 5% 10 % N 1% 5% 10 %
% %
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
2 . N .P.Q
d N 1 2 .P.Q
Rumus yang digunakan adalah: S =2
E. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling merupakan cara yang digunakan dalam pengambilan sampel
penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Sampling Probabilitas
Sampling Probabilitas adalah cara pengambilan sampel berdasarkan probabilitas
atau peluang. Dalam semua sampling probabilitas, cara pengambilannya dilakukan
secara acak (random), artinya semua objek atau elemen populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara ini bersifat obyektif.
Yang termasuk sampling probabilitas adalah sebagai berikut:
a). Sampling Acak Sederhana
Yaitu bentuk sampling probabilitas yang sifatnya sederhana, di mana tiap
sampel yang berukuran sama memiliki suatu probabilitas atau kesempatan sama
untuk terpilih dari populasi.
Sampling acak sederhana dapat dilakukan, setelah kerangka sampling dibuat
dengan benar. Kerangka sampling adalah daftar lengkap semua unit tempat
mengambil sampel.
Sampling acak sederhana ini dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Elemen-elemen populasi yang bersangkutan homogen.
Contoh soal:
PT Terbang Bersama memiliki 100 orang karyawan, hendak dipilih 15 orang sebagai
sampel penelitian. Tentukan nomor-nomor karyawan yang akan digunakan sebagai
sampel dengan menggunakan tabel bilangan random ?
Jawab :
Contoh soal:
Sebuah populasi yang terdiri dari 500 pedagang kaki lima, denganh komposisi 200
pedagang makanan, 150 pedagang barang mainan, 100 pedagang kerajinan, dan 50
pedagang rokok. Jika 20 pedagang kaki lima tersebut hendak dijadikan sampel
penelitian, tentukan besarnya sampel tiap stratum (gunakan metode sebanding) dan
nomor-nomor yang terpilih (gunakan tabel bilangan random ) di tiap stratum !
Jawab :
Contoh soal:
Sebuah populasi yang berukuran (memiliki eleman) 800, hendak diambil 20 sampel
sebagai bahan penelitian. Tentukan nomor-nomor sampel yang terpilih ?
Jawab :
Contoh soal:
Sebuah desa yang memiliki 1500 KK, ingin diteliti mengenai respon penggunaan
bumbu masak merek “ASSOI”. Untuk keperluan tersebut akan digunakan 100KK.
Jawab :
Contoh:
Dari penyebaran 150 kuesioner, ternyata yang kembali hanya 30%. Berdasarkan
pertimbangan tertentu peneliti atau sang ahli, diputuskan untuk menggunakan
jumlah kuesioner yang kembali itu saja sebagai sampel.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA SAMPEL
Dalam menentukan besarnya sampel ada empat factor yang harus diperhatikan, yaitu
antara lain sebagai berikut:
a). Derajat keseragaman dari populasi.
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Jika populasi
seragam, maka satu-satuan elementer saja dari seluruh populasi sudah cukup
representative untuk diteliti. Sebaliknya juka populasi tidak seragam, maka hanya
sensuslah yang dapat memberikan gambaran yang representatif.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
31
BAB 4
Berdasarkan fenomena sosialnya, skala pengukuran dapat dibedakan atas dua, yaitu
sebagai berikut:
a). Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian.
Contoh: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi sosial.
b). Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial.
Contoh: skala untuk mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, dan kondisi kerumahtanggaan.
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
multiple choice atau checklist.
Menurut Husein Umar (1998), untuk membuat skala likert dapat digunakan langkah-
langkah seperti berikut:
a). Kumpulkan sejumlah yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat
diidentifikasikan dengan jelas (positif atau tidak positif).
b). Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi
dengan benar.
c). Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka
dari setiap pernyataan sedemikian rupa, sehingga respons yang berada pada posisi
yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama.
Misalnya, bernilai 5 untuk sangat positif dan bernilai1 untuk yang sangat negatif.
Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik
untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden.
d). Selanjutnya, mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam
penelitian, patokannya adalah sebagai berikut:
o Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.
o Pernyataan yang secara totalnya, responden tidak menunjukkan korelasi yang
substansial dengan nilai totalnya.
Untuk membuat skala guttman, dapat digunakan langkah-langkah seperti berikut ini:
a). Susunlah beberapa pertanyaan yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti.
b). Lakukan penelitian permulaan terhadap sejumlah responden yang dapat mewakili
populasi yang hendak diteliti. Sampel yang dipilih minimal 50 buah.
c). Jawaban yang diperoleh kemudian dianalisis.
d). Susunlah jawaban pada suatu tabel (tabel guttman), dimana pada baris disusun
responden menurut urutan skor total jawaban dari yang terkecil sampai terbesar,
dan pada kolom disusun pernyataan dari jawaban yang paling banyak mendapat
jawaban (Ya) sampai yang paling sedikit.
e). Hitung nilai dari koefisien reprodusibilitas (Kr) dan koefisien skalabilitas(Ks).
Koefisien reprodusibilitas adalah suatu besaran (nilai) yang mengukur tingkat
ketepatan alat ukuryang dibuat, dalam hal ini daftar pertanyaan. Koefisien
skalabilitas adalah suatu besaran (nilai) yang digunakan untuk mengukur
penyimpangan pada skala reprodusibilitas. Skala yang memiliki nilai Kr = 90 dan
nilai Ks = 60 ke atas dapat diterima.
Di mana:
Kr = koefisien reprodusibilitas,
e = jumlah kesalahan,
n = jumlah pertanyaan x jumlah responden,
Ks = koefisien skalabilitas,
P = jumlah kesalahan yang diharapkan,
= c(n – Tn) dan c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban benar. Karena
jawaban hanya “Ya” dan “Tidak”, maka c = 0,5.
n = jumlah total pilihan jawaban,
Tn = jumlah jawaban para responden.
f). Skor skala guttman dihitung dari jumlah jawaban “Ya” untuk pernyataan-
pernyataan dalam skala tersebut.
Dalam menggunakan skala ini, tiap pertanyaan diberi nilai 1. Jika seorang responden
mencek kelima jawaban yang tersedia misalnya, maka skornya adalah 5 dan bagi
responden yang mencek 3 pertanyaan, maka skornya 3.
Contoh :
a). Menyusun pertanyaan:
1. Apakah kebutuhan Anda akan sosialisasi terpenuhi ?
2. Apakah kebutuhan Anda akan sandang, pangan dan papan terpenuhi ?
3. Apakah kebutuhan Anda akan aktualisasi terpenuhi ?
4. Apakah kebutuhan Anda akan rasa aman terpenuhi ?
5. Apakah kebutuhan Anda akan penghargaan terpenuhi ?
b). Setelah jawaban dikumpulkan, susunlah dalam bentuk tabel guttman. Atau nomor
pertanyaan di sebelah atas dengan susunan dari kiri ke kanan berdasarkan jawaban
yang paling banyak di iyakan sampai paling sedikit, dan nomor responden di
sebelah samping. Sebagai contoh, di ambil 10 responden (agar memudahkan saja)
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Contoh Tabel Guttman
Responden Pertanyaan
5 4 3 2 1 Total
A1 x x
A2 x x
A3 x x
Koefisien Skalabilitas:
Ks = 1 – (e/p)
= 1 – (e/c(n - Tn)
= 1 – (3/O,5 X 13).
= 0,54
Oleh karena nilai Kr = 0,94 yang berarti lebih besar nilai Kr standar (0,9), dan
nilai Ks = 0,54 yang berarti lebih kecil dari nilai Ks standar, maka skala ini tidak
dapat digunakan.
Penafsiran pada skala ini, adalah responden yang memiliki skor tertinggi dianggap
lebih memiliki sikap positif terhadap masalah itu.
Penggunaan teknik belah dua ini, memerlukan dua persyaratan agar diperoleh
instrumen yang benar-benar reliabel, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah butir yang ada pada instrumen harus genap agar dapat dibelah menjadi dua.
2. Butir-butir yang ada dalam instrumen hendaknya memenuhi untuk persyaratan
untuk dibelah. Teknik pembelahan, mana yang akan dipakai disesuaikan dengan
penyebaran atau pasangan butir-butirnya.
2. Validitas (sahih).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.
Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas yang tinggi, demikian pula
sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan atau mengungkat data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitasnya sebuah instrumen dapat diketahui dengan melakukan pengujian secara
eksternal (validitas eksternal), atau pengujian secara internal (Validitas Internal).
a) Validitas eksternal (empiris).
Validitas eksternal instrumen dicapai, apabila data yang dihasilkan dari instrumen
tersebut sesuai dengan data atau informasi yang lain, yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
Validitas eksternal ini, dikembangkan atau disusun dari fakta empiris yang telah
terbukti.
b) Validitas Internal (rasional).
Validitas eksternal instrumen dicapai, apabila terdapat kesesuaian antara bagian-
bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen
mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari
variabel yang dimaksud.
Validitas internal dikembangkan atau disusun menurut teori yang relevan atau
rancangan/program yang telah ada.
Pengukuran validitas sebuah instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan metode,
antara lain seperti berikut ini:
1). Validitas butir atau analisis butir.
Sebuah instrumen memiliki validitas tinggi, apabila butir-butir yang membentuk
instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen tersebut.
Selain kedua syarat tersebut di atas, Sevilla (1988) menambahkan 3 syarat lagi,
yaitu: sensitivitas; obyektivitas; dan fisibilitas.
a). Sensitivitas.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
42
Penentuan sebuah instrumen yang baik, cukup dengan melihat validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut.
BAB 5
Jenis-jenis desain penelitian ini, mengikuti jenis penelitian yang akan dilakukan:
1. Desain Eksploratori
Desain Eksploratori berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru,
sehingga dapat dikatakan bahwa desain ini bertitik tolak dari variabel, bukan dari fakta.
Desain eksploratif dapat dianggap sebagai langkah pertama untuk merumuskan
persoalan, dimana pemecahannya dapat memakai jenis penelitian yang lain.
Dua bidang telaah studi dengan desain eksploratori yaitu sebagai berikut:
a). Literatur (literature survey) yang bertujuan untuk menemukan teori, konsep,
variabel, dan lain-lain.
b). Pengalaman (experience literature) yang bertujuan untuk menemukan informasi
dari pengalaman orang lain.
2. Desain Deskriptif
Desain ini, bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena
tertentu. Dalam menggunakan desain ini, jangan melakukan kesimpulan yang terlalu
jauh atas data yang ada, karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan
menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan
dipecahkan. Desain ini, kurang memerlukan teorisasi dan hipotesis serta dapat bekerja
pada suatu variabel.
3. Desain Kausal
Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lainnya. Sifat hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel ini dapat
dibedakan atas tiga, yaitu simetris, asimetris, dan timbal balik.
G. PROPOSAL SKRIPSI/TESIS
Skripsi / Tesis dibuat oleh mahasiswa sebagai tugas akhir perkuliahan untuk memperoleh
gelar sarjana S1/S2. Skripsi/Tesis ini merupakan suatu kewajiban. Karena biaya yang
dibutuhkan ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Berikut ini disajikan salah satu isian proposal skripsi / tesis:
1. Judul,
Judul yang baik harus dapat mengungkapkan masalah, variabel (variabel bebas dan
variabel terikat) serta objek yang sedang dihadapi dan yang akan dipelajari.
Judul sebaiknya jangan terlalu panjang (lebih kurang delapan sampai sepuluh suku
kata).
2. Pengantar / latar belakang masalah,
Dalam pengantar ini diterangkan beberapa sebab mengapa dipilih suatu
masalah/peluang penelitian (latar belakang masalah). Di samping itu dapat pula
diutarakan atau diuaraikan beberapa hal yang sudah diketahui tentang permasalahan
yang ingin diselidiki berdasarkan tinjauan pustaka.
3. Permasalahan,
Dalam bagian ini dijabarkan pernyataan atau pertanyaan yang ingin dijawab.
Formulasi suatu masalah penelitian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut:
Mengambil suatu pengamatan dilapangan atau masyarakat (umumnya digunakan
dalam bidang sosial).
Menurunkan suatu teori yang sudah ada (umumnya digunakan dalam bidang
eksakta).
Dalam bidang ini, perlu dijelaskan atau dikemukakan, yaitu sebagai berikut:
BAB 6
A. MASALAH PENELITIAN
1. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kejadian atau
kenyataan dan dapat diselesaikan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya
kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya
kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan atau rintangan, adanya celah (gap) baik
antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Masalah penelitian adalah masalah yang akan menjadi obyek penelitian. Masalah
penelitian akan dipelajari, dikaji dipecahkan atau diselesaikan, lalu dibuat kesimpulannya
sesuai dengan konteks permasalahan oleh peneliti melalui penelitian.
Di dalam permasalahan ini, diungkapkan keresahan, kesulitan, dilema, persoalan yang
harus diatasi. Ada sesuatu yang tidak beres, ada penjelasan yang kurang meyakinkan, ada
keraguan tentang ide-ide atau teori-teori lama, ada sesuatu yang harus segera dilakukan.
Tidak semua masalah yang ada, dapat dijadikan sebagai masalah penelitian. Ada
beberapa hal yang harus dipenuhi oleh sebuah masalah, untuk dijadikan sebagai masalah
penelitian.
Suatu masalah dapat dijadikan masalah penelitian apabila:
a. Masalah tersebut dengan observasi atau pengumpulan data dapat memberi
jawaban.
b. Nilai yang disertakan dalam masalah yang diamati dapat diukur.
Kerlinger (1986 : 29) menguraikan bahwa ciri-ciri masalah penelitian adalah sebagai
berikut:
o Harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
o Harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
50
Nazir (1983 : 134) menyebutkan bahwa ciri-ciri masalah yang baik adalah sebagai
berikut:
1). Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
Masalah akan mempunyai nilai penelitian, apabila:
a). Masalah harus mempunyai keaslian, dalam hal ini menyangkut hasl-hal yang
up to date dan baru, mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah, tidak berisi
hal-hal yang sepele,
b). Masalah harus menyatakan suatu hubungan,
c). Masalah harus merupakan hal yang penting, dalam hal ini harus mempunyai
arti dan nilai, baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun dalam bidang
aplikasi untuk penelitian terapan,
d). Masalah harus dapat diuji dengan perlakuan-perlakuan serta data dan fasilitas
yang ada. Sekurang-kurangnya, memberikan implikasi untuk kemungkinan
pengujian secara empiris,
e). Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak
membingungkan.
2). Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas.
Masalah mempunyai fisibilitas apabila masalah tersebut dapat dipecahkan. Ini
berarti, adalah sebagai berikut:
a). Data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia,
b). Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan,
c). Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar,
d). Biaya dan hasil, minimal harus seimbang,
e). Administrasi dan sponsor harus kuat,
f). Tidak bertentangan dengan hukumdan adat.
3). Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti, sekurang-kurangnya masalah
tersebut, adalah sebagai berikut:
a). Menarik bagi peneliti, dalam hal ini menarik keingintahuan peneliti dan
memberi harapan untuk menemukan jawaban ataupun menemukan masalah
lain yang lebih penting dan lebih menarik.
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
51
B. JUDUL PENELITIAN
1. Pengertian Judul Penelitian
Setelah masalah penelitian dapat ditetapkan atau dipilih, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah merumuskan atau membuat judul penelitian.
Judul penelitian merupakan identitas atau cermin jiwa dari sebuah penelitian. Judul
penelitian pada wujudnya merupakan kalimat, dan hanya satu kalimat pernyataan (bukan
kalimat pertanyaan), yang terdiri dari kata-kata yang kongkrit (bukan umum), jelas(tidak
kabur), singkat (tidak bertele-tele), deskriptif (berkaitan atau runtut), tidak terlalu puitis
atau bombastis.
Judul penelitian hendaknya bersifat menjelaskan diri dan menarik. Dengan membaca
judul ini, maka orang langsung dapat menduga apa materi atau masalahnya serta kaitan
aspek lainnya. Selain itu, dapat pula diketahui mengenai obyek, metode, tujuan, dan
kegunaan penelitian. Dengan demikian, judul penelitian ini pada hakekatnya merupakan
gambaran dari conceptual framework suatu penelitian.
Fungsi utama judul penelitian bagi penulis atau peneliti adalah sebagai kompas dalam
melakukan penelitian atau menyusun tulisannya. Sedangkan bagi pembaca, fungsi utama
C. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Rumusan Masalah
Masalah yang sudah dibuatkan judulnya, selanjutnya dibuatkan rumusan masalahnya.
Rumusan masalah sering disebut dengan pernyataan masalah (statement of problems).
Rumusan masalah adalah pernyataan singkat suatu masalah yang akan diteliti.
Cara membuat rumusan masalah adalah sebagai berikut:
Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan,
Rumusan masalah hendaknya jelas dan padat,
Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk dapat memecahkan
masalah,
Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
Rumusan masalah sebaiknya tidak dibuat dari masalah yang berkaitan tentang etika
atau moral, sebab pertanyaan-pertanyaan tentang nilai dan value judgement tidak bisa
dijawab secara ilmiah.
Hindarkan rumusan masalah yang masalahnya bersangkutan dengan metodologi
penelitian.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang
diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian pada dasarnya tujuan penelitian
memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian.
Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah. Jika memperhatikan tujuan
penelitian, maka sesungguhnya isinya sama dengan jawaban yang dikehendaki dalam
Drs. Achmad Sadikin, M.Si.
55
BAB 7
HIPOTESIS PENELITIAN
Dari contoh tujuan penelitian di atas, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
“Diduga perlatihan berpengaruh besar terhadap kemampuan membaca berita serta bentuk
korelasinya adalah positif dan kuat di stasiun TVRI pusat Jakarta”.
D. KEGUNAAN HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian memberikan beberapa kegunaan, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja peneliti.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadang-
kadang hilang begitu saja dari perhatian si peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu ketentuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan antara satu atau lebih
variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya.
Contoh: jika rumusan masalah berbentuk seperti berikut ini:
a. Bagaimana bentuk hubungan antara stres dengan kinerja karyawan PT. ABC ?
b. Bagaimana bentuk hubungan antara inflasi dengan harga saham PT.”A”?
Rumusan hipotesis asosiatifnya adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan positif antara stres dengan kinerja karyawan.
b. Ada hubungan negatif antara inflasi dengan harga saham PT.”A”?
Berdasarkan atas uji statistiknya, rumusan hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis
hipotesis, yaitu sebagai berikut:
3. Kriteria pengujian
Ho diterima jika : χ20 ≤ 5,99
H1 ditolak jika : χ20 ≥ 5,99
4. Uji statistik
Jenis Media Tinggi Menengah Rendah Jumlah
Media Cetak 32 26 11 69
Media Elektronik 10 14 47 71
Jumlah 42 40 58 140
(O E ) 2
χ2 =
E
O E (O – E)2 (O E ) 2
E
32 20,7 127,69 6,17
37,49
χ20 = 37,49
5. Kesimpulan
Karena χ20 = 37,49 > ((χ20,05;3) = 5,99, maka H0 ditolak
Jadi, ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis media yang diikuti.
Dalam pengujian hipotesis ini, kesimpulan yang diperolah hanyalah berupa penerimaan
atau penolakan daripada hipotesis yang diajukan itu dan tidak berarti bahwa kita telah
membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis itu. Ini disebabkan karena
kesimpulan itu hanyalah merupakan inferensi yang didasarkan atas sampel.
Suatu kesimpulan dianggap diterima/benar apabila Ho diterima/benar atau Ho
ditolak/salah. Kesalahan dapat terjadi apabila Ho benar, tetapi ditolak atau sebaliknya Ho
salah tetapi diterima. Jadi, dalam pengujian hipotesa ini dapat terjadi dua jenis kesalahan,
yaitu kesalahan jenis I dan kesalahan jenis II.
1. Kesalahan Jenis I.
Kesalahan ini, terjadi apabila Ho ditolak padahal kenyataannnya benar, artinya kita
menolak hipotesis tersebut yang seharusnya diterima.
Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan hal-hal seperti berikut ini:
1. Keputusan untuk menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat
kesalahan.
2. Keputusan untuk menerima hipotesis nol yang salah, berarti membuat kesalahan jenis
II.
3. Keputusan untuk menolak hipotesis nol yang benar, berarti membuat kesalahan jenis
I.
4. Keputusan untuk menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
Apabila kedua jenis kesalahan tersebut dinyatakan dalam bentuk probabilitas, maka
terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Kesalahan jenis I disebut kesalahan α (baca:alpha) yang dalam bentuk penggunaannya
disebut taraf nyata (level of significance). 1 – α disebut tingkat keyakinan (level of
confidance), karena dengan ini, kita yakin bahwa kesimpulan yang kita buat benar
sebesar 1 – α.
2. Kesalahan jenis II disebut kesalahan (baca: beta) yang dalam bentuk
penggunaannya disebut fungsi ciri operasi (operating characteristic function),
disingkat CO. 1 – disebut kuasa pengujian, karena memperlihatkan kuasa terhadap
pengujian yang dilakukan untuk menolak hipotesis (Ho) yang seharusnya ditolak.
BAB 8
PENGUMPULAN DATA
BAB 9
ANALISIS DATA
BAB 11
LAPORAN PENELITIAN